Anda di halaman 1dari 31

PENGARUH BRAND IMAGE, KUALITAS PRODUK DAN

HARGA TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN PRODUK


MAKE OVER (studi kasus pada Mahasiswi FEBI UIN Sayyid Ali
Rahmatullah Tulungagung)

PROPOSAL SKRIPSI

Oleh:

Dhea Putri Syafira


NIM. 12402183359

JURUSAN EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SAYYID ALI RAHMATULLAH
TULUNGAGUNG
AGUSTUS 2022
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang berkembang dilihat dari pasar
potensional yang memiliki pertumbuhan. Fenomena tersebut mengakibatkan
kondisi persaingan dalam dunia bisnis saat ini yang semakin ketat.
Perusahaan dituntut untuk bisa menciptakan suatu keunikan sendiri dan
diiringi penanaman citra yang positif terhadap produk yang dikeluarkan agar
dapat unggul diantara pesaingnya. Dilihat dari kondisi ekonomi dan gaya
hidup masyarakat Indonesia saat ini yang semakin cerdas dan mencari hal
baru setiap waktu, pemasar harus cerdas dalam menarik perhatian konsumen
dan mempertahankan pangsa pasar serta mengembangkannya agar dapat
menguasai market share.
Perkembangan bisnis kosmetik dewasa ini bergerak dengan cepat.
Sehingga berdampak pada persaingan bisnis kosmetik yang semakin ketat
antara satu perusahaan kosmetik dengan perusahaan lainnya. Persaingan
dilakukan secara terang-terangan, transparan sehingga dapat dirasakan oleh
lapisan masyarakat tertentu. Konsumen ditawarkan berbagai macam jenis
produk yang sama dengan kualitas, merek dan pelayanan yang berbeda-beda.
Para pelaku usaha saling bersaing untuk mendapatkan pangsa pasar. Salah
satu cara untuk memperluas pangsa pasar yaitu manajemen pemasaran yang
efektif dan efisien.
Masalah segmentasi sangat menarik terutama yang berkaitan dengan
keunggulan kompetitif (competitive advantage). Setelah melakukan
segmentasi, perusahaan harus menentukan target pasar/pasar sasaran (target
market) mana yang akan dilayani. Setelah memastikan pasar sasarannya,
perusahaan berkomitmen untuk mengalokasikan sejumlah sumber daya pada
pasar sasaran yang telah dipilih. Dalam perjalanannya, perusahaan kemudian
harus memperhatikan secara seksama dalam pasar sasarannya, mana
pelanggan yang termasuk pelanggan yang berharga dan mana pelanggan yang
kurang atau tidak berharga.1
Pemasaran telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari
kehidupan sehari-hari. Beraneka produk, jasa, dan promosi iklan. Pemasar
telah memungkinkan semuanya itu berlangsung, sebab pemasaran itu sendiri
merupakan studi dimana tentang proses pertukaran yaitu bagaimana transaksi
dimulai, dimotivasikan, dan dikonsumsikan. Sedangkan tujuan dari
pemasaran yaitu untuk memahami keinginan dan kebutuhan konsumen
sehingga produk dan jasa dapat terjual dengan sendirinya. Salah satu industri
yang menguasai pasar dosmetik dan sedang tumbuh pesat saat ini adalah
industri kosmetik yang dimana penjualan produk kosmetik dari tahun ke
tahun mengalami peningkatan.
Tingginya tingkat kebutuhan konsumen perempuan akan kosmetik
dimanfaatkan secara baik oleh para pelaku bisnis kosmetik. Peningkatan
penjualan produk kosmetik meningkat terus-menerus dari tahun ke tahun. Di
Indonesia sendiri saat ini menunjukkan peningkatan. Berdasarkan data dari
Kementrian Perindustrian, pertumbuhan pasar industri rata-rata mencapai
9,67% per tahun dalam enam tahun terakhir (2009-2015). Diperkirakan besar
pasar (market size) pasar kosmetik sebesar Rp. 46,4 trilliun ditahun 2017.
Dengan jumlah tersebut, Indonesia merupakan potensial market bagi para
pengusaha industri kecantikan baik dari dalam maupun luar negeri.2
Keputusan pembelian merupakan pemikiran yang dimana individu
atau konsumen mengevaluasi berbagai pilihan dan memutuskan sebuah
pilihan pada suatu produk. Menurut Kotler & Amstrong (2014). 3 Menjelaskan
bahwa keputusan pembelian yaitu tahap dalam suatu proses pengambilan
keputusan pembeli dimana konsumen benar-benar membeli. Menurut
Tjiptono (2012) keputusan pembelian merupakan salah satu bagian dari

1
Agus Hermawan, Komunikasi Pemasaran, (Jakarta: Erlangga, 2012), hal. 31.
2
Sigma Research, Tren dan Perilaku Pasar Kosmetik Indonesia Tahun 2017, diakses dari
http://sigmaresearch.co.id/tren-dan-perilaku-pasar-kosmetik-indonesia-tahun-2017/, pada Senin,
13 September 2021 pukul 13.00
3
https://www.hestanto.web.id/keputusan-pembelian/ diakses pada Senin, 13 September 2021
pukul 11.20 WIB.
perilaku konsumen, yang dimana konsumen mencari informasi mengenai
suatu produk atau merek tertentu dan mengevaluasi secara baik dari masing-
masing alternatif tersebut sehingga dapat memecahkan masalahnya yang
kemudian mengarah pada keputusan pembelian. Dari pengertian tersebut
dapat disimpulkan bahwa keputusan pembelian yaitu sebuah proses
pengambilan keputusan yang diawali dengan pengenalan masalah kemudian
mengevaluasi dan memutuskan suatu produk yang sesuai dengan kebutuhan.
Merek mempunyai suatu citra yang positif maka merek tersebut dapat
diingat oleh konsumen dan juga dapat mempengaruhi keputusan pembelian
oleh konsumen (Musay, 2013).4 Kesesuaian antara karakteristik konsumen
dengan karakteristik merek menjadi salah satu faktor meningkatnya
preferensi konsumen terhadap suatu merek. Kotler dan Keller (2012)
menyatakan bahwa Brand Image (citra merek) merupakan suatu kesan yang
ada di dalam benak konsumen mengenai suatu merek yang terbentuk dari
pesan dan pengalaman konsumen mengenai merek, sehingga dapat
menimbulkan suatu persepsi di dalam benak konsumen. Dengan menanamkan
persepsi yang unik di dalam suatu merek, konsumen juga dapat melihat
perbedaan satu produk dengan produk lainnya yang sejenis. Suatu merek
diciptakan agar produk tersebut dapat memiliki ciri khas tersendiri yang dapat
menimbulkan minat beli. Penempatan suatu merek dalam benak konsumen
harus dilakukan agar citra merek yang tercipta dapat menjadi semakin positif
bagi konsumen.5
Selain Brand Image ada faktor lain yang dapat mempengaruhi
keputusan pembelian yaitu kualias produk. Kualitas dari suatu produk yang
dirasakan oleh konsumen secara langsung mempengaruhi niat beli konsumen.
Pada umumnya konsumen memiliki beberapa persepsi akan kualitas dan
harga sebelum memutuskan untuk membeli suatu produk tersebut. Kualitas
produk merupakan pemenuhan kebutuhan dari penggunaan produk yang

4
Musay, F.P. 2013. Pengaruh Brand Image Terhadap Keputusan Pembelian (Survei Pada
Konsumen KFC Kawi Malang). Jurnal Administrasi Bisnis, hal 1-7.
5
Kotler, Philip & Keller, Kevin Lane. 2012. Manajemen Pemasaran Edisi 12. (Jakarta: Erlangga,
2012).
dapat meningkatkan kinerja suatu produk. Kualitas produk menunjukkan cara
perusahaan agar dapat memahami dan mengukur kebutuhan konsumen.
Menurut Kotler dan Amstrong (2012) bahwa apabila pemasar memperhatikan
kualitas, bahkan diperkuat dengan periklanan dan harga yang wajar maka
konsumen tidak akan berpikir panjang untuk melakukan pembelian terhadap
suatu produk.
Strategi lain yang dapat menjadi keputusan pembelian konsumen akan
suatu produk yaitu harga. Harga merupakan salah satu dari marketing mix
yang mempengaruhi keputusan pembelian konsumen yang paling dasar.
Ketika konsumen mengetahui informasi yang akurat mengenai suatu produk,
maka konsumen bisa membandingkan dan mencocokkan produk yang satu
dengan produk lainnya dan menentukan produk mana yang dapat
memberikan kepuasan lebih. Harga dapat mempengaruhi keputusan
pembelian dikarenakan kemampuan konsumen dalam melakukan pembelian
dengan membandingkan manfaat yang akan dia dapat dan dikarenakan
kemampuan konsumen untuk membeli suatu produk ditentukan dengan uang
yang mereka miliki.
Salah satu brand kosmetik yang menarik perhatian peneliti yaitu
produk MakeOver. Produk kosmetik MakeOver merupakan produk asli dari
Indonesia yang sering dipersepsikan sebagai produk dari luar negeri, dan
sering digunakan sebagai keperluan komersial seperti photoshoot, iklan tv
dan pada saat fashion show. Dilihat dari tampilan model yang digunakan
MakeOver seringkali menggunakan model dari luar negeri untuk
mempromosikan produk seperti Natasha Wiggerman, sehingga kebanyakan
konsumen beranggapan bahwa produk ini sebagai produk yang berkelas.
Produk MakeOver memiliki daya tarik dan kualitas tersendiri yang sudah
diakui oleh banyak orang. Pada Tabel 1.1 berikut menunjukkan beberapa
merek kosmetik yang banyak digunakan di Indonesia:
Tabel 1.1

Daftar Kosmetik yang Paling Diminati 2017

No. Kosmetik Lokal Kosmetik Asing


1. Wardah L’Oreal
2. Inez NYX
3. Make Over Maybelline
4. Sari Ayu MAC Cosmetics
5. Mustika Ratu Chanel
6. Viva Cosmetics Revlon
7. Polka Beauty Oriflame
8. PAC Estee Lauder
9. Mineral Botanica Artistry
10. Emina Clinique

Sumber: sehat-natural.com (2018)

Dari tabel 1.1 dapat dilihat bahwa Make Over merupakan salah satu
produk yang banyak digunakan oleh masyarakat Indonesia. Hal ini
dikarenakan jaminan akan kehalalan produknya, karena produk ini
dikembangkan oleh PT Paragon Technology and Innovation yang merupakan
perusahaan dari salah satu merek terkenal yang sudah dijamin kehalalan dan
kualitasnya yaitu produk Wardah. Selain itu persepsi produk yang
beranggapan produk kosmetik asing serta kualitasnya yang bagus sehingga
MakeOver sering digunakan oleh para model ataupun selebriti. Hal ini dapat
dibuktikan bahwa produk ini sering digunakan oleh model dari luar dan
sering digunakan pada acara – acara fashion show.
Salah satu event yang baru saja diikuti oleh MakeOver adalah Jakarta
Fashion Week 2018 dengan menggaet tiga desaigner berbakat Indonesia yaitu
Sean Sheila, Tities Sapoetra dan Diniira dalam koleksi Spring/Summer 2018
(tribunnnews.com). Selain itu MakeOver juga berkesempatan menjadi
official co-promotion film Beauty and The Beast yang telah tayang tanggal
17 Maret 2017 (cosmopolitan.co.id).
Brand image yang dipercaya konsumen secara umum menunjukkan
bahwa timbulnya minat beli pada produk MakeOver timbul karena konsumen
lebih mempercayai yang berkualitas tinggi. Sebagai produk kosmetik
MakeOver memiliki merek yang sudah dikenal di masyarakat karena
memiliki logo yang mudah diingat. Melalui promosi di berbagai media
sosial ataupun media lainnya, logo MakeOver sudah tidak asing lagi bagi
para netizen. Tampilan MakeOver juga terkesan modern dan dapat mengikuti
zaman yang membuat pengguna kosmetik tertarik untuk mencoba
kosmetikMakeOver. Tidak hanya tampilan ataupun logo, MakeOver juga
diakui kualitasnya.
Produk dengan kualitas yang baik sudah pasti akan menjadi sasaran
bagi para konsumen dalam memilih suatu produk. MakeOver merupakan
produk berkualitas yang dapat diandalkan oleh kaum wanita. Selain memiliki
kualitas yang bagus, MakeOver juga memiliki sertifikat yang menunjukkan
bahwa produk kosmetiknya aman dipakai bagi semua jenis kulit dan juga
memiliki daya tahan yang lama (waterproof) apabila diaplikasikan di wajah.
Harga juga menjadi salah satu alasan untuk memunculkan keputusan
pembelian konsumen terhadap produk MakeOver. MakeOver menawarkan
harga yang dapat dijangkau oleh pengguna kosmetik yang mengedepankan
kualitasnya. Dalam lingkungan digital saat ini konsumen menjadi lebih
sensitive terhadap perubahan harga. Karenanya MakeOver memiliki harga
yang berdaya saing tinggi di pasar (market). Tidak memfokuskan strategi
pada harga murah, produk MakeOver memberikan harga yang sesuai dengan
manfaatnya. Walaupun begitu MakeOver tidak terlalu mahal dan masih dapat
dijangkau oleh masyarakat.
Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian mengenai keputusan pembelian pada produk kosmetik MakeOver
yang dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu Brand Image (citra merek),
harga, dan kualitas produk. Untuk itu peneliti akan melakukan penelitian
dengan judul “Pengaruh Brand Image, Kualitas Produk, Dan Harga
Terhadap Keputusan Pembelian Produk MakeOver (studi kasus pada
Mahasiswi FEBI UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung)”.
B. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang dikemukakan
dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Apakah brand image berpengaruh terhadap keputusan pembelian produk
MakeOver pada mahasiswi FEBI UIN Sayyid Ali Rahmatullah
Tulungagung?
2. Apakah kualitas produk berpengaruh terhadap keputusan pembelian
produk MakeOver pada mahasiswi FEBI UIN Sayyid Ali Rahmatullah
Tulungagung?
3. Apakah harga berpengaruh terhadap keputusan pembelian produk
MakeOver pada mahasiswi FEBI UIN Sayyid Ali Rahmatullah
Tulungagung?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah disampaikan, maka penelitian ini
dilakukan dengan tujuan sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui apakah brand image berpengaruh positif dan
signifikan terhadap keputusan pembelian produk MakeOver pada
mahasiswi FEBI UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung.
2. Untuk mengetahui apakah kualitas produk berpengaruh positif dan
signifikan terhadap keputusan pembelian produk MakeOver pada
mahasiswi FEBI UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung.
3. Untuk mengetahui apakah harga berpengaruh positif dan signifikan
terhadap keputusan pembelian produk MakeOver pada mahasiswi FEBI
UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Ilmiah
Untuk khasanah ilmu, diharapkan penelitian ini dapat dijadikan sebagai
tambahan referensi dalam bidang ekonomi dan khususnya yang berkaitan
dengan brand image, kualitas produk, dan harga dalam keputusan
pembelian.

2. Manfaat bagi perusahaan


Penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran yang dapat
digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi perusahaan mengenai
pentingnya pengaruh brand image, kualitas produk dan harga yang
berdampak pada keputusan pembelian konsumen.
3. Manfaat bagi akademis
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai wawasan, tambahan
pengetahuan dan referensi yang akan melakukan penelitian dimasa
mendatang.
E. Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian
Adanya ruang lingkup dan keterbatasan penelitian dari peneliti ini adalah
untuk menghindari tidak terkendalinya bahasan masalah yang berlebihan
pada studi ini. Adapun ruang lingkup penelitian ini sebagai berikut:
1. Objek penelitiannya adalah MakeOver
2. Subjek adalah Mahasiswi FEBI UIN Sayyid Ali Rahmatullah
Tulungagung
3. Penelitian dilakukan pada dengan variabel bebas terdiri dari Brand
Image (X1), Kualitas Produk (X2), dan Harga (X3) dan Keputusan
Pembelian (Y) sebagai variabel terikat.
F. Definisi Operasional
Dalam penelitian ini terdapat dua variabel penelitian:
1. Menurut Sugiyono (2014) variabel dependent sering disebut sebagai
variabel output, kriteria dan konsekuen. Pada penelitian ini yang menjadi
variabel bebas (X) adalah Brand Image, Kualitas Produk dan Harga.
a. Brand Image (X1) merupakan suatu kesan yang ada didalam benak
konsumen mengenai suatu merek yang terbentuk melalui pesan dan
pengalaman konsumen terhadap merek, sehingga menimbulkan citra
yang ada dalam benak konsumen.
b. Kualitas produk (X2) merupakan kemampuan suatu produk untuk
menampilkan fungsinya, termasuk waktu kegunaan dari produk,
keandalan, kemudahan dalam penggunaan, perbaikan, dan nilai-nilai
lainnya.
c. Harga (X3) merupakan sejumlah uang yang harus dibayarkan atas
barang dan jasa atau jumlah nilai yang konsumen tukarkan dalam
rangka mendapatkan manfaat dari penggunaan barang dan jasa.
2. Variabel independent adalah variabel yang sering disebut sebagai
variabel stimulus, prediktor, dan antesenden (Sugiyono, 2014). Pada
penelitian ini yang menjadi variabel terikat (Y) adalah Keputusan
Pembelian, yaitu lebih memilih produk MakeOver dari beberapa
alternatif yang tersedia.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kerangka Teori
1. Brand Image (Citra Merek)
Brand Image adalah representasi dari keseluruhan persepsi
terhadap merek yang dibentuk dari informasi dan pengalaman masa lalu
terhadap merek itu.

Adanya citra merek (brand image) yang kuat dapat mempengaruhi


preferensi dan loyalitas konsumen, serta membentuk ikatan emosional dan
kepercayaan yang kuat terhadap merek tersebut. Citra merek dapat
dianggap sebagai asosiasi yang muncul di benak konsumen ketika mereka
mengingat merek tertentu. Asosiasi ini dapat muncul begitu saja dalam
bentuk ide atau gambar tertentu yang berkaitan dengan merek, seperti yang
kita pikirkan tentang orang lain. Asosiasi ini dapat dikonseptualisasikan
berdasarkan jenis, dukungan, kekuatan, dan keunikan. Jenis asosiasi merek
meliputi atribut minat dan sikap.
Kotler & Keller (2012) mendefinisikan citra merek (brand image)
sebagai kesan konsumen terhadap suatu perusahaan atau produknya. Ini
terbentuk melalui informasi merek dan pengalaman konsumen, yang
menciptakan citra konsumen di benak mereka. Kotler juga menambahkan
bahwa citra merek adalah syarat yang diperlukan untuk merek (brand)
yang kuat. Dibandingkan dengan pesaing, citra yang terbentuk harus
memiliki keunggulan. Citra positif yang terbentuk di benak konsumen
terhadap suatu merek produk atau jasa akan mampu membangkitkan minat
beli konsumen, dan pada akhirnya menimbulkan loyalitas konsumen.

Citra merek (brand image) pada dasarnya sama dengan proses


persepsi, karena citra dibentuk oleh persepsi jangka panjang. Setelah
mengalami tahap yang terjadi pada proses persepsi, selanjutnya memasuki
tahap partisipasi konsumen. Tingkat partisipasi ini juga mempengaruhi
fungsi memori.

a. Komponen citra merek terdiri dari tiga bagian, yaitu:

1. Corporate Image (citra pembuat), yaitu sekumpulan asosiasi yang


dipersepsikan konsumen terhadap perusahaan yang membuat suatu
produk atau jasa.
2. User Image (citra pemakai), yaitu sekumpulan asosiasi yang
dipersepsikan konsumen terhadap pemakai yang menggunakan
barang ataupun jasa.
3. Product Image (citra produk), yaitu sekumpulan asosiasi yang
dipersepsikan konsumen terhadap suatu produk.6
b. Proses PembentukanCitra Merek (Brand Image)
Pembentukan citra merek di pasar sangat erat kaitannya dengan
persepsi konsumen terhadap merek. Pembentukan citra tidak mudah,
tetapi begitu terbentuk tidak mudah untuk diubah. Dalam membangun
brand image diperlukan brand positioning untuk memberikan citra

6
Hananto, “Pengaruh Brand Image Dan Country of Origin Image Terhadap Minat Pembelian
Iphone”.
yang jelas, berbeda dan relatif lebih unggul dibandingkan kompetitor.
Proses pembentukan merek semacam ini disebut positioning, dan jika
berhasil diterapkan akan menghasilkan merek dengan posisi yang
kuat.

Jika ingin menempatkan posisi yang kuat dalam merek, tentunya


Anda harus mengetahui posisi merek di benak konsumen. Caranya
adalah dengan berlomba-lomba masuk ke dalam ingatan konsumen.
Secara alami, otak konsumen akan menggerakkan panca indera untuk
memilih merek yang ada. Pada langkah awal, keberadaan merek di
benak konsumen hanya sebatas pengenalan merek (brand awareness).
Pada level ini, konsumen masih belum mampu membentuk gambaran
(persepsi) terhadap merek.

2. Kualitas Produk
Menurut Kottler dan Keller (2012) menyatakan bahwa kualitas
produk adalah kemampuan suatu barang untuk memberikan hasil atau
kinerja yang sesuai dan bahkan bisa melebihi dari apa yang diinginkan
konsumen. Sedangkan menurut Tjiptono mengatakan bahwa produk
merupakan segala sesuatu yang dapat ditawarkan oleh produsen untuk
diperhatikan, diminta, dicari, dibeli, dan dikonsumsi atau digunakan pasar
sebagai pemenuhan kebutuhan atau keinginan pasar yang bersangkutan.
Fandy Tjiptono, Strategi Bisnis Pemasaran, (Yogyakarta: Andi, 2008),
hal.95

Kotler & Amstrong mendefinisikan bahwa kualitas produk


sebagai: the characteristics of a product or service that bear on its abiliy to
satisfy stated or implied customer needs, yaitu karakterisik suatu produk
atau jasa yang menjunjung kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan
konsumen. Kotler dan Amstrong, Prinsip-prinsip Pemasaran, hal.272

Kualitas produk yang dirasakan oleh konsumen secara langsung


mempengaruhi preferensi pembelian konsumen. Pada umumnya konsumen
memiliki persepsi yang berbeda terhadap kualitas dan harga sebelum
memutuskan untuk membeli suatu produk. Kualitas produk memenuhi
kebutuhan penggunaan produk yang dapat meningkatkan kinerja produk.
Kualitas produk menunjukkan seberapa baik perusahaan memahami dan
mengukur kebutuhan konsumen.

Kualitas produk memiliki dua dimensi yang utama yaitu tingkatan


dan konsistensi. Dalam mengembangkan produk pemasar harus terlebih
dahulu dalam memilih tingkatan kualitas yang dapat mendukung posisi
produk dipasar sasaran. Di dalam dimensi ini kualitas produk merupakan
kualitas kinerja, yaitu kemampuan produk dalam melakukan fungsinya.
Selain itu kualitas yang tinggi juga dapat berarti konsistensi tingkatan
kualitas yang tinggi. Dalam konsistensi yang tinggi tersebut kualitas
produk berarti kualitas kesesuaian yaitu bebas dari kecacatan dan
kekonsistensian dalam memberikan tingkatan kualitas yang akan dicapai.
Jadi, dalam prakteknya perusahaan harus berusaha lebih keras dalam
memberikan tingkatan kualitas kesesuaian yang tinggi.

Ada 6 dimensi kualitas produk yang dikembangkan Philip Kotler


dan Kevin Lane Keller yang dijadikan sebagai indikator. Kotler & Keller,
Manajemen Pemasaran (edisi 12), (Jakarta: PT Indeks, 2008), hal.9
Dimensi tersebut adalah:

1. Bentuk
Banyak poduk yang dapat didiferensiasi berdasarkan bentuk, ukuran,
model atau struktur fisik. Yaitu dapat dideferensiasikan berdasarkan
ukuran dosis, bentuk produk, warna produk, lapisan luar dan masa
fungsi produk.
2. Fitur (Feature)
Sebagian besar produk dapat ditawarkan dengan fitur yang berbeda-
beda yang melengkapi fungsi dasar produk. Sebuah perusahaan dapat
mengidentifikasi dan menyeleksi fitur baru yang tepat dengan
menyurvei pembeli saat ini dan kemudian menghitung nilai pelanggan
dibandingkan dengan biaya perusahaan untuk masing-masing fitur
potensial.
3. Mutu kinerja
Level berlakunya karakteristik dasaar produk. Sebagian besar produk
dibangun menurut salah satu dari empat level kinerja yaitu rendah,
rata-rata, tinggi dan unggul.
4. Mutu kesesuaian (conformance quality)
Tingkat kesesuaian dan pemenuhan semua unit yang diproduksi
terhadap spesifikasi sasaran yang dijanjikan.
5. Daya tahan (Durability)
Ukuan usia yang diharapkan atas beroperasinya produk dalam kondisi
normal merupakan atribut yang berharga untuk produk-produk
tertentu.
6. Keandalan
Ukuran profitabilitas bahwa produk tertentu tindakan rusak atau gagal
dalam periode waktu tertentu.

3. Harga
Menurut Kotler & Amstrong (2012) harga adalah sejumlah uang
yang ditagih atas suatu produk atau jasa, atau jumlah semua nilai yang
diberikan oleh konsumen untuk mendapatkan keuntungan dari memiliki
atau mengunakan suatu produk atau jasa. Sedangkan menurut Kotler &
Keller (2012) harga adalah jumlah uang yang harus dibayar pelanggan
untuk mendapatkan suatu produk. Harga yaitu pernyataan nilai dari suatu
produk yang dimana nilai tersebut merupakan perbandingan antara
persepsi konsumen terhadap kualitas ataupun manfaat yang akan
konsumen terima apabila mengeluarkan sejumlah biaya dalam
mendapatkan suatu produk. Philip Kotler & Keller, K. L. (2012).
Marketing Management. New Jearsey: Pearson Prentice Hall.

a. Tujuan penetapan harga


Menurut Kotler & Keller (2012), perusahaan dapat mengejar salah
satu dari lima tujuan utama melalui penetapan harga, yaitu:
1. Survival (bertahan hidup)
Tujuan ini dipilih oleh perusahaan jika perusahaan mengalami
kelebihan kapasitas, persaingan yang ketat, atau keinginan
konsumen yang dapat berubah-ubah. Karena itu perusahaan
menetapkan harga jual yang rendah dengan harapan pasar akan
peka terhadap harga.
2. Maximum current profit (memaksimumkan laba saat ini)
Perusahaan memilih tujuan ini apabila ingin memperkirakan
permintaan dan biaya yang berkaitan dengan berbagai alternatif
harga dan memilih harga yang akan menghasilkan laba sekarang,
arus kas, atau tingkat pengembalian investasi yang maksimum.
3. Maximum market share (memaksimumkan pangsa pasar)
Perusahaan yang memilih tujuan ini yakin bahwa volume
penjualan yang lebih tinggi akan menghasilkan biaya per-unit
yang lebih rendah dan jangka panjang yang lebih tinggi.
Perusahaan menetapkan harga terendah dengan asumsi bahwa
pasar sangat peka terhadap perubahan harga, sehingga harga
rendah tersebut dapat merangsang pertumbuhan pasar.
4. Maximum market skimming (menyaring pasar secara maksimum)
Dalam tujuan ini perusahaan menetapkan harga tinggi bagi setiap
produk baru yang dikeluarkan, dimana kemudia secara berangsur
angsur perusahaan menurunkan harga untuk menarik segmen lain
yang peka terhadap harga.
5. Product – quality leadership (kepemimpinan mutu produk)
Tujuan ini dipilih oleh perusahaan jika perusahaan ingin menjadi
pemimpin pasar dalam hal kualitas produk, dan harga yang
ditetapkan menjadi relatif tinggi untuk menutupi biaya-biaya
penelitian dan pengembangan serta biaya untuk menghasilkan
mutu produk yang tinggi.
b. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi penetepan harga:
Pada dasarnya terdapat dua faktor yang mempengaruhi penetapan
harga (Sunyoto, 2014) yaitu :
1. Memperkirakan permintaan produk (Estimate for the product)
a) Memperkirakan seberapa besar harga yang diharapkan (the
expected price). Harga yang diharapkan untuk suatu produk
adalah harga yang secara sadar atau tidak sadar dinilai oleh
konsumen atau pelanggan. Penjual harus memperkirakan
bagaimana reaksi konsumen, apabila suatu produk harganya
dinaikkan atau diturunkan. Reaksinya dapat bersifat in
elastis, elastis atau inverse demand. In elastis demand artinya
apabila harga produk tersebut dinaikkan atau diturunkan
maka reaksinya terhadap perubahan barang yang diminta
tidak begitu besar. Elastis demand artinya apabila harga
produk tersebut dinaikkan atau diturunkan, maka reaksinya
terhadap perubahan jumlah barang yang diminta besar sekali.
Inverse demand artinya apabila harga produk dinaikkan
maka justru permintaan naik.
b) Memperkirakan penjualan dengan harga yang berbeda
(Estimate of sales at varios price). Manajemen eksekutif
harus dapat memperkirakan volume penjualan dengan harga
yang berbeda, sehingga dapat ditentukan jumlah permintaan,
elastisitas permintaan, dan titik impas yang mungkin tercapai.
2. Reaksi pesaing (Competitive reaction)
Pesaing merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
penciptaan harga terutama sekali ancaman pesaing yang potensial.
Persaingan tersebut dapat berasal dari produk yang serupa, produk
pengganti maupun produk yang tidak sama.7
c. Peran Harga

7
Danang Sunyoto, Konsep Dasar Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen (Yogyakarta: CAPS)
2014.
Menurut Tjiptono (2015) harga memiliki peranan utama dalam proses
untuk pengambilan keputusan para konsumen, yaitu:
1. Peran alokasi merupakan fungsi dari harga dalam proses
membantu para pembeli untuk memutuskan cara dalam
memperoleh manfaat atau utilitas tertinggi yang diharapkan
berdasarkan pada daya belinya. Pembeli membandingkan harga
dari berbagai alternatif yang telah tersedia, kemudian memutuskan
mengalokasikan dana yang dikehendaki.
2. Peranan informasi dan harga merupakan fungsi harga dalam
bentuk hal “mendidik” konsumen mengenai faktor-faktor produk
seperti kualitas. Hal ini sangat bermanfaat dalam situasi yang
dimana pembeli mengalami kesulitan untuk menilai faktor produk
atau manfaatnya secara objektif.8
4. Keputusan Pembelian
Menurut Kotler & Amstrong (2014) menjelaskan bahwa keputusan
pembelian yaitu tahap dalam suatu proses pengambilan keputusan pembeli
dimana konsumen benar-benar membeli. Menurut Tjiptono (2012)
keputusan pembelian merupakan salah satu bagian dari perilaku
konsumen, yang dimana konsumen mencari informasi mengenai suatu
produk atau merek tertentu dan mengevaluasi secara baik dari masing-
masing alternatif tersebut sehingga dapat memecahkan masalahnya yang
kemudian mengarah pada keputusan pembelian. Dari pengertian tersebut
dapat disimpulkan bahwa keputusan pembelian yaitu sebuah proses
pengambilan keputusan yang diawali dengan pengenalan masalah
kemudian mengevaluasi dan memutuskan suatu produk yang sesuai
dengan kebutuhan.9
Perilaku pembelian konsumen seringkali diawali dan dipengaruhi
oleh banyaknya rangsangan (stimuli) dari luar dirinya, baik itu berupa
rangsangan pemasaran maupun lingkungannya. Hal inilah yang disebut

8
Fandy Tjiptono, Strategi Pemasaran Ed. 4. Penerbitan, (Yogyakarta: 2015)
9
Fandy Tjiptono, Pemasaran Jasa Ed.2 Penerbitan, (Yogyakarta: 2012)
dengan “The Buying Process” (Proses Pembelian) yang meliputi lima hal:
1. Need (kebutuhan), proses pembelian berawal dari adanya kebutuhan
yang tak harus dipenuhi atau kebutuhan yang muncul pada saatitu dan
memotivasi untuk melakukan pembelian.
2. Recognition (pengenalan), mengenali kebutuhan itu sendiri untuk dapat
menetapkan sesuatu untuk memenuhinya.
3. Search (pencarian), merupakan bagian aktif dalam pembelian yaitu
mencari jalan untuk mengisi kebutuhan tersebut.
4. Evaluation (evaluasi), suatu proses untuk mempelajari semua yang
didapat selama proses pencarian dan mengembangkan beberapa pilihan.
5. Decision (keputusan), langkah terakhir dari suatu proses pembelian
untuk mengambil keputusan berdasarkan informasi yang diterima.
B. Penelitian Terdahulu
Penelitian sebelumnya telah menjadi acuan bagi peneliti untuk
melakukan penelitian, sehingga penulis dapat memperkaya teori-teori yang
akan digunakan dalam penelitian tersebut. Berikut ini adalah penelitian
terdahulu dalam beberapa format jurnal terkait dengan penelitian yang
dilakukan oleh penulis:
1. Rita Taroreh dan Ferdyanto Fure, melakukan penelitian dengan judul
“Pengaruh Brand Image, Kualitas Produk dan Harga Terhadap
Keputusan Pembelian Konsumen J.CO Manado”. Hasil dari penelitian ini
memiliki tujuan untuk mengetahui pengaruh Brand Image, Kualitas
Produk dan Harga secara stimultan berpengaruh siginifikan terhadap
Keputusan Pembelian di J.Co Manado.10
2. Wulandari dan Iskandar, melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh
Citra Merek dan Kualitas Produk Terhadap Keputusan Pembelian Pada
Produk Kosmetik”. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh
pengaruh citra merek terhadap keputusan pembelian pada produk

10
Ferdyanto Fure, Joyce Lapian dan Rita Taroreh. 2015. Pengaruh Brand Image, Kualitas Produk,
dan Harga Terhadap Keputusan Pembelian Konsumen J.CO Manado, Jurnal Riset Ekonomi,
Manajemen, Bisnis dan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sam Ratulangi. Vol.
3, No. 1
kosmetik menemukan bahwa citra merek berpengaruh signifikan
terhadap keputusan pembelian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
citra merek berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian
dengan thitung 2,432 > ttabel 1,660 dan variabel kualitas produk berpengaruh
signifikan terhadap keputusan pembelian dengan thitung 5,693 > ttabel 1660.
Variabel citra merek dan kualitas produk secara simultan memiliki
pengaruh terhadap keputusan pembelian.11
3. Adiwijaya dan Tarigan, melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh
Brand Image dan Brand Trust Terhadap Keputusan Pembelian Sepatu
Converse”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya
pengaruh brand image dan brand trust terhadap keputusan pembelian
sepatu converse. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa brand image
dan brand trust berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan
pembelian.12
4. Amilia dan Asmara, melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Citra
Merek, Harga dan Kualitas Produk Terhadap Keputusan Pembelian
Handphone Merek Xiaomi di Kota Langsa”. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh citra merek, harga, dan
kualitas produk terhadap keputusan pembelian handphone merek Xiaomi.
Hasil dari penelitian ini dapat dijelaskan bahwa citra merek, harga, dan
kualitas produk secara parsial berpengaruh signifikan terhadap keputusan
pembelian dan secara simultan variabel citra merek, harga dan kualitas
produk berpengaruh terhadap keputusan pembelian.13
5. Kristian dan Widayanti, melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh
Kualitas Produk dan Harga Terhadap Keputusan Pembelian Sepeda
11
Rizky Desty Wulandari dan Donant Alananto Iskandar, Pengaruh Citra Merek dan Kualitas
Produk Terhadap Keputusan Pembelian Pada Produk Kosmetik, Jurnal Riset Manajemen dan
Bisnis (JRMB) Fakultas Ekonomi UNIAT, Volume 3, Nomor 1, Tahun 2018, P-ISSN 2527- 7502
E ISSN 2581-2165, hal. 11-18
12
Adrian Junio Adiwijaya dan Zeplin Jiwa Husada Tarigan, Pengaruh Brand Image dan Brand
Trust terhadap Keputusan Pembelian Sepatu Converse, Jurnal Mahasiswa Manajemen Bisnis,
Volume 5, Nomor 3, Tahun 2017
13
Suri Amilia dan M. Oloan Asmara Nst, Pengaruh Citra Merek, Harga, dan Kualitas Produk
terhadap Keputusan Pembelian Handphone Merek Xiaomi di Kota Langsa, Jurnal Manajemen dan
Keuangan, Volume 6, Nomor 1, Tahun 2017, ISSN: 2262-844X, hal. 660-669
Motor Honda Pada Mahasiswa Kampus 1 Universitas Kristen Krida
Wacana”. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh kualitas
produk dan harga terhadap keputusan pembelian sepeda motor Honda
pada mahasiswa Kampus 1 Universitas Kristen Krida Wacana. Hasil dari
penelitian ini menunjukkan terdapat pengaruh kualitas produk dan harga
terhadap keputusan pembelian sepeda motor Honda.14
C. Kerangka Konseptual
Keputusan pembelian konsumen mempunyai motif yang berbeda-
beda, seperti pengaruh brand image. Brand Image adalah asosiasi yang
muncul pada konsumen terhadap suatu produk atau jasa ketika konsumen
mengingat akan suatu merek produk atau jasa tersebut. Selain brand image,
kualitas produk juga mempengaruhi keputusan pembelian. Kualitas produk
adalah karakteristik dari produk dalam kemampuan untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan yang telah ditentukan dan bersifat laten.
Adapun tujuan dari kualitas produk adalah mengusahakan agar
barang hasil produksi dapat mencapai standar yang telah ditetapkan,
mengusahakan agar biaya inspeksi dapat menjadi sekecil mungkin,
mengusahakan agar biaya desain dari produksi tertentu menjadi sekecil
mungkin, dan mengusahakan agar biaya produksi dapat menjadi serendah
mungkin.
Harga sangat mempengaruhi keputusan pembelian dikarenakan
kemampuan konsumen melakukan pembelian dengan membandingkan
manfaat yang akan dia dapat dengan pengorbanan yang dikeluarkan itu sangat
diperhatikan. Harga dapat mempengaruhi keputusan pembelian dikarenakan
kemampuan konsumen untuk membeli suatu produk dan ditentukan dengan
uang yang mereka miliki serta membandingkan dengan fasilitas yang mereka
dapatkan ketika membeli suatu produk.
Berdasarkan telaah pustaka di atas terhadap variabel-variabel yang
dibahas dalam penelitian ini mengenai pengaruh brand image, kualitas
14
Denny Kristian dan Rita Widayanti, Pengaruh Kualitas Produk dan Harga terhadap Keputusan
Pembelian Sepeda Motor Honda pada Mahasiswa Kampus 1 Universitas Kristen Krida Wacana,
Jurnal Ilmiah Manajemen Bisnis, Volume 16, Nomor 1, Tahun 2016, hal. 45-58
produk dan harga terhadap keputusan pembelian konsumen. Maka dapat
ditampilkan pemikiran teoritis sebagai berikut:
Gambar 1.2
Kerangka Pikir

Brand Image (X1)

Kualitas Produk (X2) Keputusan Pembelian (Y)

Harga (X3)

D. Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan dugaan awal atau jawaban sementara terhadap
rumusan masalah penelitian yang bertujuan mengarahkan dan memberikan
pedoman dalam pokok permasalahan serta tujuan penelitian. Oleh karena itu,
berdasarkan masalah yang ada dapat dimunculkan suatu hipotesis penelitian
yaitu sebagai berikut:
1. Brand Image berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap
Keputusan Pembelian Produk MakeOver Pada Mahasiswi UIN Sayyid
Ali Rahmatullah Tulungagung
2. Kualitas produk berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap
Keputusan Pembelian Produk MakeOver Pada Mahasiswi UIN Sayyid
Ali Rahmatullah Tulungagung
3. Harga berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap Keputusan
Pembelian Produk MakeOver Pada Mahasiswi UIN Sayyid Ali
Rahmatullah Tulungagung.
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian


1. Pendekatan Penelitian
Pada penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif
yaitu salah satu jenis penelitian yang spesifikasinya adalah sistematis,
terencana, dan terstruktur dengan jelas sejak awal hingga pembuatan
desain penelitian, baik tentang tujuan penelitian, objek penelitian, sampel
data, sumber data, maupun metodologinya (mulai pengumpulan data
hingga analisis data).15

15
Puguh suharso, metode penelitian hal. 13
Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang menekankan pada
pengujian teori melalui pengukuran variabel-variabel penelitian dengan
angka dan melakukan analisis data dengan prosedur statistik. Menurut
Prasetyo, definisi penelitian kuantitatif adalah sebuah usaha pemeriksaan
secara teliti dan menyeluruh dari sebuah fenomena atau masalah dengan
menggunakan ukuran yang objektif dengan tujuan mendapatkan sebuah
fakta atau kebenaran serta menguji teori-teori yang muncul atas
munculnya suatu fenomena atau masalah.16
Dalam penelitian ini, peneliti mengarah pada kenyataan-kenyataan
yang berhubungan dengan Brand Image, Kualitas produk, dan Harga yang
mempengaruhi Keputusan Pembelian Kosmetik MakeOver Pada
Mahasiswi di UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung.
2. Jenis Penelitian
Jenis penelitian pada penelitian ini yaitu menggunakan penelitian
asosiatif yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan
antara dua variabel atau lebih. Dengan penelitian ini maka akan dapat
dibangun suatu teori yang dapat berfungsi meramalkan dan mengontrol
suatu gejala.17
B. Populasi, Sampel dan Sampling Penelitian
1. Populasi
Populasi adalah kumpulan objek yang dapat terwujud seperti manusia,
hewan, tumbuhan, gejala, peristiwa, sikap hidup dan angka. Sehingga
objek tersebut dapat menjadi sumber data penelitian. Pada penelitian ini
yang menjadi populasi yaitu Mahasiswi FEBI UIN Sayyid Ali
Rahmatullah Tulungagung yang menggunakan produk kosmetik
MakeOver angkatan tahun 2018/2019, namun jumlah populasi belum
diketahui secara pasti atau bersifat infinite.18
2. Sampel

16
Rokhmat Subagiyo., Metode Penelitian Ekonomi Islam Konsep dan Penerapan, (Jakarta: Alim
‘Pubishing, 2017), hal.19
17
Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis, (Bandung: Alfabeta, 1999), hal. 99)
18
Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif, (Jakarta : Kencana, 2008), hal.99
Sampel adalah bagian dari suatu objek yang mewakili populasi.
Pengambilan sampel harus sesuai dengan kualitas dan karakteristik suatu
populasi. Pengambilan sampel yang tidak sesuai dengan kualitas dan
karakteristik populasi akan menyebabkan suatu penelitian akan menjadi
biasa, tidak dapat dipercaya dan kesimpulannyapun bisa saja keliru. Hal ini
karena tidak dapat mewakili populasi.19
Sampel dalam penelitian ini adalah mahasiswi FEBI UIN Sayyid Ali
Rahmatullah Tulungagung angkatan tahun 2018/2019 yang menggunakan
produk MakeOver.
3. Sampling Penelitian
Metode pengambilan sampel pada penelitian ini adalah dengan
metode non probability sampling, karena populasi yang diteliti tidak
diketahui pasti jumlahnya. Teknik penentuan sampel didasarkan pada
kebutuhan penelitian berdasarkan pertimbangan tertentu sampel ini disebut
sampling purposive. Pertimbangan pengambilan sampel yaitu Mahasiswi
FEBI angkatan 2018/2019 sebagai pengguna produk kosmetik MakeOver.
Roscoe dalam buku Research Methods for Bussiness memberikan
saran-saran tentang ukuran sampel untuk penelitian seperti berikut:20
a) Ukuran sampel yang layak dalam penelitian adalah 30 hingga 500.
b) Bila sampel dibagi dalam kategori (misalnya: pria-wanita, pegawai
negeri-swasta dan lain-lain) maka jumlah anggota sampel setiap
kategori minimal 30.
c) Bila dalam penelitian akan melakukan analisis dengan multivariate
(korelasi atau regresi ganda misalnya), maka jumlah anggota sampel
minimal 10 kali dari jumlah variabel yang diteliti. Misalnya variabel
penelitiannya ada 5 (independen + dependen), maka jumlah anggota
sampel = 10x5 = 50.
Berdasarkan perhitungan dari Roscoe, sampel dari penelitian ini yaitu:
= 10 x (variabel dependen + variabel dependen)
19
Puguh Suharso, Metode Penelitian hal.60
20
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Kombinasi, (Mixed Methods). cet.7,
(Bandung: Alfabeta, 2015), hal. 133
= 10 x (1 + 3)
= 10 x 4
= 40
Melalui dasar pertimbangan dari perhitungan sampel menurut Roscoe,
maka diputuskan untuk mengambil sampel sebanyak 75 responden.
C. Sumber Data dan Skala Pengukuran
1. Sumber Data
Dalam penelitian data digolongkan menjadi 2 jenis yaitu:
a. Data Primer adalah data yang diperoleh langsung melalui observasi
selama wawancara pribadi atau dari responden sebagai hasil pengisian
kuesioner. Data primer dalam penelitian ini yaitu data yang diperoleh
dari penyebaran daftar pertanyaan pada Mahasiswi FEBI UIN Sayyid Ali
Rahmatullah Tulungagung yang menggunakan produk MakeOver.
b. Data Sekunder adalah data yang penelitian tidak langsung dari responden
suvei atau data yang telah lebih dahulu dikumpulkan dan dilaporkan oleh
orang atau instansi di luar dari peneliti sendiri, Data sekunder diperoleh
dari penelitian-penelitian sebelumnya, buku, jurnal, artikel yang
berhubungan dengan penelitian ini.
2. Skala Pengukuran Data
Skala pengukuran merupakan kesepakatan yang digunakan sebagai
acuan untuk menentukan panjang pendeknya interval yang ada dalam alat
ukur, sehinggal alat ukur tersebut bila digunakan dalam pengukuran akan
menghasilkan data kuantitatif. Skala pengukuran yang digunakan dalam
penelitian ini menggunakan skala Likert. Untuk mengukur tingkat
pengaruh faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perilaku konsumtif
mahasiswa di Kabupaten Tulungagung digunakan skors Likert. Dalam
kuesioner (angket) ini, skor diukur dengan menggunakan skala Likert,
yaitu sebagai berikut:
1) Sangat Setuju =5

2) Setuju =4
3) Netral =3

4) Tidak Setuju =2

5) Sangat Tidak Setuju =1


D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Angket (kuesioner)
Kuesioner atau angket merupakan suatu pengumpulan data
dengan memberikan atau menyebarkan daftar pertanyaan kepada
responden dengan harapan memberikan respon atau daftar pertanyaan
tersebut.21
b. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan
menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen, baik tertulis, gambar,
maupun elektronik. Dokumen-dokumen yang dihimpun dipilih yang
sesuai dengan tujuan dan fokus masalah. Dalam melaksanakan metode
dokumentasi peneliti mengumpulkan benda-benda tertulis seperti buku,
dokumen tentang gambaran perusahaan serta catatan-catatan lain yang
berisi keterangan yang berhubungan dengan penelitian ini.
E. Teknik Analisis Data
Untuk menjawab hipotesis yang diajukan, digunakan analisis regresi
linier berganda ditujukan untuk mengetahui keeratan hubungan antara
profitabilitas (variabel independen) yang biasa disebut X1, X2, X3 dengan
faktor-faktor yang mempengaruhinya (variabel independen) yang disebut Y.
penelitian ini dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh brand
image (X1), kualitas produk (X2), dan harga (X3) terhadap keputusan
pembelian (Y). dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + E

21
Sugiyono, Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2009) hal.67
Keterangan:
Y = Keputusan Pembelian
a = Konstanta
b1, b2, b3 = Koefesien regresi masing-masing variabel
X1 = Brand image
X2 = Kualitas Produk
X3 = Harga
E = Standar Error
F. Sistematika Penulisan skripsi
Adapun sistematika pembahasan penelitian ini sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN
Pendahuluan yang berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian,
manfaat penelitian, ruang lingkup dan keterbatasan penelitian, dan definisi
operasional.

BAB II LANDASAN TEORI


Bab ini didalamnya berisi tentang beberapa teori-teori pendukung yang sesuai
dengan pembahasan. Dalam bab ini juga pembahasan penelitian mencangkup
dari kajian fokus pada hasil penelitian terdahulu, yang dapat dijadikan sebagai
bahan-bahan analisa maupun perbandingan dalam membahas objek
penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN


Bab ini berisi tentang metodologi penelitian yang berperan untuk
mendapatkan data maupun informasi. Pada bab ini peneliti menggunakan
pendekatan metode penelitian kuantitatif dengan jenis penelitian asosiatif.
Penelitian ini dilakukan pada Mahasiswi FEBI UIN Sayyid Ali Rahmatullah
Tulungagung.

BAB IV HASIL PENELITIAN


Bab ini berisi tentang hasil penelitian. Bab ini memuat deskripsi data dan
pengujian hipotesis.

BAB V PEMBAHASAN
Bab ini berisi pembahasan data pada hasil penelitian.

BAB VI PENUTUP
Bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran yang diperoleh dari penulis yang
ditunjukkan kepada semua pihak yang berkepentingan.

DAFTAR PUSTAKA
Hermawan, Agus. 2012. Komunikasi Pemasaran. Jakarta: Erlangga.
Research, Sigma. 2017. Tren dan Perilaku Pasar Kosmetik Indonesia Tahun 2017.
diakses dari http://sigmaresearch.co.id/tren-dan-perilaku-pasar-kosmetik-
indonesia-tahun-2017/, pada Senin, 13 September 2021 pukul 13.00
https://www.hestanto.web.id/keputusan-pembelian/ diakses pada Senin, 13
September 2021 pukul 11.20 WIB
Musay, F.P. 2013. Pengaruh Brand Image Terhadap Keputusan Pembelian (Survei
Pada Konsumen KFC Kawi Malang). Jurnal Administrasi Bisnis, 1-7.
Kotler, Philip & Keller, Kevin Lane. 2012. Manajemen Pemasaran Edisi 12.
Jakarta: Erlangga, 2012.
Ferdyanto Fure, Joyce Lapian dan Rita Taroreh. 2015. Pengaruh Brand Image,
Kualitas Produk, dan Harga Terhadap Keputusan Pembelian Konsumen J.CO
Manado, Jurnal Riset Ekonomi, Manajemen, Bisnis dan Akuntansi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Sam Ratulangi. Volume 3, Nomor 1
Wulandari, Rizky Desty dan Iskandar, Donant Alananto Iskandar. 2018. Pengaruh
Citra Merek dan Kualitas Produk Terhadap Keputusan Pembelian Pada Produk
Kosmetik, Jurnal Riset Manajemen dan Bisnis (JRMB) Fakultas Ekonomi
UNIAT. Volume 3, Nomor 1. P-ISSN 2527-7502 E ISSN 2581- 2165
Adiwijaya, Adrian Junio dan Tarigan, Zeplin Jiwa Husada. 2017. Pengaruh Brand
Image dan Brand Trust terhadap Keputusan Pembelian Sepatu Converse, Jurnal
Mahasiswa Manajemen Bisnis, Volume 5, Nomor 3
Amilia, Suri dan Nst, M. Oloan Asmara. 2017. Pengaruh Citra Merek, Harga, dan
Kualitas Produk terhadap Keputusan Pembelian Handphone Merek Xiaomi di
Kota Langsa, Jurnal Manajemen dan Keuangan. Volume 6, Nomor 1. ISSN:
2262-844X.
Kristian, Denny dan Widayanti, Rita. 2016. Pengaruh Kualitas Produk dan Harga
terhadap Keputusan Pembelian Sepeda Motor Honda pada Mahasiswa Kampus
1 Universitas Kristen Krida Wacana. Jurnal Ilmiah Manajemen Bisnis. Volume
16, Nomor 1.
Suharso, Puguh. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif untuk Bisnis: Pendekatan
Filosofi dan Praktis. Jakarta:PT Indeks.
Subagiyo, Rokhmat. 2017. Metode Penelitian Ekonomi Islam Konsep dan
Penerapan. Jakarta: Alim’Pubishing.
Sugiyono. 1999. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta.
Bungin, Burhan. 2008. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Kencana.
Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Kombinasi (Mixed
Methods). cet. 7. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. 2009. Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta,
2009), hal. 67
Sunyoto, D. (2014). Konsep Dasar Riset Pemasaran & Perilaku Konsumen.
Yogyakarta: CAPS
Hananto, Kitto. “Pengaruh Brand Image Dan Country of Origin Image Terhadap
Minat Pembelian Iphone”. Parsimonia-Jurnal Ekonomi Dan Bisnis 2, No.2
(2015): 13-22.
Kotler, P., & Keller, K. L. (2012). Marketing Management. New Jearsey: Pearson
Prentice Hall.
Tjiptono, F. (2015). Strategi Pemasaran. Yogyakarta: ANDI.
Tjiptono, F. (2012). Pemasaran Jasa. Yogyakarta: C.V Andi Offetset.
Tjiptono, Fandy. 2008. Strategi Bisnis Pemasaran. Yogyakarta: Andi.
Kotler, Philip & Amstrong. 2001. Prinsip-Prinsip Pemasaran. Jakarta: Erlangga.
Kotler, Philip & Keller. 2008. Manajemen Pemasaran (edisi 12). Jakarta: PT
Indeks.

Anda mungkin juga menyukai