Anda di halaman 1dari 104

ABSTRAK

NUR ALFIA, 18042010038, PENGARUH CITRA MEREK DAN


KEPERCAYAAN MEREK TERHADAP LOYALITAS MEREK LIPSTIK
WARDAH (STUDI PADA PELANGGAN LIPSTIK WARDAH DI
SURABAYA)

Perkembangan bisnis di Indonesia mengalami persaingan yang ketat di berbagai


sektor salah satunya pada industri kosmetik di Indonesia, yaitu Wardah. Salah satu
produk kecantikan yang diproduksi oleh wardah yaitu lipstik. Wardah menjadi salah
satu brand terkenal dan mendapat kepercayaan konsumen yang telah mendapatkan
SJH dari LPPOM MUI. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar
pengaruh Citra Merek dan Kepercayaan Merek terhadap Loyalitas Merek pada
pelanggan Lipstik Wardah di Surabaya. Populasi pada penelitian ini adalah konsumen
yang pernah melakukan pembelian dan penggunaan lipstik Wardah di Kota Surabaya
sebanyak 100 responden. Metode penelitian bersifat deskriptif kuantitatif. Teknik
pengambilan sampel yang digunakan yaitu teknik purposive sampling dengan kriteria
konsumen lipstik Wardah berdomisili di kota Surabaya dan berusia minimal 17 tahun.
Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa variabel Citra Merek (X1) dan Kepercayaan
Merek (X2) secara simultan berpengaruh signifikan terhadap Loyalitas Merek (Y),
variabel Citra Merek (X1) secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap
Loyalitas Merek (Y), dan variabel Kepercayaan Merek (X2) secara parsial
berpengaruh positif dan signifikan terhadap Loyalitas Merek (Y).

Kata Kunci : Citra Merek, Kepercayaan Merek, Loyalitas Merek.

i
ABSTRACT

NUR ALFIA, 18042010038, THE EFFECT OF BRAND IMAGE AND BRAND


TRUST ON WARDAH LIPSTICK BRAND LOYALTY (STUDY ON WARDAH
LIPSTICK CUSTOMERS IN SURABAYA)

Business development in Indonesia is experiencing intense competition in various


sectors, one of which is the cosmetic industry in Indonesia, namely Wardah. One of
the beauty products produced by Wardah is lipstick. Wardah is one of the well-known
brands and has won the trust of consumers who have received SJH from LPPOM
MUI. This study aims to determine how much influence Brand Image and Brand
Trust have on Brand Loyalty to Wardah Lipstick customers in Surabaya. The
population in this study were 100 respondents who had purchased and used Wardah
lipstick in the city of Surabaya. The research method is descriptive quantitative. The
sampling technique used is purposive sampling technique with the criteria that
Wardah lipstick consumers are domiciled in the city of Surabaya and are at least 17
years old. The data analysis technique used is multiple linear regression analysis.
The results of this study indicate that the Brand Image (X1) and Brand Trust (X2)
variables simultaneously have a significant effect on Brand Loyalty (Y), the Brand
Image (X1) variable partially has a positive and significant effect on Brand Loyalty
(Y), and the Trust variable Brand (X2) partially positive and significant effect on
Brand Loyalty (Y).

Keywords: Brand Image, Brand Trust, Brand Loyalty.


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan ekonomi dan teknologi saat ini berdampak pada munculnya

perusahaan sejenis yang bersaing secara ketat dan saling menunjukkan eksistensinya.

Seiring dengan perkembangan zaman mengakibatkan perusahaan dituntut untuk

mengikuti perubahan di segala bidang baik dalam bidang ekonomi, sosial, dan

budaya. Dalam kondisi persaingan yang sangat ketat ini, maka perusahaan harus

mengikuti pola perilaku pesaing dalam menjalankan bisnisnya dalam

mempertahankan pangsa pasar. Oleh karena itu, perusahaan membangun suatu merek

yang digunakan sebagai nama, identitas atau jati diri untuk memperkuat produknya

dalam menarik konsumen. Suatu merek berpengaruh terhadap kesuksesan perusahaan

dalam menjalankan bisnisnya. Setiap perusahaan yang ingin berhasil dengan

bisnisnya, mereka dituntut untuk membangun dan memperluas merek dengan

memiliki keunikan dan perbedaan untuk mempertahankan pangsa pasar.

Di dalam dunia pemasaran, citra sebuah merek menjadi faktor kesuksesan

sebuah perusahaan, karena nama baik perusahaan bergantung pada merek produk

yang diciptakan. Citra merek merupakan asosiasi yang muncul didalam benak

konsumen pada saat mereka mengingat merek tertentu (Kuswanto, 2021). Citra

merek yang positif membantu perusahaan dalam aktivitas pemasarannya untuk

1
2

meningkatkan minat konsumen. Semakin baik citra merek yang melekat pada sebuah

produk maka semakin menarik konsumen untuk membeli produk atau jasa secara

berulang. Jika merek mampu memenuhi harapan konsumen, maka konsumen akan

yakin dengan pilihannya dan muncul kepercayaan pada merek atau menyukai merek

dan menganggap merek tersebut menjadi bagian dari dirinya (Candra, Suhastini,

Amil, & Iswanto, 2019).

Kepercayaan pelanggan terhadap suatu merek akan menentukan kesetiaan dan

kepercayaan konsumen yang berpotensi menciptakan hubungan positif yang bernilai

tinggi dalam suatu bisnis. Kepercayaan merek merupakan persepsi konsumen atas

rasa percaya dan rasa aman terhadap suatu merek yang muncul secara sukarela dan

beranggapan bahwa merek akan memenuhi ekspektasi atau harapan mereka (Suryani

& Rosalina, 2019). Dalam membangun dan memelihara hubungan dengan pelanggan,

maka penciptaan awal hubungan dalam suatu bisnis harus didasarkan dengan

kepercayaan. Oleh karena itu, kepercayaan yang telah dibangun oleh pelanggan pada

suatu merek akan menimbulkan loyalitas terhadap merek tersebut.

Loyalitas Merek adalah ukuran kesetiaan dan keterikatan pelanggan kepada

sebuah merek dengan menyukai serta melakukan pembelian berulang yang konsisten

yang memungkinkan pelanggan untuk tidak beralih ke merek lainnya (Yuliantari,

Nurhidayati, & Sugiyah, 2020). Selain untuk menambah laba dan menarik pelanggan

baru, penting bagi perusahaan dalam mempertahankan pelanggan yang sudah ada

untuk tetap setia dan loyal. Dengan demikian, dibutuhkan strategi untuk menjaga

kepercayaan pelanggan terhadap loyalitas merek agar tidak beralih ke merek lain,
3

karena lebih sulit mempertahankan pelanggan yang sudah ada dibandingkan dengan

mencari pelanggan baru.

Munculnya berbagai macam barang sejenis dengan kualitas produk yang

menjadi standar pada umumnya, mengakibatkan persaingan yang ketat dan menjadi

tantangan perusahaan dalam memimpin pangsa pasar dan mempertahankannya.

Persaingan banyak terjadi di berbagai sektor salah satunya yaitu pada industri

kosmetik di Indonesia. Kosmetik sudah menjadi kebutuhan bagi kaum wanita dalam

menunjang penampilan, seringkali menjadi sarana konsumen untuk memperjelas

identitas dirinya. Kaum wanita akan merasa lebih percaya diri ketika menggunakan

kosmetik karena kosmetik dianggap dapat mempercantik dan menunjang

penampilannya, selain itu pemakaian kosmetik tertentu dianggap dapat menaikkan

gengsi bagi kaum wanita dimana persepsi ini kemudian menimbulkan dorongan

untuk menaikkan kelas sosialnya sehingga tingkat konsumsi Wanita terhadap

kosmetik menjadi semakin tinggi (Edyansyah, 2018).

Wardah merupakan brand kosmetik halal asli Indonesia yang berdiri sejak

1995 di bawah PT. Paragon Technology and Innovation (PT. PTI). Didirikan oleh

Nurhayati Subakat yang saat ini menjabat sebagai Komisaris PT. PTI, Wardah selalu

mengedepankan kualitas untuk mendukung perempuan tampil cantik sesuai

karakternya (www.wardahbeauty.com). Wardah menjadi salah satu brand terkenal

yang produknya terbuat dari bahan-bahan berkualitas dan aman bagi pemakainya.

Ketika konsumen memilih suatu merek tentunya hal yang diperhatikan adalah citra

merek dan kepercayaan yang melekat pada produk tersebut. Wardah membangun
4

kepercayaan konsumen dengan kualitas produk yang telah mendapat SJH (Sertifikat

Jaminan Halal) dari LPPOM MUI dan produknya telah mendapat izin dan memenuhi

peraturan BP POM RI. Pada tahun 2011, produk kosmetik Wardah menerima Halal

Award 2011 untuk kategori Brand Kosmetik Halal. Kemudian, Wardah kembali

meraih penghargaan The 1st Indonesia original Brand tahun 2012 versi majalah SWA

(Handayani, 2021). Faktor pendukung lainnya dibuktikan dengan penghargaan salah

satu produknya yang telah diraih oleh Wardah yaitu urutan pertama TOP BRAND

pada kategori lipstik pada beberapa tahun terakhir.

Salah satu produk kecantikan yang diproduksi oleh Wardah yaitu lipstik.

Produk lipstik sangat digemari oleh pelanggan wanita di indonesia. Hal tersebut

menjadi dasar utama dalam menaikkan kualitas produk mereka. Beberapa variasi

lipstik yang diminati oleh banyak konsumen merupakan salah satu alasan mengapa

perusahaan berlomba-lomba untuk menaikkan kualitas dan memperluas jangkauan

pemasaran. Untuk mendapatkan hal itu perusahaan harus memiliki kelebihan yang

berbeda dengan yang lain. Hal tersebut dapat membantu pelanggan akan tetap

memilih dan loyal terhadap salah satu produk itu sendiri. Pemilihan produk

merupakan salah satu aset yang penting bagi sebuah perusahaan karena secara tidak

langsung mereka mempunyai komitmen untuk tetap memilih dan menggunakan

produk tersebut sehingga perusahaan mendapatkan keuntungan atau profit yang

mereka inginkan.

Pertumbuhan kosmetik di kota-kota besar saat ini sangatlah pesat, mengingat

kondisi ekonomi dan gaya hidup masyarakat yang semakin cerdas untuk mencari hal-
5

hal baru setiap waktu. Seperti halnya Wardah sebagai salah satu perusahaan kosmetik

yang diproduksi oleh PT. Paragon Technology and Innovation melakukan

penjualannya yang dimulai sejak tahun 1995 mulai dari door to door ini kemudian

telah berkembang menjadi 22.000 outlet yang tersebar di Dapartement Store dan

pusat pembelanjaan di Indonesia dan Malaysia lengkap dengan konsulthan

kecantikannya (Handayani, 2021). Dalam meraih pangsa pasar, Surabaya menjadi

salah satu ekspansi industri kosmetik Wardah.

Sebagai Ibu Kota dari Provinsi Jawa Timur, Surabaya menjadi kota terbesar

kedua setelah Jakarta. Berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik

(BPS) Surabaya tahun 2020, jumlah penduduk Kota Surabaya sebanyak 2,87 juta jiwa.

Sebanyak 1,43 juta jiwa atau 49,58% penduduk Surabaya berjenis kelamin laki-laki .

Sedangkan 1,45 juta jiwa atau 50,42% penduduk di kota tersebut adalah perempuan

(Kusnandar, 2021). Dari data tersebut jumlah perempuan lebih banyak dari laki-laki,

sehingga kota Surabaya merupakan pasar potensial dalam perkembangan industri

kosmetik besar di Indonesia. Wardah sebagai pionir kosmetik halal terbesar di

Indonesia, menggelar program TOP SPENDER untuk konsumen setia di berbagai

toko yang tersebar di Indonesia pada bulan Mei 2021. Surabaya menjadi kota

terpilihnya program tersebut sebagai bentuk upaya Wardah agar lebih dekat dengan

mitra dan konsumen dalam waktu yang lebih panjang (Tandika, 2021). Dari data

diatas, Surabaya merupakan kota dengan potensi yang cocok untuk pengembangan

industri kosmetika besar seperti halnya Wardah yang dijadikan peluang bisnis dalam

memperoleh pangsa pasar.


6

Berdasarkan data pada tahun 2019 Lipstik Wardah menduduki peringkat

pertama yaitu sebesar 33,40%, kemudian tahun 2020 tetap menduduki peringkat

pertama sebesar 33,50% dibandingkan tahun 2019 sehingga mengalami peningkatan

sebanyak 0,1% dibandingkan tahun 2020. Sedangkan pada tahun 2021 Lipstik

Wardah tetap menduduki peringkat pertama sebesar 31,90% namun mengalami

penurunan sebanyak 1,6% dibandingkan tahun 2020, dilihat pada tabel sebagai

berikut:

Tabel 1.1 Top Brand Index Kategori Lipstik

BRAND TBI 2019 BRAND TBI 2020 BRAND TBI 2021

Wardah 33.40% TOP Wardah 33.50% TOP Wardah 31.90% TOP

Revlon 9.20% Revlon 8.80% Maybelline 11.60% TOP

Maybellin
7.70% Maybelline 6.10% Revlon 7.50%
e

Pixy 6.00% Pixy 5.40% Pixy 5.60%

Viva 4.50% Viva 4.10% Viva 3.30%

Sumber : Top Brand Index Kategori Lipstik Tahun 2019-2021

Dari data yang diperoleh dari Top Brand Index Kategori Lipstik Tahun 2019-

2021 diatas, lipstik Wardah selalu menduduki peringkat pertama dibandingkan

dengan merek lipstik lainnya. Wardah menunjukkan citra merek yang baik dan

kepercayaan yang lebih kepada konsumen dibuktikan dengan adanya kategori lipstik

dalam Top Brand Award pada beberapa tahun terakhir, sehingga hal tersebut
7

menjadikan konsumen memilih Wardah menjadi salah satu merek lipstik yang

disukainya. Dengan adanya Citra Merek dan Kepercayaan Merek yang dimiliki oleh

perusahaan, maka menimbulkan perilaku pembelian berulang (repeat purchasing

behaviour) dan menjadikan pelanggan loyal terhadap merek lipstik Wardah.

Berdasarkan pemaparan teori dan data-data yang diuraikan di atas, maka

penulis tertarik melakukan penelitian yang akan menguji pengaruh Citra Merek,

Kepercayaan Merek terhadap Loyalitas Merek baik secara parsial ataupun simultan,

dalam hal ini penulis menggunakan judul “Pengaruh Citra Merek dan Kepercayaan

Merek Terhadap Loyalitas Merek Lipstik Wardah (Studi pada Pelanggan Lipstik

Wardah di Surabaya).”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada Latar Belakang di atas dapat ditarik kesimpulan

bahwa :

1. Apakah Citra Merek dan Kepercayaan Merek berpengaruh secara simultan

terhadap Loyalitas Merek?

2. Apakah Citra Merek berpengaruh secara parsial terhadap Loyalitas Merek?

3. Apakah Kepercayaan Merek berpengaruh secara parsial terhadap Loyalitas

Merek?

1.3 Tujuan

Berdasarkan pada Latar Belakang dan Rumusan Masalah, dapat ditarik

perumusan masalah, bahwa penelitian ini bertujuan :


8

1. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Citra Merek dan Kepercayaan

Merek terhadap Loyalitas Merek secara simultan.

2. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Citra Merek terhadap Loyalitas

Merek secara parsial.

3. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Kepercayaan Merek terhadap

Loyalitas Merek secara parsial.

1.4 Manfaat

1. Secara Praktis

Hasil dari penelitian ini diharapkan memberi tambahan pengetahuan dari

dunia praktisi yang berharga bagi perkembangan ilmu pemasaran yang berkaitan

dengan Citra Merek dan Kepercayaan Merek yang mempengaruhi Loyalitas

Merek, diharapkan berguna untuk memberikan saran dan masukan dalam

meningkatkan kinerjanya perusahaan yaitu Wardah. Selain itu, hasil penelitian ini

diharapkan dapat dijadikan sebagai referensi penyusunan penelitian di masa

mendatang.

2. Secara Teoritis

Hasil dari penelitian ini diharapkan bisa bermanfaat bagi pengembangan

ilmu pengetahuan sebagai sumber bacaan yang dapat memberikan informasi

khususnya Ilmu Administrasi Bisnis yang berkaitan dengan pengaruh Citra Merek

dan Kepercayaan Merek terhadap Loyalitas Merek. Serta penelitian ini

diharapkan dapat menjadi informasi tambahan yang berguna bagi pembaca dan
9

dapat menjadi sumber pemikiran bagi pihak-pihak yang mempunyai

permasalahan yang sama atau ingin mengadakan penelitian lebih lanjut.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu merupakan referensi dan bukti empiris terkait variabel

yang diteliti. Berikut ini beberapa penelitian terdahulu yang dijadikan referensi dalam

penelitian ini yaitu sebagai berikut:

1. Nama : Derita Qurbani1 , Veta Lidya Delima2

Judul : “Pengaruh Brand Image dan Brand Trust Terhadap Brand

Loyalty Nasabah Prudential Syariah pada PT. Futuristik Artha Gemilang”

Tahun : 2019 (P-ISSN: 2598-0823), (E-ISSN: 2598-2893)

Abstrak : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Brand Image mengetahui

Brand Trust mengetahui Brand Loyalty dan seberapa besar Pengaruh Brand

Image dan Brand Trust Terhadap Brand Loyalty Nasabah Prudential Syariah pada

PT. Futuristik Artha Gemilang Jakarta Selatan.

Metode Penelitian bersifat Deskriptif Assosiatif dengan pendekatan

Kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah Nasabah Prudential Syariah PT.

Futuristik Artha Gemilang Jakarta Selatan. Dengan menggunakan sampel jenuh

sebanyak 30 responden. Teknik pengumpulan data dengan cara menyebarkan

kuesioner dan teknik analisis data adalah Uji Validitas, Uji Reliabilitas, Uji

Normalitas, Uji Heteroskedastisitas, Analisis Regresi Linier Berganda, Uji

Hipotesis Parsial Koefisien (Uji t) dan Uji Hipotesis Parsial Koefisien (Uji f).

10
11

Dari hasil olah data yang diperoleh uji t variabel Brand Image memiliki hitung

lebih kecil dari t tabel yaitu 0,369<2,051 dan nilai signifikasi 0,725>0,05 artinya

variable Brand Image tidak berpengaruh signifikan terhadap Brand Loyalty

sedangkan Brand Trust memiliki angka t hitung lebih besar dari t tabel yaitu

9,479>2,051 dan nilai signifikasi 0,000<0,05 artinya variabel Brand Trust

berpengaruh signifikan terhadap Brand Loyalty. Dari hasil penelitian didapat hasil

uji f 46,945>3,35 dan nilai signifikasi 0,000<0,05 sehingga dapat disimpulkan

bahwa Brand Image dan Brand Trust secara simultan berpengaruh signifikan

terhadap Brand Loyalty Nasabah Prudential Syariah.

2. Nama : Febriyanto Ngabiso1, Djoko L. Radji2, Umin Kango3

Judul : “Pengaruh Citra Merek (Brand Image) dan Kepercayaan Merek

(Brand Trust) Terhadap Loyalitas Merek (Brand Loyalty) pada Produk Air

Minum Dalam Kemasan Merek Aqua (Studi pada Konsumen AMDK Merek

Aqua di Kota Gorontalo)”

Tahun : 2021 (P-ISSN: 2620-9551), (E-ISSN: 2622-1616)

Abstrak : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) seberapa besar

pengaruh citra merek terhadap loyalitas merek, 2) seberapa besar pengaruh

kepercayaan merek terhadap loyalitas merek, 3) seberapa besar pengaruh citra

merek dan kepercayaan merek terhadap loyalitas merek. Jenis penelitian ini

adalah analisis deskriptif kuantitatif. Responden penelitian ini adalah konsumen

Aqua di Kota Gorontalo yang berjumlah 100 orang. Teknik pengambilan sampel

menggunakan cluster sampling. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan


12

menggunakan kuesioner. Metode analisis data yang digunakan adalah analisis

regresi linier berganda. Hasil penelitian ini memperoleh persamaan regresi: Y=

14,324 + 0,271 + 0,486. Dengan nilai t tabel 1,661, nilai F tabel 3,09, dan tingkat

signifikasi 5% (0,05). Berdasarkan hasil uji secara parsial membuktikan bahwa:

1) variabel citra merek memiliki t-hitung 3,118 > t tabel 1,661 dengan nilai

signifikasi 0,002 < 0,05 dan nilai pengaruhnya sebesar 12,8%. 2) variabel

kepercayaan merek memiliki t-hitung 5,840 > t tabel 1,661 dengan nilai

signifikasi 0,000 < 0,05 dan nilai pengaruhnya sebesar 30,5%. Hasil ini

menunjukkan bahwa citra merek dan kepercayaan merek berpengaruh terhadap

loyalitas. 3) Hasil uji secara simultan memiliki F-hitung sebesar 37,046 > F tabel

3,09 dengan nilai signifikasi 0,000 < 0,05. Sedangkan nilai Adjusted R20,421

menjelaskan bahwa sebesar 42,1% dari citra merek dan kepercayaan merek

memiliki kontribusi untuk mempengaruhi loyalitas merek. Adapun selebihnya

57,9% dipengaruhi faktor lainnya yang tidak dijelaskan dalam model penelitian

ini seperti harga, promosi, dan distribusi.

3. Nama : Mega Ayu WP.1, Susi Hariyawati2

Judul : “Pengaruh Citra Merek Dan Kualitas Produk Terhadap

Keputusan Konsumen Membeli Produk Jam Tangan Merek Casio”

Tahun : 2017 (E-ISSN: 2087-2402)

Abstrak : Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh Citra Merek

dan Kualitas Produk secara simultan dan parsial terhadap keputusan konsumen

membeli produk jam tangan merek casio di Perumah Graha Asri Sukodono
13

Sidoarjo. Populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah konsumen yang

membeli produk jam tangan merek casio di perumahan graha asri sukodono

sidoarjo sebanyak 100 responden. Teknik penarikan sampel ini menggunakan

teknik purposive sampling. Teknik analisis data menggunakan analisis regresi

linier berganda, Uji hipotesis secara simultan menggunakan uji F dan secara

parsial menggunakan uji t. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara

simultan variabel citra merek dan kualitas produk berpengaruh secara signifikan

terhadap keputusan pembelian Secara parsial variabel citra merek berpengaruh

signifikan terhadap Keputusan Pembelian, sedangkan variabel kualitas produk

tidak berpengaruh signifikan terhadap Keputusan Pembelian.

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Pemasaran

2.2.1.1 Pengertian Pemasaran

Pemasaran merupakan kegiatan yang sangat penting bagi pelaku bisnis dalam

mempertahankan kelangsungan hidup usahanya serta kegiatan pemasaran, baik

perusahaan yang bergerak di bidang jasa maupun produk. Pemasaran memiliki peran

penting dalam suatu perusahaan, karena marketing memiliki fungsi untuk mencari,

mendapatkan, mempertahankan dan memperbanyak konsumen serta menguasai

pasar.

Menurut American Marketing Association (dalam Rahman & Widayati,

2019:2) mengartikan pemasaran sebagai pelaksanaan kegiatan usaha perdagangan

yang diarahkan pada aliran barang dan jasa dari produsen ke konsumen.
14

Menurut Dharmmesta (dalam Rahman & Widayati, 2019:2) pemasaran

adalah sistem keseluruhan kegiatan usaha yang ditujukan untuk merencanakan,

menentukan harga, mempromosikan dan mendistribusikan barang dan jasa yang

dapat memuaskan kebutuhan pembeli yang ada maupun pembeli potensial.

Kotler dan Armstrong (dalam Nursyirwan, Ardaninggar, Septiningrum,

Gustiasari, & Hasan, 2020:240) menyatakan bahwa pemasaran adalah proses dimana

perusahaan menciptakan nilai bagi pelanggan dan membangun hubungan yang kuat

dengan pelanggan, dengan tujuan menangkap nilai dari pelanggan sebagai

imbalannya.

Pemasaran merupakan salah satu bagian dari kegiatan-kegiatan pokok yang

dilakukan oleh para pengusaha dalam usahanya untuk mempertahankan kelangsungan

hidupnya, untuk berkembang dan untuk mendapatkan laba (Ajmal, Basalamah, &

Djamereng, 2020:75)

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pemasaran

merupakan proses pencarian atas apa yang dibutuhkan dan diinginkan oleh

konsumen, menyediakan baran atau jasa untuk memenuhi keinginan dan kebutuhan

konsumen dengan menciptakan kepuasan bagi para pelanggan dan memberikan laba

bagi perusahaan. Kegiatan pemasaran ditujukan untuk merencanakan, menentukan

harga, mempromosikan dan mendistribusikan barang atau jasa yang dapat

memuaskan kebutuhan pelanggan.

Berhasil tidaknya suatu perusahaan dalam mencapai tujuan tergantung pada

kemampuan dari perusahaan dalam menjalankan berbagai fungsi pada bidang dalam
15

perusahaan. Yang terfokus pada bidang pemasaran, manajemen, keuangan, produksi,

ataupun lainnya yang memiliki pengaruh penting dalam menunjang keberhasilan

pencapaian tujuan tersebut.

2.2.1.2 Konsep Pemasaran

Konsep pemasaran menekankan pada kebutuhan dan keinginan konsumen

yang telah didukung oleh kegiatan pemasaran yang terpadu. Hal tersebut ditujukan

untuk keberhasilan mencapai tujuan perusahaan. Tugas pokok dari perusahaan adalah

menentukan kebutuhan dan keinginan pasar. Memenuhi kebutuhan dan keinginan

konsumen dapat mencapai tingkat kepuasan pelanggan yang melebihi dari kepuasan

yang diberikan oleh para pesaing di luar.

Menurut Sofyan (dalam Hagang, 2019:224) konsep pemasaran adalah suatu

falsafah manajemen dalam bidang pemasaran yang berorientasi kepada kebutuhan

dan keinginan konsumen dengan didukung oleh kegiatan pemasaran terpadu yang

diarahkan untuk memberikan kepuasan konsumen sebagai kunci keberhasilan

organisasi dalam usahanya mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Konsep inti pemasaran menurut Sudaryono (dalam Utami & Prasetyo,

2020:24) yaitu:

1. Kebutuhan, keinginan dan permintaan

2. Produk nilai, biaya dan keputusan

3. Pertukaran, transaksi dan hubungan

4. Pemasar, pemasaran dan pasar


16

Berjalannya pemasaran yang baik tentunya akan sangat berpengaruh baik pula

terhadap perkembangan suatu perusahaan. Maka dari itu, diperlukannya manajemen

dan konsep-konsep pemasaran yang tepat dalam melaksanakan kegiatan pemasaran.

Pemasaran di suatu perusahaan memegang peranan penting dalam upaya pencapaian

tujuan, target, penjualan perusahaan suatu perusahaan. Suatu pencapaian target dan

pertumbuhan penjualan yang diinginkan suatu perusahaan dapat menunjukkan

bagaimana suatu kinerja dalam memasarkan berbagai produk hingga dapat diminati

pasar telah berjalan sesuai dengan yang diharapkan dengan perusahaan itu sendiri.

2.2.2 Merek

2.2.2.1 Pengertian Merek

Salah satu atribut penting yang menjadi perbedaan sebuah produk dan jasa

dengan pesaing adalah merek. Merek merupakan nilai dan identitas atau ciri khas

tertentu suatu perusahaan yang dilindungi oleh hukum untuk menghindari plagiasi

dengan para pesaing. Merek memberikan jaminan bahwa kualitas produk tetap sama

dimanapun produk tersebut didapatkan. Kemudahan masyarakat dalam mengingat

sebuah merek menandakan kekuatan yang ada dalam merek sehingga memberikan

persepsi positif dari pasar serta kesetiaan konsumen terhadap merek.

Menurut The American Marketing Association (dalam Qurbani & Pasaribu,

2019:122) definisi merek ialah nama, istilah, tanda, symbol dan desain, untuk

menjelaskan barang dan jasa dari satu penjual atau kelompok penjual dan untuk

menjadi pembeda dari para pesaing.


17

Merek menurut Kotler & Amstrong (dalam Yuliantari, Nurhidayati, &

Sugiyah, 2020:186) merupakan sebuah nama, lambang, istilah, ataupun desain yang

menunjukkan jati diri dari suatu atau sekumpulan penjual, serta membedakan produk

tersebut dari pesaing.

Pendapat lain dikemukakan oleh Aaker (dalam Miati, 2020:73) menjelaskan

bahwa merek adalah cara membedakan sebuah nama atau symbol seperti logo,

trademark, atau desain kemasan yang dimaksudkan untuk mengidentifikasian produk

atau jasa dari satu produsen atau satu kelompok produsen dan untuk membedakan

produk atau jasa itu dari produsen pesaing.

Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa merek merupakan

suatu nama atau simbol yang mengidentifikasi suatu produk untuk membedakan

barang atau jasa yang diproduksi tersebut dari produk kompetitor lainnya.

2.2.2.2 Manfaat Merek

Merek dapat memberikan manfaat yang baik bagi perusahaan maupun

konsumen. Berikut ini manfaat merek yang dikemukakan oleh beberapa para ahli

dalam Situmeang & Arafah (2020:292) yaitu:

1. Menurut Simamora, merek memiliki beberapa manfaat:

a. Bagi pembeli, merek bermanfaat untuk menceritakan mutu dan memberi daya

tarik terhadap produk-produk baru yang dapat bermanfaat bagi mereka.

b. Bagi masyarakat, merek memberikan manfaat dalam tiga hal, yaitu

1. Memungkinkan mutu produk lebih terjamin dan lebih konsisten.


18

2. Meningkatkan efesiensi pembeli karena merek dapat menyediakan

informasi tentang produk dan tempat untuk membelinya.

3. Meningkatkan inovasi baru karena produsen terdorong untuk menciptakan

model terbaru guna mencegah peniruan dari pesaing.

c. Bagi penjual, merek memberikan manfaat, yaitu

1. Memudahkan penjual mengolah pesanan dan menelusuri masalah-masalah

yang timbul.

2. Memberikan perlindumgan hukum atas keistimewaan atau ciri khas

produk.

3. Memungkinkan menarik sekelompok pembeli yang setia dan

menguntungkan.

4. Membantu penjual melakukan segmentasi pasar.

2. Rangkuti berpendapat manfaat merek yaitu :

a. Bagi perusahaan

1. Nama merek memudahkan penjual mengelola pesanan dan memperkecil

timbulnya permasalahan.

2. Nama merek dan tanda dagang secara hukum dapat melindungi penjualan

dari pemalsuan produk. Karena bila tidak, setiap pesaing akan meniru

produk yang telah berhasil di pasaran.

3. Merek memberikan loyalitas pada penjual untuk mempertahankan

kesetiaan konsumen terhadap produknya.


19

4. Merek dapat membantu penjual mengelompokkan pasar ke dalam

segmen- segmen.

5. Merek perusahaan dapat dibina dengan adanya nama yang baik.

b. Bagi distributor

1. Memudahkan penanganan produk.

2. Mengidentifikasi pendistribusian produk.

3. Meminta produk agar berada pada standar mutu tertentu.

4. Maningkatkan pilihan para pembeli.

c. Bagi konsumen

1. Memudahkan mengenali mutu.

2. Dapat berjalan dengan mudah dan efisien, terutama ketika membeli

kembali.

3. Dengan adanya merek tertentu, konsumen dapat mengaitkan status.

Ketika perusahaan sudah berhasil dalam membentuk loyalitas konsumen

melalui sebuah merek, maka dapat dipastikan akan menimbulkan kesetiaan konsumen

terhadap merek akibat dari penciptaan suatu ikatan emosional yang positif akan

merek.

2.2.3 Citra Merek

2.2.3.1 Pengertian Citra Merek

Citra merek merupakan bagian dari merek yang menjadi dasar konsumen

dalam menunjukkan preferensi terhadap merek. Setelah menggunakan atau

mengkonsumsi suatu produk, setiap orang pasti mempunyai kesan terhadap suatu
20

merek. Kesan konsumen berpengaruh terhadap citra merek perusahaan dan memberi

kesan positif jika merek tersebut memiliki kualitas produk yang baik dan memenuhi

harapan konsumen.

Menurut Kotler (dalam Suryani & Rosalina, 2019:43) citra merek merupakan

pemahaman konsumen mengenai merek secara keseluruhan, kepercayaan konsumen

terhadap suatu merek tertentu dan bagaimana konsumen memandang suatu merek.

Menurut Sangadji dan Sopiah (dalam Qurbani & Pasaribu, 2019:125) citra

merek dapat dianggap sebagai jenis asosiasi yang muncul di benak konsumen ketika

mengingat sebuah merek tertentu..

Menurut Kotler dan Keller (dalam Ngabiso, Radji, & Kango, 2021:3) citra

merek merupakan suatu keyakinan dan persepsi yang dilakukan oleh konsumen,

dimana seperti tercermin dalam asosiasi yang terjadi.

2.2.3.2 Komponen-Komponen Citra Merek

Menurut Davis (dalam Malinda, 2018:76) , citra merek memiliki dua

komponen yaitu :

1. Asosiasi Merek (Brand Associations)

Asosiasi merek terhadap produk dan jasa yang dilekatkan oleh konsumen

pada merek tersebut, termasuk anggapan konsumen mengenai janji-janji yang

dibuat oleh merk tersebut, positif maupun negative, dan harapan mengenai usaha-

usaha untuk menjaga kepuasan konsumen pada merek tersebut. Merek memiliki

akar yang kuat, ketika merek tersebut dikombinasikan dengan nilai-nilai yang
21

diinginkan oleh konsumen. Asosiasi merek membantu pemasar mengerti

kelebihan dari merek yang tersampaikan pada konsumen.

2. Kepribadian Merek/Personal (Brand Personal/Personality)

Kepribadian merek adalah sekumpulan anggapan manusia oleh konsumen

yang diasosiasikan pada merek tersebut, seperti keperibadian, penampilan,

kesukaan, nilai-nilai, gender, ukuran, etnis, bentuk, inteligensi, kelas sosial-

ekonomi, dan pendidikan. Hal-hal tersebut membuat mereka akan hidup dan

mempermudah konsumen menjelaskannya, serta faktor penentu apakah konsumen

ingin mengasosiasikan merek tersebut atau tidak.

2.2.3.3 Faktor-Faktor Citra Merek

Menurut Aaker (dalam Oktiani & Khadafi, 2018:273) faktor-faktor yang

menjadi tolak ukur suatu citra merek, yaitu:

1. Product Attributes (Atribut Produk) merupakan ciri yang sangat erat kaitannya

dengan sebuah merek, misalnya kemasan, isi produk, harga, rasa dan banyak

lainnya.

2. Consumer Benefits (Keuntungan Konsumen): pemanfaatan dan menggunakan

nilai guna suatu produk dari sebuah merek.

3. Brand Personality (Kepribadian Merek) adalah gambaran ( persepsi) seseorang

terhadap sebuah merek.

2.2.3.4 Indikator Citra Merek

Menurut Shimp (dalam Pambudi & Prabawani, 2018:2) citra merek diukur dari :

a. Atribut
22

Atribut adalah ciri-ciri atau berbagai aspek dari merek yang diiklankan. Atribut

juga dibagi menjadi dua bagian yaitu hal-hal yang tidak berhubungan dengan

produk (contoh: harga, kemasan, pemakai, dan citra penggunaan), dan hal-hal

yang berhubungan dengan produk (contoh: warna, ukuran, desain).

b. Manfaat

Manfaat dibagi menjadi tiga bagian yaitu fungsional, simbolis, dan pengalaman.

c. Evaluasi Keseluruhan

Evaluasi keseluruhan, yaitu nilai atau kepentingan subjektif dimana pelanggan

menambahkannya pada hasil konsumsi.

2.2.4 Kepercayaan Merek

2.2.4.1 Pengertian Kepercayaan Merek

Menurut Delgado dan Munuera (dalam Ngabiso et al., 2021:4) kepercayaan

merek adalah kemampuan yang dipercaya bersumber pada keyakinan konsumen

bahwa produk berkualitas sesuai nilai dan intens merek baik yang didasarkan pada

keyakinan konsumen bahwa merek tersebut mengutamakan kepentingan konsumen.

Menurut Lau dan Lee (dalam Oktiani & Khadafi, 2018:273) kepercayaan

pelanggan terhadap merek diartikan sebagai hasil yang memuaskan dari merek yang

sesuai dengan standar atau keinginan konsumen dengan resiko yang mengikutinya.

Kepercayaan merek adalah persepsi akan kehandalan dari sudut pandang

konsumen dari pengalaman, atau lebih pada urutan-urutan transaksi atau interaksi

yang dicirikan oleh terpenuhinya harapan akan kinerja produk dan kepuasan

(Pandiangan, Masiyono, & Atmogo, 2021:473).


23

Menurut Rizan (dalam Fatikhyaid, Rachma, & Hufron, 2019:97), kepercayaan

merek adalah pemikiran konsumen tentang keandalan yang didasari oleh pengalaman,

atau lebih pada urutan-urutan pemakaian dan interaksi yang dirasakan sesuai dengan

harapan akan sebuah produk telah memberi kepuasan.

Dari pendapat para ahli diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa kepercayaan

merek merupakan hasil dari kemauan konsumen yang mempercayai dan merasa aman

pada suatu merek dengan segala resikonya, karena adanya harapan merek tersebut

dapat memberian hasil yang positif dan dapat diandalkan bagi mereka sehingga

menimbulkan kesetiaan konsumen.

2.2.4.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepercayaan terhadap Merek

Menurut Kotler dan Keller ( dalam Purnomo & Oktaria, 2018:55) terdapat

tiga faktor yang mempengaruhi kepercayaan terhadap merek. Hubungan ketiga faktor

tersebut dengan kepercayaan merek dapat digambarkan sebagai berikut:

1. Brand characteristic (karakteristik merek)

Karakteristik merek mempunyai peran yang sangat penting dalam

menentukan pengambilan keputusan konsumen untuk mempercayai suatu merek.

Hal ini disebabkan oleh konsumen melakukan penilaian sebelum membeli.

Karakteristik merek meliputi dapat diramalkan, mempunyai reputasi, dan

kompeten. Dalam konteks hubungan pelanggan-merek, kepercayaan pelanggan

diciptakan berdasarkan pada reputasi merek, prediktabilitas merek, dan

kompetensi merek. Berikut penjelasan dari ketiga karakteristik tersebut:


24

a. Reputasi Merek (Brand Reputation)

Reputasi merek berkenaan dengan opini yang berasal dari orang lain

bahwa merek itu baik maka bisa diandalkan (Reliable). Reputasi merek bisa

dikembangkan bukan saja melalui periklanan dan public relation, tapi juga

dipengaruhi oleh kualitas dan kinerja produk. Konsumen akan

mempersepsikan bahwa sebuah merek mempunyai reputasi baik. Jika, sebuah

merek yang dapat memenuhi harapan mereka, maka reputasi merek yang baik

tersebut akan memperkuat kepuasan konsumen.

b. Prediktabilitas Merek (Brand Predictability)

Prediktabilitas merek berkenaan pada kemampuan suatu kelompok

untuk memprediksi sikap dari kelompok lain. Prediktabilitas merek ialah

merek yang memungkinkan konsumen untuk mengharapkan bagaimana

sebuah merek akan mempunyai performance di setiap pemakaian.

Prediktabilitas mungkin terjadi dikarenakan tingkat konsistensi yang berasal

dari kualitas sebuah produk. Prediktabilitas merek bisa meningkatkan

keyakinan konsumen karena mengetahui bahwa tidak terdapat sesuatu yang

tidak dibutuhkan akan terjadi saat menggunakan merek tersebut. Oleh karena

itu, prediktabilitas merek akan meningkatkan kepercayaan terhadap merek

karena prediktabilitas dapat membangun ekspektasi positif di benak

konsumen.

c. Kompetensi Merek (Brand Competence)


25

Kompetensi merek adalah merek yang memiliki kemampuan untuk

menuntaskan permasalahan yang dihadapi oleh konsumen, kemampuan

berkaitan dengan keahlian dan karakteristik yang memungkinkan suatu

kelompok mempunyai dampak pada suatu wilayah eksklusif. Ketika diyakini

bahwa sebuah merek itu bisa menyelesaikan permasalahan dalam diri

konsumen, maka konsumen tersebut mungkin berkeinginan untuk dapat

menyakini merek tersebut.

2. Company characteristic (karakteristik perusahaan)

Yang ada dibalik suatu merek juga dapat mempengaruhi tingkat kepercayaan

konsumen terhadap merek tersebut. Pengetahuan konsumen tentang perusahaan

yang ada di balik merek suatu produk merupakan dasar awal pemahaman

kosumen terhadap merek suatu produk. Karakteristik ini meliputi kepercayaan

pelanggan terhadap perusahaan, reputasi suatu perusahaan, motivasi perusahaan

yang diinginkan, dan integritas suatu perusahaan. Berikut merupakan penjelasan

karakteristik tersebut:

a. Kepercayaan Terhadap Perusahaan

Dalam kasus perusahaan dalam mereknya, perusahaan merupakan

entitas terbesar dan merek merupakan entitas terkecil dari entitas terbesar

tersebut, sehingga pelanggan yang percaya terhadap perusahaan besar

kemungkinan percaya terhadap mereknya.


26

b. Reputasi Perusahaan

Ketika konsumen mempersepsikan opini orang lain bahwa perusahaan

dikenal adil dan juga jujur, maka pelanggan merasa lebih aman jika

menggunakan produk merek perusahaan. Dalam konteks bauran pemasaran,

ketika perusahaan dinilai mempunyai reputasi yang baik, maka kemungkinan

besar pelanggan akan percaya pada pengecer dan vendor.

c. Motivasi Perusahaan

Dalam konteks merek, ketika pelanggan mempersepsikan suatu

perusahaan layak dipercaya dan bertindak sesuai dengan kepentingan mereka,

maka pelanggan akan mempercayai merek dalam suatu perusahaan.

d. Integritas Perusahaan

Perusahaan yang memiliki integritas tinggi tergantung pada

komunikasi yang akurat tentang perusahaan dari kelompok lain, konsistensi

dari tindakannya dimasa lalu, keyakinan bahwa perusahaan memiliki rasa

keadilan yang kuat serta tindakannya sesuai dengan janji-janjinya. Jika

perusahaan memiliki integritas tersebut, maka besar kemungkinan merek

perusahaan akan dipercaya oleh pelanggan.

3. Karakteristik konsumen-merek (Consumer-brand characteristic)

Karakteristik konsumen-merek merupakan dua kelompok yang

mempengaruhi. Oleh sebab itu, karakteristik konsumen-merek dapat

mempengaruhi kepercayaan terhadap merek. Karaktersitik ini meliputi kemiripan

antara konsep emosional konsumen dengan kepribadian merek, kesukaan


27

terhadap merek, pengalaman terhadap merek, dan kepuasan terhadap. Berikut

merupakan penjelasan karakteristik tersebut:

a. Kesamaan antara konsumen dengan merek

Seseorang pelanggan akan mengevaluasi dan menilai sebuah merek jika

sebuah merek memiliki kesamaan dengan dirinya sendiri. Jika atribut atau

personality fisik merek dinilai sama dengan self-image pelanggan, maka

pelanggan kemungkinan untuk mempercayai merek tersebut.

b. Merek Kesukaan

Untuk mengawali suatu hubungan, suatu kelompok harus disenangi

oleh kelompok lain. Dalam pemasaran konsumen, maka pelanggan tersebut

kemungkinan besar akan mempercayai merek itu.

c. Pengalaman Masa Lalu

Konsumen belajar dari pengalaman dan perilaku dimasa lalunya.

Ketika konsumen memperoleh pengalaman lebih dengan sebuah merek, maka

konsumen akan memahami merek dengan lebih baik menumbuhkan

kepercayaan lebih terhadap merek tersebut.

d. Kepuasan Terhadap Merek

Kepuasan terhadap sebuah merek dapat didefenisikan sebagai hasil

dari evaluasi subjektif bahwa merek alternatif yang dipilih dapat memenuhi

atau melampaui ekspektasi konsumen. Ketika konsumen merasa puas setelah


28

menggunakan suatu merek, maka kepuasan konsumen pada suatu merek juga

akan terpenuhi.

2.2.4.3 Indikator Kepercayaan Merek

Kepercayaan konsumen pada merek hanya dapat diperoleh bila pemasaran

yang dilakukan perusahaan dapat menciptakan dan mempertahankan hubungan

emosional yang positif dengan konsumen, hubungan emosional yang positif ini harus

dibangun. Menurut Delgado (dalam Pandiangan et al., 2021:473) kepercayaan merek

dapat diukur melalui dua dimensi, yaitu:

1. Dimension of Viability

Dimensi ini mewakili sebuah persepsi bahwa suatu merek dapat memenuhi

dan memuaskan kebutuhan dan nilai konsumen. Dimensi ini dapat diukur melalui

indikator kepuasan dan nilai (value).

2. Dimension of Intentionality

Dimensi ini mencerminkan perasaan aman dari seorang individu terhadap

suatu merek. Dimensi ini dapat diukur melalui indikator security dan trust.

Kepercayaan sangat tergantung dengan pengalaman konsumen akan suatu merek,

kepuasaan tersebut akan menentukan besarnya kepercayaan merek yang pada

akhirnya akan mempengaruhi keputusan pembelian konsumen pada merek

tersebut.
29

2.2.5 Loyalitas Merek

2.2.5.1 Pengertian Loyalitas Merek

Loyalitas merek adalah keadaan komitmen dimana pelanggan memilih

melanjutkan penggunaan dari merek atau membeli kembali merek yang sama

(Mahanani & Sari, 2019: 196).

Aaker (dalam Pandiangan et al., 2021:477) berpendapat bahwa loyalitas

merek menunjukkan pola pembelian yang konsisten terhadap merek tertentu

sepanjang waktu dan juga sikap menyenangkan terhadap sebuah merek.

Loyalitas merek merupakan sebuah ikatan pelanggan dengan suatu merek

tertentu. Ikatan ini memberikan kesempatan kepada seorang pelanggan untuk tetap

setia dengan satu merek tertentu (Fatikhyaid et al., 2019:97).

Kemudian menurut Setiadi (dalam Ngabiso et al., 2021:4) loyalitas merek

adalah sikap menyenangi terhadap suatu merek yang direpresentasikan dalam

pembelian yang konsisten terhadap merek itu sepanjang waktu.

Dari penjelasan menurut para ahli tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa

loyalitas merek merupakan preferensi konsumen secara konsisten untuk pembelian

pada merek tertentu ketika merek menawarkan kepuasan pada konsumen sehingga

berniat untuk terus membelinya di masa mendatang.

2.2.5.2 Aspek-Aspek Loyalitas Merek

Schiffman dan Kanuk (dalam Reyhansyah, 2020:89) menerangkan bahwa

komponen-komponen loyalitas merek terdiri atas empat macam, yaitu:


30

1. Kognitif (cognitive) merupakan representasi dari apa yang dipercayai oleh

konsumen. Komponen kognitif ini berisikan persepsi, kepercayaan dan stereotype

seorang konsumen mengenai suatu merek. Loyalitas berarti bahwa konsumen

akan setia terhadap semua informasi yang menyangkut harga, segi keistimewaan

merekdan atribut-atribut penting lainnya. Konsumen yang loyal dari segi kognitif

akan mudah dipengaruhi oleh strategi persaingan dari merek-merek lain yang

disampaikan lewat media komunikasi khususnya iklan maupun pengalaman orang

lain yang dikenalnya serta pengalaman pribadinya.

2. Afektif (affective), yaitu komponen yang didasarkan pada perasaan dan komitmen

konsumen terhadap suatu merek. Konsumen memiliki kedekatan emosi terhadap

merek tersebut. Loyalitas afektif ini merupakan fungsi dari perasaan (afject) dan

sikap konsumen terhadap sebuah merek seperti rasa suka, senang, gemar dan

kepuasan pada merek tersebut. Konsumen yang loyal secara afektif dapat

bertambah suka dengan merek-merek pesaing apabila merek-merek pesaing

tersebut mampu menyampaikan pesan melalui asosiasi dan bayangan konsumen

yang dapat mengarahkan mereka kepada rasa tidak puas terhadap merek yang

sebelumnya.

3. Konatif (conative), merupakan batas antara dimensi loyalitas sikap dan loyalitas

perilaku yang direpresentasikan melalui kece nderungan perilaku konsumen untuk

menggunakan merek yang sama di kesempatan yang akan datang. Selain itu,

komponen ini juga berkenaan dengan kecenderungan konsumen untuk membeli

merek karena telah terbentuk komitmen dalam diri mereka untuk tetap
31

mengkonsumsi merek yang sama. Bahaya-bahaya yang mungkin muncul adalah

jika para pemasar merek pesaing berusaha membujuk konsumen melalui pesan

yang menantang keyakinan mereka akan merek yang telah mereka gunakan

sebelumnya. Umumnya pesan yang dimaksud dapat berupa pembagian kupon

berhadiah maupun promosi yang ditujukan untuk membuat konsumen langsung

membeli.

4. Tindakan (action), berupa tingkah laku membeli lagi produk dan juga

merekomendasikan atau mempromosikan merek tersebut kepada orang lain.

Konsumen yang loyal secara tindakan akan mudah beralih kepada merek lain jika

merek yang selama ini ia konsumsi tidak tersedia di pasaran. Loyal secara

tindakan dengan membeli ulang sebuah merek oleh seorang konsumen dalam

jenis produk tertentu dan mempromosikan merek tersebut kepada orang lain.

2.2.5.3 Tingkatan Loyalitas Merek

Menurut Aaker (dalam Yuliantari et al., 2020:187) beberapa tingkatan

loyalitas merek adalah:

1. Switcher Buyer (Konsumen yang suka berpindah-pindah)

Pelanggan yang berada pada tingkat switcher loyalty adalah pelanggan yang

berada pada tingkat paling dasar. Pelanggan switcher loyalty memiliki perilaku

sering berpindah-pindah merek atau sama sekali tidak loyal dan tidak tertarik

pada merek yang dikonsumsi. Ciri yang paling jelas dari dalam kategori ini adalah

membeli suatu produk karena harga yang murah.

2. Habitual buyer (Konsumen yang membeli karena kebiasaan)


32

Habitual behavior merupakan suatu kebiasaan konsumen dalam membeli

suatu merek produk. Pembeli yang berada dalam tingkatan ini dapat dikategorikan

sebagai pembeli yang puas dengan merek produk yang dikonsumsi.

3. Satisfied buyer (Konsumen yang puas dengan pembelian yang dilakukan)

Pada tingkatan satisfied buyer, pelanggan yang masuk dalam kategori puas

bila pelanggan mengkonsumsi merek tersebut, namun mungkin saja pelanggan

memindahkan pembelian ke merek lain dengan menanggung switching cost

(biaya peralihan) yang terkait dengan waktu, uang, atau risiko yang timbul akibat

tindakan peralihan merek tersebut.

4. Liking of the brand (menyukai merek)

Liking of the brand merupakan pelanggan yang sungguh- sungguh menyukai

merek tersebut. Pada tingkatan ini dijumpai perasaan emosional yang terkait pada

merek yang didasari oleh asosiasi yang terkait dengan simbol, rangkaian

pengalaman dalam penggunaan sebelumnya, baik dari pengalaman pribadi

maupun oleh kerabat atau pun dipengaruhi oleh perceived quality yang tinggi.

5. Committed buyer (Konsumen yang komit terhadap merek produk yang dibeli)

Pada tingkatan commited buyer pelanggan merupakan pelanggan setia (loyal).

Pelanggan memiliki suatu kebanggaan sebagai pengguna suatu merek dan bahkan

merek tersebut menjadi sangat penting bagi pelanggan. Ciri yang nampak pada

tingkatan ini adalah aktualisasi loyalitas pembeli ditunjukkan dengan tindakan

merekomendasikan dan mempromosikan merek tersebut kepada pihak lain.


33

Gambar 2.1 Piramida Loyalitas Merek

Comitted Buyer

Likes the Brand

Statisfied Buyer

Habitual Buyer

Swit
cher

Sumber: (Yuliantari et al., 2020:188)

2.2.5.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Loyalitas Merek

Menurut Marconi (dalam Nurhanah, Budianto, & Toto, 2019:190) loyalitas

merek dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:

1. Nilai (harga dan kualitas)

Penurunan standar kualitas akan mengecewakan konsumen yang loyal, begitu

juga dengan perubahan harga yang tidak layak. Loyalitas muncul ketika

konsumen berasumsi bahwa harga yang harus dibayar sesuai dengan kualitas

merek tersebut selama pembelian yang dilakukannya.

2. Citra (baik diri kepribadian yang dimilikinya dan reputasi dari merek)
34

Merek yang memiliki reputasi yang diakui secara nasional maupun internasional

sekalipun, akan sangat dipercaya oleh konsumen. Karakteristik pribadi yang

diadopsi berdasarakan merek pada kalimat yang terkandung dalam sebuah iklan

akan membentuk kepribadian pada suatu merek yang akan mengarah pada

loyalitas merek.

3. Kenyamanan dan Kemudahan untuk Mendapatkan Produk

Mendapatkan kenyamanan dan kemudahan mendapatkan suatu merek merupakan

salah satu faktor penting dalam membangun loyalitas konsumen. Semua

kelebihan merek tidak akan berarti jika produk dari merek tersebut sulit

didapatkan dan susah diakses serta juga meragukan bagi konsumen untuk

membeli merek tersebut. Terutama terjadi pada masyarakat sekarang yang

cenderung menuntut bahwa merek atau perusahaan yang berhasil adalah merek

yang menawarkan pembelian produk secara nyaman, dapat dibeli lewat telepon

atau internet, dikirimkan dalam waktu yang layak, dapat dibayar dengan kartu

kredit, dan dapat dikembalikan dengan mudah.

4. Kepuasan yang Dirasakan oleh Konsumen

Kepuasan adalah salah satu faktor penentu bagi konsumen yang cenderung

menggantikan barang-barang mereka yang rusak atau lama dengan barang-barang

yang sejenis dalam satu merek. Kepuasan konsumen juga dapat diartikan sebagai

akumulasi dari faktor-faktor loyalitas merek suatu produk yang lain.


35

5. Pelayanan

Pelayanan jual beli yang kurang baik adalah faktor utama dari ketidakpuasan

konsumen, terutama jika merek tersebut tidak dapat memenuhi tingkat pelayanan

yang dijanjikannya. Merek yang kualitasnya tidak lebih baik dari pesaingnya yang

menawarkan harga rendah, dapat menikmati keuntungan penjualan karena

memiliki kualitas pelayanan yang baik.

6. Garansi atau Jaminan yang Diberikan oleh Produk

Meskipun tidak semua konsumen memanfaatkan garansi ataupun jaminan yang

diberikan oleh suatu merek pada produk yang mereka beli, tetapi dengan

tersedianya garansi atau jaminan dapat menambah nilai dari produk tersebut.

2.2.5.5 Indikator Loyalitas Merek

Menurut Ahmed et al. (dalam Afifah, 2021:17) loyalitas merek dapat diukur

melalui beberapa indikator yaitu :

1. Menjadikan suatu merek tertentu menjadi pilihan utama artinya walaupun

terdapat banyak macam merek pesaing yang sama diluaran tetapi tetap merek

utama yang dijadikan untuk pilihan.

2. Setia pada suatu merek artinyapelanggan tidak akan mau membeli atau

menggantikan merek yang sudah digunakan dengan merek yang lain yang beredar

dipasaran.

3. Tidak memakai merek lain walaupun ada produk yang sama artinya pelanggan

tidak mau membeli merek yang lain untuk menggantikan merek yang sudah biasa

digunakan.
36

4. Menyarankan merek yang menjadi pilihan kepada orang yang membutuhkan

artinya memberikan masukan atau rekomendasi kepada orang terdekat untuk

memakai merek tersebut sebagai pilihan.

5. Memberikan masukan hal yang positif terhadap merek yang menjadi pilihan

dengan cara selalu membicarakan hal yang positif tentang merek tersebut kepada

orang lain yang ingin membeli atau belum mengetahui merek tersebut.

2.3 Kerangka Berpikir

Konsumen membangun presepsi terhadap merek melalui informasi yang

mereka dapatkan dengan presepsi terhadap citra merek yang baik, maka kepercayaan

merek juga akan meningkat. Ketika konsumen percaya pada suatu merek, maka

konsumen tersebut mungkin akan menunjukkan sikap dan perilaku positif kepada

suatu merek karena merek tersebut memberikan kesan yang positif. Terbangunnya

kepercayaan merek tidak bisa lepas dari citra merek itu sendiri, karena citra merek

merupakan penglihatan dan kepercayaan yang terpendam dibenak konsumen sebagai

cerminan asosiasi yang tertahan dalam ingatan konsumen.

Citra terhadap merek berhubungan dengan sikap yang berupa preferensi dan

keyakinan terhadap suatu merek. Konsumen yang memiliki citra positif terhadap

suatu merek, akan lebih memungkinkan untuk melakukan pembelian. Sangatlah sulit

bagi perusahaan untuk menarik pelanggan baru dan mempertahankan yang sudah ada

jika loyalitas merek tidak memiliki citra merek yang kuat dan positif. Citra merek

akan melekat secara terus menerus dan membentuk kesetiaan terhadap merek tertentu

yang disebut dengan loyalitas merek, sehingga konsumen beranggapan bahwa merek
37

tertentu secara fisik berbeda dari merek pesaing. Loyalitas terjadi jika ada respon

positif dari pengalaman konsumsi maupun peembelian seorang konsumen atas suatu

produk.

Kepercayaan terhadap merek adalah kemauan seseorang untuk mempercayai

merek dengan segala resikonya karena adanya harapan yang dijanjikan oleh merek

dalam memberikan hasil yang positif bagi konsumen. Konsumen akan melakukan

pembelian secara terus-menerus jika percaya terhadap suatu merek tersebut, bahkan

menggunakan dan memberitahukan pada orang lain akan kelebihan merek tersebut

berdasarkan pengalaman konsumen dalam memakai merek tersebut. Kepercayaan

merek memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap loyalitas konsumen apabila

konsumen sudah percaya terhadap merek tersebut sehingga konsumen tidak akan

berpindah pada merek lain.

Berdasarkan uraian tersebut, maka kerangka berpikir yang dibahas dalam

penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.2 Kerangka Berpikir

Citra Merek
(X1) Loyalitas Merek

Kepercayaan Merek (Y)

(X2)

2.4 Hipotesis
38

Berdasarkan pada teori dan kerangka berpikir, dapat dikaetahui hipotesis

dalam penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah sebagai berikut:

1. Secara simultan terdapat pengaruh Citra Merek dan Kepercayaan Merek terhadap

Loyalitas Merek pada produk lipstik Wardah

2. Secara parsial terdapat pengaruh Citra Merek terhadap Loyalitas Merek pada

produk lipstik Wardah

3. Secara parsial terdapat pengaruh Kepercayaan Merek terhadap Loyalitas Merek

pada produk lipstik Wardah.


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Menurut Sugiyono, (2020:8)

menyatakan bahwa “metode kuantitatif merupakan metode penelitian berdasarkan

pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel

tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat

kuantitatif/statistik, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan”.

Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling dengan cara

menentukan sampel menggunakan pertimbangan secara khusus dan untuk

pengumpulan data dengan menyebarkan kuisioner (angket) merupakan teknik

pengumpulan data dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan

tertulis kepada responden untuk dijawabnya.

3.2 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

3.2.1 Definisi Operasional

Dalam rangka memberi gambaran atau batasan yang jelas mengenai arti serta

makna dari faktor penelitian ini, maka diperlukannya definisi operasional variabel.

Dalam penelitian ini variabel-variabel yang digunakan adalah Citra Merek (X1) dan

Kepercayaan Merek (X2) sebagai variabel independen (variabel bebas). Sedangkan

Loyalitas Merek (Y) sebagai variabel dependen (variabel terikat) . Definisi

operasional variabel yang dapat diamati dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

39
40

1. Citra Merek (X1)

Citra Merek merupakan representasi dari keseluruhan persepsi terhadap merek

dan dibentuk dari informasi dan pengalaman masa lalu terhadap produk lipstik

Wardah. Pengukuran Citra Merek dengan indikator meliputi :

1. Atribut

2. Manfaat

3. Evaluasi Keseluruhan

2. Kepercayaan Merek (X2)

Kepercayaan Merek merupakan bentuk penilaian dan rasa aman yang dimiliki

konsumen terhadap suatu merek dari produk lipstik Wardah yang dapat

dipercaya. Pengukuran Kepercayaan Merek dengan indikator meliputi :

1. Dimension of viability, dimensi ini dapat diukur melalui indikator

kepuasan dan nilai (value).

2. Dimension of intentionality, dimensi ini dapat diukur melalui indikator

security dan trust.

3. Loyalitas Merek (Y)

Loyalitas Merek merupakan sebuah komitmen yang kuat dalam berlangganan

atau membeli suatu merek pada produk lipstik Wardah secara konsisten di masa

yang akan datang. Pengukuran Loyalitas Merek dengan indikator meliputi:

1. Menjadikan suatu merek tertentu menjadi pilihan utama

2. Setia pada satu merek

3. Tidak memakai merek lain walaupun ada produk yang sama


41

4. Menyarankan merek yang menjadi pilihan kepada yang membutuhkan

5. Mengatakan hal yang positif tentang merek yang menjadi pilihan

3.2.2 Pengukuran Variabel

Skala pengukuran merupakan kesepakatan yang digunakan sebagai acuan

untuk menentukan panjang pendeknya interval yang ada dalam alat ukur, sehingga

alat ukur tersebut bila digunakan dalam pengukuran akan menghasilkan data

kuantitatif (Sugiyono, 2020:92)

Dalam penelitian ini, skala pengukuran yang digunakan adalah skala likert.

Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau

sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dalam penelitian, fenomena sosial ini

telah ditetapkan secara spesifik oleh peneliti, yang selanjutnya disebut sebagai

variabel penelitian (Sugiyono, 2020:93). Dengan skala likert, maka variabel yang

akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel dan dijadikan sebagai tolak ukur

untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan.

Pengukuran menggunakan skala likert mempunyai lima tingkatan yang

merupakan skala jenis ordinal yang digunakan sebagai nilai dan jawaban yang

diberikan atas kuesioner, tertera pada tabel berikut:


42

Tabel 3. 1 Skala Likert

Kategori Bobot/Nilai

Sangat Setuju 5

Setuju 4

Netral 3

Tidak Setuju 2

Sangat Tidak Setuju 1

3.3 Populasi, Sampel dan Teknik Penarikan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek

yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2020:215). Populasi

dalam penelitian ini adalah pelanggan di Kota Surabaya yang pernah membeli dan

menggunakan produk lipstik merek Wardah minimal 2 kali dan tidak diketahui

jumlah populasinya (unknown population).

3.3.2 Sampel

Menurut Sugiyono (2020:81) Sampel adalah bagian dari jumlah dan

karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Kenyataan-kenyataan yang

diperoleh dari sampel harus dapat menjadi gambaran dari populasi, meskipun sampel

hanya merupakan bagian dari populasi.


43

Suyanto dan Siswanto (2018:105) berpendapat bahwa untuk menentukan

jumlah sampel yang tidak diketahui populasinya (unknown population) dengan

tingkat kepercayaan 95% adalah sebagai berikut:

n=¿

Keterangan:

n : Jumlah sampel

zα : Derajat koefisien (pada α = 5% atau defrajat keyakinan 95% maka Z = 1,96)

σ : Standart deviasi

e : Standart eror (5%) = 0,05

maka:

n=¿

n=¿ ¿

n=¿96,04 dibulatkan = 100 responden

Jadi, jumlah yang akan dijadikan responden yaitu pelanggan di Kota Surabaya

yang membeli dan menggunakan produk lipstik merek Wardah sejumlah 96,04 tetapi

peneliti membulatkannya menjadi 100 responden.

3.3.3 Teknik Penarikan Sampel

Teknik sampling adalah merupakan teknik pengambilan sampel (Sugiyono,

2020:217). Terdapat berbagai teknik sampling yang digunakan untuk menentukan

sampel dalam penelitian. Teknik pengambilan sampel yang digunakan pada

penelitian ini menggunakan non probability sampling dengan metode pengambilan

sampel menggunakan purposive sampling.


44

Nonprobability Sampling adalah teknik pengambilan sampel yang tidak

memberi peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk

dipilih menjadi sampel (Sugiyono, 2020:218). Sedangkan purposive sampling adalah

teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono,

2020:218). Adapun kriteria tertentu dalam teknik pengambilan sampel pada

penelitian ini adalah:

1. Responden berdomisili Surabaya

2. Berusia minimal 17 tahun

3. Responden harus sudah pernah membeli dan menggunakan produk lipstik

merek Wardah minimal 2 kali.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

3.4.1 Jenis Data

Penelitian ini menggunakan dua jenis data, yakni data primer dan data

sekunder. Kedua jenis data tersebut diperoleh secara berikut:

a. Data Primer

Data primer merupakan data langsung yang diperoleh peneliti baik secara

observasi ataupun pengamatan secara langsung sebagai alat jawab rumusan

masalah penelitian. Data primer pada penelitian ini dilakukan dengan cara

menyebarkan kuesioner (angket) secara online melalui google forms kepada 100

responden, khususnya pada pelanggan yang membeli atau menggunakan produk

lipstik merek Wardah.

b. Data Sekunder
45

Data sekunder yang digunakan pada penelitian ini adalah berupa studi pustaka

dan diperoleh dari sumber referensi terkait dengan jurnal, penelitian terdahulu,

maupun website resmi yang diambil tidak sembarang mengikuti kaidah atau

aturan yang berlaku.

3.4.2 Sumber Data

Sumber data yang digunakan bersumber dari data primer dan data skunder.

Data primer diperoleh dari pelanggan yang membeli atau menggunakan produk

lipstik Wardah yang ada di Kota Surabaya dengan menyebar daftar pertanyaan atau

kuesioner. Sedangkan data skunder ialah data eksternal yang diperoleh dari

wardahbeauty.com dan topbrand-award.com.

3.4.3 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan kuesioner.

Kuesioner merupakan metode pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan

secara langsung atau tertulis yang disusun secara sistematis kepada responden.

Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi

seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya

(Sugiyono, 2020:142). Kuesioner yang disebarkan kepada responden berupa daftar

pertanyaan sesuai dengan permasalahan yang diteliti yaitu data responden mengenai

Citra Merek, Kepercayaan Merek dan Loyalitas Merek konsumen lipstik merek

Wardah di Kota Surabaya.

3.5 Teknik Analisis Data

3.5.1 Teknik Analisis


46

Teknik Analisis Data merupakan suatu metode atau cara pengolahan sebuah

data menjadi informasi sehingga karakteristik data tersebut menjadi mudah untuk

dipahami dan juga bermanfaat untuk menemukan solusi permasalahan dalam sebuah

penelitian. Tujuan dari analisis data adalah untuk mendeskripsikan sebuah data

sehingga dapat di pahami, dan juga untuk membuat kesimpulan mengenai

karakteristik populasi yang berdasarkan data yang diperoleh dari sampel, yang

biasanya ini dibuat dengan dasar pendugaan dan pengujian hipotesis. Teknik analisis

data yang digunakan dalam penelitian kuantitatif diarahkan untuk menjawab rumusan

masalah atau menguji hipotesis yang telah dirumuskan dalam proposal. Dalam

penelitian kuantitatif, sebelum dilakukan analisis dan uji pengaruh, maka terhadap

kuesioner perlu dilakukan uji validitas dan reliabilitas.

3.5.2 Uji Validitas

Menurut Ghozali (2018:51) uji validitas digunakan untuk mengukur valid atau

tidaknya suatu pernyataan. Data yang valid adalah tidak adanya data yang berbeda

antar data yang dilaporkan oleh peneliti dengan data yang sesungguhnya terjadi pada

obyek penelitian. Dengan demikian, semakin tinggi ketepatannya, maka semakin

tinggi pula validitas datanya.

Pengujian validitas penelitian ini mempergunakan analisis korelasi Product

Moment untuk mencari koefisien korelasinya. Suatu instrumen dikatakan valid jika

instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang hendak diukur. Berikut

rumus korelasi Product Moment yang digunakan seperti tersaji di bawah ini:
47

n ( ∑ xy )−( ∑ x ) (∑ y )
r xy =
√¿ ¿ ¿

Keterangan:

n = jumlah responden

r = koefisien validitas item yang dicari

x = skor pertanyaan tiap butir

y = skor total

∑𝑋 = jumlah skor dalam distribusi X

∑𝑌 = jumlah skor dalam distribusi Y

∑𝑋2 = jumlah kuadrat dalam skor distribusi X

∑Y2 = jumlah kuadrat dalam skor distribusi Y

Dengan kriteria pengujian validitas sebagai berikut:

a. Jika r hitung > r tabel, maka butir atau pertanyaan tersebut dinyatakan valid

b. Jika r hitung < r tabel, maka butir atau pertanyaan tersebut dinyatakan tidak valid

3.5.3 Uji Relibialitas

Menurut Ghozali (2018:45) uji reliabilitas digunakan untuk mengukur suatu

kuesioner yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Instrumen yang

memiliki kehandalan data menunjukkan bahwa instrumen tersebut memiliki tingkat

reliabilitas yang tinggi. Suatu alat ukur dapat dikatakan reliebel jika alat ukur tersebut

dapat memberikan hasil yang konsisten meskipun digunakan berulang kali. Dengan

demikian, instrumen dapat digunakan karena dapat bekerja dengan baik pada kondisi

dan waktu yang berbeda. Uji reliabilitas yang digunakan pada penelitian ini adalah
48

menggunakan metode Cronbach Alpha untuk menentukan apakah setiap instrumen

reliabel atau tidak. Suatu konstruk atau variabel dikatakan reliabel jika memberikan

nilai Cronbach Alpha > 0.60 diterima.

3.5.4 Uji Asumsi Klasik

Prasyarat yang harus dipenuhi dalam uji asumsi klasik yaitu pada agresi linier

berganda. Analisis yang dimaksud adalah regresi linier berganda berbasis OLS

(Ordinary Least Square). Jika asumsi klasik terpenuhi, maka estimasi regresi linier

berbasis OLS (Ordinary Least Square) akan BLUE (Best Linear Unbiased)

Estimator), sehingga pengambilan keputusan melalui Uji F dan Uji T tidak boleh

bias. Hasil dari uji asumsi klasik dalam penelitian ini dapat dijelaskan sebagai

berikut:

3.5.4.1 Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah model regresi, variabel

pengganggu atau residual memiliki distribusi normal atau tidak normal (Ghozali,

2018:161). Dalam penelitian ini menggunakan uji dengan analisis statistik yaitu uji

Kolmogrov-Smirnov untuk menguji apakah data berdistribusi normal atau tidak. Pada

pengujian Kolmogrov-Smirnov ini, data dapat dikatakan memenuhi uji normalitas

dan memenuhi kriteria BLUE (Best Linier Unbiased Estimator) apabila data tersebut

dinyatakan berdistribusi dengan normal. Dalam uji Kolmogrov-Smirnov data

dikatakan memiliki distribusi normal jika memenuhi ketentuan nilai signifikansi

diatas 5% atau 0,05. Sedangkan data dikatakan tidak memiliki distribusi normal jika

nilai signifikan dibawah 5% atau 0,05.


49

3.5.4.2 Uji Multikolinearitas

Dalam penelitian kuantitatif, uji multikolinearitas bertujuan untuk mengukur

atau menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas

(independen) (Ghozali, 2018:107). Tujuan dilakukannya uji multikolienaritas dalam

penelitian untuk mengetahui apakah terjadi hubungan yang kuat antar variabel

independen. Model regresi dinyatakan memenuhi kriteria BLUE (Best Linier

Unbiased Estimator) apabila tidak terjadinya gejala multikolinearitas. Pengujian

multikolinieritas dapat diketahui dengan menghitung nilai VIF dan Tolerance dari

masing-masing variabel bebas. Dalam hal ini untuk mengetahui apakah pada data

penelitian mengandung multikolinieritas atau tidak, dapat didasarkan pada beberapa

indikasi berikut:

a. Nilai 𝑅2 yang dihasilkan oleh suatu estimasi model regresi empiris sangat tinggi,

akan tetapi koefisien standart error dan tingkat signifikansi masing-masing

variabel sangat rendah.

b. Besaran VIF (Variance Inflation Factor) memiliki nilai < 10

3.5.4.3 Uji Heteroskedastisitas

Uji heterokedastisitas bertujuan untuk apakah dalam model regresi terjadi

ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain

(Ghozali, 2018:137). Apabila varian berbeda disebut heteroskedastisitas, sedangkan

apabila varian dari residual dalam satu pengamatan ke pengamatan lain tetap disebut

homoskedastisitas. Model regresi dalam penelitian yang baik adalah yang tidak
50

terdapat heteroskedastisitas. Untuk mengetahui ada atau tidaknya heteroskedastisitas

pada suatu model regresi linier berganda adalah dengan melihat grafik scatterplot

atau dari nilai prediksi variabel terikat yaitu SRESID dengan residual error yaitu

ZPRED. Untuk mendeteksi adanya data yang mengandung heteroskedastisitas atau

tidak, dapat didasarkan pada asumsi berikut:

a. Jika terdapat pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu

yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka menunjukkan

bahwa telah terjadi heteroskedastisitas.

b. Jika tidak terdapat pola yang jelas, serta titik-titik menyebar diatas dan dibawah

angka 0 pada sumbu Y secara acak, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

3.5.4.4 Uji Autokorelasi

Dalam Ghozali (2018:111) uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah

dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t

dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Munculnya

permasalahan ini karena residual tidak bebas pada satu observasi ke observasi

lainnya. Uji autokorelasi dibutuhkan untuk menguji apakah dalam suatu model

regresi linear ada korelasi antar kesalahan penganggu (residual) pada periode t

dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Apabila terjadi korelasi maka

terdapat problem autokorelasi, karena model regresi yang baik adalah pada model

regresi yang bebas dari autokorelasi. Dalam mendeteksi data ada tidaknya

autokorelasi dapat dilakukan dengan beberapa cara salah satunya adalah dengan

menggunakan metode Durbin Watson dengan kritertia sebagai berikut:


51

a. Jika d < dl, berarti terdapat autokorelasi positif

b. Jika d > (4-dl) berarti terdapat autokorelasi egative

c. Jika du < d < (4-du) berarti tidak terjadi autokorelasi

d. jika dl < d < du atau (4-du) < d < (4-dl) berarti tidak dapat disimpulkan

3.5.5 Analisis Regresi Linier Berganda

Uji regresi digunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh antara variabel

satu dengan variabel yang lainnya. Selain itu, regresi dapat digunakan untuk

mengukur dua variabel atau lebih, serta menunjukkan arah variabel dependen dan

independen. Oleh karena itu, untuk mengukur satu variabel dependen dan dua

variabel independen harus menggunakan regresi linier berganda. Analisis ini untuk

mengukur seberapa jauh pengaruh Citra merek (X1) , Kepercayaan Merek (X2)

terhadap Loyalitas Merek (Y). Oleh karena itu uji regresi linier bergnada dilakukan

dengan rumus sebagai berikut:

Y = a + b1X1 + b2X2

Keterangan:

Y = Loyalitas merek

a = Nilai intersep konstanta

b = Koefisian regresi

X1 = Citra merek

X2 = Kepercayaan merek

3.5.6 Uji Hipotesis

3.5.6.1 Uji F (Simultan)


52

Uji F digunakan untuk mengetahui seberapa tingkat signifikasi koefisien

korelasi seluruh variabel independen dengan variabel dependen secara simultan.

Untuk mengetahui pengaruh nyata atau tidaknya antara Citra Merek (X1) dan

Kepercayaan Merek (X2) secara simultan terhadap Loyalitas Merek (Y), Uji F ini bisa

dijelaskan dengan rumus sebagai berikut:

1. Merumuskan hipotesis

a. H0 : βi = 0 Citra Merek (X1), Kepercayaan Merek (X2) secara simultan tidak

berpengaruh signifikan terhadap Loyalitas Merek (Y).

b. H1 : βi ≠ 0 Citra Merek (X1), Kepercayaan Merek (X2) secara simultan

berpengaruh signifikan terhadap Loyalitas Merek (Y).

2. Menentukan tingkat level of significant α sebesar 5 % = 0,05 dengan :

Df = n – k – 1

Keterangan :

n = Jumlah sampel

k = Jurnal parameter regresi

3. Merumuskan nilai Fhitung dengan rumus


2
R
k
F hitung =
( 1−R ) /( n−k−1)
2

Keterangan:

Fhitung = F hasil perhitungan

R2 = Koefisien determinasi
53

k = Jumlah variabel

n = Jumlah sampel

Rumus yang digunakan untuk mencari R2 sebagai berikut:

JK regresi
R2= 2
Σy

Keterangan:

R2 = Koefisien determinan

JK = jumlah kuadrat regresi


2
Σy = jumlah kuadrat total

4. Kriteria yang digunakan dalam uji Fhitung adalah sebagai berikut:

a. Jika Fhitung ≥ Ftabel, maka H0 ditolak dan H1 diterima berarti variabel Citra Merek

(X1) dan Kepercayaan Merek (X2), secara simultan berpengaruh signifikan

terhadap Loyalitas Merek (Y).

b. Bila Fhitung < Ftabel, maka H0 diterima dan H1 ditolak, berarti variabel Citra Merek

(X1) dan Kepercayaan Merek (X2) secara simultan tidak berpengaruh signifikan

terhadap Loyalitas Merek (Y).

Gambar 3. 1 Kurva Uji F


54

3.5.6.2 Uji t (Parsial)

Dalam penelitian ini, Uji t digunakan untuk menguji ada tidaknya pengaruh

signifikan secara parsial dari masing-masing variabel independen (Citra Merek dan

Kepercayaan Merek) dengan variabel dependen (Loyalitas Merek). Adapun langkah-

langkah pengujian Uji t sebagai berikut:

1. Merumuskan hipotesis

a. Ho : βi = 0, artinya variabel independen (X) secara parsial tidak berpengaruh

terhadap variabel dependen (Y).

b. Ho : βi ≠ 0, artinya variabel independen (X) secara parsial berpengaruh

terhadap variabel dependen (Y).

2. Menentukan level of significance dengan ɑ sebesar 5% = 0,05

3. Menenukan nilai t hitung dengan rumus:

r √ n−2
t=
√1−r 2
Keterangan:

t = nilai uji t hitung

r = koefisien korelasi
55

n = jumlah sampel

r2 = koefisien determinan

4. Kriteria yang digunakan dalam uji t adalah sebagai berikut:

a. Apabila t hitung> t tabel maka Ho ditolak dan H1 diterima, artinya variabel

independen (X) secara parsial terdapat pengaruh signifikan terhadap variabel

dependen (Y)

b. Apabila t hitung< t tabel maka Ho diterima dan H1 ditolak, artinya variabel

independen (X) secara parsial terdapat pengaruh tidak signifikan terhadap

variabel dependen (Y)

Gambar 3. 2 Kurva Uji t


56

3.6 Jadwal Pelaksanaan Penelitian

Tabel 3. 2 Jadwal Penelitian

No Kegiatan Waktu

Sept Okt Nov Des Jan

1 Tahap Persiapan Penelitian

2 Pengumpulan data awal

3. Pelaksanaan Penelitian

4. Pengumpulan data

5. Analisis data dan pengajuan

6. Penyusunan laporan

7. Publikasi Nasional/Internasional
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian

4.1.1 Sejarah Perusahaan

PT Paragon Technology and Innovation berdiri pada tanggal 28 Februari 1985

dengan nama awal PT Pusaka Tradisi Ibu. Perusahaan ini baru berganti nama menjadi

PT Paragon Technology and Innovation pada tahun 2011. Perusahaan ini didirikan

oleh pasangan suami istri Drs. H. Subakat Hadi, M.Sc dan Dra. Hj. Nurhayati

Subakat, Apt. Pada masa itu, pendiri melihat masih ada peluang yang terbuka.

Perusahaan ini dimulai dengan sederhana namun sudah diusahakan dengan tata cara

yang baik. PT Pusaka Tradisi Ibu (PTI) pada awal berdirinya hanya memproduksi

perawatan rambut. Pada tahun 1985, perusahaan ini mengeluarkan produk perawatan

rambut dengan merk Putri yang dipasarkan ke salon-salon yang sampai sekarang

masih diproduksi.

Tahun 1985-1990, PT Pusaka Tradisi Ibu mengalami perkembangan pesat.

Mulai dari Jabotabek, produknya mulai menyebar dan bersaing langsung dengan

produk lama yang telah eksis. Mulai tahun 1990, produk salonnya dapat bersaing

dengan produk eksis. Survey CIC (2002) menyebutkan bahwa Hair Tonic Putri 71

adalah hair tonic yang paling banyak digunakan di indonesia. Sedangkan produk

perawatan rambut lainnya selalu masuk 10 besar. Seiring dengan perkembangan

perusahaan, pada bulan Desember 1990, PT Pusaka Tradisi Ibu mendirikan pabrik

57
58

produksi di Kawasan Industri Cibodas Tangerang. Pendirian pabrik yang baru ini

bertujuan untuk menambah kapasitas produksi yang terus meningkat.

Pada tahun 1995, PTI mulai mengembangkan merk Wardah. Namun, belum

bisa berjalan dengan baik dikarenakan rekanan manajemen yang kurang baik. PTI

kembali mencoba mengembangkan Wardah pada tahun 1996 dengan tetap bekerja

sama dengan agen dalam pemasarannya. Sejak itu penjualannya mulai menanjak dan

PT Pusaka Tradisi Ibu memasuki pasar tata rias (decorative). Ketika krisis ekonomi

1998, banyak perusahaan sejenis yang tutup. Daya beli masyarakat anjlok sementara

harga bahan baku naik sampai empat kali lipat. PTI mengambil reaksi cepat

menyikapi krisis tersebut di saat pesaing-pesaing lain tidak berproduksi. Setelah

melewati masa krisis selama empat bulan, PTI justru mengembangkan pasar. Pada

tahun 1999-2003, PTI mengalami perkembangan kedua. Penjualan merk Wardah

pada masa tersebut melonjak pesat. Pabrik lain di Kawasan Industri Jatake Tangerang

didirikan dan mulai beroperasi pada tahun 2001.

PTI mulai memodernisasi perusahaan pada tahun 2002-2003. Perusahaan ini

mulai masuk ke pasar umum yang memerlukan perubahan dari segi internal. Selain

itu, juga melalui program promosi dan membina tim promosi. Pada tahun 2005, PT

Pusaka Tradisi Ibu sudah menerapkan Good Manufacturing Practice (GMP) dan Cara

Pembuatan Kosmetika yang Baik (CPKB). 72 Sampai sekarang, di Indonesia baru 80

pabrik dari keseluruhan 760 pabrik yang sudah menerapkan CPKB. Selain itu, PTI

menjadi percontohan pelaksanaan CPKB untuk industri kosmetika yang lainnya. PTI
59

sampai dengan saat ini sudah memiliki 26 Distribution Centre (DC) hampir di seluruh

wilayah Indonesia. Saat ini perusahaan ini telah memiliki DC di Malaysia.

4.1.2 Visi dan Misi Perusahaan

4.1.2.1 Visi Perusahaan

Visi perusahaan Wardah adalah mengembangkan Paragonian, menciptakan

kebaikan untuk pelanggan, perbaikan berkesinambungan, tumbuh bersama-sama,

memelihara bumi, mendukung pendidikan dan kesehatan bangsa, serta

mengembangkan bisnis.

4.1.2.2 Misi Perusahaan

Adapun misi dari perusahaan Wardah kosmetik yaitu sebagai berikut:

1. Mengembangkan karyawan yang berkompeten dengan menciptakan lingkungan

kerja yang baik untuk mendukung tercapainya kepuasan pelanggan.

2. Secara berkesinambungan menyediakan produk dan jasa yang berkualitas tinggi

serta memenuhi kebutuhan pelanggan melalui program pemasaran yang baik.

3. Mengembangkan operasi perusahaan yang sehat dalam segala aspek.

4. Terus berinovasi, menguasai ilmu, menerapkan teknologi baru, dan berinovasi

demi kepuasan pelanggan.

5. Mengembangkan berbagai unit usaha secara lateral


60

4.1.3 Susunan Organisasi

Gambar 4. 1 Struktur Organisasi Wardah


61

4.2 Penyajian Data

4.2.1 Deskripsi Karakteristik Responden


62

Pada penelitian ini terdapat 100 responden berjenis kelamin perempuan yang

pernah melakukan pembelian minimal 2 kali dalam 12 bulan terakhir. Berdasar pada

hasil kuesioner yang telah disebarkan pada 100 responden maka dapat digambarkan

secara umum responden pada penelitian ini ialah sebagai berikut:

1. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia.

Pada penelitian ini dibagi menjadi 5 kelompok usia yang diambil dari

100 responden dengan jangka usia mulai dari 17-22 tahun, 23-28 tahun,

29-34 tahun, 35-40 tahun, >40 tahun.

Tabel 4. 1 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

Usia Jumlah Responden Persentase (%)

17-22 Tahun 71 71%

23-28 Tahun 17 17%

29-34 Tahun 3 3%

35-40 Tahun 3 3%

> 40 Tahun 6 6%

Total 100 100%

Sumber: Hasil Penyebaran Kuesioner (diolah peneliti)

Pada tabel 4.1 terlihat bahwa jumlah responden pada penelitian ini

yang berusia 17-22 tahun sejumlah 71 dengan persentase 71%, usia 23-28

tahun sejumlah 17 dengan persentase 17%, usia 29-34 tahun sejumlah 3

dengan persentase 3%, usia 35-40 tahun sejumlah 3 dengan persentase 3%

dan usia >40 tahun sejumlah 6 dengan persentase 6%. Dari data tersebut
63

terlihat bahwa responden yang berusia 17-22 tahun yang mendominasi

menjadi pelanggan lipstik Wardah.

2. Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan.

Pada penelitian ini dibagi menjadi 5 kelompok pekerjaan dari 100

responden mulai dari Pelajar/Mahasiswa, PNS, Wiraswasta, Karyawan,

dan Lain-lain.

Tabel 4. 2 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan

Pekerjaan Jumlah Responden Persentase

Pelajar/ 64 64%

Mahasiwa

PNS 3 3%

Wiraswasta 7 7%

Karyawan 15 15%

Lain – Lain 11 11%

Total 100 100%

Sumber: Hasil Penyebaran Kuesioner (diolah peneliti)

Pada tabel 4.2 terlihat bahwa jumlah responden pada penelitian ini

yaitu Pelajar/Mahasiswa sejumlah 64 dengan persentase 64%, PNS

sejumlah 3 dengan persentase 3%, Wiraswasta sejumlah 7 dengan

persentase 7%, Karyawan sejumlah 15 dengan persentase 15% dan Lain-

lain sejumlah 11 dengan persentase 11%. Dari data tersebut terlihat bahwa
64

responden yang berprofesi sebagai Pelajar/Mahasiswa sebesar 64 dengan

persentase 64% mendominasi menjadi pelanggan lipstik Wardah.

3. Karakteristik Responden Berdasarkan Pembelian dan Penggunaan

pada Lipstik Wardah di Surabaya dalam Kurun Waktu 12 Bulan

Terakhir.

Pada penelitian ini responden memilih waktu pembelian dalam kurun

waktu 12 bulan yang dibagi menjadi 2 pilihan, yaitu 2 kali, dan > 2 kali.

Tabel 4. 3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pembelian dan Penggunaan


pada Lipstik Wardah di Surabaya dalam Kurun Waktu 12 Bulan Terakhir.

Pembelian dan Penggunaan Lipstik Wardah Jumlah Persentase

2 kali 28 28 %

> 2 kali 72 72 %

Total 100 100%

Sumber: Hasil Penyebaran Kuesioner (diolah peneliti)

Pada tabel 4.3 terlihat bahwa pelanggan lipstik Wardah yang

melakukan pembelian dan penggunaan 2 kali sejumlah 28 dengan

persentase 28%, > 2 kali sejumlah 72 dengan persentase 72%. Dari data

tersebut rata – rata yang mendominasi tertinggi pelanggan yang membeli

dan menggunakan produk lipstik Wardah dalam kurun waktu 12 bulan

terakhir yaitu > 2 kali dengan persentase 72%.

4.2.2 Deskripsi Variabel - Variabel Penelitian


65

Pada analisis deskriptif memiliki tujuan untuk mengetahui rata-rata tanggapan

responden dari variabel penelitian Citra Merek , Kepercayaan Merek dan Loyalitas

Merek yang akan ditampilkan dibawah ini:

1. Deskripsi Variabel Citra Merek

Hasil tanggapan responden terhadap Citra Merek dapat dilihat pada tabel 4.4

berikut ini:

Tabel 4. 4 Tanggapan Responden Terhadap Variabel Citra Merek

Skor Jawaban Responden


Rata-
No Pernyataan STS TS N S SS Total
rata
(1) (2) (3) (4) (5)
Lipstik Wardah
merupakan
0 0 8 41 51 100
1 produk yang 4.43
berkualitas
Presentase 0% 0% 8% 41% 51% 100%
Produk lipstik
Wardah tahan 0 6 20 36 38 100
2 4.06
lama
Presentase 0% 6% 20% 36% 38% 100%
Lipstik Wardah
adalah lipstik
yang memiliki
penampilan 0 0 13 41 46 100
3 produk dan 4.33
kemasan yang
menarik
Presentase 0% 0% 13% 41% 46% 100%
Harga produk
lipstik merek
0 1 17 38 44 100
4 Wardah sesuai 4.25
dengan kualitas
Presentase 0% 1% 17% 38% 44% 100%
5 Lipstik merek 0 1 5 38 56 100 4.49
Wardah
66

menawarkan
berbagai variasi
produk
Presentase 0% 1% 5% 38% 56% 100%
Lipstik merek
Wardah
menawarkan 0 0 11 41 48 100
6 4.37
produk yang
mengikuti zaman
Presentase 0% 0% 11% 41% 48% 100%
Menggunakan
produk lipstik
Wardah 0 3 17 41 39 100
7 4.16
menumbuhkan
rasa percaya diri
Presentase 0% 3% 17% 41% 39% 100%
Saya memilih
produk lipstik
Wardah sesuai 0 0 8 40 52 100
8 4.44
dengan kebutuhan
saya
Presentase 0% 0% 8% 40% 52% 100%
Sumber: Tabulasi data diolah oleh peneliti

Berdasarkan tabel 4.4 yang merupakan jawaban-jawaban responden yang

telah dikuantifikasikan menggunakan skala likert dari tabel diatas dapat diketahui

jawaban sebagai berikut:

1. Sebagian responden sebanyak 51% menyatakan sangat setuju bahwa

“Lipstik Wardah merupakan produk yang berkualitas”.

2. Sebagian responden sebanyak 38% menyatakan sangat setuju bahwa

“Produk lipstik Wardah tahan lama”.


67

3. Sebagian responden sebanyak 46% Lipstik menyatakan sangat setuju

bahwa “Wardah adalah lipstik yang memiliki penampilan produk dan

kemasan yang menarik”.

4. Sebagian responden sebanyak 44% Lipstik menyatakan sangat setuju

bahwa “Harga produk lipstik merek Wardah sesuai dengan kualitas”.

5. Sebagian responden sebanyak 56% Lipstik menyatakan sangat setuju

bahwa “Lipstik merek Wardah menawarkan berbagai variasi produk”.

6. Sebagian responden sebanyak 48% menyatakan sangat setuju bahwa

“Lipstik merek Wardah menawarkan produk yang mengikuti zaman”.

7. Sebagian responden sebanyak 41% menyatakan setuju bahwa

“Menggunakan produk lipstik Wardah menumbuhkan rasa percaya diri”.

8. Sebagian responden sebanyak 52% menyatakan sangat setuju bahwa

“Saya memilih produk lipstik Wardah sesuai dengan kebutuhan saya”.

2. Deskripsi Variabel Kepercayaan Merek

Hasil tanggapan responden terhadap Kepercayaan Merek dapat dilihat pada

tabel 4.5 berikut ini:

Tabel 4. 5 Tanggapan Responden Terhadap Variabel Kepercayaan Merek

Skor Jawaban Responden


Rata-
No Pernyataan STS TS N S SS Total
rata
(1) (2) (3) (4) (5)
Saya merasa puas
menggunakan
0 3 15 45 37 100 4.16
1 produk lipstik
merek Wardah
Presentase 0% 3% 15% 45% 37% 100%
68

Lipstik merek
Wardah sesuai
0 3 20 49 28 100 4.02
2 dengan harapan
saya
Presentase 0% 3% 20% 49% 28% 100%
Saya merasa
aman
menggunakan 0 3 11 41 45 100 4.28
3 produk lipstik
merek Wardah
Presentase 0% 3% 11% 41% 45% 100%
Saya percaya
dengan produk
0 1 16 37 46 100
4 lipstik merek 4.28
Wardah
Presentase 0% 1% 16% 37% 46% 100%
Sumber: Tabulasi data diolah oleh peneliti.

Berdasarkan tabel 4.5 yang merupakan jawaban-jawaban responden yang

telah dikuantifikasikan menggunakan skala likert dari tabel diatas dapat diketahui

jawaban sebagai berikut:

1. Berkaitan dengan pernyataan “Saya merasa puas menggunakan produk

lipstik merek Wardah“, sebagian besar responden sebanyak 45%

menjawab setuju.

2. Berkaitan dengan pernyataan “Lipstik merek Wardah sesuai dengan

harapan saya“, sebagian besar responden sebanyak 49% menjawab setuju.

3. Berkaitan dengan pernyataan “Saya merasa aman menggunakan produk

lipstik merek Wardah “, sebagian besar responden sebanyak 45%

menjawab sangat setuju.


69

4. Berkaitan dengan pernyataan “Saya percaya dengan produk lipstik merek

Wardah“, sebagian besar responden sebanyak 46% menjawab sangat

setuju.

3. Deskripsi Variabel Loyalitas Merek

Hasil tanggapan responden terhadap Loyalitas Merek dapat dilihat pada tabel 4.6

berikut ini:

Tabel 4. 6 Tanggapan Responden Terhadap Variabel Loyalitas Merek

Skor Jawaban Responden


Rata-
No Pernyataan STS TS N S SS Total
rata
(1) (2) (3) (4) (5)

Lipstik Wardah
merupakan
produk utama
0 13 24 30 33 100 3.83
1 saya dalam
menggunakan
lipstik
Presentase 0% 13% 24% 30% 33% 100%
Saya akan
menjadi
pelanggan setia 0 8 26 33 33 100 3.91
2 lipstik merek
Wardah
Presentase 0% 8% 26% 33% 33% 100%
Saya tidak akan
beralih
menggunakan 0 13 33 26 28 100 3.69
3 produk lipstik
merek yang lain
Presentase 0% 13% 33% 26% 28% 100%
4 Saya memberikan 0 4 25 39 32 100 3.99
rekomendasi
kepada orang
70

terdekat untuk
memakai produk
lipstik merek
Wardah
Presentase 0% 4% 25% 39% 32% 100%
Saya
membicarakan hal
yang positif
kepada orang lain
yang ingin
0 2 23 42 33 100
5 membeli atau 4.06
belum
mengetahui
produk lipstik
merek Wardah
Presentase 0% 2% 23% 42% 33% 100%
Sumber: Tabulasi data diolah oleh peneliti.

Berdasarkan tabel 4.5 yang merupakan jawaban-jawaban responden yang

telah dikuantifikasikan menggunakan skala likert dari tabel diatas dapat diketahui

jawaban sebagai berikut:

1. Berkaitan dengan pernyataan “Lipstik Wardah merupakan produk utama

saya dalam menggunakan lipstik“, sebagian besar responden sebanyak

33% menjawab sangat setuju.

2. Berkaitan dengan pernyataan “Saya akan menjadi pelanggan setia lipstik

merek Wardah “, sebagian besar responden sebanyak 33% menjawab

setuju dan sangat setuju.

3. Berkaitan dengan pernyataan “Saya tidak akan beralih menggunakan

produk lipstik merek yang lain”, sebagian besar responden sebanyak 33%

menjawab netral.
71

4. Berkaitan dengan pernyataan “Saya memberikan rekomendasi kepada

orang terdekat untuk memakai produk lipstik merek Wardah“, sebagian

besar responden sebanyak 39% menjawab setuju.

5. Berkaitan dengan pernyataan “Saya membicarakan hal yang positif

kepada orang lain yang ingin membeli atau belum mengetahui produk

lipstik merek Wardah“, sebagian besar responden sebanyak 42%

menjawab setuju.

4.3 Analisis Data dan Pengujian Hipotesis

4.3.1 Uji Validitas

Uji Validitas dalam penelitian memiliki tujuan untuk mempresentasikan

derajat ketepatan antara data yang terjadi pada objek penelitian dengan data yang

dilaporkan oleh peneliti. Setelah semua korelasi untuk setiap pertanyaan dengan skor

total diperoleh, nilai-nilai tersebut dibandingkan dengan nilai kritik. Jika nilai

koefisien korelasi product moment dari suatu pertanyaan tersebut berada diatas nilai

tabel kritik, maka pertanyaan tersebut signifikan. Cara menentukan r tabel dari

signifikansi sebesar 0,050 (α = 0,050) derajat kebesaran sebesar (df) = n – 2 = 98,

sehingga nilai r tabel sebesar 0.1966. Dibawah ini merupakan hasil uji validitas pada

tiap variabel:

c. Jika r hitung > r tabel, maka butir atau pertanyaan tersebut dinyatakan valid.

d. Jika r hitung < r tabel, maka butir atau pertanyaan tersebut dinyatakan tidak valid.
72

Tabel 4. 7 Hasil Uji Validitas

Probabilitas
Variabel Indikator r hitung r tabel Keterangan
(p)
X1.1 0,617 0.1966 0,000 Valid
X1.2 0,668 0.1966 0,000 Valid
X1.3 0,694 0.1966 0,000 Valid
X1.4 0,783 0.1966 0,000 Valid
Citra merek
X1.5 0,621 0.1966 0,000 Valid
X1.6 0,663 0.1966 0,000 Valid
X1.7 0,751 0.1966 0,000 Valid
X1.8 0,701 0.1966 0,000 Valid
X2.1 0,834 0.1966 0,000 Valid
Kepercayaan X2.2 0,794 0.1966 0,000 Valid
Merek X2.3 0,755 0.1966 0,000 Valid
X2.4 0,842 0.1966 0,000 Valid
Y1 0,840 0.1966 0,000 Valid
Y2 0,876 0.1966 0,000 Valid
Loyalitas Merek Y3 0,832 0.1966 0,000 Valid
Y4 0,821 0.1966 0,000 Valid
Y5 0,731 0.1966 0,000 Valid
Sumber: Hasil Output SPPS diolah

Berdasarkan pada tabel 4.7 terlihat bahwa hasil dari uji validitas dari indikator

seluruh variabel independen maupun dependen menunjukakan valid karena nilai

korelasi menunjukkan r hitung > r tabel dan probabilitas (p) < 0.05.

4.3.2 Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas dalam penelitian memiliki tujuan untuk mengetahui sejauh

mana kemampuan untuk memberikan hasil pengukuran yang relatif dan konsisten
73

dari waktu ke waktu, metode untuk melihat data yang reliabel dengan Cronbach’s

alpha, jika nilai hasil dari Cronbach’s alpha menunjukan angka lebih dari angka 0,60

maka hasil hitung dari aplikasi Statiscal Product and Service Solution (SPSS) for

windows diperoleh nilai koefisien Cronbach’s alpha seperti tabel dibawah ini:

Tabel 4. 8 Hasil Uji Reliabilitas

Variabel Cronbach’s Alpha Alpha Probabilitas (p) Keterangan


Citra Merek 0,838 0,60 0,000 Reliabel
Kepercayaan
0,820 0,60 0,000 Reliabel
Merek
Loyalitas Merek 0,878 0,60 0,000 Reliabel
Sumber: Hasil Output SPPS diolah

Berdasarkan pada tabel 4.8 terlihat bahwa hasil dari uji reliabilitas, nilai

Cronbach’s Alpha pada keseluruhan variabel memiliki nilai lebih besar dari 0,60

sehingga keseluruhan vaiabel tersebut dinyatakan reliabel dan alat ukur berupa

kuesioner dikatakan reliabel sehingga dapat melakukan analisis selanjutnya.

4.3.3 Uji Asumsi Klasik

4.3.3.1 Uji Normalitas

Uji normalitas dalam penelitian memiliki tujuan untuk menguji apakah dalam

model regresi variabel terikat dan variabel bebas keduanya apakah mempunyai

distribusi normal atau tidak. Cara menentukan apakah model berdistribusi normal

atau tidak bisa melihat bentuk histrogram menggunakan scatter plot dengan melihat

normal probabilitas plot yang membandingkan distribusi kumulatif dengan distribusi

normal. Distribusi yang normal akan membentuk garis lurus diagonal dan ploting
74

data residual akan dibandingkan dengan garis diagonal, data residual normal

menunjukkan garis yang menggambarkan data akan mengikuti garis diagonalnya,

seperti pada gambar 4.2 dibawah:

Gambar 4. 2 Hasil Uji Normalitas

Sumber: Hasil Output SPSS diolah

Berdasarkan gambar 4.2 kenormalan suatu data dapat diamati dari kurva plot,

yaitu jika data menyebar disekitar garis diagonal Y maka data dapat dikategorikan

berdistribusi normal. Dari gambar diatas terlihat bahwa penyebaran data pada chart

bisa dikatakan tersebar mengikuti garis diagonal Y (tidak terpencar jauh dari garis

lurus). Sehingga dapat dikatakan bahwa persyaratan normalitas dapat dipenuhi.


75

4.3.3.2 Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas dalam penelitian bertujuan untuk menguji apakah regresi

ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Maka regresi yang baik

antar variabel independennya tidak terjadi korelasi atau disebut mutikolinieritas.

Menguji adanya multikolinieritas dapat dilihat dari nilai VIF (variance inflation

factor), jika nilai tolerence > 0,10 nilai VIF < 10 disimpulkan tidak terjadi

multikolienieritas, tapi jika nilai tolerence < 0,10 dan nilai VIF > 10 hal tersebut

terjadi multikolienieritas. Hasil dari nilai perhitungan VIF (variance inflation factor)

dan matrik korelasi dari variabel independent dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4. 9 Hasil Uji Multikolinieritas

Collinearity Statistics
Model
Tolerance VIF

1 (Constant)

Citra Merek (X1) 0,459 2,176

Kepercayaan Merek (X2) 0,459 2,176

a. Dependent Variable: Loyalitas Merek (Y)

Sumber: Hasil Output SPSS diolah

Berdasarkan pada tabel 4.9 terlihat bahwa hasil dari uji multikolonieritas pada

variable Citra Merek dan Kepercayaan Merek memiliki nilai tolerance > 0,10 dan

nilai VIF < 10. Hal tersebut menjadi petunjuk bahwa dalam penelitian ini terbebas

dari multikolieniritas, dan variabel tersebut bisa digunakan pada penelitian.


76

4.3.3.3 Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas dalam penelitian ini memiliki tujuan untuk menguji

apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual antara satu

pengamatan dengan pengamatan yang lain. Untuk menguji ada tidaknya

heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada

grafik scatterplot.

Jika pada hasil terdapat pola tertentu seperti titik-titik membentuk pola yng

teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka mengindikasikan telah

terjadi heteroskedastisitas. Namun sebaliknya Jika tidak ada pola yang jelas, serta

titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu y, maka tidak terjadi

heteroskedastisitas.

Gambar 4. 3 Hasil Uji Heteroskedastisitas

Sumber: Hasil Output SPSS diolah


77

Berdasarkan pada gambar 4.3 terlihat bahwa uji heteroskedastisitas memiliki

hasil terlihat pada gambar bahwa titik-titik menyebar secara acak dan tersebar diatas

dan dibawah angka 0 pada sumbu Y. Hal tersebut berarti menunjukkan bahwa tidak

terjadi gejala heteroskedastisitas pada regresi yang digunakan pada uji hipotesis,

sehingga model regresi yang digunakan layak dipakai.

4.3.3.4 Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi pada penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah dalam

sebuah model regresi linier ada kolerasi antara data pengamatan atau tidak. Adanya

autokolerasi dapat mengakibatkan penaksir mempunyai varian tidak minimum dan

uji-t dapat digunakan, karena akan memberikan kesimpulan yang salah. Untuk

mendeteksi adanya gejala autokorelasi dapat dilakukan dengan uji Durbin-Watson

yang tertera pada tabel dibawah ini:

Tabel 4. 10 Hasil Uji Autokorelasi

Model Summaryb
Adjusted R Std. Error of the
Model R R Square Durbin-Watson
Square Estimate
1 .735a .541 .531 2,633 1,753
a. Predictors: (Constant), Kepercayaan Merek, Citra Merek
b. Dependent Variable: Loyalitas Merek
Sumber: Hasil Output SPSS diolah

Berdasarkan hasil uji autokorelasi atau uji Durbin-Watson diperoleh nilai D-

W sebesar 1,753 sedangkan diketahui nilai du = 1,7152 tidak terdapat autokorelasi

jika nilai D-W terletak antara du dan (4- du). Oleh karena itu nilai D-W = 1,7152 <

1,753 < 2,2848 maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi autokorelasi.
78

4.3.4 Analisis Regresi Linier Berganda

4.3.4.1 Regresi Linier Berganda

Untuk mengukur seberapa jauh pengaruh Citra Merek dan Kepercayaan

Merek terhadap Loyalitas Merek, maka hasil perhitungan regresi linier berganda

menggunakan aplikasi SPSS yang disajikan pada tabel berikut ini:

Tabel 4. 11 Hasil Uji Analisis Regresi Linier Berganda


Coefficientsa

Unstandardized Standardized R2 Adjusted


Coefficients Coefficients R2
Std.
Model B Error Beta t Sig.
1 (Constant) -4.091 2.305 -1.775 .079 .541 .531
Citra Merek .423 .098 .439 4.329 .000
Kepercayaan .536 .156 .349 3.442 .001
Merek
a. Dependent Variable: Loyalitas Merek (Y)

Sumber: Hasil Output SPSS diolah

Berdasar pada tabel 4.11 terlihat bahwa hasil dari uji analisis regresi linier

berganda diperoleh perhitungan:

Y = a + b1X1 + b2X2

Y = -4,091 + 0,423X1 + 0,536X2

Interpretasi dari model regresi diatas adalah sebagai berikut:


79

a. Nilai konstanta menujukkan nilai yang negatif -4,091 yang memiliki arti jika

nilai koefisien variabel Citra Merek dan Kepercayaan Merek sama dengan 0

maka Loyalitas Merek sama dengan -4,091.

b. Koefisien regresi linier variabel Citra Merek memiliki nilai positif sebesar

0,423. Hal ini berarti peningkatan Citra Merek akan berdampak pada

peningkatan Loyalitas Merek, dengan asumsi variabel Kepercayaan Merek

bernilai konstan.

c. Koefisien regresi linier variabel Kepercayaan Merek memiliki nilai positif

sebesar 0,536. Hal ini berarti peningkatan Kepercayaan Merek akan

berdampak pada peningkatan Loyalitas Merek, dengan asumsi variabel Citra

Merek bernilai konstan.

d. Berdasarkan tabel 4.11 terlihat bahwa hasil dari uji koefisien determinasi (R2)

diketahui nilai dari R Square sebesar 0,541, hal tersebut menunjukkan bahwa

variable independen yaitu Citra Merek (X1) dan Kepercayaan Merek (X2)

memiliki keterkaitan dengan persentase 54% terhadap variabel Loyalitas

Merek (Y) dan sisanya dengan persentase 46% dipengaruhi oleh faktor lain

diluar model penelitian ini.

4.3.5 Pengujian Hipotesis

4.3.5.1 Pengujian Secara Simultan (Uji F)

Uji F digunakan untuk mengetahui seberapa tingkat signifikasi koefisien

korelasi seluruh variabel independen dengan variabel dependen secara simultan.

Untuk mengetahui pengaruh nyata atau tidaknya antara Citra Merek (X1) dan
80

Kepercayaan Merek (X2) secara simultan terhadap Loyalitas Merek (Y), berikut hasil

dari pengujian secara simultan (Uji F).

Untuk mengetahui pengaruh secara simultan antara variabel independent dan

dependen digunakan uji dengan langkah-langkah sebagai berikut:

5. Merumuskan hipotesis

a. H0 : βi = 0 Citra Merek (X1), Kepercayaan Merek (X2) secara simultan tidak

berpengaruh signifikan terhadap Loyalitas Merek (Y).

b. H1 : βi ≠ 0 Citra Merek (X1), Kepercayaan Merek (X2) secara simultan

berpengaruh signifikan terhadap Loyalitas Merek (Y).

6. Menentukan tingkat level of significant α sebesar 5 % = 0,05 dengan :

Df = n – k – 1

Keterangan :

n = Jumlah sampel

k = Jurnal parameter regresi

7. Merumuskan nilai Fhitung dengan rumus


2
R
k
F hitung =
( 1−R ) /( n−k−1)
2

Keterangan:

Fhitung = F hasil perhitungan

R2 = Koefisien determinasi

k = Jumlah variabel
81

n = Jumlah sampel

8. Kriteria yang digunakan dalam uji Fhitung adalah sebagai berikut:

a. Jika Fhitung ≥ Ftabel, maka H0 ditolak dan H1 diterima berarti variabel Citra Merek

(X1) dan Kepercayaan Merek (X2), secara simultan berpengaruh signifikan

terhadap Loyalitas Merek (Y).

Berikut merupakan tabel dari hasil uji hipotesis secara simultan variabel Citra

Merek dan Kepercayaan Merek terhadap Loyalitas Merek dengan uji F.

Tabel 4. 12 Hasil Uji F

ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 792.278 2 396.139 57.123 .000b
Residual 672.682 97 6.935
Total 1464.960 99
a. Dependent Variable: Loyalitas Merek
b. Predictors: (Constant), Kepercayaan Merek, Citra Merek
Sumber: Hasil output SPSS diolah

Gambar 4. 4 Kurva daerah permintaan dan penolakan Uji F

H0 ditolak

H0 diterima

F-tabel 3,09 F-hitung 57,123


82

Kesimpulan:

Berdasarkan hasil hitung diketahui nilai F hitung sebesar 57,123 dan F tabel

yang digunakan ialah 97 dengan nilai F tabel 3,09 yang artinya Fhitung > Ftabel

(57,123 > 3,09) dengan nilai signifikasi 0,000 nilai tersebut lebih kecil dari nilai

signifikansinya sebesar 0,05. Sehingga dapat disimpulkan variabel independen Citra

Merek (X1) dan Kepercayaan Merek (X2) bersama-sama memiliki pengaruh yang

signifikan terhadap variabel dependen Loyalitas Merek (Y).

4.3.5.2 Pengujian Secara Parsial (Uji t)

Uji t digunakan untuk menguji ada tidaknya pengaruh signifikan secara

parsial dari masing-masing variabel independen (Citra Merek dan Kepercayaan

Merek) dengan variabel dependen (Loyalitas Merek).

Untuk mengetahui pengaruh secara parsial antara variabel independent dan

dependen digunakan uji dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Merumuskan hipotesis

a. Ho : βi = 0, artinya variabel independen (X) secara parsial tidak berpengaruh

terhadap variabel dependen (Y).

b. Ho : βi ≠ 0, artinya variabel independen (X) secara parsial berpengaruh

terhadap variabel dependen (Y).

2. Menentukan level of significance dengan ɑ sebesar 5% = 0,05

3. Menenukan nilai t hitung dengan rumus:

r √ n−2
t=
√1−r 2
83

Keterangan:

t = nilai uji t hitung

r = koefisien korelasi

n = jumlah sampel

r2 = koefisien determinan

4. Kriteria yang digunakan dalam uji t adalah sebagai berikut:

a. Apabila t hitung> t tabel maka Ho ditolak dan H1 diterima, artinya variabel

independen (X) secara parsial terdapat pengaruh signifikan terhadap variabel

dependen (Y)

b. Apabila t hitung< t tabel maka Ho diterima dan H1 ditolak, artinya variabel

independen (X) secara parsial terdapat pengaruh tidak signifikan terhadap

variabel dependen (Y).

Berikut tabel pengujian secara parsial (Uji t) dengan menggunakan tingkat

signifikansi 0,05:
84

Tabel 4. 13 Hasil Uji t


Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) -4.091 2.305 -1.775 .079
Citra Merek .423 .098 .439 4.329 .000
Kepercayaan .536 .156 .349 3.442 .001
Merek
a. Dependent Variable: Loyalitas Merek
Sumber: Hasil output SPSS diolah

Kesimpulan:

Pada Penelitian ini nilai n yang dihasilkan sebanyak 100. Dalam Menentukan

level of significant (ɑ) dengan taraf signifikasi 0,05 : 2 = 0,025 (uji dua sisi) dengan

derajat kebebasan (df = n – k – 1 = 100 – 2 – 1 = 97), sehingga diperoleh t-tabel

1,98472.

1. Hasil Uji secara parsial variabel Citra Merek terhadap Loyalitas Merek

Hasil uji pada penelitian yang dilakukan nilai t hitung 4,329 dan nilai t tabel

1,98472yang artinya Thitung > Ttabel (4,329 > 1,98472) dan nilai signifikasi

0,000 lebih kecil dari nilai tingkat signifikasi 0,05. Hal tersebut berarti bahwa

secara parsial Citra merek memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Loyalitas

merek.
85

Gambar 4. 5 Kurva daerah permintaan dan penolakan Uji t (X1)

H0 ditolak H0 ditolak

H0 diterima

t-tabel t-hitung
1,98472 4,329

2. Hasil Uji secara parsial variabel Kepercayaan Merek terhadap Loyalitas

Merek

Hasil uji pada penelitian yang dilakukan nilai t hitung 3,442 dan nilai t tabel

1,98472 yang artinya Thitung > Ttabel (3,442 > 1,98472) dan nilai signifikasi

0,001 lebih kecil dari nilai tingkat signifikasi 0,05. Hal tersebut berarti bahwa

secara parsial Kepercayaan Merek memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

Loyalitas merek.
86

Gambar 4. 6 Kurva daerah permintaan dan penolakan Uji t (X2)

H0 ditolak H0 ditolak

H0 diterima

t-tabel t-hitung
1,98472 3,442

4.4 Pembahasan

Pada penelitian ini bertujuan untuk membahas seberapa besar pengaruh Citra

Merek dan Kepercayaan Merek terhadap Loyalitas Merek pada lipstik Wardah.

Adapun variabel independen yang terdapat pada penelitian ini adalah Citra Merek dan

Kepercayaan Merek dan variabel dependen Loyalitas Merek.

4.4.1 Pengaruh Citra Merek dan Kepercayaan Merek secara simultan terhadap

Loyalitas Merek pada lipstik Wardah

Pada penelitian ini mendapatkan hasil pengujian dari hipotesis pengaruh

secara simultan variabel Citra Merek dan Kepercayaan Merek terhadap Loyalitas

Merek. Dengan menggunakan uji F dengan F-hitung memiliki nilai 57,123 > 3,09 F-

tabel dengan signifikasi 0,000 yang memiliki arti nilai tersebut lebih kecil dari tingkat
87

signifikasi 0,05. Hal ini berarti menunjukkan bahwa Citra Merek dan Kepercayaan

Merek secara bersama berpengaruh signifikan terhadap Loyalitas Merek.

Hasil diatas menunjukkan bahwa Loyalitas Merek pada lipstik Wardah

dipengaruhi oleh 2 variabel independen yaitu Citra Merek dan Kepercayaan Merek.

Loyalitas Merek akan terbentuk karena pandangan yang dirasakan oleh konsumen

akan Citra Merek yang baik dengan keyakinan yang dimiliki pelanggan pada suatu

merek, selain itu Kepercayaan Merek yang timbul rasa aman dibenak konsumen saat

membeli produk lipstik Wardah, ditunjukkan dengan pandangan konsumen terhadap

suatu merek yang dapat menimbulkan Kepercayaan Merek.

Temuan penelitian ini menmperkuat hasil penelitian sebelumnya yang telah

dilakukan oleh Ngabiso et al. (2021) Dalam penelitian yang mengkaji tentang Judul

Pengaruh Citra Merek (Brand Image) dan Kepercayaan Merek (Brand Trust)

Terhadap Loyalitas Merek (Brand Loyalty) pada Produk Air Minum Dalam Kemasan

Merek Aqua (Studi pada Konsumen AMDK Merek Aqua di Kota Gorontalo). Pada

penelitian tersebut Citra Merek dan Kepercayaan Merek mempengaruhi Loyalitas

Merek yang ditunjukkan dengan hasil secara simultan Citra Merek dan Kepercayaan

Merek berpengaruh secara signifikan terhadap Loyalitas Merek pada Produk Air

Minum dalam Kemasan Merek Aqua.

4.4.2 Pengaruh Citra Merek secara parsial terhadap Loyalitas Merek pada

Lipstik Wardah

Berdasar pada pengujian Analisis Regresi Linier Berganda yang memiliki

Nilai koefisien Citra Merek merupakan koefisien dari regresi variabel 0,423 satuan
88

dengan dengan asumsi variabel Kepercayaan Merek tetap atau konstan, Citra Merek

yang memiliki nilai positif artinya jika mengalami peningkatan Citra Merek maka

akan berpengaruh terhadap Loyalitas Merek.

Berdasar pada uji hipotesis secara parsial yang menggunakan uji t nilai t-

hitung 4,329 > 1,98472 t-tabel taraf signifikansi 0,000 lebih kecil dari nilai tingkat

signifikasi 0,05 memiliki makna Citra merek memiliki pengaruh signifikan terhadap

Loyalitas Merek, yang berarti menunjukkan bahwa hipotesis menunjukkan benar atau

signifikan.

Dimensi yang tercantum pada Citra merek meliputi Atribut, Manfaat, dan

Evaluasi Keseluruhan berpengaruh secara signifikan terhadap Loyalitas Merek.

Konsumen yang menjadi pelanggan lipstik Wardah secara sadar memiliki citra

terhadap produk kosmetik wardah. Terlebih lagi wardah bisa dikatakan sebagai

pelopor kosmetik halal di Indonesia sehingga merek wardah telah membentuk suatu

citra tersendiri dalam benak konsumen dan menjadi merek yang sangat familiar di

kalangan masyarakat. Selain itu Wardah merupakan produk kecantikan yang

berkualitas dengan harga yang terjangkau dan menawarkan berbagai variasi

perawatan pribadi dengan penampilan produk dan kemasan yang menarik. Sehingga

dapat dikatakan bahwa produk lipstik Wardah mengikuti perkembangan zaman dan

sesuai dengan apa yang diharapkan oleh konsumen. Hal tersebut sesuai dengan teori

Sangadji dan Sopiah (dalam Qurbani & Pasaribu, 2019:125) bahwa citra merek dapat

dianggap sebagai jenis asosiasi yang muncul di benak konsumen ketika mengingat

sebuah merek tertentu.


89

Hubungan citra merek dan loyalitas merek terletak pada keinginan-keinginan

dan preferensi terhadap suatu merek yang ditunjukkan melalui sikap konsumen.

Konsumen akan menunjukkan loyalitas ketika menyukai dan memilih merek tersebut,

sehingga terjadinya perilaku pembelian secara berulang (repeat purchasing

behaviour). Sehingga perusahaan dituntut untuk terus melakukan perubahan atau

pengembangan produk serta mampu membangun citra yang baik. Citra yang baik

didasari pada kesan psikologis dan gambaran dari berbagai kegiatan suatu perusahaan

di mata khalayak publiknya didasarkan pada pengetahuan, respon serta pengalaman

yang pernah diterimanya. Tanpa adanya citra merek yang kuat dan positif, sangatlah

sulit bagi perusahaan untuk menarik pelanggan baru dan mempertahankan yang

sudah ada.

Penelitian ini memperkuat penelitian terdahulu oleh Ayu WP & Hariyawati

(2017) yang berjudul Pengaruh Citra Merek Dan Kualitas Produk Terhadap

Keputusan Konsumen Membeli Produk Jam Tangan Merek Casio. Pada penelitian

tersebut variabel Citra Merek mempengaruhi Keputusan Pembelian yang ditunjukkan

dengan hasil secara parsial Citra Merek berpengaruh secara signifikan terhadap

Keputusan Pembelian pada Produk Jam Tangan Merek Casio.

4.4.3 Pengaruh Kepercayaan Merek secara parsial terhadap Loyalitas Merek

pada Lipstik Wardah

Berdasar pada uji Analisis Regresi Liner Berganda maka Nilai koefisian

Kepercayaan Merek merupakan koefisien dari regresi Kepercayaan Merek memiliki

nilai 0,536 artinya jika mengalami peningkatan Kepercayaan maka akan


90

mempengaruhi Loyalitas Merek dengan asumsi variabel Citra Merek tetap atau

konstan.

Pada penelitian ini mendapatkan hasil uji hipotesis menggunakan uji t, yang

memiliki nilai t-hitung 3,442 > 1,98472 t-tabel taraf signifikansi 0,001 < 0,05

memiliki makna Kepercayaan Merek memiliki pengaruh signifikan terhadap

Loyalitas Merek, yang berarti menunjukkan bahwa hipotesis menunjukkan benar atau

signifikan.

Dimensi yang terdapat pada Kepercayaan merek meliputi Dimension of

Viability yang diukur melalui indikator kepuasan dan nilai, dan Dimension of

Intentionality yang diukur melalui indikator security dan trust memiliki pengaruh

yang signifikan terhadap Loyalitas Merek pada lipstik Wardah. Kepercayaan Merek

pada Lipstik Wardah ini dapat mempengaruhi Loyalitas Merek, karena saat seorang

konsumen memilih produk Lipstik Wardah maka konsumen tersebut akan sulit

berpindah ke merek lainnya karena konsumen memiliki rasa percaya dan

menggantungkan harapan yang lebih pada produk Lipstik Wardah. Kepercayaan

terhadap suatu merek akan timbul ketika produk lipstick Wardah memberikan

kepuasan dan memenuhi harapan konsumen saat membeli dan menggunakan produk

lipstik Wardah, sehingga hal tersebut dapat membuat konsumen loyal. Hal ini dapat

disimpulkan bahwa ketika kepercayaan terhadap suatu merek positif terhadap

konsumen maka akan terbentuk Loyalitas merek yang positif, dan sebaliknya jika

kepercayaan terhadap suatu merek negatif terhadap pelanggan maka akan terbentuk

Loyalitas merek yang negatif pula.


91

Hasil penelitian ini memperkuat pernyataan Rizan (dalam Fatikhyaid,

Rachma, & Hufron, 2019:97), bahwa kepercayaan merek adalah pemikiran konsumen

tentang keandalan yang didasari oleh pengalaman, atau lebih pada urutan-urutan

pemakaian dan interaksi yang dirasakan sesuai dengan harapan akan sebuah produk

telah memberi kepuasan.

Penelitian ini memperkuat penelitian terdahulu oleh Qurbani & Pasaribu

(2019) yang berjudul Pengaruh Brand Image dan Brand Trust Terhadap Brand

Loyalty Nasabah Prudential Syariah pada PT. Futuristik Artha Gemilang. Pada

penelitian tersebut variabel Brand Trust mempengaruhi Brand Loyalty yang

ditunjukkan dengan hasil secara parsial Brand Trust berpengaruh secara signifikan

terhadap Brand Loyalty pada PT. Futuristik Artha Gemilang.

Tabel 4. 14 Perbandingan Hasil Penelitian

No. Nama dan Judul Metode dan Hasil Penelitian


Tahun Penelitian Teknik
Publikasi Analisis
Penelitian
1. Qurbani & Pengaruh Metode a. Brand Image pada kantor
Pasaribu Brand Image penelitian cabang agensi Prudential
(2019) Dan Brand bersifat PT.Futuristik Artha
Trust Terhadap Deskriptif Gemilang sudah tergolong
Brand Loyalty Asosiatif cukup baik namun perlu
Nasabah dengan ditingkatkan lagi.
Prudential pendekatan b. Brand Trust pada kantor
Syariah Pada Kuantitatif cabang agensi Prudential
Pt. Futuristik serta Teknik PT.Futuristik Artha
Artha pengumpulan Gemilang sudah tergolong
Gemilang data dengan sangat baik namun tetap
(Studi kasus di cara perlu dipertahankan dan
92

kantor cabang menyebarkan ditingkatkan.


agensi kuesioner c. Brand Loyalty pada kantor
Prudential cabang agensi Prudential
Syariah PT. PT.Futuristik Artha
Futuristik Gemilang sudah tergolong
Artha baik namun perlu
Gemilang dipertahankan dan
Jakarta ditingkatkan lagi.
Selatan) d. Brand Image memiliki nilai t
hitung (0,369) < t tabel
(2,051) dan nilai signifikasi
sebesar (0,725) > (0,05)
maka Ho diterima dan Ha
ditolak sehingga dapat
disimpulkan bahwa Brand
Image secara parsial tidak
berpengaruh signifikan
terhadap Brand Loyalty.
e. Brand Trust memiliki nilai t
hitung (9,479) > t tabel
(2,051) dan nilai signifikasi
sebesar (0,00 < (0,05) maka
Ho ditolak dan Ha diterima
sehingga dapat disimpulkan
bahwa Brand Trust secara
parsial berpengaruh
signifikan terhadap Brand
Loyalty.
f. f. F hitung sebesar 46,945
dengan nilai Sig 0.000
karena nilai Sig lebih kecil
dari 0,05 dan F hitung > F
tabel (46,945 >3,35) maka
Ho ditolak dan Ha diterima
sehingga dapat disimpulkan
bahwa Brand Image dan
Brand Trust secara simultan
93

berpengaruh signifikan
terhadap Brand Loyalty
nasabah Prudential.
2. Ngabiso et Pengaruh Citra Metode a. Setiap indikator yang berisi
al. (2021) Merek (Brand penelitian pernyataan-pernyataan yang
Image) Dan bersifat mewakili variabel penelitian
Kepercayaan Deskriptif yakni Citra Merek,
Merek (Brand Kuantitatif Kepercayaan Merek, dan
Trust) serta Teknik Loyalitas Merek pada
Terhadap pengambilan produk Air Minum Dalam
Loyalitas sampel Kemasan (AMDK) merek
Merek (Brand menggunakan AQUA memiliki keandalan
Loyalty) Pada cluster instrumen yang baik, dan
Produk Air sampling. mendapatkan jawaban yang
Minum Dalam konsisten dari responden.
Kemasan b. Hasil uji regresi
Merek Aqua menunjukkan bahwa variabel
(Studi Pada Citra Merek (X1), dan
Konsumen Kepercayaan Merek (X2)
Amdk Merek secara individual (parsial)
Aqua Di Kota dan secara bersama-sama
Gorontalo) (simultan) memiliki
pengaruh positif terhadap
Loyalitas Merek (Y) pada
produk Air Minum Dalam
Kemasan (AMDK) merek
AQUA dengan melihat hasil
koefisien regresi dimana t
hitung lebih besar dari t
tabel, sehingga hipotesis
yang disusun telah terbukti
dan diterima.
c. Variabel Citra Merek (X1)
dan Kepercayaan Merek
(X2) memiliki pengaruh
sebesar 42,1% terhadap
Loyalitas Merek (Y) pada
94

produk AMDK merek


AQUA, sementara
selebihnya sebesar 57,9%
variabel loyalitas merek
dipengaruhi oleh variabel
lain yang tidak diteliti pada
penelitian ini.
3. Ayu WP & Pengaruh Citra Metode a. Pada Uji F menunjukkan
Hariyawati Merek Dan penelitian hasil bahwa variabel Citra
(2017) Kualitas bersifat Merek (X1), Kualitas Produk
Produk deskriptif (X2) dengan ditunjukkan
Terhadap kuantitatif dan hasil dari F hitung (18,475) ≥
Keputusan Teknik F tabel (3,09). Maka secara
Konsumen penarikan semuasimultan berpengaruh
Membeli sampel ini terhadap Keputusan
Produk Jam menggunakan konsumen membeliproduk
Tangan Merek teknik jam tangan merek casio.
Casio purposive b. Secara parsial variabel citra
sampling. merek (X1) mempunyai
pengaruh secara signifikan
terhadap keputusan
konsumen konsumen
membeli produk jam tanga
merek casio (Y), dan
variabel kualitas produk
(X2) secara parsial tidak
mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap
keputusan konsumen
membeli produk jam tangan
merek casio (Y).
4. Ghofur & Pengaruh Citra Metode a. Citra Merek (X1) memiliki
Supriyono Merek dan penelitian kontribusi terhadap Loyalitas
(2021) Kepercayaan bersifat Merek (Y1). Hal ini dapat
Merek deskriptif diartikan bahwa citra merek
Terhadap kuantitatif dan yang baik mampu
Loyalitas Teknik mendorong pelanggan untuk
95

Merek Sego penarikan senantiasa berlangganan


Njamoer sampel ini pada merek makanan cepat
(Studi pada menggunakan saji Sego Njamoer pada gerai
Gerai Sego teknik Sego Njamoer Foodcourt
Njamoer purposive Royal Plaza Surabaya.
Foodcourt sampling. b. Kepercayaan Merek (X1)
Royal Plaza memiliki kontribusi terhadap
Surabaya) Loyalitas Merek (Y1). Hal
ini dapat diartikan bahwa
kepercayaan merek yang
baik mampu mendorong
pelanggan untuk senantiasa
berlangganan pada merek
makanan cepat saji Sego
Njamoer pada gerai Sego
Njamoer Foodcourt Royal
Plaza Surabaya.

Berdasarkan Tabel diatas dapat disumpulkan Persamaan penelitian terdahulu

dengan penelitian Nur Alfia:

1. Qurbani & Pasaribu (2019)

a. Pada penelitian terdahulu menggunakan variabel Independen Brand Image

dan Brand Trust, serta Variabel Dependen Brand Loyalty.

b. Pada penelitian terdahulu menggunakan model Kuantitatif.

c. Teknik pengumpulan data dengan cara menyebarkan kuesioner dan teknik

analisis data adalah Uji Validitas, Uji Reliabilitas, Uji Normalitas, Uji

Heteroskedastisitas, Analisis Regresi Linier Berganda, Uji Hipotesis Uji t dan

Uji F.
96

d. Variabel Brand Trust berpengaruh signifikan terhadap Brand Loyalty, dan

Brand Image dan Brand Trust secara simultan berpengaruh signifikan

terhadap Brand Loyalty.

2. Ngabiso et.al (2021)

a. Pada penelitian terdahulu menggunakan variabel independen Citra Merek

(Brand Image) dan Kepercayaan Merek (Brand Trust), serta variabel

dependen Loyalitas Merek (Brand Loyalty)

b. Pada penelitian terdahulu menggunakan model Kuantitatif dengan jumlah

sampel sebanyak 100.

c. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner dan

Teknik analisis data adalah Uji validitas dan reliabilitas, uji asumsi klasik (uji

normalitas, uji multikolinearitas, dan uji heteroskedastisitas), uji analisis

regresi linier berganda, Uji hipotesis (Uji F dan uji t), dan koefisien

determinasi.

d. Variabel Citra Merek (Brand Image) berpengaruh signifikan terhadap (Brand

Loyalty), Variabel Kepercayaan Merek (Brand Trust) berpengaruh signifikan

terhadap Brand Loyalty, dan Citra Merek (Brand Image) dan Kepercayaan

Merek (Brand Trust) secara simultan berpengaruh signifikan terhadap Brand

Loyalty

3. Ayu WP & Hariyawati (2017)


97

a. Pada penelitian terdahulu menggunakan deskriptif kuantitatif dan teknik

penarikan sampel menggunakan teknik purposive sampling dengan jumlah

sampel sebanyak 100.

b. Metode analisis data menggunakan analisis regresi linier berganda, Uji

hipotesis secara simultan menggunakan uji F dan secara parsial menggunakan

uji t.

4. Ghofur & Supriyono (2021)

a. Pada penelitian terdahulu menggunakan variabel independen Citra Merek dan

Kepercayaan Merek, serta variabel dependen Loyalitas Merek

b. Pada penelitian terdahulu menggunakan model Kuantitatif.

c. Hasil penelitian menunjukan Citra Merek dan Kepercayaan Merek

berpengaruh positif dan signifikan terhadap Loyalitas Merek

Berdasarkan Pada Tabel diatas dapat disimpulkan Perbedaan penelitian

terdahulu dengan penelitian Nur Alfia:

1. Qurbani & Pasaribu (2019)

a. Objek penelitian terdahulu ialah Nasabah Prudential Syariah Pada Pt.

Futuristik Artha Gemilang (Studi kasus di kantor cabang agensi Prudential

Syariah PT. Futuristik Artha Gemilang Jakarta Selatan), Sedangkan penelitian

yang digunakan Nur Alfia (2022) ialah pelanggan Lipstik Wardah di

Surabaya.
98

b. Sampel yang digunakan peneliti terdahulu sebanyak 30, sedangkan pada

penelitian Nur Alfia (2022) sebanyak 100.

c. Pada penelitian terdahulu Brand Image tidak berpengaruh signifikan terhadap

Brand Loyalty. Sedangkan penelitian yang dilakukan Nur Alfia (2022) Brand

Image dan Brand Trust memiliki pengaruh signifikan terhadap Brand Loyalty.

2. Ngabiso et.al (2021)

a. Objek penelitian terdahulu ialah Produk Air Minum Dalam Kemasan Merek

Aqua (Studi Pada Konsumen Amdk Merek Aqua Di Kota Gorontalo),

Sedangkan penelitian yang digunakan Nur Alfia (2022) ialah pelanggan

Lipstik Wardah di Surabaya.

b. Pada penelitian terdahulu Teknik pengambilan sampel menggunakan cluster

sampling sedangkan penelitian yang digunakan Nur Alfia (2022) ialah

purposive sampling.

3. Ayu WP & Hariyawati (2017)

a. Objek penelitian terdahulu ialah Konsumen Membeli Produk Jam Tangan

Merek Casio Di Perumahan Graha Asri Sukodono Sidoarjo, Sedangkan

penelitian yang digunakan Nur Alfia (2022) ialah pelanggan Lipstik Wardah

di Surabaya.

b. Pada Penelitian terdahulu menggunakan variabel independen Citra Merek dan

Kualitas Produk, serta variabel dependen Keputusan Pembelian. Sedangkan

penelitian yang digunakan Nur Alfia (2022) menggunakan variabel


99

independen Citra Merek dan Kepercayaan Merek, serta menggunakan variabel

dependen Loyalitas Merek.

c. Pada penelitian terdahulu Brand Image tidak berpengaruh signifikan terhadap

Brand Loyalty. Sedangkan penelitian yang dilakukan Nur Alfia (2022) Brand

Image dan Brand Trust memiliki pengaruh signifikan terhadap Brand Loyalty.

4. Ghofur & Supriyono (2021)

a. Objek penelitian terdahulu ialah konsumen pada Gerai Sego Njamoer

Foodcourt Royal Plaza Surabaya, Sedangkan penelitian yang digunakan Nur

Alfia (2022) ialah pelanggan Lipstik Wardah di Surabaya.

b. Sampel yang digunakan peneliti terdahulu sebanyak 70, sedangkan pada

penelitian Nur Alfia (2022) sebanyak 100.

c. Pada penelitian terdahulu pengolahan data dilakukan dengan teknik analisis

PLS (Partial Least Square), sedangkan pada penelitian Nur Alfia (2022)

menggunakan SPSS (Statistical Product and Service Solutions).


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil dari data yang telah dibahas pada penelitian ini, dapat

disimpulkan bahwa:

1. Variabel Citra Merek dan Kepercayaan Merek secara simultan berpengaruh

signifikan terhadap Loyalitas Merek Lipstik Wardah pada pelanggan di Surabaya.

Dengan demikian maka hipotesis penelitian diterima.

2. Variabel Citra Merek secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap

Loyalitas Merek Lipstik Wardah pada pelanggan di Surabaya.

3. Variabel Kepercayaan Merek secara parsial berpengaruh positif dan signifikan

terhadap Loyalitas Merek Lipstik Wardah pada pelanggan di Surabaya.

5.2 Saran

Dari hasil penelitian secara keseluruhan dan kesimpulan diatas, saran yang

dapat diberikan yaitu sebagai berikut:

1. Bagi Perusahaan

a. Dalam penelitian ini variabel Citra Merek khusus ketahanan produk saat

diaplikasian, serta hasil dari analisis Loyalitas Merek para pelanggan masih

memiliki loyalitas yang relatif rendah khususnya indikator menjadikan suatu

merek tertentu menjadi pilihan utama, setia pada merek, dan tidak memakai

merek lain walaupun ada produk yang sama. Sehingga diperlukan upaya bagi

perusahaan untuk meningkatkan kualitas produk sehingga daya tahan produk

100
101

yang diaplikasikan lebih tahan lama dan konsumen akan loyal terhadap

produk Lipstik Wardah.

b. Dalam penelitian ini variabel Kepercayaan Merek terdiri atas indikator

kepuasan, nilai (value), security, dan trust. Diharapkan perusahaan dapat terus

menjaga kepercayaan konsumen agar konsumen tidak kecewa saat

menggunakan produk lipstik Wardah.

2. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil pada penelitian ini peneliti hanya mengkaji pengaruh secara langsung

Citra Merek dan Kepercayaan Merek terhadap Loyalitas merek. Penelitian yang

akan datang diharapkan mengkaji beberapa determinan yang membentuk

Kepercayaan Merek seperti karakteristik merek, karakteristik perusahaan serta

karakteristik hubungan pelanggan-merek agar memperoleh pemahaman yang

lebih komprehensif.
102

Anda mungkin juga menyukai