Anda di halaman 1dari 43

PENGARUH KUALITAS TERHADAP PENINGKATAN

ATAU PENURUNAN HARGA BAWANG MERAH


DI KECAMATAN WOHA KABUPATEN BIMA

I. Pendahuluan

A. Latar Belakang Masalah

Pemasaran sebagai suatu ilmu dan aplikasi saat ini tidak hanya berfokus

kepada banyaknya barang atau jasa yang terjual. Pemasaran pada era

globalisasi saat ini lebih berfokus kepada melayani, memenuhi kebutuhan serta

membina hubungan dengan para pelanggannya. Salah satu pendekatan baru

yang digunakan adalah pemasaran hubungan (relationship marketing).

Pemasaran hubungan (relationship marketing) menurut Kotler dan Keller

(2012:42), bertujuan untuk membangun hubungan jangka panjang yang saling

memuaskan dengan konstituen kunci guna mendapatkan dan mempertahankan

bisnis. Empat konstituen kunci untuk pemasaran hubungan adalah pelanggan,

pegawai, mitra pemasaran (saluran, pemasok, distributor, dealer, agen), dan

anggota masyarakat financial (pemegang saham, investor, analisis). Persaingan

yang ketat pada dunia bisnis terjadi hampir pada seluruh jenis industri barang

dan jasa, begitu pula yang terjadi pada industri toiletries atau produk perawatan

tubuh. Di kehidupan sosial seperti sekarang ini industri toiletries mempunyai

peranan penting dalam kehidupan manusia. Taraf hidup seseorang semakin

tinggi, tuntutan pemenuhan akan perawatan tubuh pastinya bukan lagi sesuatu

yang bersifat pelengkap, karena dengan adanya hal tersebut industri ini mejadi

diperhitungkan. Adapun produk yang termasuk produk toiletries antara lain pasta

gigi, shampo, sabun mandi, wewangian tubuh, hand body lotion dan seterusnya.

1
Industri ini banyak diminati karena potensi pasar Indonesia yang

menjanjikan. Selain dilihat dari segi besarnya penduduk di negeri ini, produk

toiletries merupakan produk kebutuhan sehari-hari dan hampir setiap orang

melakukan konsumsi terhadap produk ini, hal ini merupakan peluang bagi

perusahaan untuk ikut meramaikan industri ini. Menurut data persatuan

perusahaan kosmetik Indonesia (Perkosmi). Saat ini perkembangan industri

kosmetik Indonesia tergolong solid. Hal ini terlihat dari peningkatan penjualan

kosmetik pada tahun 2012 14% menjadi Rp 9,76 triliun dari tahun sebelumnya

Rp 8,5 triliun, berdasarkan data Kementerian Perindustrian.

Kualitas produk merupakan faktor yang terdapat dalam suatu produk

yang menyebabkan produk tersebut bernilai sesuai dengan maksud untuk apa

produk tersebut diproduksi. Kotler (2000:448) menyebutkan produk adalah

segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke dalam suatu pasar untuk memenuhi

keinginan atau kebutuhan. Produk memiliki arti penting bagi perusahaan karena

tanpa adanya produk, perusahaan tidak akan d apat melakukan apapun dari

usahanya. Pembeli akan membeli produk kalau merasa cocok, karena itu produk

harus disesuaikan dengan keinginan ataupun kebutuhan pembeli agar

pemasaran produk berhasil. Dengan kata lain, pembuatan produk lebih baik

diorientasikan pada keinginan pasar atau selera konsumen. Selain kualitas

produk faktor lainnya seperti iklan juga dapat mempengaruhi konsumen untuk

membeli suatu produk. Jeff Madura (2007:274 ) menyebutkan bahwa iklan

adalah persentasi penjualan yang bersifat non personal yang di komunikasikan

dalam bentuk media atau non media dengan tujuan untuk mempengaruhi

sejumlah besar pelanggan. Iklan digunakan oleh produsen untuk memberikan

informasi kepada masyarakat mengenai produk perusahaan.

2
Informasi tersebut dapat berupa menjelaskan mengena i kegunaan,

kemampuan, cara kerja, keunggulan, kualitas, serta harga produk. Informasi

mengenai produk sangat di perlukan apalagi terhadap suatu produk yang baru di

pasarkan. Hal in i dilakukan agar konsumen mengetahui bahwa ada produk

baru. Tanpa periklanan, berbagai produk tidak akan dapat mengalir ke para

distributor apalagi ke konsumen. Perilaku konsumen semakin lama semakin

beraneka ragam, dipengaruhi beberapa faktor. Untuk menciptakan iklan yang

efektif diperlukan riset perilaku konsumen yang didasarkan pada faktor budaya,

sosial, pribadi serta psikologis (Kotler, 1998:170).

Produk kecantikan dan perawatan tubuh global pada tahun 2012

mencapai US$ 348 miliar, tumbuh tipis US$ 12 miliar dibanding tahun

sebelumnya berdasarkan data Euro Monitor. Meskipun 2012 perekonomian

dunia masih diwarnai krisis keuangan seperti yang terjadi di kawasan Eropa,

maupun perlambatan ekonomi China, produk-produk kecantikan bermerek

terbukti masih dapat bertumbuh dengan solid. Produk kecantikan bermerek

diprediksi tumbuh 6% tahun ini, lebih tinggi dari pertumbuhan produk kosmetik

umum sebesar 4% (www.kemenperin.go.id). Persatuan Perusahaan Kosmetika

Indonesia (Perkosmi) memperkirakan tahun ini penjualan kosmetik dapat tumbuh

hingga Rp 11,22 triliun, naik 15% dibanding proyeksi 2012 sebesar Rp 9,76

triliun. Dari sisi ekspor, industri kosmetik ditaksir tumbuh 20% menjadi US$ 406

juta (www.kemenperin.go.id).

Hal ini juga ditambah dengan pasca penandatanganan kesepakatan

Harmonisasi Kosmetik ASEAN oleh 10 negara ASEAN pada 1 Januari 2011

secara otomatis persaingan produk kosmetik di dalam negeri semakin

meningkat. Sebab kesepuluh negara ASEAN memproduksi kosmetik dengan

3
standar seragam dan lebih leluasa dalam mengekspor produknya ke negara

ASEAN lainnya (www.kemenperin.go.id). Keadaan seperti ini membuat

persaingan di sektor industri toiletries menjadi ketat. Yang pertama adalah

variabel harga, harga adalah suatu elemen bauran pemasaran yang

menghasilkan pendapatan; elemen lain menghasilkan biaya Kotler dan Keller

(2012:405). Menurut Dharmmesta (1999) dalam Wibawanto dan Soesanto

(2012:7) elemen yang menyebabkan kerentanan konsumen untuk berpindah

merek pada umumnya mencakup manfaat kompetitif yang menarik seperti biaya

atau tarif yang lebih rendah dengan kualitas yang lebih tinggi, komitmen yang

mujur pada tahap kognitif. Saat ini banyak terdapat produk dengan harga yang

lebih murah namun dengan design dan fasilitas tambahan yang tidak kalah

bersaing. Harga yang murah menjadi pertimbangan konsumen untuk memilih

produk tersebut apabila kinerja yang ditawarkan sama dengan produk yang lebih

mahal. Semakin banyaknya produk yang terus bermunculan membuat

perusahaan berlomba-lomba untuk bersaing harga dipasaran. Yang kedua

adalah ketidakpuasan konsumen. Menurut Peter dan Olson (2010:184)

kepuasan konsumen adalah konsep yang paling menentukan dalam pemikiran

pemasaran dan riset konsumen. Secara teori, konsumen yangmerasa puas

dengan produk, jasa, atau merek, kemungkinan besar akan terus membelinya

dan memberitahukan kepada yang lain perihal pengalaman– pengalaman

menyenangkan yang dirasakannya dengan produk, jasa atau merek tersebut.

Bila tidak puas, kemungkinan besar konsumen akan berganti produk atau merek

dan mengadukan keluhan kepada produsen barang, pengecer, dan konsumen

lain. Salah satu produk toiletries yang juga merasakan ketatnya persaingan

pemasaran adalah produk sabun. sabun yang juga merupakan produk

4
kebutuhan sehari-hari adalah suatu industri yang menjanjikan bagi para

pengusaha yang menggeluti bisnis ini. Hal tersebut terbukti dengan munculnya

sabun mandi baru dari berbagai merek dengan berbagai inovasi yang

menawarkan atribut yang bervariasi seperti kombinasi harum. Pada saat ini

konsumen, cenderung ingin selalu mencoba hal baru yang menurut pandangan

mereka baik, salah satunya termasuk dalam memilih merek sabun mandi yang

digunakan. Pemilihan merek sabun yang tepat akan membantu konsumen

dalam merawat kulit yang sehat. Jadi saat ini banyak merek sabun yang

tersedia, antara lain lefboy, green, pepaya, yang dapat dipertimbangkan oleh

konsumen karena masing-masing produk memiliki ciri atau karakteristik

tersendiri. Untuk itu konsumen harus selektif dengan munculnya berbagai merek

sabun mandi dipasaran yang dapat menjadikan persaingan yang ketat antar

perusahaan penghasil sabun mandi. Sabun mandi merupakan salah satu

kebutuhan yang penting bagi pemeliharaan dan kesehatan kulit. Kesadaran

masyarakat akan pentingnya kebersihan kulit membuat produsen sabun mandi

sering kali mengeluarkan merek sabun mandi jenis baru. PT. Unilever Indonesia,

Tbk adalah perusahaan yang bergerak dibidang personal care. PT. Unilever

Indonesia, Tbk juga merupakan salah satu perusahaan besar yang memiliki

berbagai produk unggulan dan sudah dikenal konsumen regional dan

Internasional. Seperti halnya produk sabun mandi merek lux yang diproduksi oleh

PT. Unilever, Tbk (www.unilever.co.id). Sabun mandu lux merupakan salah satu

produk PT. Unilever Indonesia, Tbk yang terkenal sebagai merek yang diakui

memiliki kualitas dalam memahami bahwa anak muda selalu ingin tampil segar

dan aroma yang khas. Sebagai perusahaan terkemuka dan terbesar dalam

bidang produk perawatan gigi, PT. Unilever menjual kualitas dengan

5
mengedepankan merek yang dimilikinya, sehingga memberikan keyakinan pada

konsumen (www.unilever.co.id). Sabun lux merupakan merek sabun mandi

pertama di dunia dengan sabun mandi yang berbentuk padat.

Maka dengan kondisi yang demikian peneliti tertarik dan mengambil judul

“Analisis Pengaruh Ketidak Kepuasan Konsumen Terhadap perilaku

Perpindahan Merek Pada Konsumen Sabun Cair Lux ( Studi pada Mahasiswa

STIE Bima)”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut di atas maka penulis

mengidentifikasi masalah yang terjadi pada Analisis Pengaruh Ketidak

Kepuasan Konsumen Terhadap perilaku Perpindahan Merek Pada Konsumen

Sabun Cair Lux ( Studi pada Mahasiswa STIE Bima)” adalah sebagai berikut : .

1. Analisis Pengaruh Ketidak Kepuasan Konsumen Terhadap perilaku

Perpindahan Merek Pada Konsumen Sabun Cair Lux ( Studi pada

Mahasiswa STIE Bima)”.

2. Kualitas Sabun Cair Lux terhadap minat konsumen.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang Penelitian diatas, maka penulis

merumuskan masalah sebagai berikut: “ Bagaimana Analisis Pengaruh

Ketidak Kepuasan Konsumen Terhadap perilaku Perpindahan Merek Pada

Konsumen Sabun Cair Lux ( Studi pada Mahasiswa STIE Bima) .

6
D. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk

mengetahui dan Analisis Pengaruh Ketidak Kepuasan Konsumen

Terhadap perilaku Perpindahan Merek Pada Konsumen Sabun Cair Lux

( Studi pada Mahasiswa STIE Bima)

2. Kegunaan Penelitian

a. Secara Akademik

merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan kebulatan studi

program Strata satu (S1) Pada Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE

BIMA)

b. Secara Praktis

sebagai bahan masukan dapat memberi manfaat dan konstribusi

bagi bagi konsumen pengguna sambun cair lux.

E. Asumsi Penelitian

Asumsi adalah sesuatu yang sudah di yakini kebenaranya oleh

peneliti yang akan berfungsi sebagai hal-hal yang dipakai untuk tempat

berpijak bagi peneliti di dalam melaksanakan penelitian berdasarkan uraian di

atas, asumsi yang di gunakan dalam penelitian adalah : perpindahan merek

(X) dan Kepuasan Konsumen (Y).

F. Definisi Operasional Variabel

Dalam penelitian ini akan dijelaskan mengenai definisi operasional

variabel dari variabel yang di teliti oleh penulis:

7
1. Ketidak Puasan Konsumen

Menurut Kotler dan Keller (2012:145) pelanggan merupakan satu–

satunya alasan perusahaan membangun pabrik, mempekerjakan karyawan,

menjadwalkan rapat, membuat jalur serta optic, atau melibatkan diri dalam

aktivitas bisnis apapun. Pengertian Kepuasan dan Ketidakpuasan

Pelanggan/Konsumen Menurut Peter dan Olson (2010:184) kepuasan

konsumen adalah konsep yang paling menentukan dalam pemikiran

pemasaran dan riset konsumen. Secara teori, konsumen yang merasa puas

dengan produk, jasa, atau merek, kemungkinan besar akan terus

membelinya dan memberitahukan kepada yang lain perihal pengalaman–

pengalaman menyenangkan yang dirasakannya dengan produk, jasa atau

merek tersebut. Bila tidak puas, kemungkinan besar konsumen akan

berganti produk atau merek dan mengadukan keluhan kepada produsen

barang, pengecer, dan konsumen lain. Sedangkan menurut Tjiptono

(2007:344) menunjukkan bahwa ketidakpuasan pelanggan berdampak pada

beralihnya pelanggan ke pemasok lain, baik untuk produk sejenis maupun

produk subsitusi.

2. Pengertian Perpindahan Merek

Menurut Peter dan Olson (2010:386) perpindahan merek (brand

switching) adalah pola pembelian yang dikarakteristikkan dengan perubahan

atau pergantian dari satu merek ke merek lain. Perilaku perpindahan merek

dapat terjadi dikarenakan beragamnya produk di pasaran sehingga

menyebabkan adanya perilaku memilih produk yang sesuai dengan

kebutuhan atau karena terjadi masalah dengan produk yang sudah dibeli,

maka konsumen kemudian beralih ke merek lain. Menurut Keaveney (1995)

8
dalam Emiri (2012:7), brand switching behavior adalah perilaku perpindahan

merek yang dilakukan konsumen atau diartikan juga sebagai ketentraman

konsumen untuk berpindah ke merek lain.

9
II. T INJAU PUSTAKA

A. Strategi Pemasaran

1. Strategi Pemasaran

Pengertian Pemasaran Menurut Kotler dan Keller (2012:27) pemasaran

(marketing) adalah mengidentifikasi dan memenuhi kebutuhan manusia dan

sosial. Salah satu definisi yang baik dan singkat dari pemasara adalah

“memenuhi kebutuhan dengan cara yang menguntungkan”. American

Marketing Association (AMA) menawarkan definisi formal berikut pemasaran

adalah kegiatan, mengatur lembaga, suatu fungsi organisasi dan serangkaian

proses untuk menciptakan, mengkomunikasikan, menyampaikan, dan

memberikan nilai kepada pelanggan dan untuk mengelola hubungan

pelanggan dengan cara yang menguntungkan organisasi dan pemangku

kepentingannya Kotler dan Keller (2012:27). Tujuan pemasaran adalah

memenuhi dan memuaskan kebutuhan dan keinginan pelanggan sasaran

dengan cara yang lebih baik dari pada para pesaing Kotler dan Keller

(2012:173). Menurut Peter dan Olson (2010:9) strategi pemasaran (marketing

strategy) adalah suatu rencana yang didisain untuk mempengaruhi

pertukaran dalam mencapai tujuan organisasi. Menurut Setiadi (2010:8)

strategi pemasaran (marketing strategy) adalah suatu rencana yang didesain

untuk memengaruhi pertukaran dalam mencapai tujuan organisasi. Biasanya

strategi pemasaran diarahkan untuk meningkatkan kemungkinan atau

frekuensi perilaku konsumen.

10
B. Perilaku Konsumen

Menurut Kotler dan Keller (2012:173) perilaku konsumen adalah studi

tentang bagaimana individu, kelompok, dan organisasi memilih, membeli,

menggunakan, dan bagaimana barang, jasa, ide, atau pengalaman untuk

memuaskan kebutuhan dan keinginan mereka. Perilaku konsumen

didefinisikan sebagai studi tentang unit pembelian (buying units) dan proses

pertukaran yang melibatkan perolehan, konsumsi, dan pembuangan barang,

jasa, pengalaman, serta ide - ide Mowen dan Minor (2002:6).

Studi perilaku konsumen terpusat pada cara individu mengambil

keputusan untuk memanfaatkan sumber daya mereka yang tersedia (waktu,

uang, usaha) guna membeli barang-barang yang berhubungan dengan

konsumsi Schiffman dan Kanuk (2008:6). Menurut Peter dan Olson (2010:5)

American Marketing Association mendefinisikan perilaku konsumen

(consumer behavior) sebagai “interaksi dinamis antara pengaruh dan kognisi,

perilaku, dan kejadian disekitar kita dimana manusia melakukan aspek

pertukaran dalam hidup mereka”. Ada tiga ide penting dari definisi diatas,

yaitu perilaku konsumen adalah dinamis, hal tersebut melibatkan interaksi

antara pengaruh dan kognisi, perilaku, dan kejadian di sekitar, dan hal

tersebut melibatkan pertukaran, yaitu : a. Perilaku Konsumen Adalah Dinamis

Maksudnya bahwa seorang konsumen atau grup konsumen, serta

masyarakat luas selalu berubah dan bergerak sepanjang waktu. b. Perilaku

Konsumen Melibatkan Interaksi Adalah keterlibatan interaksi antara pengaruh

dan kognisi, perilaku, dan kejadian disekitar maksudnya yaitu untuk

memahami konsumen dan mengembangkan strategi pemasaran yang tepat

kita harus memahami apa yang mereka pikirkan (kognisi) dan mereka

11
rasakan (pengaruh), apa yang mereka lakukan (perilaku), dan apa serta

dimana (kejadian disekitar) yang mempengaruhi serta dipengaruhi oleh apa

yang dipikirkan, dirasa dan dilakukan konsumen.

C . Ketidakpuasan Pelanggan/Konsumen

1. Pengertian Pelanggan

Menurut Kotler dan Keller (2012:145) pelanggan merupakan satu–

satunya alasan perusahaan membangun pabrik, mempekerjakan karyawan,

menjadwalkan rapat, membuat jalur serta optic, atau melibatkan diri dalam

aktivitas bisnis apapun. 2. Pengertian Kepuasan dan Ketidakpuasan

Pelanggan/Konsumen Menurut Peter dan Olson (2010:184) kepuasan

konsumen adalah konsep yang paling menentukan dalam pemikiran

pemasaran dan riset konsumen. Secara teori, konsumen yang merasa puas

dengan produk, jasa, atau merek, kemungkinan besar akan terus

membelinya dan memberitahukan kepada yang lain perihal pengalaman–

pengalaman menyenangkan yang dirasakannya dengan produk, jasa atau

merek tersebut. Bila tidak puas, kemungkinan besar konsumen akan berganti

produk atau merek dan mengadukan keluhan kepada produsen barang,

pengecer, dan konsumen lain. Sedangkan menurut Tjiptono (2007:344)

menunjukkan bahwa ketidakpuasan pelanggan berdampak pada beralihnya

pelanggan ke pemasok lain, baik untuk produk sejenis maupun produk

subsitusi. 21 Perusahaan yang gagal memuaskan pelanggannya akan

mengalami masalah yang lebih pelik lagi karena berdampak negative word of

mouth. Kepuasan atau ketidakpuasan konsumen pada suatu produk akan

mempengaruhi tingkah laku berikutnya. Konsumen yang tidak puas tersebut

akan mengambil satu atau dua tindakan. Mereka mungkin akan mengurangi

12
ketidakcocokannya dengan meninggalkan atau mengembalikan produk

tersebut, atau mereka mungkin berusaha mengurangi ketidakcocokannya

dengan mencari informasi yang mungkin mengkonfirmasikan produk tersebut

sebagai bernilai tinggi (atau menghindari informasi yang mengkonfirmasikan

produk tersebut sebagai bernilai rendah) Setiadi (2010:18).

2. Pengukuran Ketidakpuasan Konsumen

Menurut Wardani (2012:5) untuk mengukur ketidakpuasan konsumen

dapat dilihat dari kualitas produk. Karena dimana tidak semua konsumen

memilih harga yang lebih murah, tetapi bisa saja memilih atau menuntut

kualitas yang lebih tinggi atau bagus namun harganya murah. Konsep

kualitas sebagai ukuran relatif kebaikan suatu produk atau jasa yang terdiri

atas kualitas desain dan kualitas kesesuaian Tjiptono dan Diana (2003:2).

Menurut J.M Juran dalam Tjiptono dan Diana (2003:24) terdapat ciri-ciri

produk yang memenuhi permintaan konsumen, yaitu : a. Kualitas yang lebih

tinggi memungkinkan perusahaan meningkatkan kepuasan konsumen,

membuat produk laku terjual, dapat bersaing dengan pesaing, meningkatkan

pangsa pasar dan volume penjualan, serta dapat dijual dengan harga yang

lebih tinggi. b. Kualitas yang tinggi menyebabkan perusahaan dapat

mengurangi tingkat kesalahan, mengurangi pengerjaan kembali dan

pemborosan, mengurangi pembayaran biaya garansi, mengurangi

ketidakpuasan pelanggan, mengurangi inspeksi dan pengujian, mengurangi

waktu pengiriman produk ke pasar, meningkatkan hasil dan kapasitas, dan

memperbaiki kinerja penyampaian produk atau jasa. Menurut Kotler and

Armstrong (2014;283) menyatakan kualitas produk sebagai “the

characteristics of a product or service that bear on its ability to satisfy stated

13
or implied customer needs”. Artinya kualitas produk adalah suatu karakteristik

produk atau jasa yang bergantung pada kemampuannya untuk memuaskan

kebutuhan pelanggan yang dinyatakan atau tersirat. Pengertian kualitas

produk (perceived quality) menurut Aaker (1996:24) dalam Rangkuti

(2004:41) adalah persepsi pelanggan terhadap keseluruhan kualitas atau

keunggulan suatu produk atau jasa layanan berkaitan dengan maksud yang

diharapkan. Mengacu kepada pendapat David A. Garvin menurut Durianto

(2004:98) dkk, dimensi perceiced quality dibagi menjadi tujuh, yaitu :

a. Kinerja : Melibatkan sebagai karakteristik operasional utama. b.

Pelayanan : Mencerminkan kemampuan memberikan pelayanan pada suatu

produk. c. Ketahanan : Mencerminkan umur ekonomis dari produk tersebut.

d. Keandalan : Konsistensi dari kinerja yang dihasilkan suatu produk dari

suatu pembelian ke pembelian berikutnya. e. Karakteristik produk : Bagian-

bagian tambahan dari produk (feature). Penambahan ini biasanya digunakan

sebagai pembeda yang penting ketika dua merek produk terlihat hampir

sama. Bagian-bagian tambahan ini memberikan penekanan bahwa

perusahaan memahami kebutuhan pelanggannya yang dinamis sesuai

perkembangan. f. Kesesuaian dengan spesifikasi : Merupakan pandangan

mengenai kualitas proses manufaktur (tidak cacat produk) sesuai dengan

spesifikasi yang telah ditentukan dan teruji. g. Hasil : Mengarah kepada

kualitas yang dirasakan yang melibatkan enam dimensi sebelumnya. Jika

perusahaan tidak dapat menghasilkan “hasil akhir” produk yang baik maka

kemungkinan produk tersebut tidak akan mempunyai atribut kualitas lain

yang penting. Dalam penelitian ini, dimana dimensi pelayanan tidak di ukur

karena tidak relevan dengan objek penelitian sabun mandi lux cair.

14
D. Perpindahan Merek (Brand Switching)

1. Pengertian Merek

American Marketing Association dalam Kotler dan Keller (2012:263) merek

sebagai “nama, istilah, tanda, lambang, atau desain, atau kombinasinya, yang

dimaksudkan untuk mengidentifikasinya barang atau jasa dari salah satu

penjual atau kelompok penjual dan mendiferensiasikan mereka dari para

pesaing”.

2. Pengertian Perpindahan Merek

Menurut Peter dan Olson (2010:386) perpindahan merek (brand switching)

adalah pola pembelian yang dikarakteristikkan dengan perubahan atau

pergantian dari satu merek ke merek lain. Perilaku perpindahan merek dapat

terjadi dikarenakan beragamnya produk di pasaran sehingga menyebabkan

adanya perilaku memilih produk yang sesuai dengan kebutuhan atau karena

terjadi masalah dengan produk yang sudah dibeli, maka konsumen kemudian

beralih ke merek lain. Menurut Keaveney (1995) dalam Emiri (2012:7), brand

switching behavior adalah perilaku perpindahan merek yang dilakukan

konsumen atau diartikan juga sebagai ketentraman konsumen untuk berpindah

ke merek lain. Sedangkan menurut Givon (2001) dalam Emiri (2012:7), brand

switching adalah perpindahan merek yang digunakan oleh pelanggan untuk

setiap waktu penggunaan, dimana tingkat brand switching juga menunjukkan

sejauh mana mereka memiliki pelanggan yang loyal.

Semakin tinggi tingkat brand switching nya, semakin tidak loyal pelanggan

dari merek tersebut. Hal tersebut berarti bahwa semakin beresiko mereka yang

kelola karena perusahaan dapat dengan mudah dan cepat kehilangan

konsumennya. Oleh karena itu ketidakpuasan konsumen harus dihindari, antara

15
lain dengan meningkatkan kualitas produk, variasi produk, inovasi produk dan

ketersediaan produk.

3. Dimensi Perpindahan Merek

Menurut Keaveney (1995) dalam Emelia (2012:4) perpindahan merek

muncul karena : a. Persepsi negatif terhadap kualitas produk, merupakan

kualitas produk yang digunakan lebih rendah. b. Harga, yaitu dimana memiliki

harga yang relatif lebih mahal dan kurang memberikan potongan harga

(discount) kepada konsumen. c. Ketidakpuasan dengan kinerja produk secara

keseluruhan, yaitu ketidakpuasan dengan kinerja produk. d. Layanan dan

kenyamanan yang tidak memadai ditempat penjualan, yaitu kelayanan dan

kenyamanan waktu flow barang ketika masuk ke dalam toko. e. Hambatan fisik

maupun psikologis untuk mendapatkan produk, yaitu dimana tidak semua varian

tersedia di toko sehingga konsumen susah untuk mendapatkannya. f. Memang

ada maksud (intention) untuk berhenti mengkonsumsi merek yang biasa dipakai

dan ingin memakai merek lain, seperti ingin mempercepat penghentian karena

bosan, ingin mencari variasi dan mencoba inovasi produk baru. Dalam

penelitian ini, dimana dimensi memang ada maksud (intention) untuk berhenti

mengkonsumsi merek yang biasa dipakai dan ingin memakai merek lain tidak di

ukur karena tidak termasuk ke dalam faktor eksternal yang mempengaruhi

konsumen melakukan perpindahan merek.

B. Analisis kritis

1. Afzal dkk. (2013) Factors Behind Brand Switching In Cellular Networks

1).Terdapat variabel yang sama yaitu harga •)Menggunak an analisis regresi

berganda Tidak terdapat variabel yang sama yaitu kualitas pelayanan,

kepercayaan , dan loyalitas merek Berdasarkan pembahasan dari hasil

16
analisis dapat disimpulkan bahwa : 1. Variabel harga berpengaruh secara

signifikan terhadap perpindahan merek 2. Variabel kualitas pelayanan tidak

berpengaruh secara signifikan terhadap perpindahan merek 3. Variabel

kepercayaan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap perpindahan

merek 4. Variabel loyalitas merek tidak berpengaruh secara signifikan

terhadap perpindahan merek 5. Variabel harga, kualitas pelayanan,

kepercayaan, dan loyalitas merek secara bersama-sama berpengaruh secara

signifikan terhadap perpindahan merek.

2. Uturestantix dkk. (2012) Do Customer Dissatisfa ction and Variety Seeking

Really Affect the Product Brand Switching ? A Lesson from the Biggest

Southeast Asia Mobile Telecomm unication Market. Berdasarkan hasil

analisis diketahui bahwa 1. Variabel Ketidakpuasan konsumen berpengaruh

secara signifikan terhadap perpindahan merek. 2. Variabel promosi penjualan

berpengaruh secara signifikan terhadap perpindahan merek. 3. Variabel

kebutuhan mencari variasi berpengaruh secara signifikan terhadap

perpindahan merek. 4. Variabel ketidakpuasan konsumen, promosi

penjualan, dan mencari variasi secara bersama-sama berpengaruh secara

signifikan terhadap perpindahan merek.

3. Andriani dan Nindria (2015) Pengaruh Ketidakpu asan Konsumen Dan

Kebutuhan Mencari Variasi Terhadap Perpindah an Merek Mobile Broadband

Smartfren. Berdasarkan pembahasan dari hasil analisis bahwa : 1. Variabel

ketidakpuasan konsumen berpengaruh secara signifikan terhadap

perpindahan merek. 2. Variabel kebutuhan mencari variasi berpengaruh

secara signifikan terhadap perpindahan merek. 3. Variabel ketidakpuasan

17
konsumen dan kebutuhan mencari variasi secara bersama-sama

berpengaruh secara signifikan terhadap perpindahan merek.

C. Kerangka Pikir

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh yang terjadi antara

variabel independen, yaitu harga dan ketidakpuasan konsumen terhadap

variabel dependen yaitu perpindahan merek. Data yang digunakan dalam

penelitian ini berupa data primer yang diperoleh dengan menggunakan

kuesioner, yang diberikan kepada konsumen di wilayah Kecamatan Ciputat

Timur Kabupaten Tangerang Selatan yang pernah menggunakan pasta gigi

merek Close Up. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah regresi

linear berganda. Langkah pertama yang digunakan adalah uji kualitas data

yang terdiri dari uji validitas dan uji reliabilitas. Setelah lolos dari uji kualitas

data yang selanjutnya menggunakan uji asumsi klasik yang terdiri dari uji

normalitas, uji multikolinearitas dan uji heterokedastisitas. Kemudian setelah

lolos dari uji asumsi klasik dapat dilanjutkan dengan menguji hipotesis yang

terdiri dari uji t dan uji F.

Adapun skema kerangka pikir dalam penelitian ini sebagai berikut:

Analisis Pengaruh Ketidak Perilaku


Kepuasan Konsumen
Perpindahan Merek

Gambar 1.1 Kerangka Pikir Penelitian

D. Hipotesis Penelitian

1. Hipotesis Penelitian

Pengertian Hipotesis Penelitian Menurut Sugiyono (2009: 96),

hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah

18
penelitian, di mana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam

bentuk pertanyaan. Hipotesis penelitian ini adalah Diduga sangat berpengaruh

Ketidak Kepuasan Konsumen Terhadap perilaku Perpindahan Merek Pada

Konsumen Sabun Cair .

2. Hipotesis Statistik

Berdasarkan hipotesisnya, maka dapat dituliskan hipotesis

stastistiknya adalah sebagai berikut :

H0:β=0 = kualitas produk tidak berpengaruh positif dan signifikan

terhadap pergantian merek pada sabun cair lux Studi pada

mahasiswa STIE Bima

Ha:β≠0: = kualitas produk berpengaruh positif dan signifikan terhadap

pergantian merek pada sabun cair lux Studi pada

mahasiswa STIE Bima

19
III. METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan oleh penulis yaitu asosiatif. menurut

Sugiyono (2012:36) Penelitian asosiatif merupakan penelitian yang bertujuan

untuk mengetahui hubungan dua variabel atau lebih. Dalam penelitian ini akan

dibangun suatu teori yang dapat berfungsi untuk menjelaskan, meramalkan,

dan mengontrol suatu gejala. Jadi dalam penelitian ini penulis mencari

pengaruh ketidakpuasan Konsumen (x) terhadap Perilaku Pemindahan Merek

(y).

1. Instrumen Penelitian

Definisi instrument penelitian ialah alat bantu yang dipergunakan oleh

peneliti dalam mengukur fenomena alam serta sosial yang sesuai dengan

variabel penelitian (Sugiono, 2009).

Adapun instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data adalah

kuisioner danagan skala likert. Responden diberikan serangkaiyan pertanyaan

dengan memilih salah satu alternatif jawaban yang di anggap paling tepat

yaitu :

sangat setuju (SS) 5


1
Setuju (S) 4
2
kurang setuju (KS) 3
3
tidak setuju (TS) 2
4
sangat tidak setuju (STS) 1
5

20
Tabel . 3.1. Instrumen Indikator

No. Indikator Pernyataan

1. Variabel ketidak puasan Konsumen


a. Kinerja Produk 1
b. Fitur Produk 2
c. Kendala Produk 3
d. Daya Tahan 4
e. Estetika 5
f. Brand Image 6
2. Perpindahan merek
8
a. Kesesuaian merek dengan manfaat
9
produk

b. Tingkat kebosanan konsumen 10

c. Menampilkan desaian terbaru


11
d. Menjawab permintaan konsumen

e. Menanamkan daya ingat masyarakat 12

2. Lokasi dan waktu penelitian

a) Lokasi penelitian

Adapun lokasi yang dipilih oleh peneliti untuk melakukan

penelitian yaitu, di Kampus STIE Bima.

b) Waktu penelitian

Waktu yang dibutuhkan peneliti dalam melakukan penelitian yaitu

2 bulan, dimulai dari Bulan Febuari s/d Maret 2019

21
Tabel . Jadwal Kegitan

Uraian Bulan
No
Kegiatan Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei
Pengajuan
1
Judul
Penyusunan
2
Proposal
Konsultasi
3
Proposal
Perbaikan
4
Proposal
Seminar
5
Proposal
6 Penelitian
Penyusunan
7
Skripsi
8 Uji Komperhesif
Perbaikan
9
Skripsi

3. Populasi dan Sampel

a. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh petani kecamatan woha

kabupaten Bima. Menurut Sugiyono (2010:117) populasi adalah

wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai

kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Jadi populasi dalam

penelitian ini adalah seluruh seluruh konsumen yang membeli Sabun

Lux cair yang jumlahnya tidak bisa diketahui (Unknow population).

22
b. Sampel

Karena jumlah populasinya tidak diketahui secara pasti maka

untuk menentukan besarnya sampel yaittu dengan menggunakan

rumus Unknow populations : (Riduwan, 2010)

n¿ z 2 /4 µ ²

keterangan:

n= ukuran sampel

z= tingkkat keyakinan sampel yang dibutuhkan dalam penelitian,

pada α = 5% (derajat keyakinan ditentukan 95%) maka Z = 1,96

µ= margin of eror, tingkat kesalahan yang dapat ditoleril

(ditentukan 10%)

Dengan menggunakan rumus diatas, maka diperoleh perhitungan

sebagai berikut:

n¿ z 2 /4 µ ²

n¿ 1 , 962 /4 (0 , 1)²

n¿ 96 , 4=96 orang

Dari hasil perhitungan tersebut maka diketahui besar sampel yang

diperlukan untuk kuesioner adalah 96 orang.

Teknik sampel yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah

Teknik Porposive Sampling Menurut Sugiyono (2016:85) bahwa :

“purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data

dengan pertimbangan tertentu.” Jadi sampel dalam penelitian ini adalah

konsumen yang sabun lux di STIE Bima.

23
B. Jenis dan Sumber Data

Adapun jenis dan sumber data yang diperoleh peneliti untuk penulisan

proposal ini bersumber dari:

1. Jenis data

Data kuantitatif adalah penelitian yang bermaksut untuk memahami

fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian, misalnya

prilaku, presepsi, motivasi, tindakan dll. Secara holistik dan dengan cara

deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus

yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah

(Moleong, 2007;6).

2. Sumber data

sumber data adalah data sekunder data primer yang langsung d

iperoleh dari perusahaan itu sendiri.

Data primer

Dimana data diperoleh peneliti secara lansung dari sumber aslinya yang

berupa hasil observasi maupun wawancara pada struktur organisasi

perusahaan yang diteliti.

C. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode

sebagai berikut :

a) Observasi dengan memperhatikan objek penelitian dengan seksama.

Selain itu mencatat sema kegiatan dengan tujuan penelitian.

b) Angket (kuesioner) pada umumnya digunakan sebagai instrumen

penelitian survei atau riset yang menggunakan pendekatan kuantitatif.

Kuesioner bisa terdiri atas dua pertanyaan; pertanyaan yang bersifat

24
tertutup memilih jawaban yang ada dalam kuesioner. Pertanyaan terbuka

memberi kesempatan pembaca untuk menuliskan jawabannya sendiri.

c) Studi pustaka adalah tugas yang terus menerus dilakukan selama

kegiatan penelitian.sebuah penelitian akan menghasilkan suatu karya

ilmiah, karena itu haruslah mampu memberikan sumbangan kepasa

kemajuan ilmu pengetahuan.pemeriksaan yang teliti perlu dilakukan dari

memilih judul,agar jangan sampai terjadi duplikasi terhadap masalah yang

sudah diteliti oleh orang lain.

D. Teknik Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif,

dengan menggunakan pola analisis data kualitatif. yaitu analisis data selama

proses pengumpulan data berlangsung, pada saat observasi lapangan, dan

analisis data setelah observasi dengan menggunakan rekaman-rekaman

data hasil observasi.

Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis

deskriptif dan analisis jalur. Analisis deskriptif digunakan untuk mengetahui

gambaran responden dan lokasi yang menjadi objek penelitian yang

digunakan oleh peneliti.Analisis jalur digunakan untuk mengetahui besarnya

pengaruh langsung dan tidak langsung antar variabel yang digunakan dalam

penelitian ini.

1. Uji Validasi

Uji validasi adalah prosedur untuk memastikan apakah kuesioner

untuk mengukur variabel penelitian valid atau tidak.kuesioner dikatakan valid

apabila dapat mempresentasikan attau mengukur ke validan dari suatu

instrumen yang ditetapkan.jika instrumen dikatakan valid menunjukan alat

25
ukur yang digunakan untuk mendapatkan data yang valid seharusnya diukur

(sugiono 2010).cara menguji validitas dilakukan denngan cara

mengkorelasikan antara skor item instrumen dengan rumus person moment

(Akdon dan ridwan 2008 : 98 ). Adalah sebagai berikut:

n ( ∑ XY )−(∑ X )( ∑ Y )
r xy =
√{¿ ¿ ¿

Dimana:

r hitung = koefisien korelasi

n = jumlah responden

∑X = jumlah skor item

∑Y = jumlah skor total (selisi item)

Nilai koefisien kolerasi untuk masing-masing butir dibandingkan

dengan nilai r kritis yang dalam hal ini di tentukan 0,30 jika koefisien

korelasi (r < hitung) > dari r kritis (30) dan bernilai positif, maka butir

tersebut valid, begitupun sebaliknya (sugiono, 2011).

Untuk menentukan instrumen itu valid atau tidak maka

kketentuannya adalah sebagai berikut :

a. Jika nilai r hitung ≥r tabel dengan toleransi ketidaktelitian (α) sebesar

5%, maka instrumen tersebut dikatakan valid.

b. Jika nilai r hitung <r tabel dengan toleransi ketidak telitian (α) sebesar

5%, maka instrumen tersebut dikatakan tidak valid

2. Uji Realibilitas :

Menurut Ghozali (2009) realibilitas berhubungan dengan

kepuasaan masyarakat. Realibitas merupakan alat untuk mengukur suatu

daftar pertanyaan quisioner yang merupakan indikator dari variabel-

26
variabel yang diteliti. Uji realibilitas dilakkan terhadapp item pertanyaan

yang dinyatakan valid denan kata lain reabilitas menunjukan konsistensi

suatu alat ukur dalam mengukur gejala yang sama.

Reabilias dilakukan untuk mengukur konsistensi konstruk atau

variabel penelitian suatu quisioner dikatakan ralible atau handal jika

jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari

waktu kewaktu untuk menngukur reabilitas ddengan uji stastistik

Cronbach Alpha. Suatu variabel dikatakan realible (handal) jika memiliki

nilai Cronbach alpha > 0,06.

3. Regresi Sederhana :

Regresi sederhana digunakan untuk menganalisis hubungan kausal satu

variabel bebas terhadap satu variabel tergantung.model yang digunakan

untuk analisis regresi sederhana adalah :

y=a+bx

Y = harga

a =konstanta

b =koefisien regresi

x = Kualitas

sedangkan rumus untuk mengetahui konstanta a dan koefisien regresi b dapat


digunaka rumus sebagai berikut:

( ∑ Y i )( ∑ X 2 )−( ∑ X i )( ∑ X i Y i )
i
a=
n ∑ X 2−( ∑ X i )2
i
n ∑ X i Y i −( ∑ X i )( ∑ Y i )
b=
∑ X 2−(∑2009;
n(Sugiyono,
i
2
X i ) 242)

4. Analisis Koefisien Korelasi

27
Analisis ini mengukur derajat keeratan hubungan antara variabel

independent dengan variabel dependent. Perhitungan ini mengisyaratkan

bahwa populasi asal sampel mempunyai dua variabel dan berdistribusi

normal.

N ∑ XY −(∑ X )(∑ Y )
r=
√ N ∑ X ²−(∑ X)² √ N ∑ Y ²−(∑ Y )²
Keterangan:

r= koefisien korelasi antara variabel X dan Y

n= ukuran sampel atau banyak data didalam sampel

X= Kualitas

Y= Harga

(Sutrisno Hadi 2009)

Dengan table interval koefisien korelasi sebagai berikut :


Table 3.3
Deskripsi Koefisien Korelasi

Interval Koefisien Tingkat Huubungan

0,00 – 0,199 Sangat Rendah

0,20 – 0,399 Rendah

0,04 – 0,599 Sedang

0,60 – 0,799

0,80 – 1,000
Sumber : Penelitian Administrasi, sugiyono, 2010.

5. Analisis Koefisien Determinasi

28
Untuk mengetahui besarnya pengaruh experential marketingterhadap

kepuasan konsumen digunakan analisa determinasi dengan rumus sebagai

berikut :

Keterangan:

KD=( r 2) x 100 %

KD = koefisien determinasi

R = koefisien korelasi , (Sugiyono, 2008:212)

6. Uji t

Uji keberartian koefisien (bi) dilakukan dengan stastistik-t. Hal ini

digunakan untuk menguji koefisien regresi secara parsial dari variable

independennya.

Jika tingkat signifikan lebih kecil dari 0.05 atau 5% maka hipotesis

yang diajukan diterima atau dikatakan signifikan, artinya secara parsial

variable bebas (X1) berpengaruh positif dan signifikan terhadap variable

dependen (Y) = hipotesis diterima, sementara jika tingkat signifikan lebih

besar dari 0,05 atau 5% maka hipotesis yang diajukan ditolak atau dikatakan

Tidak signifikan, artinya secara parsial variable bebas (X) Tidak berpengaruh

positif dan signifikan terhadap variable dependen (Y) = hipotesis ditolak.

Nilai t-hitung dapat dicari dengan rumus:


r ⍴ √ n−3
r=
√ 1−rp ²

Dimana : r⍴ = korelasi parsial yang ditentukan

29
N = jumlah sampel
t = t hitung yang selanjutnya di konsultasikan dengan t tabel.

(Sugiyono, 2008 : 226)

Jika t-hitung > t-table maka H0 ditolak; dan

Jika t-hitung< t-table, maka H0 diterima.

30
DAFTAR PUSTAKA

Aksom dan Ridwan, 2013 Rumus dan Data Dalam Analisis Statistika.
Bandung :Alfabeta.

Bob Sabra,2009. Marketing Associate, Jakarta Gramedia Pustaka Utama

BPS, 2008. Produksi Bawang Merah Menurun pada Sektor Pertanian Terhadap
PDB Nasional,. BPS. Jakarta. ... 3 – Juni 2008: 342 -351.
Universitas.

BAPENNAS,2017. Analisis Hasil Sensus Pertanian 2017, 4.43 Luas Panen,


Produksi Dan Produktivitas Bawang Merah, 2010-2017...... 242.

Buchari Alma,. 2005. Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa. Cetakan. 5.


Bandung: CV Alfabeta.

Cynthia Violita Wijaya, 2017, Pengaruh Harga, kualitas pelayanan dan kualitas
produk terhadap kepuasaan konsumen depot medium masakan
khas bu rudy,

Deni Kristian Pengaruh kualitas produk dan harga terhadapKeputusan pembelian


sepeda motor Honda Pada mahasiswa Kampus 1 universitas kristen
krida wacana.Jurnal.

El Helaly dan SS Karam, 2012. identified mid of November as the best planting
date for onion

Sofjan Asswadi, 2013. Manajemen Pemasaran. Jakarta : Rajawali Pers.

Greemand D.AG.Gashua, 2014. Ditjen Hortikultura, Kementerian Pertanian


(Kementan), ... 2013 : 1.010.773 ton;

Ghajali, 2005, Aplikasi Analisis Multivariate dengan SPSS. Semarang: Badan


Penerbit UNDIP. Hadiyati,

Iso ,2009, Sistem Manajemen Mutu, Ditjen Hortikultura, Kementerian Pertanian


(Kementan),

Kolter dan Amstrong, 2012, Manajemen Pemasaran. Edisi 12. Jakarta: Erlangga.

Kolter, 2009, Manajemen Pemasaran. Jilid I. Edisi ke 13 Jakarta: Erlangga.

Moleong, 2007, Metodologi Penelitian Kualitatif, Penerbit PT Remaja


Rosdakarya.

31
Riduwan. 2010. Skala Pengukuran Variabel-variabel Penelitian. Bandung:
Alfabeta.

Septhani Rebeka Larosa, 2011, Analisis pengaruh harga, kualitas produk, dan
Lokasi terhadap keputusan pembelian (studi kasus pada warung-
warung makan di sekitar simpang Lima semarang).

Sinaga, Shihab dan Syarfuan (2013). “Pengaruh Experiential Marketing


Terhadap KepuasanKonsumenStudi Kasus Pada Cinema XXI Imax
Gandaria City”, Jakarta: Jurnal Manajemen dan Bisnis.

Sugiyono, 2008. Metode Penelitian Kunatitatif Kualitatif dan R&D. Bandung.


Alfabeta.

2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung:


Alfabeta.

Soeprihanto, 2010. Pengantar Bisnis (Dasar-dasar. . Jakarta: Gramedia Pustaka


Utama.

Stato, 2007, tekanan ke bawah terhadap harga Jakarta. Badan Pusat ...

Sutrisno Hadi, ,2009. Manajemen Sumber Daya Manusia Edisi pertama. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group.

32
DAFTAR KUISIONER

Lampiran I ; Kuisioner

Nama :……………………

Jenis kelamin : a. Laki-laki b. Perempuan

Umur : a. 20-25 b. 25-30 c. 31-35 d. >35

Alamat :…………………….

Pililah salah satu jawaban yang paling tepat dari pilihan yang sesuai dengan

kondisi, tiap jawaban memiliki skor sebagai berikut :

a. Sangat Setuju :5

b. Setuju :4

c. Netral :3

d. Tidak Setuju :2

e. Sangat tidak setuju : 1

Pengaruh Kualitas terhadap peningkatan atau penurunan harga bawang


merah di Kecamatan woha Kabupaten Bima.

A. Kualitas Bawang Merah


NO. PERNYATAAN/PERTANYAAN SS S N TS STS

1 Bawang yang baik adalah

yang mempunyai kualitas

yang baik

2 Panen bawang yang

berkualitas harus rata-rata

60 hari

33
3 Bawang yang berkualitas

adalah bawang yang

mempunyai biji yang besar

4 Petani harus memberikan

pupuk yang lebih agar

bawang bisa berkualitas

5 Perawatan terhadap

tumbuhan bawang harus

intensif

6 Bawang berkualitas

tergantung dari pada

struktur tanahnya

7 Bawang yang berkualitas

adalah bawang yang sedikit

menggunakan obat zat kimia

8 Kualita bawang di suatu

daerah sungguh tergantung

dari cara merawat

9 Anda Menilai Banyak

bawang itu tidak berkualitas

10 Menentukan kualitas

bawang tergantung dari

berat bawang.

34
B. Fluktuasi Harga Bawang

NO. PERNYATAAN/PERTANYAAN SS S N TS STS

1 Harga bawang merah tergantung

dari pada Manfaat bawang

Merah bagi konsumsi rumah

tangga.

2 Kesesuaian harga bawang

merah tergantung pada kualitas

bawang merah.

3 Harga bawang merah sesuai

dengan daya beli konsumen

4 Harga bawang merah tergantung

pada daya saing harga.

5 Ketika panen harga jual bawang

merah sama dengan harga bibit

awal.

35
ANALISIS PENGARUH KETIDAK KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP
PERILAKU PERPINDAHAN MEREK PADA KONSUMEN SABUN
CAIR LUX ( STUDI PADA MAHASISWA STIE BIMA)

PROPOSAL PENELITIAN

Diajukan untuk memenuhi dan melengkapi salah satu persyaratan untuk


memperoleh gelar sarjana

Disusun Oleh:

FIFI ANDRIANI
NIM.15.01.0223/M

JURUSAN MANAJEMEN PEMASARAN


SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI (STIE) BIMA
TAHUN 2019

36
HALAMAN PENGESAHAN

JUDUL :ANALISIS PENGARUH KETIDAK KEPUASAN


KONSUMEN TERHADAP PERILAKU PERPINDAHAN
MEREK PADA KONSUMEN SABUN CAIR LUX
( STUDI PADA MAHASISWA STIE BIMA
NAMA : FIFI ANDRIANI
NIM : 15.01.0223/M
PROGRAM STUDI : MANAJEMEN\
JURUSAN : PEMASARAN

Menyetujui:

Pembimbing I Pembimbing II

Irma Mardian, M.Si KARTIN APRIYANTI, M.Pd


NIDN.0828018201 NIDN.0828018201

Mengetahui
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Bima
Program Studi Manajemen

MUHAJIRIN, SE.,MM
NIDN. 0822038502

iiii
37
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL.............................................................................. i

HALAMAN PERSETUJUAN.................................................................. ii

KATA PENGANTAR............................................................................. iii

DAFTAR ISI........................................................................................... iv

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar belakang masalah............................................................. 1


B. Identifikasi masalah.................................................................... 3
C. Rumusan masalah..................................................................... 3
D. Tujuan penelitian ....................................................................... 3
E. Asumsi Penelitian....................................................................... 4
F. Definisi Operasional Variabel .................................................... 4
BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Pustaka............................................................................. 5
B. Analisis Kritis .............................................................................. 12
C. Kerangka Pikir............................................................................. 14
D. Hipotesis...................................................................................... 15
E. Instrumen Indikator...................................................................... 15

BAB III METODE DAN JENIS PENELITIAN

A. Metode Dan Jenis penelitian...................................................... 17


B. Jenis dan sumber Data penelitian.............................................. 19
C. Metode pengumpulan data........................................................ 19
D. Tehnik Analisa Data................................................................... 20
Daftar pustaka........................................................................................ 23

DA

v
38
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian..................................................... 16

vi
39
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Instrumen Indikator.................................................................. 18

vii
40
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan

karunia-Nya sehingga penyusunan proposal skripsi dengan judul : PERSEPSI

KONSUMEN TERHADAP KUALITAS DAN HARGA BAWANG MERAH DI

KECAMATAN WOHA KABUPATEN BIMA.

ini dapat diselesaikan. Skripsiini disusun sebagai salah satu syarat untuk

melaksanakan penelitian guna mendapatkan gelar Sarjana Ekonomi pada

Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Bima.

Terlepas dari segala keterbatasan manusia sebagai makhluk yang lemah

berkenaan dengan itu penulis patut mengemukakan bahwa penyelesaian skripsi

ini tidak mungkin tercapai tanpa bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu,

perkenankanlah penulis mengkhaturkan terima kasih dan penghargaan yang

setinggi-tingginya kepada yang terhormat :

1. Bapak Firdaus, M.M, selaku ketua Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Bima

yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melaksanakan penelitian

dan menyediakan sarana dan prasarana yang menunjang terselesainya stud

ipenulis

2. Bapak Muhajirin, SE.,MM selaku Ketua jurusan Manajemen Pemasaran telah

membantu penulis dalam penyelesaian studi di (STIE) Bima

3. Ibu Sri Ernawati, MM selaku pembimbing I yang telah membimbing dan

meluangkan waktunya untuk membantu dan membimbing penulis dalam

penyelesaian Proposal skripsi ini.

iii
41
4. Bapak Irama Mardian, M.Si, selaku pembimbing II yang telah meluangkan

waktu, tenaga dan pikiran guna membimbing penulis dan memperbaiki skripsi

ini, sehingga dapat diselesaikan dengan waktu yang diharapkan.

5. Bapak dan Ibu Dosen yang telah memberikan masukkan-masukkan dalam

menyusun skripsi ini serta yang telah mendidik penulis hingga menjadi

seorang yang bergelar sarjana strata satu (S-1)

6. Kedua orang tuaku tercinta yang telah berjuang dengan penuh kesabaran,

sehingga penulis mendapatkan gelar sarjana, kakak dan adikku yang telah

banyak membantu dan memberikan bantuan baik secara moril maupun

materi.

7. Sahabat-sahabatku yang tidak dapat kusebutkan satu persatu yang telah

tulus dan ikhlas memberikan do’a dan dorongan semangat hingga penulis

dapat menyelesaikan studi di STIE Bima

Akhir kata kepada semua pihak yang telah tersebut di atas sekali lagi saya

ucapkan terima kasih semoga penulisan ini dan semua bentuk bantuan yang

telah diberikan hingga selesainya skripsi ini, dan menjadi amal kebajikan yang

akan memperoleh balasan yang lebih dari Tuhan Yang Maha Esa.Amin Ya

Rabbal Alamin....!!

Bima, Januari 2019

Penulis

iv
42
43

Anda mungkin juga menyukai