Latar Belakang
signifikan, Negara Indonesia merupakan salah satu pangsa pasar produk kosmetik atau
kecantikan yang cukup potensial sehingga usaha ini menjanjikan bagi produsen yang ingin
mengembangkannya, Dirjen Industri Kimia Tekstil dan Aneka (IKTA). Artikel yang ditulis
penjualan industri kosmetik dan skincare didorong oleh permintaan pasar yang meningkat.
(19/7). Kemenperin mencatat, pada tahun 2017 industri kosmetik dan skincare nasional
berkembang mencapai 6,35% dan naik menjadi 7,36% di triwulan I/2018. Industri kosmetik
di dalam negeri yang semakin bertambah sebanyak 153 perusahaan pada tahun 2017,
sehingga total perusahaan kosmetik saat ini mencapai lebih dari 760 perusahaan. Berdasarkan
total tersebut, sebanyak 95% industri kosmetik nasional merupakan sektor industri kecil dan
Produk Kosmetik adalah bahan atau sediaan yang dimaksudkan untuk digunakan pada
bagian luar tubuh manusia (epidermis, rambut, kuku, bibir, dan organ genetal bagian luar),
atau gigi dan membran mukosa mulut, terutama untuk membersihkan, mewangikan,
mengubah penampilan, dan atau memperbaiki bau badan atau melindungi atau memelihara
tubuh pada kondisi baik. Berdasarkan penggolongannya, kosmetik dibagi menjadi 2 golongan
utama yaitu kosmetika perawatan kulit (skin care) dan kosmetika dekoratif (tata rias/
makeup) (Nurrohmah, S., Zaini, O. K., Yudha, A. P., & Purbasari, D. M. 2021).
Produk skincare pada saat ini dipandang sebagai salah satu kebutuhan utama yang
harus dipenuhi. Bukan hanya membuat penampilan menarik saja, akan tetapi yang terpenting
adalah menciptakan kulit yang sehat. Di Indonesia terdapat berbagai macam produk
kecantikan yang beraneka ragam, pada saat ini produk kecantikan telah berkembang
sedemikian rupa mengikuti perkembangan zaman. Kecantikan merupakan hal yang sangat
diinginkan dan menjadi idaman oleh semua wanita (Mardiana, 2020). Perusahaan produk
kecantikan saling bersaing memberikan inovasi yang dibutuhkan dan diinginkan oleh para
untuk merancang strategi yang tepat dan kreatif agar mencapai tujuannya. Salah satu strategi
dalam menyampaikan promosi dan menarik perhatian konsumen adalah melalui periklanan
dengan menggunakan selebriti sebagai brand ambassador, electronic word of mouth (eWOM)
dan citra merek. Sebelum konsumen melakukan pembelian suatu produk atau jasa, konsumen
akan mencari informasi mengenai produk atau jasa tersebut yang akhirnya akan menciptakan
Skin care adalah produk perawatan kulit yang memiliki tujuan mulai dari
Prussia, Pennsylvania, Erum Ilyas mengatakan, seseorang yang rutin menggunakan skincare
akan membuat kulitnya tetap sehat dan terawat dengan baik. Kondisi tersebut juga dapat
berdampak pada kesehatan fisik maupun mental. Berbagai macam merk produk-produk
skincare yang dikategorikan dari berbagai kegunaan dan fungsi dapat membingungkan
sebagian orang. Maka selanjutnya, orang akan mencari review dari orang lain sebagai
The Originote merupakan salah satu produk kecantikan brand lokal Indonesia. The
Originote ini sendiri sudah diproduksi dan dipasarkan sejak tahun 2018. Hanya saja
nama The Originote baru naik daun, setelah salah satu video review produk ini viral. Semua
produk The Originote halal dan sudah bersertifikat dari BPOM. Produk The Originote terus
melakukan inovasi untuk menjaga kualitas dan kemajuan produknya. Harga yang
ditawarkan dari setiap produk The Originote sangat terjangkaudi semua kalangan baik
remaja ataupun dewasa. Produk The Originote juga memiliki harga yang jauh dari
harga pasaran skincare pada umumnya. Dengan adanya pake bundle membuat produk yang
dijual semakin murah. The Originote tidak memiliki store khusus. Secara official di jual
hanya dibeberapa platfrom sama seperti tiktok shop dan shopee. Produk The Originote
mungkin dapat ditemukan di toko makeup yang menjual produk-produk terbaru karena tidak
semua toko makeup menjual produk The Originote. Promosi yang dilakukan oleh produk The
Originote sangatlah tepat pada masa sekarang. Dimana saat ini banyak kalangan yang
memperoleh akses internet. Fenomena maraknya pengguna media sosial di smartphone juga
menambah ramainya pengguna internet. Banyaknya informasi yang masuk dari internet ini
harus dipahami dan disaring dengan bijak agar berdampak baik bagi kehidupan. Salah satu
platform yang mewadahi informasi-informasi ini adalah media social Tiktok. Tiktok menjadi
salah satu aplikasi yang popular di seluruh duia. Aplikasi video ini sukses menyita perhatian
banyak orang, terutama anak muda karena tampilan serta fitur-fitur menarik yang ditawarkan.
Berdasarkan laporan We Are Social, Tiktok memiliki 1,4 miliar pengguna aktif bulanan
berusia diatas 18 tahun secara global hingga kuartal I/2022. Jumlah ini meningkat 15,34%
dibandingkan pada kuartal sebelumya yang hanya sebanyak 1,2 miliar. Untuk Negara
Indonesia menduduki peringkat kedua setelah Amerika Serikat sebahai pengguna aktif
terbanyak. Jumlahnya tercatat sebanyak 99,1 juta orang. Pengguna Tiktok di Indonesia rata-
konsumen untuk berbagi pesan teks, gambar, maupun video informasi dengan orang lain atau
perusahaan. Platform ini sebagai sosial media marketing dan dianggap sebagai tempat terbaik
dalam kemudahan untuk dapat terhubung dengan dengan follower dan non-followers. Salah
satu usaha yang menggunakan media sosial menjadi tempat menawarkan produknya ialah
penyebaran word of mouth yang semula dalam lingkup terbatas menjadi tidak terbatas dalam
komunikasi tatap muka. Hal tersebut dapat dilihat dalam fenomena saat ini dengan
munculnya konten review produk kecantikan mengenai kelebihan dan kekurangan produk
tersebut secara sukarela. Review online tersebut adalah solusi untuk membentuk komunikasi
electronic word of mouth (e-wom), dikarenakan persepsi dalam benak orang akan terbentuk
setelah mendapatkan sebuah ulasan online. Konten review yang dibuat oleh pengguna sosial
media tersebut akan membuat khalayak menjadi mudah terpengaruh, karena dari ulasan
tersebut masyarakat menjadi lebih percaya diri pada apa yang telah dibicarakan terhadap
produk tersebut (Sen & Lerman, 2007). E-wom membawa individu untuk membawa minat
untuk membeli di dalam lingkupan yang lebih luas tidak hanya kepada individu yang dikenal
maupun orang yang tidak dikenal juga dengan bersama memperbanyak referensi dan
informasi mengenai barang yang diinginkan (Tariq et al., 2017). E-wom mendorong
dorongan memperoleh informasi secara kolektif suatu produk yang didambakan dengan
harapan meningkatkan minat untuk membeli (Hennig-Thurau et al., 2004), hal tersebut
ditegaskan oleh (Jalilvand & Samiei, 2012) bahwa e-wom berpengaruh terhadap
meningkatnya minat beli yang berupa pernyataan positif terhadap produk atau jasa yang
dapat diakses oleh banyak orang melalui internet atau media social. Pernyataan pengaruh
positif korelasi e-wom dengan minat beli tersebut selaras dan didukung dengan penelitian
yang telah dilakukan (Saleem & Ellahi, 2017) dan (Torlak et al., 2014).
E-wom dapat dijadikan alternatif dalam membentuk citra merek yang baik, dikarenakan
internet mampu menjadi media penyebaran pemahaman produk (Jansen et al., 2009). persepsi
atas suatu produk tersebut dapat dinilai tergantung dari penilaian konsumen apakah
cenderung mengarah ke positif atau negative. Merek mampu menjadi pembeda antara produk
pesaing, tanpa adanya merek yang kuat maka produk tidak akan dikenal oleh masyarakat
luas. Jika merek tidak dikenal, maka akan mengakibatkan kerugian bagi pihak perusahaan.
Cara yang dapat digunakan agar merek mudah melekat atau diingat dalam benak konsumen
yaitu dengan meningkatkan kualitas dari merek tersebut. Jika memiliki Kualitas yang bagus
maka merek tersebut akan menarik perhatian konsumen dan dapat menciptakan kesan positif
bagi para konsumen. Konsumen beranggapan bahwa merek dapat memberikan nilai tambah
bagi mereka.
Apabila e-wom dinilai memberikan pengaruh positif, maka produk tersebut akan
memiliki citra merek yang baik, begitu juga sebaliknya jika E-WOM dinilai memberikan
pengaruh negatif maka produk tersebut akan memiliki citra merek yang buruk (Jalilvand &
Samiei, 2012). Pernyataan tersebut didukung dengan penelitian yang telah dilakukan oleh
(Luong et al., 2017) dan (Ardana & Rastini, 2018). Citra merek sangat Dibutuhkan
perusahaan sebagai fasilitas pengaruh untuk memicu rangsangan minat calon pembeli (Malik
et al., 2013), (Sopiah et al., 2021) memaparkan citra merek adalah ingatan di benak
konsumen mengenai positif atau negatif sebuah merek produk. Sebuah merek tidak terlepas
dari produk dan jasa. Saat ini terdapat fenomena imitasi produk dan jasa, namun dengan
adanya pemahaman citra merek yang telah tertanam di pikiran khalayak hal tersebut dapat
bermanfaat sebagai pembeda dalam membeli dengan produk dan jasa lainnya. (Ong, 2013)
juga menegaskan bahwa citra positif dari merek mampu membuat meningkatnya minat untuk
membeli. Pernyataan tersebut selaras sekaligus didukung oleh penelitian yang telah dilakukan
oleh (Bhakar et al., 2013) dan (Yunus et al., 2016). Produk yang memiliki Citra merek yang
positif berdampak positif terhadap minat beli. Penilaian e-wom konsumen yang positif atas
sebuah komoditas membawa pengaruh yang sepadan dengan meningkatnya citra atas suatu
produk dan berimbas dengan semakin meningkatnya minat beli konsumen (Malik et al.,
2013). Pernyataan tersebut juga sesuai dengan hasil penelitian (Bataineh, 2015), dan (Ahmad
Perilaku konsumen selalu dipengaruhi oleh sejumlah rangsangan yang muncul dari
karakteristik pribadi konsumen sebagai motivasi yang menggambarkan minat konsumen pada
produk. Menurut Durianto (2013) mengungkapkan bahwa minat beli adalah keinginan untuk
memiliki produk, minat beli akan timbul apabila seseorang konsumen sudah terpengaruh
terhadap mutu dan kualitas dari suatu produk, informasi seputar produk seperti: harga, cara
membeli dan kelemahan serta keunggulan produk dibanding brand lain. Berdasarkan
pendapat ahli di atas dapat dikatakan bahwa minat beli tersebut timbul dari dalam diri
seorang konsumen yang terpengaruh dari ulasan produk tersebut. Selain itu ada faktorfaktor
lain yang mempengaruhi minat beli seorang konsumen yaitu: kualitas produk, citra merek,
Landasan Teori
kunci jaringan sosial adalah word of mouth (WOM) serta jumlah dan sifat
percakapan dan komunikasi antara berbagai pihak (Kotler & Keller, 2016).
Menurut Alexandrov et al., (2013), WOM bertujuan sebagai motivasi atau bahan
untuk mendapat manfaat sosial dari berbagi pengalaman. Ismagilova et al., (2017)
informasi baik positif maupun negatif antara para pelanggan potensial, pelanggan
aktif, dan mantan pelanggan terkait dengan produk, pelayanan, merek, maupun
perusahaan yang tersedia untuk banyak orang melalui internet. Definisi tersebut
hingga seluruh dunia. Maka, penyebaran informasi melalui media sosial dapat
terbatas ruang dan waktu, apalagi jejaring sosial memungkinkan konsumen untuk
word of mouth (eWOM) adalah pernyataan positif atau negatif yang dibuat oleh
pelanggan potensial, pelanggan aktual dan mantan pelanggan tentang produk atau
sebuah produk dan bahkan dapat membentuk komunitas atau group online untuk
konsumen yang menyukai merek yang digunakan (Kaplan dan Haenlein, 2010).
suatu interaksi social secara elektronik yang akan mendorong terjadinya electronic
bertukar informasi, ada informasi yang jelas sumbernya dan ada juga diantaranya
berupa tulisan. Banyak orang yang menggunakan media online dengan tujuan
untuk berbagi pengalaman mereka sendiri terhadap suatu merek, produk, ataupun
layanan yang sudah pernah mereka rasakan sendiri sehingga orang lain juga dapat
terhadap sesuatu barang atau jasa (Evans dan McKee, 2010). Dalam sistem
tinggi, dengan kata lain konsumen memiliki peran aktif yang lebih tinggi dalam
siklus rantai nilai sehingga konsumen mampu mempengaruhi produk dan harga
Oleh karena itu, e-WOM menjadi sumber informasi produk dan review yang
penting bagi konsumen (Zhange Ge, 2016). Pada pemasaran, seorang pemasar
dapat mempelajari banyak hal dengan menganalisis pola loyalitas konsumen. Hal
itu harus dimulai dengan mempelajari pelanggan setianya sendiri. Pelanggan yang
sangat loyal merupakan sebuah aset yang nyata bagi perusahaan. Mereka sering
mempromosikan merek melalui kata-kata pribadi dari mulut ke mulut (WOM) dan
media sosial (e-WOM). Maka dari itu, dibandingkan hanya melakukan promosi
image dan brand awareness pada pelanggan potensial (Kotler & Armstrong,
1) Intensity
intensitas, diantaranya:
2) Positive Valence
3) Negative Valence
jejaring sosial.
4) Content
Konten merupakan sebuah informasi tertentu yang disampaikan
melalui situs jejaring sosial terkait dengan suatu produk atau jasa.
b) Informasi kualitas.
c) Informasi harga.
b. Citra Merek
sepanjang waktu, sebagai hasil pengalaman langsung maupun tidak langsung atas
Association, merek adalah cara membedakan sebuah nama atau simbol (logo,
trademark, atau kemasan) yang dimaksud untuk mengidentifikasi barang atau jasa
dari satu produsen atau satu kelompok produsen dan untuk membedakan barang
atau jasa itu dari produsen pesaing sehingga dengan adanya perbedaan tersebut
konsumen akan lebih mudah memilih dan mimilah produk atau jasa yang
asosiasi yang ada di ingatan para konsumen. Penawaran dan citra dari perusahaan
dirancang supaya bisa mendapatkan tempat khusus dengan sasaran pikiran target
pasar yang bertujuan untuk menempatkan sebuah merek dalam memori konsumen
agar mengoptimalkan manfaat potensial bagi sebuah perusahaan. Oleh sebab itu,
positioning merek yang baik dapat membantu strategi pemasaran dengan cara
(Kotler dan Keller, 2016). Kotler dan Armstrong (2018) menyatakan bahwa citra
merek dapat dibentuk melalui keyakinan dan sikap. Keyakinan merupakan sebuah
Pemasar tertarik pada keyakinan ini karena hal tersebut yang nantinya membentuk
citra produk dan merek sehingga dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam
(2018), citra perusahaan atau merek harus dapat menyampaikan manfaat dan
pemosisian produk yang khas. Oleh karena itu, citra merek merupakan hal yang
penting untuk di jaga dan di perbaiki secara terus menerus, karena citra dari
diperoleh melalui kepuasan konsumen, sebab konsumen yang puas selain akan
dengan hanya menggunakan beberapa iklan. Oleh karena itu, pengembangan citra
yang kuat harus dilakukan dengan kerja keras. Salah satu strategi dalam
tepat di benak pelanggan. Semakin tepat posisinya maka akan semakin kompetitif,
sehingga perlu diketahui brand value nya. Positioning dan brand value juga perlu
didukung dengan konsep yang tepat agar citra merek atau brand image dapat
pembentuk citra merek yang terdiri dari: Corporate image, User image, dan
disimpulkan bahwa citra merek terutama citra yang kuat dan positif sangat penting
bagi perusahaan untuk menarik minat konsumen terhadap produk yang kita
1) Brand Identity
dari produk lain. Hal ini bisa dilihat dari logo, warna, kemasan, dan
lain-lain.
2) Brand Personality
merek dengan konsumen. Sikap dan perilaku yang baik dan positif
c. Minat Beli
Menurut (Wu et al., 2011, dalam Faryabi et al., 2012), minat beli
membeli suatu produk tertentu yang dilihatnya. Selain itu, minat beli
produk atau jasa tertentu di masa depan. Minat beli konsumen adalah sebuah
mengonsumsi atau bahkan menginginkan suatu produk (Kotler, 2016: 181). Dapat
perusahaan, hal ini bisa terjadi karena melihat bahwa proses pembelian salah
satunya bisa diawali dari minat kemudian muncul dorongan dan melakukan
pembelian.
tersembunyi dalam benak konsumen. Oleh sebab itu, minat beli konsumen selalu
tersimpan dalam tiap diri individu yang mana tak seorang pun bisa tahu apa yang
suatu produk.
Indikator minat beli menurut Pradipta dan Purwanto (dalam Manuarang &
Mawardi, 2018):
1) Awareness (kesadaran)
membeli produk.
5)
2.4 Hipotesis
Penelitian telah dilakukan oleh peneliti terdahulu, tentang pengaruh e-WOM (X1)
terhadap Minat Beli (Y). Agatha et al. (2019) menunjukkan bahwa variabel e-WOM secara
parsial berpengaruh signifikan terhadap minat beli konsumen, Kuswibowo & Murti (2021)
menunjukkan bahwa variabel e-WOM berpengaruh positif terhadap minat beli, serta
Ramadhan (2022) menunjukkan bahwa variabel eWOM secara parsial memiliki pengaruh
yang positif terhadap minat beli. Berdasarkan hal tersebut, maka dapat dirumuskan hipotesis
sebagai berikut.
H1 : Diduga Electronic Word of Mouth secara parsial berpengaruh signifikan terhadap Minat
Beli.
Cheung dan Lee (2012) dalam penelitiannya menemukan bahwa eWOM memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap minat beli konsumen. Penelitian yang dilakukan pada
sebuah forum diskusi online tersebut menyatakan bahwa eWOM berpengaruh sebesar 20%
terhadap minat beli dengan indikator yang berbeda. Senada dengan hal tersebut Jalilvand
(2012) dan Riyandika (2013) memperoleh hasil yang sama yaitu eWOM memiliki pengaruh
baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap minat beli konsumen. Bahkan dalam
penelitian Riyandika terdapat pengaruh sebesar 50% antara eWOM terhadap minat beli.
H2 : Diduga Citra Merek secara parsial berpengaruh signifikan terhadap Minat Beli
Penelitian Wongso dan Mulyandi (2019) tentang Pengaruh e-WOM (X1) dan Brand
Image (X2) terhadap Minat Beli (Y) menjelaskan bahwa e-WOM dan Brand Image secara
bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap Minat Beli. Selain itu, Pengaruh Citra Merek
(X2) terhadap Minat Beli (Y) juga telah diteliti oleh Akbar (2017) menunjukkan bahwa
variabel Citra Merek memiliki pengaruh yang signifikan terhadap minat pembelian.
H3 : Diduga Electronic Word of Mouth dan Citra Merek secara parsial berpengaruh
Penelitian Darmawan et al. (2022) juga menunjukkan bahwa e-WOM dan Citra
3. METODE PENELITIAN
Pada penelitian ini akan dibahas seberapa besar pengaruh variabel bebas Electronic Word of
Mouth (X1) dan Citra Merek (X2) terhadap variabel terikat Minat Beli (Y). Jenis penelitian
yang digunakan adalah bentuk penelitian kuantitatif. Metode kuantitatif adalah metode
penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada
analisis bersifat kuantitatif dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan
(Sugiyono, 2017). Peneliti memakai metode pengambilan sampel non probability dengan
3.2 Populasi
Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang memiliki
kuantitas dan karakteristik tertentu (Sugiyono, 2017). Populasi yang digunakan pada
penelitian ini adalah konsumen yang berminat membeli, pernah menggunakan atau pernah
melakukan pembelian produk The Originote di platform Tiktok. Populasi ini tidak terbatas
luasnya dan tidak dapat dihitung jumlah dan besarnya secara pasti.
Sampel merupakan karakteristik bagian dari jumlah yang dimiliki oleh populasi
sampling dengan cara purposive sampling. Teknik ini digunakan karena sampel memiliki
kriteria-kriteria tertentu yang disyaratkan (Cooper & Schindler, 2014). Selain itu, cara
snowball sampling juga digunakan. Teknik ini merupakan teknik pengambilan sampel yang
banyak (Sugiyono, 2017). Pada penelitian ini penentuan kriteria antara lain wanita/pria diatas
18 tahun yang menggunakan atau pernah melakukan pembelian produk The Originote dari
media platform Tiktok, hal ini karena wanita/pria yang memiliki umur diatas 18 tahun
karena populasi dalam penelitian ini jumlahnya tidak terbatas, maka ukuran jumlah sampel
ditentukan dengan rules of thumb dari Hair et al. (2014) yang menyatakan bahwa kecukupan
jumlah sampel yang disyaratkan agar dapat melakukan analisis regresi sekurangnya 50
responden, dan akan semakin baik jika lebih dari 100 responden.
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan sekunder.
a. Data primer
Sumber data penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumber aslinya yang
berupa wawancara, jajak pendapat dari individu atau kelompok (orang) maupun hasil
b. Data sekunder
Sumber data penelitian yang diperoleh melalui media perantara atau secara tidak
langsung yang berupa buku, catatan, bukti yang telah ada, atau arsip baik yang
a. Data primer
Pada penelitian ini, data primer diperoleh melalui penyebaran kuesioner kepada
sampel yaitu wanita/pria yang memiliki umur diatas 18 tahun yang dan pernah
membeli produk The Originote di media platform Tiktok. Hal ini dimaksudkan untuk
mendapatkan data yang mencakup pendapat dan persepsi konsumen terhadap minat
beli produk The Originote yang berkaitan dengan e-WOM dan Citra Merek.
b. Data sekunder
Pada penelitian ini, data sekunder diperoleh dari berbagai sumber tertulis seperti
penelitian terdahulu, buku, jurnal, artikel, dan website yang masih relevan untuk
terakhir. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan data terkait dengan profil perusahaan,
visi dan misi perusahaan, produk yang dikeluarkan perusahaan, serta hasil penelitian
a. Data primer
Metode pengumpulan data adalah metode survei yang dilakukan dengan menyebar
kuesioner online, yaitu data yang dikumpulkan dengan menyebarkan kuesioner melalui
alat elektronik responden dan diisi sendiri oleh responden (Cooper & Schindler, 2014).
Kuesioner disebarkan kepada wanita/pria yang memiliki umur diatas 18 tahun dan
mempunyai akun social media Tiktok dengan total 100 responden. Penyebaran kuesioner
dilakukan dengan mengunakan skala Likert (1-5) yang mempunyai 5 tingkat preferensi
3 = Netral (N)
4 = Setuju (S)
c. Data sekunder
dokumen di mana peneliti tidak secara langsung mengambil data sendiri tetapi
meneliti dan memanfaatkan data atau dokumen yang dihasilkan oleh pihak-pihak lain.
Data tersebut didapatkan dari studi pustaka, media massa, dan penelitian terdahulu.
Menurut Sugiyono (2017), variabel merupakan atribut, sifat, atau nilai dari orang,
objek, atau kegiatan tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik
sebagai berikut.
a. Uji validitas
Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner. Suatu
kuesioner dikatakan valid jika pernyataan pada kuesioner mampu mengungkapkan sesuatu
yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Uji validitas diukur dengan metode Bivariate, yang
mana hasil signifikansi dengan koefisien kurang dari 0,05 menunjukkan bahwa indikator
valid. Jika r hitung lebih besar dari r tabel dan nilainya positif maka instrument atau variabel
b. Uji reliabilitas
Uji reliabilitas yaitu alat untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari
variabel atau konstruk. Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang
terhadap pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Uji reliabilitas diukur
dengan metode Cronbach Alpha, yang mana uji signifikansi reliabilitas mengacu nilai
minimum secara umum 0,60 yaitu jika hasil Cronbach Alpha minimum 0,60 maka dinyatakan
1) Uji normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi, variabel pengganggu
atau residual memiliki distribusi normal. Jika asumsi ini dilanggar maka uji statistic menjadi
tidak valid untuk jumlah sampel kecil. Nilai signifikansi > 0,05 dinyatakan bahwa data
terdistribusi normal. Pengujian juga dapat dilakukan dengan melihat penyebaran data (titik)
pada sumbu diagonal dari grafik Normal P-P Plot, dasar pengambilan keputusannya adalah
jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti garis diagonal maka model regresi
memenuhi asumsi normalitas. Jika data menyebar jauh dari regresi atau tidak mengikuti arah
2) Uji multikolinieritas
adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak
terjadi korelasi di antara variabel independen. Jika variabel independen saling berkorelasi,
maka variabel-variabel ini tidak orthogonal. Variabel orthogonal adalah variabel independen
yang nilai korelasi antar sesama variabel independen sama dengan nol. Pada uji
multikolinieritas, nilai Tolerance > 0,10 dan nilai Variance Inflation Factor (VIF) < 10.
3) Uji heteroskedastisitas
ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Jika variance
Teknik analisis data yang digunakan yaitu regresi linier berganda dan alat penelitiannya
menggunakan SPSS 22. Regresi linier berganda pada dasarnya merupakan perluasan dari
regresi linier sederhana, yaitu dengan menambah jumlah variabel bebas yang sebelumnya
hanya satu menjadi dua atau lebih. Regresi linier berganda bertujuan untuk menganalisa
hubungan antara satu atau lebih variabel independen terhadap variabel dependen dengan
rumus:
Y = a + b1X1 + b2X2 + e
Keterangan:
Y = Minat Beli
a = Konstanta
X1 = e-WOM
X2 = Citra Merek
Uji signifikansi ini digunakan untuk menganalisis apakah variabel independen secara
bersama-sama dapat memprediksi variabel dependen. Jenis data minimal skala interval.
Syarat untuk melakukan uji ini harus lolos uji asumsi klasik.
Langkah-langkah:
1) Membuat hipotesis
Pertama, berdasarkan nilai signifikasi. Jika signifikansi < 0,05 maka hipotesis
Kedua, berdasarkan perbandingan nilai F hitung dengan F tabel. Jika F hitung > F
tabel maka hipotesis diterima. Namun jika F hitung < F tabel maka hipotesis
ditolak.
5) Pengambilan Kesimpulan
antara variabel e-WOM (X1) dan Brand Image (X2) terhadap Minat Beli (Y). Ha
diterima dan Ho ditolak, berarti ada pengaruh secara bersamasama antara variabel
e-WOM (X1) dan Brand Image (X2) terhadap Minat Beli (Y).
independen secara individu dapat memprediksi variabel dependen. Jenis data minimal
skala interval. Syarat untuk melakukan uji ini juga harus lolos uji asumsi klasik.
Langkah-langkah:
1) Membuat hipotesis
Bn = Nilai Konstanta
Pertama, berdasarkan nilai signifikasi. Jika signifikansi < 0,05 maka hipotesis
diterima. Namun jika signifikansi > 0,05 maka hipotesis ditolak. Kedua,
berdasarkan perbandingan nilai t hitung dengan t tabel. Jika t hitung > t tabel
maka hipotesis diterima. Namun jika t hitung < t tabel maka hipotesis ditolak.
5) Pengambilan Keputusan
Ho diterima dan Ha ditolak, berarti tidak ada pengaruh parsial antara variabel e-
Ha diterima dan Ho ditolak, berarti ada pengaruh parsial antara variabel e-WOM
Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil