Anda di halaman 1dari 43

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Wanita merupakan mahluk yang identik dengan keindahan, wanita

selalu ingin tampil cantik dalam berbagai keadaan dan selalu ingin

menjadi pusat perhatian bagi sekelilingnya. Hal inilah yang menjadi alasan

mengapa wanita senang mempercantik diri dengan menggunakan berbagai

macam kosmetik yang digunakan. Kondisi inilah yang dimanfaatkan oleh

produsen kosmetik. Perkembangan industri kecantikan saat ini semakin

pesat. Indonesia menjadi salah satu negara yang masyarakatnya sangat

memperhatikan kecantikan. Penduduk Indonesia yang mencapai 250 juta

jiwa memberikan potensi yang sangat besar di industri kecantikan.

Potensi tersebut muncul karena penduduk Indonesia yang

didominasi oleh wanita yang ingin selalu terlihat cantik, dan kini pun

diikuti oleh pria yang mulai ingin mengikuti wanita yaitu mempercantik

diri mereka, dengan artian para pria tersebut mulai memperhatikan secara

keseluruhan penampilan mereka setiap saat. Kondisi tersebut mulai

dimanfaatkan oleh para produsen produk kecantikan di Indonesia

(Kemenperin, 2013). Dan jumlah penduduk Indonesia diproyeksikan akan

menembus angka 271 jutaan pada tahun 2020. Jumlah tersebut meningkat

sekitar 4,8% dibandingkan total populasi penduduk Indonesia tahun 2016.

Sehingga dengan angka pertumbuhan yang cukup besar itulah, maka

1
Indonesia merupakan pasar yang sangat potensial bagi perusahaan

kospmetik. Meningkatnya daya beli masyarakat Indonesia sangat

berpengaruh terhadap industri-industri bisnis di Indonesia untuk semakin

berkembang.

Salah satu industri yang sedang berkembang adalah industri

kecantikan. Potensi industri kecantikan di Indonesia sangat menjanjikan.

Menurut Kementrian Perindustrian, industri kecantikan di Indonesia

meningkat dengan dorongan dari daya beli masyarakat Indonesia yang

juga semakin meningkat terhadap produk-produk kecantikan. Kementrian

perindustrian menyebutkan nilai industri ini ditaksir bisa mencapai Rp100

triliun (Kemenprin, 2016).Euromonitor Internasional bahkan memprediksi

laju pertumbuhan majemuk tahunan (Compound Annual Growth Rate),

biasanya disingkat CAGR, untuk pasar kosmetik Indonesia dari 2013-2018

berada diatas 9%.

Salah satu pendorong kenaikan pasar kosmetik nasional adalah

pertumbuhan masyarakat kelas menengah, sehingga permintaan kosmetik

dari segmen ini turut terdongkrak. Produsen kosmetik nasional kini makin

serius menanggapi pasar di segmen ini. Ada banyak produk kecantikan

yang sedang berkembang saat ini, di antaranya adalah produk kosmetik,

produk perawatan kulit, perawatan tubuh, dan juga produk body spa.

Menurut analisis Spire Research and Consulting di Indonesia saat ini

semakin banyak bermunculan beragam merek produk kecantikan, terutama

produk perawatan kulit, perawatan tubuh, dan produk body spa. Hal

2
tersebut kembali memberikan bukti bahwa perkembangan industri

kecantikan beberapa tahun terakhir mengalami perkembangan yang sangat

baik (Marketing, 2010).

Kesadaran masyarakat akan pentingnya perawatan tubuh terhadap

diri sendiri kini juga semakin jelas terlihat. Makin banyaknya masyarakat

yang mulai memperhatikan perawatan diri mereka dari mulai perawatan

kulit, perawatan rambut dan perawatan tubuh lainnya membuat produk-

produk kecantikan tubuh semakin banyak bermunculan di dunia, yang

salah satunya adalah di Indonesia.

Dari sekian banyaknya produk kosmetik yang beredar di pasar,

salah satunya adalah produk Wardah yang terkenal dengan konsep

produknya yang elegan. Wardah merupakan salah satu merek kosmetik PT

Paragon Technology and Innovation. Wardah terbilang cukup unik karena

merek tersebut merupakan salah satu merek kosmetik asli Indonesia yang

100% halal. Market share kosmetik Wardah untuk jenis dekoratif sekitar

30% atau yang nomor satu di Indonesia, sementara dari jenis skin care

sebesar 10-15% atau yang nomor tiga di Indonesia. Tingginya potensi

pangsa pasar dan penghasilan menimbulkan adanya persaingan pada

industri kosmetik. Persaingan tersebut dapat timbul dikarenakan adanya

kompetitor baru. Tidak menutup kemungkinan kosmetik Wardah menemui

kendala dalam persaingan di masa depan (Prakoso dkk. 2017:1).

Pelopor produk kosmetik yang mengedepankan prinsip kosmetik

halal adalah wardah kosmetik, yang telah mendapat sertifikat halal dari

3
MUI. Keberadaan label halal pada produk kosmetik memberikan nilai

positif yang memiliki peluang besar dalam memengaruhi keputusan

pembelian konsumen. Dalam memenuhi kebutuhan konsumen agar

nyaman dalam mengkonsumsi produk, penting bagi perusahaan untuk

memberitahukan manfaat dan cara penggunaan produk.

Hadirnya wardah di Indonesia, menjadi salah satu solusi yang tepat

untuk konsumen yang menginginkan produk yang halal dan sehat. Selain

itu wardah juga selalu mengemas produk-produknya dengan menarik dan

selalu menjaga brand awarenese nya agar konsumen selalu menyadari

akan kehadiran produk wardah dengan baik. Sehingga permintaan akan

produk Wardah semakin berkembang.

Dari perkembangan ini, menurut analisis peneliti ada dua faktor

penting yang mempengaruhi keputusan pembelian yang dilakukan oleh

konsumen yaitu yang pertama adalah kemasan produk, dan yang ke dua

adalah citra merek. Analisis yang peneliti kemukakan ini juga didukung

oleh beberapa peneliti yang telah berpengalaman di penelitian pemasaran

salah satunya penelitian yang dilakukan oleh Tambunan (2019), menurut

pendapatnya kemasan dan citra merek adalah dua factor yang saling

mendukung dalam menaruk keputusan konsumen dalam mengambil

keputusan pembelian. Berikut akan peneliti bahas kedua factor tersebut

satu persatu.

Faktor yang pertama adalah kemasan, kemasan adalah suatu hal

yang sangat vital bagi suatu produk yang diproduksi oleh brand terkenal,

4
dan hal inilah yang selalu dijaga dan diterapkan oleh Wardah, karena

sauatu brand akan ditandai dengan kemasan produknya yang professional

dan sangat menarik bagi Calon pembeli. Maka dalam hal ini kemasan

menjadi factor yang sangat diperhitungkan dalam sebuah pemasaran. Teori

ini didukung oleh Tambunan (2019), ia menyatakan dalam penelitianya

bahwa karena sauatu brand akan ditandai dengan kemasan produknya yang

professional dan sangat menarik bagi Calon pembeli untuk membeli

produk tersebut.

Faktor yang kedua adalah citra merek, Citra merek Wardah sebagai

produk kecantikan harus dijaga dengan sebaik mungkin, karena perilaku

konsumen sekarang ini sangat selektif didalam membelanjakan uangnya.

Hanya produk yang berkualitas dan memiliki citra merek baik, merupakan

faktor penting yang akan menentukan keputusan konsumen didalam proses

keputusan pembelian. Oleh karena itu, apa yang menentukan pembeli puas

atau tidak puas terhadap pembeliannya terletak antara harapan konsumen

dan kinerja produk yang dirasakan. Jika produk jauh dibawah harapan

konsumen, maka konsumen akan kecewa. Begitu juga sebaliknya, jika

produk memenuhi harapannya maka konsumen terpuaskan, dan jika

melebihi harapannya, maka konsumen akan sangat senang. Hal ini sesuai

dengan yang diungkapkan oleh Tambunan (2019), dalam penelitiannnya ia

menyatakan bahwa Hanya produk yang berkualitas dan memiliki citra

merek baik, merupakan faktor penting yang akan menentukan keputusan

konsumen didalam proses keputusan pembelian.

5
Berdasakan pemaparan pemaparan diatas, peneliti merasa bahwa

akan sangat bagus jika dilakukan suabuah penelitian lebih lanjut dan

sebuah pembahasan yang lebih mendalam tentang bagaimana kemasan dan

citra merek terhadap keputusan produk dalam hal ini peneliti mengambil

Brand Wardah sebagai objek agar studi kasus yang dipaparkan menjadi

lebih terarah ke satu topic atau objek peneltian, maka judul peneltian yang

peneliti ambil adalah “Pengaruh Kemasan Produk Dan Citra Merek

Terhadap Keputusan Pembelian Konsumen Studi Kasus Pada

Konsumen Produk Wardah Di Toko Haura Kosmetik Pariaman”

1.2 Rumusan Masalah

Dari masalah diatas dapat diperoleh rumusan masalah. Maka

rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimanakah pengaruh kemasan produk terhadap keputusan

pembelian produk Wardah?

2. Bagaimanakah pengaruh citra merek terhadap keputusan

pembelian produk Wardah?

3. Bagaimanakah pengaruh kemasan produk dan citra merek

terhadap keputusan pembelian produk Wardah?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang akan dicapai dengan dilakukannya penelitian

ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui pengaruh kemasan produk terhadap

keputusan pembelian produk Wardah.

6
2. Untuk mengetahui pengaruh citra merek kemasan produk

terhadap keputusan pembelian produk Wardah.

3. Untuk mengetahui pengaruh kemasan produk dan citra merek

terhadap keputusan pembelian produk Wardah.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat bagi beberapa pihak yang berkepentingan dengan

dilakukannya penelitian ini adalah :

1. Manfaat Praktis

a. Bagi Perusahaan, Penelitian ini dapat bermanfaat

sebagai bahan dan tambahan informasi yang dapat

dipertimbangkan dalam menentukan kebijakan.

b. Bagi Konsumen, Penelitian ini diharapkan dapat

memberikan manfaat pada konsumen agar lebih detail untuk

memilih satu produk kosmetik yang unggul.

2. Manfaat Teoritis

a. Bagi Peneliti, Penelitian ini dapat memberikan informasi

tambahan dan referensi pengetahuan dan rujukan-rujukan

mengenai ilmu pemasaran dalam kajian tentang kemasan produk

dan citra merek yang memiliki relevansinya terhadap keputusan

pembelian konsumen.

b. Bagi Pembaca, diharapkan Penelitian ini bermanfaat

untuk memperdalam dan mengaplikasikan teori pemasaran yang

sudah diperoleh, terutama mengenai bagaimana pengaruh

7
kemasan produk dan citra merek terhadap keputusan pembelian

konsumen.

1.5 Sistematika Penulisan

Dalam penelitian ini penulis menyusun lima bab, dalam tiap bab di

lengkapi dengan sub bab yang membahas cakupan sebagai berikut:

BAB 1 PENDAHULUAN

Dalam bab ini penulis menjelaskan tentang latar belakang masalah,

perumusan masalah, tujuan dan manfaat, serta sistematika penulisan dalam

penelitian ini.

BAB 2 LANDASAN TEORI

Dalam bab ini penulis menjelaskan teori-teori yang diperlukan untuk

menjelaskan variabel-variabel pada penelitian ini. Selain itu dalam bab ini

diuraikan pula mengenai penelitian terdahulu, kerangka pemikiran dan

hipotesis penelitian.

BAB 3 METODE PENELITIAN

Dalam bab ini menjelaskan tentang obyek/subyek penelitian, populasi dan

sampel, jenis dan sumber data, metode pengumpulan data, dan metode

analisis data yang digunakan seperti uji validitas dan uji reliabilitas, uji

asumsi klasik, dan analisis regresi berganda.

BAB 4 PEMBAHASAN

Bagian ini berisi tentang pembahasan hasil penelitian dalam bentuk yang

lebih sederhana yang mudah dibaca dan diinterpretasikan meliputi

deskripsi objek peneltian, analisis data peneltian yang dilakukan dengan

8
berbagai uji-uji yang telah ditentukan, dan pembahasan hasil

penelitian.

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

Merupakan bab terakhir dari skripsi ini yang berisi kesimpulan dari hasil

penelitian dan saran dari pembahasan. Saran yang diajukan berkaitan

dengan penelitian dan merupakan anjuran yang diharapkan dapat

bergunabagi pihak-pihak yang memiliki kepentingan dalam penelitian.

9
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Keputusan Pembelian

2.1.1 Definisi Keputusan Pembelian

Menurut Assauri (2004: 141), keputusan pembelian merupakan

suatu proses pengambilan keputusan akan pembelian yang mencakup

penentuan apa yang akan dibeli atau tidak melakukan pembelian dan

keputusan itu diperoleh dari kegiatan-kegiatan sebelumnya.

Schiffman dan Kanuk (2007: 120), mendefinisikan keputusan

pembelian sebagai pemilihan suatu tindakan dari dua alternatif atau lebih.

Sedangkan menurut Sangadji dan Sopiah (2013: 120), keputusan

pembelian konsumen adalah proses mengintegrasikan yang

mengombinasikan pengetahuan untuk mengevaluasi dua alternatif atau

lebih, dan memilih salah satu diantaranya.

Menurut Assael dalam (Muanas, 2014: 26), pengambilan

keputusan adalah suatu proses penilaian dan pemilihan dari berbagai

alternatif sesuai dengan kepentingan-kepentingan tertentu dengan

menetapkan suatu pilihan yang dianggap paling menguntungkan.

Keputusan pembelian merupakan sikap seseorang untuk

membeli atau menggunakan suatu produk baik berupa barang atau

jasa yang telah diyakini akan memuaskan dirinya dan kesediaan

menanggung resiko yang mungkin ditimbulkanya. Keputusan

10
pembelian yang diambil oleh pembeli sebenarnya merupakan kumpulan

dari sejumlah keputusan yang terorganisir (Aldi : 2012). Keputusan

adalah suatu hukum atau sebagai hukum situasi. Apabila semua fakta

dari situasi itu dapat diperolehnya dan semua yang terlibat, baik

pengawas maupun pelaksana mau mentaati hukumnya atau

ketentuannya, maka tidak sama dengan mentaati perintah. Wewenang

tinggal dijalankan, tetapi itu merupakan wewenang dari hukum

situasi. (Mary Follet, dalam anonym, 2015).

Sedangkan Pembelian adalah (purchasing) akun yang digunakan

untuk mencatat semua pembelian barang dagang dalam suatu periode.

(Soemarso .S.R, 2009). Suatu kegiatan untuk memperoleh sejumlah

harta atau aktiva maupun jasa dari satu pihak untuk kelangsungan

usaha atau kebutuhan yang mendasar, sehingga dilakukan pembayaran

atas sejumlah uang atau jasa tersebut, untuk kelangsungan operasional

perusahaan. (Susan Irawati, 2008). Pembelian adalah serangkaian

tindakan untuk mendapatkan barang dan jasa melalui pertukaran,

dengan maksud untuk digunakan sendiri atau dijual kembali. (Mulyadi,

2008).

Keputusan pembelian adalah proses pengintegrasian yang

mengkombinasikan pengetahuan untuk mengevaluasi dua atau lebih

perilaku alternatif dan memilih salah satu diantaranya (Peter dan Olson,

2000). Pada umumnya, keputusan pembelian konsumen adalah membeli

merek yang paling disukai (Kotler dan Amstrsong, 2008).

11
Menurut Assauri (2004) Keputusan pembelian Merupakan suatu

proses pengambilan akan pembelian yang mencakup penentuan apa yang

akan di beli atau tidak melakukan pembelian dan keputusan itu diperoleh

dari kegiatan-ken giatan sebelumnya

Kotler (2005) mengemukakan bahwa pengambilan keputusan

merupakan suatu kegiatan individu yang secara langsung terlibat dalam

mendapatkan dan mempergunakan barang yang ditawarkan. Keputusan

konsumen merupakan salah satu bagian yang terdapat didalam perilaku

konsumen.

Swasta dan Handoko (2000) mengemukakan bahwa perilaku

konsumen adalah kegiatan-kegiatan individu yang secara langsung terlibat

dalam mendapatkan dan mempergunakan barang dan jasa, termasuk

didalamnya proses pengambilan keputusan pada persiapan dan penentuan

kegiatan-kegiatan tersebut.

Menurut Kotler dan Keller (2007 : 214) menjelaskan bahwa

proses-proses pengambilan keputusan merupakan proses psikologis dasar

yang memainkan peranan penting dalam memahami bagaimana konsumen

secara aktual mengambil keputusan pembelian.

Proses pengambilan keputusan diawali dengan adanya kebutuhan

yang berusaha untuk dipenuhi. Pemenuhan kebutuhan ini terkait dengan

beberapa alternatif sehingga perlu dilakukan evaluasi yang bertujuan untuk

memperoleh alternatif terbaik dari persepsi konsumen. Di dalam proses

membandingkan ini konsumen memerlukan informasi yang jumlah dan

12
tingkat kepentingannya tergantung dari kebutuhan konsumen serta situasi

yang dihadapinya. Keputusan pembelian akan dilakukan dengan

menggunakan kaidah menyeimbangkan sisi positif dengan sisi negatif

suatu merek (compensatory decision rule) atau pun mencari solusi terbaik

dari perspektif konsumen (non-compensatory decision rule), yang setelah

konsumsi akan dievaluasi kembali.

2.1.2 Indikator Keputusan Pembelian

Secara rinci tahap-tahap ini dapat diuraikan sebagai berikut

pengenalan masalah, yaitu konsumen menyadari akan adanya

kebutuhan. Konsumen yang menyadari adanya perbedaan-perbedaan

antara kondisi sesungguhnya dengan kondisi yang di harapkan berikut

uaraiannya:

1. Pengenalan kebutuhan, yaitu proses konsumen mengenali

sebuah masalah atau kebutuhan. Pemasar perlu mengidentifikasi

keadaan yang memicu kebutuhan tertentu, dengan mengumpulkan

informasi dari sejumlah konsumen.

2. Pencarian informasi, yaitu konsumen ingin mencari lebih

banyak konsumen yang mungkin hanya memperbesar perhatian atau

melakukan pencarian informasi secara aktif.

3. Evaluasi alternatif, yaitu mempelajari dan mengevaluasi alternatif

yang diperoleh melalui pencarian informasi untuk mendapatkan

alternatif pilihan terbaik yang akan digunakan untuk melakukan

keputusan pembelian.

13
4. Keputusan membeli, yaitu melakukan keputusan untuk

melakukan pembelian yang telah diperoleh dari evaluasi alternatif

terhadap merek yang akan dipilih.

5. Perilaku sesudah pembelian, yaitu keadaan dimana sesudah

pembelian terhadap suatu produk atau jasa maka konsumen akan

mengalami beberapa tingkat kepuasan atau ketidakpuasan, dan akan

menyatakan perasaannya itu ke orang lain.

2.2 kemasan produk

2.2.1 Pengertian Kemasan Produk

Tidak sedikit perusahaan yang sangat memperhatikan kemasan

atau pembungkus suatu barang sebab mereka menganggap bahwa fungsi

kemasan tidak hanya sebagai pembungkus, tetapi jauh lebih luas daripada

itu. Jika pihak produsen/penjual memperhatikan fungsi-fungsi tersebut,

maka kelancaran penjualan barang-barang dapat diharapkan. Salah satu

aspek yang banyak diabaikan dalam kemasan adalah keindahan, padahal

keindangan kemasan besar pengaruhnya terhadap keberhasilan penjualan,

meskipun faktor biaya harus pula diperhatikan. Kemasan dapat kita

misalkan pakaian pada seorang wanita di mana makin indah pakaiannya

maka kelihatan cantiklah orangnya, walaupun tidak selalu demikian.

Di sisi lain, ada pula perusahaan yang berpendapat bahwa yang

penting ialah barang yang dibungkus dan bukan pembungkusnya. Memang

harus diakui bahwa kualitas barang adalah besar sekali pengaruhnya

terhadap kelancaran penjualan, tapi dalam hal ini tidak berarti masalah

14
kemasan boleh diabaikan. Seseorang akan menjadi konsumen suatu barang

apabila ia telah mencoba barang tersebut. Tapi bilamana orang tidak

tertarik untuk mencobanya disebabkan kemasannya tidak menarik, maka

orang tersebut tidak tahu bahwa isinya berkualitas baik. Mungkin jangka

panjang orang akan tahu bahwa kualitas baik dan akhirnya menjadi

langganan. Namun tidak ada yang tahu kapan orang itu akan tahu. Dengan

demikian kemasan yang menarik akan mempercepat kelancaran penjualan

barang.

Charles A. Bresrin dari Modern Packaging Magazine Amerika

(dalam Manap, 2016:278) mengatakan bahwa:“kemasan tidak hanya

merupakan pelayanan tetapi juga sebagai salesman dan pembawa

kepercayaan, di mana suatu kemasan merupakan penglihatan akhir dari

konsumen yang dapat dipercaya.” Selain itu Karel Sartoty dalam bukunya

Strategic der reclame (dalam Manap, 2016:278) menyatakan

bahwa:“kemasan merupakan sejenis kartu nama yang disebarkan beribu-

ribu kali.” Gambaran demikian sebenarnya sudah cukup menunjukkan

pentingnya kemasan.

2.2.2 Fungsi Kemasan

Pada zaman modern ini, kemasan sangat berperan sebagai alat

pemasaran. Di pasar swalayan, konsumen bisa membaca sendiri segala

bentuk informasi yang tertera pada kemasan tersebut. Dengan dibacanya

informasi pada kemasan oleh calon konsumen, ini sudah merupakan iklan

gratis bagi perusahaan. Selain itu, untuk banyak kasus sekarang ini

15
konsumen merasa bangga membeli barang dengan kemasan bergengsi.

Mereka mau membayar lebih mahal hanya untuk kemasan yang berbeda

dari yang lain. Produsen merasa terangkat citranya dengan kemasan dan

merek yang makin populer. Di sisi lain, kreativitas menciptakan kemasan

dengan desain mutakhir merupakan peluang berinovasi bagi para desainer.

Berikut ini adalah fungsi kemasan bagi konsumen (dalam Manap,

2016:287) :

1. Dengan adanya kemasan, barang-barang tetap bersih dan praktis untuk

dibawa ke mana-mana, tahan lama, dan mudah disimpan.

2. Dengan dituliskan pada kemasan, berarti timbangan isi di dalamnya

benar.

3. Kemasan menunjukkan kualitas barang dan kadang-kadang

menerangkan isi yang dibungkus.

4. Sering kemasan yang isinya telah habis terpakai masih dapat

digunakan untuk tempat menyimpan barang lain.

5. Kemasan yang memberi informasi akan memberi dorongan pada

pembeli untuk membaca dulu dan sambil berpikir akan membelinya.

6. Kemasan dapat menimbulkan harga diri bagi yang membawa.

2.2.3 Indikator Kemasan

Konsep fungsional pengemasan telah menjadi bagian penting yang

harus mencakup seluruh proses pemasaran dari konsepsi produk sampai

kepada pemakai akhir. Oleh karena itu, dalam pelaksanaan pengemasan

tertentu yang disesuaikan dengan karakteristik dari produk itu sendiri.

16
Menurut Kotler (dalam Sopiah dan Sangadji 2016:287), faktor

yang mempengaruhi kemasan sebagai berikut:

1. Warna

2. Bahan

3. Bentuk

4. Ukuran

5. Merek / Logo

2.3 Citra Merek

2.3.1 Pengertian Citra Merek

Branding adalah keseluruhan proses bisnis dalam memilih janji,

nilai, dan komponen apa yang akan dimiliki oleh suatu entitas. (Patricia,

2012). Keahlian yang sangat unik dari pemasar profesional adalah

kemampuannya untuk menciptakan, memelihara, melindungi, dan

meningkatkan merek. Merek adalah sejumlah citra dan pengalaman dalam

benak konsumen yang mengkomunikasikan manfaat yang dijanjikan

produk yang diproduksi oleh perusahaan tertentu.

Menurut Kotler&Keller (2012), bahwa merek adalah nama, istilah,

tanda, simbol, desain atau kombinasi keseluruhannya, yang dimaksudkan

untuk mengidentifikasikan barang atau jasa yang ditawarkan perusahaan

sekaligus untuk mendiferensiasikannya dari barang atau jasa pesaing.

Selain membedakan satu produk dengan produk yang lain, merek juga

memberi manfaat bagi konsumen diantaranya membantu mengidentifikasi

manfaat yang ditawarkan dan kualitas produk. Konsumen lebih

17
mempercayai produk dengan merek tertentu daripada produk tanpa merek

meskipun manfaat yang ditawarkan sama (Ferina dewi, 2011).

2.3.2 Faktor-Faktor Citra Merek

Menurut Biel dalam Setyaningsih & Didit Darmawan (2014)

Brand Image terdiri dari tiga variabel-variabel yang memiliki hubungan

erat dengan gambaran dari sebuah merek. Berikut tiga variabel yang

dianggap dapat memperngaruhi citra merek tersebut :

1. Citra Pembuat (Corporate Image),

Citra yang ada dalam perusahaan itu sendiri. Perusahaan sebagai

organisasi berusaha membangun citra perusahaannya dengan tujuan tak

lain agar nama perusahaan ini bagus, sehingga akan mempengaruhi segala

hal mengenai apa yang dilakukan oleh perusahaan.

2. Citra Pemakai (User Image),

Dapat dibentuk langsung dari pengalaman dan kontak dengan pengguna

merek tersebut. Manfaat adalah nilai pribadi konsumen yang diletakkan

terhadap atribut dari produk atau layanan yaitu apa yang konsumen pikir

akan mereka dapatkan dari produk yang mereka anggap sangat berkualitas.

3. Citra Produk (Produk Image),

Citra konsumen terhadap suatu produk yang dapat berdampak positif

maupun negatif berkaitan dengan kebutuhan, keinginan konsumen.

2.3.3 Indikator Citra Merek

Menurut Hoeffler dan Keller dalam Pujadi (2010) dimensi atau

indikator dari brand image adalah :

18
1. Kesan Profesional

Menurut kamus besar bahasa indonesia terdapat pengertian kata citra dan

profesional. Citra merupakan gambaran, rupa atau kesan. Gambaran yang

dimiliki mengenai orang banyak, mengenai pribadi, organisasi atau

produk, kesan mental yang ditimbulkan oleh sebuah kata yang merupakan

unsur dasar yang khas dalam karya prosa atau puisi.

2. Kesan Modern

Kesan modern merupakan teknologi yang selalu mengikuti perkembangan

jaman. Dalam suatu produk, kesan modern tersebut harus simpel dan tidak

membosankan, agar mudah di ingat oleh masyarakat yang tersebar.

3. Melayani Semua Segmen

Produk mampu melayani semua segmen yang ada, tidak hanya melayani

segmen khusus saja.

4. Perhatian Pada Konsumen

Dalam suatu produk harus perhatian atau peduli kepada konsumen agar

produk tersebut dapat memenuhi keinginan dan kebutuhan konsumen.

Sehingga konsumen merasa puas dengan produk tersebut. Menurut

definisi di atas dapat disimpulkan bahwa brand image merupakan hasil

persepsi dan pemahaman konsumen mengenai merek suatu produk yang

dilihat, dipikirkan, dan dibayangkan.

2.4 Penelitian Terdahulu

Definisi operasional adalah definisi yang diberikan kepada suatu

variabel dengan cara memberikan arti atau menspesifikasikan kegiatan atau

19
memberi suatu operasional yang diperlukan untuk mengukur variabel

tersebut (Sugiyono, 2016). Definisi operasional variabel penelitian ini

diuraikan menjadi Indikator Empiris yang meliputi:

Variabel
Peneliti/ Judul
No. Metodologi Hasil Penelitian
Tahun Penelitian
1. Muhamad Edo Pengaruh Merek Analisis 1. Merek
Fernanda, Merek Dan Desain Regresi berpengaruh
Jupriani Tahun Desain Kemasan Linier terhadap
2019 Kemasan Keputusan Berganda keputusan
Deodorant Pembelian pembelian
Rexona 2. Desain
Terhadap kemasan
Keputusan berpengaruh
Pembelian Di terhadap
Air Tawar keputusan
Barat Kota pembelian
Padang 3. Secara simultan
merek dan
kemasan
berpengaruh
terhadap
keputusan
pembelian

2. Cicik Dwi Pengaruh Harga,Kualitas Analisis 1. Harga


Mudawati,Tahun Harga, Produk Dan Regresi berpengaruh
2013 Kualitas Brand Linier terhadap
Produk Dan Awareness Berganda keputusan
Brand Keputusan pembelian
Awareness Pembelian 2. Kualitas produk
Terhadap berpengaruh
Keputusan terhadap
Pembelian keputusan
Pensil Alis pembelian
Merek Viva 3. Brand
Queen awareness
Di Surabaya berpengaruh
terhadap
keputusan
pembelian
4. Secara simultan
harga, kualitas

20
produk dan
brand awareness
berpengaruh
terhadap
keputusan
pembelian

3. Nanda Resmi, Pengaruh Kemasan Dan Analisis 1. Kemasan


Tri Kemasan Dan Harga Regresi berpengaruh
Wismiarsi,Tahun Harga Pada Keputusan Linier terhadap
2015 Keputusan Pembelian Berganda keputusan
Pembelian pembelian
Minuman 2. Harga
Isotonik berpengaruh
terhadap
keputusan
pembelian
3. Secara simultan
kemasan dan
harga
berpengaruh
terhadap
keputusan
pembelian

4. Mega Setiawati Pengaruh Promosi Dan Analisis 1. Promosi tidak


Rudolf, Promosi Dan Kemasan Regresi berpengaruh
Lumbantobing Kemasan Keputusan Linier signifikan
Tahun 2017 Terhadap Pembelian Berganda terhadap
Keputusan keputusan
Pembelian pembelian
Produk 2. Kemasan
Chitato Yang berpengaruh
Dimediasi positif terhadap
Oleh Brand keputusan
Awareness pembelian
3. Secara simultan
promosi dan
kemasan
berpengaruh
terhadap
keputusan
pembelian

5. Mario Christo Pengaruh Kualitas Analisis 1. Kualitas produk


Pesoth, Tahun Kualitas Produk, Regresi berepngaruh

21
2015 Produk, Packaging Linier terhadap
Packaging, (Kemasan), Berganda keputusan
Dan Brand Dan Brand pembelian
Image Image 2. Packaging
Terhadap Keputusan berpengaruh
Kepuasaan Pembelian terhadap
Pelanggan keputusan
Pada pembelian
Perusahaan 3. Brand image
Rokok tidak
Dunhill Di berepngaruh
Kota Manado terhadap
keputusan
pembelian
4. Secara simultan
kualitas
produk,
packaging dan
brand image
berpengaruh
terhadap
keputusan
pembelian

6. Devi Krisnawati Pengaruh Brand Analisis 1. Brand


Tahun 2016 Brand Awareness Regresi awareness
Awareness Keputusan berpengaruh
Terhadap Pembelian terhadap
Keputusan keputusan
Pembelian pembelian
Amdk Merek
Aqua (Studi
Pada
Masyarakat
Dikota
Bandung)
7. A. Gima Pengaruh Kemasan, Analisis 1. Kemasan
Sugiama, Kemasan, Kewajaran Regresi berpengaruh
Emmanuel Kewajaran Harga Dan Linier terhadap
Febiano Sigit Harga Dan Brand Berganda keputusan
Bayu Pambudy Brand Awareness pembelian
Tahun 2017 Awareness Keputusan 2. Kewajaran
Terhadap Pembelian harga
Brand berpengaruh
Loyalty(Studi terhadap
Kasus Pada keputusan

22
Wisatawan pembelian
Nusantara Di 3. Brand
Kartika Sari awareness
Bandung) berpengaruh
terhadap
keputusan
pembelian
4. Secara simultan
kemasan,
kewajaran
harga dan
brand
awarenesee
berpengaruh
terhadap
keputusan
pembelian

8. Shinda Rosandi Pengaruh Citra Merek Analisis 1. Citra merek


Dan Tri Citra Merek Dan Disain Regresi berpengaruh
Sudarwanto, Dan Desain Produk Linier terhadap
Tahun 2019 Kemasan Keputusan Berganda keputusan
Terhadap Pembelian pembelian
Minat Beli 2. Disain kemasan
Konsumen berpengaruh
Pada Produk trhadap
Susu Ultra keputusan
(Studi Pada pembelian
Cafetaria 3. Secara simultan
Srikandi citra merek dan
Fakultas disain kemasan
Ekonomi berpengaruh
Universitas terhadapkeputu
Negeri san pembelian
Surabaya)
9. Muchammad Pengaruh Kemasan, Analisis 1. Kemasan
Chusnul Akrom Kemasan, Harga, Dan Regresi berpengaruh
Tahun 2013 Harga Dan Promosi Linier terhadap
Promosi Keputusan Berganda keputusan
Terhadap Pembelian pembelian
Proses 2. Harga
Keputusan berpengaruh
Pembelian terhadap
Konsumen keputusan
Kripik Paru pembelian
Umkm 3. Promosi

23
Sukorejo berpengaruh
Kendal terhadap
keputusan
pembelian
4. Secara simultan
kemasan,
harga, dan
promosi
berpengaruh
terhadap
keputusan
pembelian

10 Puti Kumalasari Analisis Brand Analisis 1. Brand


Tahun 2013 Pengaruh Awareness Regresi awareness
Brand Dan Brand Linier berpengaruh
Awareness Image Berganda terhadapkeputu
Dan Brand Keputusan san pembelian
Imageterhada Pembelian 2. Brand image
p Brand berpengaruh
Equity terhadap
Dan keputusan
Dampaknya pembelian
Pada Minat 3. Secara simultan
Beli brand
Konsumen awareness dan
(Studi Kasus brand image
Product berpengaruh
Placement terhadap
Mie Instan keputusan
Indomie Di pembelian
Dalam Film 5
Cm)

2.5 Kerangka Konseptual

Dari konsep rumusan masalah yang telah dibahas pada bab sebelumnya,

maka diperoleh kerangka konseptual dan hipotesis-hipotesis atau ang

gapan awal atas jawaban sementara dari masalah yang telah dikemukakan

tersebut. Secara skematis, kerangka konseptual ini digambarkan berikut ini:

24
Kemasan Produk(X1)
H1
Keputusan Pembelian (Y)
H2
Citra Merek (X2)

H3

Gambar 2.1
Kerangka Konseptual

2.1 Hipotesis Penelitian

Hipotesis diartikan sebagai jawaban sementara terhadap rumusan masalah

penelitian, (Sugiono,2010). Berdasarkan hasil penelitian terdahulu serta

pembahasan dan landasan teori yang ada, maka dalam penelitian ini dapat dibuat

beberapa hipotesis yang didukung oleh beberapa penelitian terdahulu sebagai

berikut:

H1. Kemasan produk berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian

produk Wardah?

H2. Citra merek berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian produk

Wardah?

H3. Kemasan produk dan citra merek secara simultan berpengaruh positif

terhadap keputusan pembelian produk Wardah?

25
BAB II

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh

kemasan produk dan citra merek terhadap keputusan pembelian konsumen

dan sumber data tersebut berasal dari pelanggan yang membeli Wardah

Pada Konsumen Produk Wardah Di Toko Haura Kosmetik Pariaman Kota

Pariaman. Bentuk pengamatan yang dilakukan dalam penelitian adalah

bentuk survei. Survei yaitu dilakukan untuk memperoleh fakta-fakta dari

gejala yang ada dan mencari keterangan secara faktual. Dalam penelitian,

data dikumpulkan dari responden dengan menggunakan kuesioner.

3.2 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

penelitian asosiatif. Menurut Sugiyono (2011:11), penelitian asosiatif

merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh ataupun

juga hubungan antara dua variabel atau lebih. Bentuk hubungan dalam

penelitian ini adalah kausal, yaitu hubungan sebab akibat.

3.3 Jenis Data Dan Sumber Data

3.3.1 Jenis Data

Sebuah data dapat dikategorikan ke dalam dua jenis data yang

berbeda dalam hal penyajiannya, adapun kedua jenis data yang digunakan

dalam penelitian ini antara lain :

26
1. Data kuantitatif adalah data yang diperoleh dalam bentuk angka-angka

yang dapat dihitung dari kuesioner yang dibagikan dan berhubungan

dengan masalah yang diteliti.

2. Data kualitatif adalah data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan

pihak-pihak yang berkepentingan berupa data lisan dengan penjelasan

mengenai yang diteliti.

3.3.2 Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini juga bersumber dari

pihak-pihak yang memiliki keterkaitan dengan objek penelitian ini.

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini ada dua, yaitu data

primer atau data yang diperoleh langsung ke sumbernya dan data sekunder

atau data yang diperoleh dari pihak ke tiga, berikut penjelasannya :

1. Data primer yaitu data penelitian yang diperoleh secara langsung dari

sumber asli (tidak melalui sumber perantara) dan data dikumpulkan

secara khusus untuk menjawab pertanyaan penelitian yang sesuai

dengan keinginan peneliti (Sugiyono, 2011:187). Dalam penelitian ini

data yang diperoleh dari hasil kuesioner yang dibagikan kepada

konsumen yang membeli produk Wardah di toko Haura Cosmetic.

2. Data Sekunder, Sugiyono (2011:139) menyatakan bahwa data sekunder

adalah data yang merupakan sumber data penelitian yang diperoleh

peneliti secara tidak langsung melalui perantara (diperoleh dan dicatat

oleh pihak lain). Dalam penelitian ini data sekunder diperoleh berbagai

sumber bacaan diantaranya adalah buku, jurnal, Koran dan media

27
informasi lainnya. Data sekunder dapat berupa kutipan yang diambil

dari sumber-sumber yang diperoleh.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Menurut Syofian Siregar dan Sugiyono (2011:19) Untuk

memperoleh dan sebagai bahan acuan dalam penelitian digunakan

beberapa metode seperti sebagai berikut:

1. Kuesioner

Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan

cara memberi seperangkat pertanyaan tertulis kepada responden untuk

dijawab (Sugiyono 2011:199). Keusioner nantinya akan dibagikan

kepada responden/konsumen produk Wardah di took Haura

Cosmetic.

2. Observasi

Observasi adalah kegiatan pengumpulan data dengan melakukan

penelitian langsung terhadap kondisi lingkungan objek penelitian yang

mendukung kegiatan penelitian,sehingga di dapat gambaran secara jelas

tentang kondisi objek penelitian tersebut.

3. Wawancara

Teknik pengumpulan data ini mendasarkan diri pada laporan tentang

diri sendiri atau self –report, atau setidak-tidaknya pada pengetahuan

atau keyakinan pribadi (Sugiyono 2011:194). Wawancara dalam

penelitian ini dilakukan agar memudahkan peneliti untuk mengetahui

sampel yang ditemui itu cocok sebagai sumber data.

28
3.5 Populasi Dan Sampel

3.5.1 Populasi

Menurut Sugiyono (2011:115), populasi adalah wilayah

generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan

karakteristik tertentu yang ditetapkan peneliti untuk dipelajari dan

kemudian ditarik kesimpulan. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh

konsumen produk Wardah di toko Haura Cosmetic.

3.5.2 Sampel

Sampel adalah sebagian dari subjek dalam populasi yang diteliti,

yang sudah tentu mampu secara representatif dapat mewakili populasinya

(Sabar, 2013).

Karena jumlah populasi dalam penelitian ini tidak ditentukan maka

Sugiyono (2011:89) menyarankan ukuran sampel minimum adalah

sebanyak 5-10 observasi untuk setiap estimated parameter sesuai

isntrumen dalam penelitian ini, sehingga sampel yang digunakan dalam

penelitian ini berjumlah 10 item parameter dikali 10. Jadi jumlah minimal

sampel yang digunakan adalah 100.

3.6 Definisi Operasional Variabel

Operasional variabel dalam suatu penelitian dimaksudkan

untuk mempermudah atau mengarahkan dalam menyusun dan

sebagai alat ukur data yang diperlukan berdasarkan konsep-konsep

teoritis yang diajukan dalam kerangka konseptual penelitian.

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah keputusan

29
pembelian(Y), sedangkan variabel independen adalah kemasan

produk(X1), citra merek (X2). Rusidi (2011) mengemukakan variabel-

variabel masalah penelitian, yang pada umumnya bersifat abstrak,

karakternya adalah nyata (data operasional) oleh karena itu

menterjemahkan variabel-variabel ke dalam data operasional.

Berikut definisi operasional variabel yang digunakan dalam

penelitian :

Tabel 3.1
Definisi Operasional Variabel

No Variabel Pengertian Indikator


1. Keputusan Menurut Assauri (2004: 141), 1. Pengenalan
Pembelian(Y) keputusan pembelian merupakan kebutuhan
suatu proses pengambilan 2. Pencarian
keputusan akan pembelian yang informasi
mencakup penentuan apa yang 3. Evaluasi alternatif
akan dibeli atau tidak melakukan 4. Keputusan
pembelian dan keputusan itu membeli
diperoleh dari kegiatan-kegiatan 5. Perilaku sesudah
sebelumnya pembelian
2. Kemasan Charles A. Bresrin dari Modern 1. Warna
Produk(X1) Packaging Magazine Amerika 2. Bahan
(dalam Manap, 2016:278) 3. Bentuk
mengatakan bahwa:“kemasan 4. Ukuran
tidak hanya merupakan pelayanan 5. Merek / Logo
tetapi juga sebagai salesman dan
pembawa kepercayaan, di mana
suatu kemasan merupakan
penglihatan akhir dari konsumen
yang dapat dipercaya.”
3. Citra Merek Menurut Kotler&Keller (2012), 1. Kesan Profesional
(X2) bahwa merek adalah nama, 2. Kesan Modern
istilah, tanda, simbol, desain atau 3. Melayani Semua
kombinasi keseluruhannya, yang Segmen
dimaksudkan untuk 4. Perhatian Pada
mengidentifikasikan barang atau Konsumen
jasa yang ditawarkan perusahaan
sekaligus untuk
mendiferensiasikannya dari

30
barang atau jasa pesaing. Selain
membedakan satu produk dengan
produk yang lain, merek juga
memberi manfaat bagi konsumen
diantaranya membantu
mengidentifikasi manfaat yang
ditawarkan dan kualitas produk

3.7 Skala Pengukuran

Masing-masing variabel yang diteliti dilakukan pengukuran

dengan hasil jawaban kuesioner yang penilaian (skor) dengan

menggunakan skala Likert. Menurut Sekaran (2012), skala Likert

(Likert scale) didesain untuk menelaah seberapa kuat subjek setuju

atau tidak setuju dengan pernyataan pada skala 5. Dalam

pengukurannya, setiap responden diminta pendapatnya mengenai

suatu pernyataan dengan segala penilaian dari 1 sampai 5. Tanggapan

positif maksimal diberi nilai paling besar (5) dan tanggapan negatif

minimal diberi nilai paling kecil (1). Dalam penelitian ini untuk

mempermudah responden dalam menjawab kuesioner, maka skala

penilaianya dapat dilihat pada Tabel 3.1 dibawah ini

Tabel 3.1
Skala Likert

No Uraian Skor
1 Sangat setuju 5
2 Setuju 4
3 Netral 3
4 Tidak Setuju 2
5 Sangat Tidak Setuju 1

3.8 Teknik Analisis Data

31
Untuk memperoleh hasil penelitian yang jelas dan terjamin maka

diperlukan suatu metode untuk menganalisis data. Metode analisis data

merupakan salah satu cara yang digunakan untuk mengetahui sejauh mana

variable yang mempengaruhi variabel lain agar data yang dikumpulkan

tersebut dapat bermanfaat maka harus dianalisis terlebih dahulu sehingga

dapat dijadikan pertimbangan dan pengambilan keputusan.

Analisis dilakukan untuk mempermudah bagi pengguna data untuk

memahami makna dari data tersebut sehingga dapat diintepretasikannya

sesuai dengan data-data yang telah dianalisis tersebut. Metode analisis

data yang digunakan dalam penelitian ini teknik analisis deskriptis

kuantitatif. Teknik analisis deskriptif digunakan untuk menganalisis secara

deskriptif variabel penelitian yang digunakan. Teknik analisis deskriptif

dibagi menjadi dua tahap yaitu :

3.8.1 Analisis Deskriptif Responden

Deskripsi responden berisi tentang perhitungan yang menjadi

klasifikasi kuesioner secara umum seperti usia, jenis kelamin, pekerjaan

dan lain-lain. Deskripsi responden dilakukan dalam frekunsi (%).

3.9 Uji Instrumen Penelitian

1. Uji Validitas

Suatu skala pengukuran disebut valid bila dia melakukan apa yang

seharusnya dilakukan dan mengukur apa yang seharusnya diukur

(Sekaran, 2012). Untuk mengetahui apakah pertanyaan-pertanyaan valid

atau tidak, maka digunakan bivariate correlation yaitu mengkorelasikan

32
masing-masing item pertanyaan terhadap total item pertanyaan (corrected

item total correlation> 0,30) (Ghozali, 2011). Apabila item pertanyaan

berkorelasi signifikan dengan total item (Corrected Item Total Corelation)

pertanyaan maka item tersebut dinyatakan valid

2. Uji Reliabilitas

Ghozali, (2011) berpendapat bahwa uji reliabilitas sebenarnya

adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator

dari variabel atau konstruk. Suatu kuesioner dinyatakan reliabel atau

handal jika jawaban seseorang terhadap pernyataan adalah konsisten atau

stabil dari waktu ke waktu. Untuk memudahkan penghitungan menurut

Ghozali (2011:42) SPSS 16.0 memberikan fasilitas untuk mengukur

reliabilitas dengan uji statistik Cronbanch Alfa. Suatu kontruk atau

variabel dikatakan reliabel jika nilai Cronbanch Alfa > 0,60.

3.9.1 Analisis Deskriptif TCR

ANALISIS INI BERMAKSUD UNTUK MENGGAMBARKAN

KARAKTERISTIK MASING-MASING VARIABEL PENELITIAN.

DENGAN CARA MENYAJIKAN DATA KE DALAM TABEL

DISTRIBUSI FREKUENSI, MENGHITUNG NILAI PEMUSATAN

(DALAM HAL NILAI RATA-RATA, MEDIAN DAN MODUS); DAN

NILAI DISPERSI (STANDAR DEVIASI DAN KOEFISIEN VARIASI)

SERTA MENGINTERPRETASIKANNYA. ANALISIS INI TIDAK

MENGHUBUNG-HUBUNGKAN SATU VARIABEL DENGAN

VARIABEL LAINNYA DAN TIDAK MEMBANDINGKAN SATU

33
VARIABEL DENGAN VARIABEL LAINNYA. UNTUK

MENDAPATKAN RATA-RATA SKOR MASING-MASING

INDIKATOR DALAM PERNYATAAN-PERNYATAAN YANG

TERDAPAT DALAM KUESIONER DIPAKAI RUMUS BERIKUT :

Rata-rata skor = (5.A) + (4.B) + (3.C) + (2.D) + (1.E)


A+B+C+D+E
Dimana :

A = Sangat setuju

B = Setuju

C = Netral

D = Tidak Setuju

E = Sangat Tidak Setuju

Sedangkan untuk mencari tingkat pencapaian jawaban responden

digunakan rumus berikut :

TCR = Rata-rata Skor x 100


5
Dimana: TCR = tingkat pencapaian jawaban responden. Arikunto

(2002) mengemukakan kriteria jawaban responden ke dalam lima interval

sebagai berikut :

1) Jika TCR berkisar antara 90 – 100 % = Sangat baik

2) Jika TCR berkisar antara 80 – 89 % = Baik

3) Jika TCR berkisar antara 65 – 79 % = Cukup Baik

4) Jika TCR berkisar antara 56 – 64 % = Kurang Baik

5) Jika TCR berkisar antara 0 - 54 % = Tidak Baik

3.10 Uji Asumsi Klasik

34
Sebelum dilakukan analisis regresi berganda terlebih dahulu data

harus lolos uji asumsi klasik. Jika data tidak lolos dari uji asumsi klasik

maka data tak dapat dilanjutkan ke uji selanjutnya. Maka uji asumsi klasik

sangat perlu dilakukan. Berikut uji-uji asumsi klasik yang perlu dilakukan

dalam penelitian ini:

1. Uji Normalitas

Menurut Ghozali (2011:160-161) uji normalitas bertujuan untuk

mengetahui apakah dalam model regresi, variabel terikat dan variabel

bebas memiliki distribusi yang normal atau mendekati normal.

Pembuktian apakah data tersebut memiliki distribusi normal atau tidak

dapat dilihat pada bentuk distribusi datanya, Ada dua kriteria yang

dapat digunakan dalam uji normalitas yaitu yang pertama dengan

menganalisis Grafik dan Kurva Probability plot. Uji normalitas dapat

dilakukan dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal

dari grafik atau dengan melihat histogram residualnya. Sedangkan

kurva probability plot (PPlot) dapat digunakan untuk membandingkan

distribusi normal dan distribusi kumulatif. Distribusi normal yang

membentuk garis lurus diagonal dan ploting data residual dibandingkan

dengan garis diagonal. Jika distribusi data residual normal, maka data

akan mengikuti garis diagonalnya.

2. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear

ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan

35
kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi

korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Autokorelasi

muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan

satu sama lainnya. Masalah ini timbul karena residual (kesalahan

pengganggu) tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya

(Ghozali, 2009). Dalam penelitian ini digunakan uji Durbin-Watson

(DW test) untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi. Uji Durbin-

Watson digunakan untuk autokorelasi tingkat satu (first order

autocorrelation) dan dengan syarat adanya intercept (konstanta) dalam

model regresi serta tidak ada variabel lagi diantaravariabel bebas

(Gujarati, 2013).

3. Uji Linieritas

Uji linieritas digunakan untuk melihat apakah spesifikasi model yang

digunakan sudah benar atau tidak. Untuk menentukan apakah fungsi

persamaan regresi yang digunakan berbentuk linier, maka dapat dilihat

dari P-P Plot. Apabila titik-titik terdistribusi mengikuti garis linier,

maka model regresi dapat dinyatakan linier.

4. Uji Multikolinearitas

Menurut Ghozali (2011:105), multikolinearitas bertujuan untuk menguji

apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas

(independen). Jika variabel independen saling berkorelasi, maka

variabel-variabel ini tidak ortogonal. Variabel ortogonal adalah variabel

independen yang memiliki nilai korelasi antara atau sesama variabel

36
independen sama dengan nol. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya

multikolinearitas didalam model regresi adalah dilihat dari (1) nilai

tolerance (2) variance inflation model (VIF). Kedua ukuran ini

menunjukkan setiap variabel independen manakah yang dijelaskan oleh

variabel independen lainnya. Jadi nilai tolerance yang rendah sama

dengan nilai VIF tinggi (karena VIF = 1/Tolerance). Nilai cut off yang

umum dipakai untuk menunjukan tidak adanya multikolinearitas adalah

nilai tolerance > 0.10 atau sama dengan nilai VIF < 10.

5. Uji Heteroskedastisitas

Menurut Ghozali (2011:139), Uji Heteroskedastisitas bertujuan menguji

apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari

residual atau pengamatan ke pengamatan lain. Jika variance dari

residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut

Homoskedastisitas dan jika berbeda disebut Heteroskedastisita.

Kebanyakan data cossection mengandung situasi Heteroskedastisitas

karena data ini menghimpun data yang mewakili berbagai ukuran

(kecil, sedang dan besar). Salah satu cara untuk mendeteksi ada atau

tidaknya Heteroskedastisitas adalah dengan melihat Grafik Plot antara

nilai prediksi variabel terikat (dependen) yaitu ZPRED dengan

residunya SRESID. Deteksi ada atau tidaknya dapat dilakukan dengan

melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara

SRESID dan ZPRED dimana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi,

37
dan sumbu X adalah residual (Y prediksi – Y yang telah di-

studentized).

3.11 Analisis Regresi Berganda

Analisis Regresi Linier Berganda digunakan untuk mengetahui

hubungan linier antara dua variabel atau lebih. Dimana satu variabel

sebagai variabel dependen (terikat) dan yang lainnya sebagai variabel

independen (bebas).

Dalam penelitian ini variabel bebas terdiri dari kualitas produk dan

citra merek. Sedangkan yang menjadi variabel terikat adalah loyalitas

konsumen. Dengan persamaan yang digunakan dalam penelitisn ini

adalah:

Y = b0 + b1X1 + b2X2 + e

Keterangan:

Y = Keputusan pembelian

b0 = Konstanta

b1,b2 = Koefisien korelasi

X1, X2= Variabel bebas

e = Standar Error

3.11.1 Koefisien Regresi

Koefisien regresi merupakan suatu alat yang digunakan untuk

mengukur tingkat keeratan hubungan antara variable independen dengan

variable dependen. Nilai R akan berkisar antara 0 - 1, semakin mendekati 1

hubungan antara variable independen secara bersama-sama dengan variable

38
dependen semakin kuat. Berikut adalah tabel pedoman untuk memberikan

interprestasi koefisien korelasi.

Inteval Koefisien Tingkat Hubungan


0.00-0.199 = Sangat Rendah
0.20-0.399 = Rendah
0.40-0.599 = Sedang
0.60-0799 = Kuat
0.80-1.000 = Sangat Kuat

3.11.2 Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh

kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai

koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil

berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan

variasi variabel dependen amat terbatas. Kelemahan mendasar penggunaan

koefisien determinasi R2 adalah jumlah variabel independen yang

dimasukkan ke dalam model. Setiap penambahan satu variabel

independen, maka R2 pasti meningkat tidak peduli apakah variabel tersebut

ber-pengaruh signifikan terhadap variabel dependen atau tidak. Karena itu,

banyak peneliti menganjurkan untuk menggunakan nilai adjusted R2 pada

saat mengevaluasi mana model regresi terbaik. Tidak seperti R2, nilai

adjusted R2 dapat naik atau turun apabila satu variabel independen

ditambahkan kedalam model. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan

adjusted R2 agar tidak terjadi bias dalam mengukur seberapa jauh

kemampuan model dalam menerangkan variabel dependen.

3.12 Uji Hipotesis

39
Uji hipotesis akan dilakukan penghitungan-penghitungan yang

akan menghasilkan seberapa besar pengaruh dari masing-masing variabel

terhadap variabel Y. Perhitungan statistik disebut signifikan secara

statistik apabila nilai uji statistiknya berada dalam daerah kritis (daerah

dimana Ho ditolak). Sebaliknya disebut tidak signifikan bila nilai uji

statistiknya berada dalam daerah dimana Ho diterima. Uji hipotesis yang

digunakan dalam penelitian ini ada dua yaitu uji simultan (F) atau dan uji

parsial (t). Berikut penjelasan pengujian parsial dan pengujian simultan

yang digunakan :

1. Uji t

Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah masing-masing

variabel bebasnya secara sendiri-sendiri bepengaruh secara signifikan

terhadap variabel terikatnya. Dimana Jika t tabel > t hitung, H1 diterima.

Dan sedangkan jika t tabel < t hitung, H1 ditolak, Begitu juga untuk

melihat signifikan atau tidaknya pengaruh variabel

Jika sig > α (0,05), maka H1 ditolak

Jika sig < α (0,05), maka H1 diterima.

2. Uji f

Uji ini digunakan untuk mengetahui pengaruh bersama-sama

variabel bebas terhadap varibel terikat. Dimana f hitung > f table, maka H1

diterima atau secara bersama-sama variabel bebas dapat menerangkan

variabel terikatnya secara serentak. Sebaliknya apabila f hitung < f tabel,

maka H0 diterima atau secara bersama-sama variabel bebas tidak memiliki

40
pengaruh terhadap variabel terikat. Untuk mengetahui signifikan atau tidak

pengaruh secara bersama-sama variabel bebas terhadap variabel terikat

maka digunakan probability sebesar 5% (α= 0,05).

Jika sig > α (0,05), maka H1 ditolak.

Jika sig < α (0,05), maka H1 diterima.

41
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.


Jakarta: Rineka Cipta.

Arens, A. A., Randal J. E., dan Mark S. B., 2008, Auditing dan Jasa
Assurance,edisi 12, Jilid 1, Terjemahan oleh Herman Wibowo, Jakarta:
Erlangga.

Basu Swastha dan T. Hani Handoko, 2000, Manajemen Pemasaran


(AnalisaPerilakuKonsumen), Yogyakarta : BPFE UGM.

Fandy Tjiptono, 1995, Manajemen Jasa,Penerbit Andi, Yogyakarta.

Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS.


Edisi Ketiga. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS.


CetakanKeempat. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Henry Simamora,2010,Manajemen Sumber Daya Manusia, Gramedia,Jakarta.

Husein, Umar. (2000). Riset Pemasaran Dan Penilaian Konsumen. Jakarta: PT


Gramedia Pustaka.

Kotler, Philip, 2000, Marketing Management. Edisi Milenium, Prentice Hall Intl,
Inc New Jersey.

Philip Kotler, 2002, Manajemen Pemasaran, Edisi Millenium, Jilid 2, PT


Prenhallindo, Jakarta

Kotler, Philip dan Keller, 2007, Manajemen Pemasaran, Jilid I, Edisi Kedua belas,
PT. Indeks, Jakarta.

Kotler, Philip and Gary Armstrong. 2008. Prinsip-prinsip Pemasaran. Edisi12.


Jilid 1. Jakarta: Erlangga.

Kotler, Philip dan Gary armstrong, 2009, Prinsip-Prinsip Pemasaran, Edisi 12,
jilid 2, Jakarta: Erlangga.

Kuncoro, Mudrajad. 2003. Metode Riset untuk Bisnis & Ekonomi. Jakarta:
Erlangga.

42
Paulina Van. 2016. “Pengaruh Faktor Makro Ekonomi Terhadap Indeks Harga
Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2006-
2015”. Jurnal Berkala Ilmiah Efisiensi volume 16 no.02
Paul, J. Peter dan Jerry C. Olson. 2000.Consumer Behavior: Perilaku
Konsumendan Strategi Pemasaran.Terjemahan.Jakarta: Erlangga

Rambat, Lupiyoadi, dan A. Hamdani. 2008. Manajemen Pemasaran Jasa. Edisi


Kedua. Jakarta; Salemba Empat.

Rusidi, Muhammad. 2004. Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan. Jakarta:
Indeks.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, kualitatif,


dan R&D. Bandung: Alfabeta

Tjiptono, Fandy dan Anastasia Diana. (2003). Total Quality Management. Edisi
Revisi. Yogyakarta: Andi Offset.

Uma, Sekaran. 2006. Research Methods For Business (Metode Penelitian untuk
Bisnis). Edisi empat buku 1. Salemba Empat.

43

Anda mungkin juga menyukai