Anda di halaman 1dari 24

LANGKAH MUDAH

PENYELESAIAN
KASUS WARIS

Muhammad Yusran Ramli


Pengantar
Penulis

Assalamu’ alaykum warohmatullahi wa barokatuh

Alhamdulillahi Rabbil ‘aalamin, segala puji dan rasa syukur, kami panjatkan
kehadirat Allah Subhanahu wa Ta ‘aala atas segala limpahan rahmat dan
pertolongan-Nya, sehingga Penulis dapat meneyelesaikan Buku 4 Langkah
Mudah Penyelesaian Kasus Waris ini dengan baik. Semoga shalawat dan salam
senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad saw, keluarga, para sahabat dan
orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik.

Buku ini adalah panduan materi pelatihan Ilmu Waris yang kami fasilitasi, baik
secara off line maupun online. Materinya disusun secara sederhana dan lebih
ditujukan buat pemula. In Sya Allah mudah dipahami, meskipun pembaca berasal
dari kalangan umum yang belum pernah belajar ilmu waris sebelumnya. Oleh
karena itu, bagi pembaca, kami sarankan untuk melanjutkan bacaan dengan
referensi kitab ilmu waris (faroidh) yang lebih lengkap.

Kami mengucapkan terima kasih dan mendoakan kedua orang tua dan guru-guru
yang telah mengajarkan ilmu. Dalam bidang ilmu waris, kami banyak
mendapatkan faedah dari dua orang guru kami : Ustadz Drs. Syahdan (Makassar)
dan Ustadz Khotibul Umam (Palembang). Tak lupa juga buat Istri dan anak-anak
yang telah memberikan dukungan penuh sehingga buku ini selesai disusun.

Tak ada gading yang tak retak. Meski kami sudah berupaya secara maksimal,
namun boleh jadi masih terdapat kekurangan dan kekhilafan di sana-sini. Kami
berharap masukan dan kritik dari pembaca untuk perbaikan di masa mendatang.
Hanya kepada Allah, Kami berdoa semoga karya sederhana ini memberikan
manfaat bagi pembaca dan menjadi pahala jariyah bagi kami. Hanya kepada Allah
kami memohon, agar sudi kiranya menerima amal kami ini dengan sebaik-baik
penerimaan, serta mencurahkan berkah-Nya kepada kami karenanya.

Penulis,

Muhammad Yusran Ramli

1|
Daftar
Isi

PENGANTAR PENULIS ............................................................................. 1

DAFTAR ISI ............................................................................................. 2

Langkah – Langkah Penyelesaian Kasus Waris ........................................ 3

- Ahli Waris ......................................................................................... 4


- Bagian Masing-Masing Ahli Waris ..................................................... 6
- Penghalang Waris ............................................................................. 10
- Perhitungan Matematika Waris ........................................................ 12

UMARIYATANI ....................................................................................... 16

MUSYTARIKAH ....................................................................................... 17

DALIL – DALIL WARIS .............................................................................. 19

BIBLIOGRAFI .......................................................................................... 22

KURIKULUM PELATIHAN ........................................................................ 23

2|
LANGKAH-LANGKAH PENYELESAIAN KASUS WARIS

Sebelum membahas langkah-langkah penyelesaian kasus waris, kita perlu menjawab


sebuah pertanyaan penting. Kapankah terjadi pembagian harta warisan? Harta warisan
dibagi, ketika terpenuhi 3 hal yaitu : ada yang meninggal, ada ahli warisnya dan ada harta yang
bisa dibagikan. Tiga hal ini disebut sebagai rukun waris.

Orang yang meninggal (mayit) disebut sebagai pewaris (al muwarrits), baik secara
hakiki atau hukmi. Orang yang meninggal secara hakiki artinya mayitnya ada disaksikan oleh
orang lain. Sedangkan orang yang meninggal secara hukmi, mayitnya tidak ditemukan.
Misalnya dalam sebuah kecelakaan pesawat atau kapal tenggelam. Setelah dilakukan
pencarian, mayat tidak ditemukan. Aparat yang berwewenang mengumumkan bahwa semua
penumpang pesawat yang jatuh maupun kapal yang tenggelam ditetapkan sudah meninggal.

Adapun ahli warisnya, dipastikan hidup ketika pewaris meninggal dunia, meskipun
sekejap, baik secara hakiki maupun hukmi. Selain itu, penerima warisan diketahui sebab
menerima harta warisan : baik karena pernikahan, keturunan atau memerdekakan budak.

Orang yang memiliki hubungan yang termasuk sebab pewarisan di atas, bisa gugur
haknya karena ada yang mencegah terjadinya pewarisan. Keadaan yang mencegah seseorang
mendapatkan warisan disebut mawaani al-irts, yaitu perbudakan, pembunuhan dan
perbedaan agama.

Ada 4 langkah yang harus kita tempuh dalam menyelesaikan kasus waris, yaitu :

1. Menetapkan siapa saja ahli waris yang berhak mendapatkan warisan


2. Menetapkan bagian dari masing-masing ahli waris yang berhak mendapatkan
warisan.
3. Menetapkan siapa saja ahli waris yang terhalang (mahjub) mendapatkan warisan.
4. Melakukan perhitungan matematika pembagian warisan dari harta waris yang
ditinggalkan.

Mari kita bahas empat Langkah di atas dengan cara langsung mempraktekkan menggunakan
metode bagan.

3|
1. Ahli waris ( ٌ‫) َو ِارث‬
Jika ada seorang Muslim yang meninggal dunia dan ada harta waris yang dtinggalkan,
lalu siapa saja yang menjadi ahli warisnya? Ahli warisnya ada 25 golongan, terdiri dari 15
golongan laki-laki dan 10 golongan perempuan. Untuk memudahkan dalam mengingat siapa
saja ahli warisnya, bisa digambarkan dalam bentuk bagan sebagai berikut :

Cara membuat bagan waris:

1. Siapapun yang meninggal, posisikan sebagai mayit. Mayit ini posisinya sebagai suami
jika laki-laki dan sebagai istri jika ia perempuan. Jika masih kecil bagaimana? Letakkan
saja sesuai jenis kelaminnya. Jika masih kecil dan belum menikah berarti ahli warisnya
adalah orang tua dan saudara.
2. Mayit ini memiliki asal yaitu dari Bapak dan Ibu. Demikian juga Bapak mempunyai asal
yaitu dari Kakek dan Nenek. Tapi dalam hukum waris, ahli waris dari pihak Ibu hanya
nenek dari Ibu saja. Kakek dari pihak Ibu tidak dapat warisan. Ini sesuai ketentuan dari
Allah SWT.
3. Keturunan berupa : anak laki-laki dan anak perempuan. Adapun cucu yang berhak
hanyalah cucu dari anak laki-laki baik cucu laki-laki maupun cucu perempuan. Cucu dari
anak perempuan tidak dapat warisan. Ahli waris dari cucu seterusnya dari pihak
keturunan Laki-laki ke bawah.

4|
4. Saudara : Yang berhak mendapatkan warisan Ada 3 macam yaitu saudara sekandung,
Saudara sebapak, dan saudara Seibu. Saudara Sekandung yang berhak mendapat
warisan yaitu saudara sekandung baik laki-laki maupun perempuan. Saudara sebapak
yang berhak mendapat warisan yaitu saudara Sebapak baik laki-laki maupun yang
perempuan. Saudara Seibu yang berhak mendapat warisan yaitu saudara seibu baik
laki-laki maupun perempuan.
5. Keponakan. Keponakan yang berhak mendapat warisan hanyalah anak laki-laki dari
saudara laki-laki sekandung dan anak laki-laki dari saudara laki-laki sebapak.
6. Paman. Yang berhak mendapat warisan hanyalah saudara Laki-laki (paman) dari Bapak.
Paman dari Pihak Ibu tidak mendapat warisan. Yang mendapat warisan hanyalah
Paman sekandung dan Paman sebapak. Adapun paman seibu tidak mendapat warisan.
7. Sepupu. Yang mendapat warisan hanya anak laki-laki dari paman sekandung dan anak
laki-laki dari paman sebapak.
8. Laki-laki atau perempuan yang membebaskan budak (hamba sahaya).
Istilah Bagi Para Ahli Waris :
ْ ُ ُ
1. Ushul ( ٌ‫ ) أصول‬yaitu semua ahli waris yang menjadi asal mayit yaitu Bapak, Ibu, Kakek,
Nenek dari pihak ibu dan semua ahli waris yang ada di atas mayit.
ْ ُ
2. Furu’ ( ٌ‫ )ف ُروع‬yaitu semua ahli waris dari keturunan mayit, yaitu anak maupun cucu.
َّ ُ ُ
3. Ukhuwah ( ‫ ) أخو ٌة‬yaitu semua saudara dan keturunanya (keponakan).
َ ْ ُ
4. Umumah (ٌ‫ ) ع ُمومة‬yaitu semua paman dan keturunannya
5. Hawasyi ( ‫اش‬ ٌ ِ ‫الح َو‬ َ ) yaitu gabungan antara ukhuwah dan umumah.
َ َ
6. Al Wala ( ‫ ) الوال ٌُء‬yaitu yang membebaskan budak

5|
2. Bagian Masing-masing Ahli waris
Jenis bagian dari harta warisan, ada 2 macam yaitu :

a. Bagian fardh (Ashab al furuudh)


b. Bagian ‘ashabah

Ahli waris yang menerima bagian fardh adalah ahli waris yang mendapatkan bagian dari harta
warisan dengan jumlah yang telah ditentukan, seperti ½, ¼, 1/8, 1/3, 1/6 dan 2/3.

Adapun ahli waris yang menerima bagian ‘ashabah adalah ahli waris yang mendapatkan
bagian dari harta warisan dengan jumlah yang tidak ditentukan. Jika ahli waris mayit hanya
mereka, maka mereka akan mengambil semua harta. Jika mereka bersama ahli waris yang
mendapat bagian fardh, maka mereka mengambil sisa harta setelah bagian fardh diberikan.
Namun, jika harta tidak tersisa, maka mereka tidak mendapat apa-apa.

Secara Umum, bagian dari masing-masing ahli waris, baik yang mendapatkan bagian fardh
(Ashab al furuud) dan Ashabah (kode A), digambarkan dalam bentuk bagan sebagai berikut :

6|
Cara sistematis dan mudah untuk mengingat bagian (porsi) dari masing-masing ahli
waris, dengan 8 langkah, sebagai berikut :

1. Pertama, berikan bagian ½ untuk suami dan ¼ ( ¼ = setengah dari ½).


2. Bagian dari Istri adalah setengah dari bagian suami, yaitu ¼ dan 1/8.
3. Berikan ‘Ashabah (kode A) untuk semua ahli waris laki-laki, kecuali suami dan saudara
seibu laki-laki.
4. Berikan bagian ½ dan 2/3 untuk semua ahli waris perempuan di bawah dan kanan
Mayit (Anak Pr, Cucu Pr dari Anak Lk , Saudara Sekandung Pr, Saudara Sebapak Pr).
5. Tambahkan bagian 1/6 untuk ahli waris Perempuan paling bawah (Cucu Pr dari anak
Lk) dan ahli waris perempuan paling kanan (Saudara Sebapak Pr).
6. Berikan bagian 1/6 untuk semua ahli waris di atas dan sebelah kiri mayit (Ibu, Bapak,
Nenek, Saudara seibuk Lk/Pr). Perhatian : Bagian 1/6 untuk Nenek dibagi rata untuk
nenek dari pihak ibu dan nenek dari pihak bapak.
7. Berikan tambahan bagian 1/3 untuk ahli waris yang ada kata “Ibu” (Ibu dan Saudara
seibu Lk/Pr ).
8. Berikan tambahan bagian (1/6 + A) untuk Bapak dan Kakek.

Ketentuan dari dari ahli waris yang mendapat bagian fardh (ashab al furuudh) :

1. Suami : Jika tidak ada furu’ mendapat ½. Jika ada furu mendapat ¼.
2. Istri : Jika tidak ada furu’ mendapat ¼. Jika ada furu mendapat 1/8.
3. Ahli waris Perempuan di bawah mayit dan sebelah kanan mayit, yaitu ahli waris yang
mendapatkan bagian 1/2 dan 2/3, ada 2 syarat yang harus terpenuhi yaitu :
• syarat jumlah : Bila jumlahnya 1 maka mendapat ½. Jika jumlahnya lebih dari 1
maka mendapat 2/3.
• Tidak ada pasangan laki-laki yang sejajar (pasangan laki-laki, misal : jika cucu Pr
tidak bersama Cucu Lk)
• Jika ada pasangan laki-laki sejajar maka bagiannya adalah ashobah (akan dibahas
secara rinci pada pembahasan tentang ‘ashabah)
4. Cucu perempuan mendapat 1/6 yaitu tanpa syarat jumlah. Jika hanya ada 1 orang anak
perempuan dan ada cucu perempuan. Artinya Jika tidak ada ahli waris dari golongan
sebelumnya yang laki-laki (anak laki-laki) dan tidak ada cucu laki-laki. Hanya ada ahli
waris anak perempuan yang jumlahnya 1 orang.
5. Semua saudara (Sekandung,dan sebapak ) yang mendapat bagian ashabul furud syarat
utamanya tidak ada furu dan tidak ada usul dari laki-laki. Saudara sekandung
perempuan mendapat 2/3 ketika lebih dari satu orang. Mendapat ½ Ketika sendirian
dan tidak ada pasangan sejajar (saudara sekandung laki-laki). Tidak ada furu dan usul
dari laki-laki. Saudara sebapak Pr sama dengan mendapat 2/3 ketika lebih dari satu.
Mendapat ½ Ketika sendirian dan tidak ada saudara sekandung laki-laki. Tidak ada furu
dan usul dari laki-laki. Saudara Pr sebapak mendapat 1/6 jika Saudara sekandung Pr
hanya 1 dan tidak ada saudara sekandung Lk maupun saudara lk sebapak.

7|
6. Bapak mendapat mendapat Ashobah ketika tidak ada furu’. Mendapat 1/6 ketika ada
furu laki-laki. Mendapat (1/6 +A) ketika tidak ada furu laki-laki tetapi hanya ada furu’
perempuan.
7. Kakek mendapat mendapat Ashobah ketika tidak ada furu’. Mendapat 1/6 ketika ada
furu laki-laki. Mendapat (1/6 +A) ketika tidak ada furu laki-laki tetapi hanya ada furu’
perempuan. SYARAT UTAMANYA tidak ada Bapak.
8. Nenek baik dari pihak Bapak maupun Ibu, keduanya mendapat bagian 1/6 (dibagi rata).
Syaratnya : nenek dari pihak Bapak, tidak ada bapak dan Ibu. Syarat nenek dari pihak
Ibu syaratnya tidak ada Ibu.
9. Ibu mendapat 1/3 kalau tidak ada furu’ dan atau saudara mayit hanya 1 orang.
Mendapat 1/6 ketika ada furu dan atau saudara mayit jumlahnya lebih dari 1 orang.
10. Saudara seibu laki-laki maupun perempuan, mendapat 1/6 jika jumlahnya 1 orang.
Mendapat 1/3 jika jumlahnya lebih dari 1 orang. Dengan syarat tidak ada furu dan tidak
ada ushul dari laki-laki.
11. Yang membebaskan budak mendapat warisan jika si Mayit tidak memiliki keluarga (ahli
waris) sama sekali.

Ketentuan dari dari Ahli waris yang mendapat bagian ‘ashabah (ٌ‫الع َص َبة‬
َ )

Secara bahasa ‘ashabah berarti sisa atau kekerabatan seorang laki-laki dari jalur ayahnya.
Dalam istilah faraid, ‘Ashobah yaitu orang yang mendapatkan warisan dari kelebihan harta
setelah diserahkan pada ashabul furudh.

Ashobah terbagi 2:

1. Ashobah Sababiyah : orang yang mendapat ‘ashabah karena sebab memerdekakan


budak. Yang mendapatkan ini adalah Al Wala’ (orang yang memerdekakan budak).
2. Ashobah Nasabiyah : orang mendapat ashobah karena adanya hubungan nasab seperti
anak laki-laki dan cucu laki-laki dari anak laki-laki.
Ashobah Nasabiyah terbagi 3 yaitu

• Ashobah Bin nafsi (A) yaitu semua ahli waris laki-laki kecuali suami dan saudara seibu
laki-laki.
• Ashobah bil ghoiri (AB) : semua ahli waris perempuan yang mendapatkan bagian ½ dan
2/3 (anak Pr, Cucu Pr dari anak Lk, Saudara Kandung Pr, Saudara Sebapak Pr) ketika
bersama pasangannya yang sejajar (anak Pr Bersama anak Lk ; Cucu Pr dari anak Lk
bersama cucu Lk dari anak Lk ; Saudara sekandung Pr Bersama saudara sekandung Lk ;
Saudara sebapak Pr Bersama saudara sebapak Lk) . Rasio pembagiannya adalah laki-
laki : perempuan = 2 : 1.
• Ashobah ma alghoiri (AM) : Saudara Kandung Pr atau Saudara Sebapak Pr Ketika
bertemu dengan furu perempuan, di mana yang mendapatkan ashobah hanya saudara

8|
kandung perempuan saja atau saudara sebapak perempuan saja. Adapun anak Pr dan
cucu Pr hanya sebagai penyebab, tidak mendapat ashobah.
Kaidah : tidak ada yang mendapatkan lebih dari satu ashobah dalam satu waktu.

Jika ada lebih dari satu ashobah maka didahulukan berdasarkan urutan golongan :

1. Bunuwwah (Furu’)
2. Ubuwwah (usul)
3. Ukhuwah (saudara)
4. Umumah (Paman)
5. Al Wala’ (yang membebaskan budak)
Jika ada yang Bersama dalam satu golongan, maka diprioritaskan berdasarkan kedekatan
dengan Mayit.

Adakalanya posisi Ashobah tidak mendapat harta warisan, contoh sebagai berikut :

Ahli Waris KPK = 2 KPK =2


Suami 1/2 2
Saudara Sekandung Pr 1/2 2
Saudara Sebapak Lk A 0
Jumlah 4

Ashobah yang mendapat harta waris banyak adalah ketika ahli waris yang hidup hanya anak
laki-laki tunggal, maka semua warisan menjadi miliknya.

9|
َ
3. Penghalang waris ( ٌ‫الحجٌب‬
ٌ )
Al Hajbu adalah terhalangnya ahli waris untuk mendapatkan bagian waris baik
sebagian atau keseluruhan karena ada ahli waris lain yang lebih berhak.

Memahami Istilah :

Haajib ( ‫ )حاجب‬: penghalang

Mahjub ( ‫ )محجوب‬: ahli waris yang terhalang

Al Hajbu terbagi 2, yaitu :

- Al Hajbu bil wasfi : terhalang karena sifat yaitu pembunuh, murtad dan budak.
- Al Hajbu bi syakhshi seseorang terhalang mendapatkan harta warisan karena adanya
ahli waris lainnya yang berhak. Al Hajbu bi syakhshi terbagi dua yaitu Nuqson dan
hirman. Nuqson yaitu bagian ahli waris yang berkurang dari bagian yang banyak
menjadi lebih sedikit. Hijab hirman yaitu tidak dapat warisan sama sekali karena
adanya ahli waris yang menghalanginya.
Sebelum melakukan pembagian warisan, yang pertama harus diperhatikan adalah apakah ada
furu’ atau tidak.

Pada umumnya, yang menjadi penghalang adalah Ashobah.

Secara rinci, penghalang sebagai berikut :

1. Anak laki-laki : ketika mendapat mendapat ashobah baik bin nafsi maupun ashobah bil
ghairi, maka akan menghalangi furu yang ada di bawahnya dan semua hawasyi.
2. Jika pada bagian anak, tidak ada yang mendapat ashobah. Maka ashobah pindah ke
cucu laki-laki. Ketika ada cucu yang mendapatkan ashobah baik bin nafsi maupun bil
ghoiri maka akan menghalangi semua furu yang ada di bawahnya dan semua hawasyi.
3. Bapak menghalangi ushul yang di atasnya dan semua hawasyi.
4. Kakek mendapat bagian waris ketika tidak ada bapak. Ketika kakek dapat warisan, maka
akan menghalangi semua ushul yang di atasnya dan semua hawasyi. Ini menurut
pendapat mazhab Hanafi. Adapun menurut Imam Sya
5. Jika ashobah pindah ke saudara, berarti tidak ada ahli waris dari furu dan ushul yang
laki-laki maka digunakan rumus zig-zag (akan dijelaskan dalam training).
6. Saudara sekandung jika mendapat ashobah baik bin nafsi maupun bil ghoiri ataupun
ma alghoiri, maka saudara tersebut menghalangi semua yang ada di golongan
sesudahnya.
7. Keberadaan Ibu, menghalangi Nenek baik dari pihak Bapak maupun Ibu.
8. Keberadaan Bapak menghalangi kakek dan nenek dari pihak bapak dan semua ushul di
atasnya. Namun, tidak menghalangi nenek dari pihak ibu, jika Ibu sudah tidak ada.
9. Saudara seibu baik laki-laki maupun perempuan dihalangi oleh keberadaan 1 orang
furu saja dan atau adanya ushul yang laki-laki.

10 |
Ada 5 pihak yang pasti mendapat warisan (tidak mungkin terhalang) :

- Suami / Istri
- Anak Lk
- Anak Pr
- Bapak
- Ibu

Contoh
Ahli waris yang hidup : Ibu, Suami, Anak Lk, Anak Pr, Saudara sekandung Lk, Paman
Sekandung, Cucu dari anak Pr.

Dalam memecahkan masalah ini, lakukan Langkah sebagai berikut :


1. Tentukan mana ahli waris yang pasti mendapat warisan.
2. Perhatian apakah ada furu dan ushul yang mendapat ashobah terutama anak Lk
atau Bapak.
3. Apakah ada furu’ atau tidak untuk mengetahui porsi bagian warisan
4. Lakukan perhitungan bagian masing-masing

Kaedah : Kalau sudah ada furu atau ushul yang dapat ashobah, maka semua saudara dan
hawasyi tidak dapat warisan.

Latihan :

1. Lakukan identifikasi siapa saja yang mendapatkan warisan jika : (a) Semua ahli waris di
bagan ada ; (b) Hanya ahli waris laki-laki yang ada; (c) Hanya ahli waris perempuan yg
ada
2. Seorang wanita wafat meninggalkan ahli waris : suami, satu orang anak laki-laki, Bapak,
seorang saudara sekandung laki-laki dan seorang paman sekandung. Uraikan siapa saja
ahli waris yang mendapat warisan?
3. Seorang pria wafat meninggalkan ahli waris : istri, seorang anak laki-laki, seorang anak
perempuan, seorang saudara sekandung laki-laki dan seorang saudara sekandung
perempuan. Uraikan siapa saja ahli waris yang mendapat warisan?
4. Seorang pria wafat meninggalkan ahli waris : istri, seorang anak perempuan,seorang
cucu perempuan dari anak laki-laki, seorang saudara sekandung perempuan dan
seorang saudara sebapak perempuan. Uraikan siapa saja ahli waris yang mendapat
warisan?

11 |
4. Perhitungan Matematika Waris
Perhitungan waris adalah perhitungan matematika sederhana menggunakan angka pecahan
porsi waris : ½ , ¼, 1/8, 1/3, 1/6 dan 2/3.

Sebelum membahas teknis perhitungannya, kita pahami dahulu beberapa istilah dalam
perhitungan waris sebagai berikut :

Porsi (Fardun atau nasibun) : porsi bagian waris yg sudah ditentukan, misalnya ½, ¼.

KPK (aslul mas’alah) : angka yang bisa dibagi dengan semua penyebut dari porsi waris
(fardun).

Saham (Sahmun) : angka hasil perkalian dari KPK dan fardhun (porsi).

Total jumlah saham (Majmu siham) : angka yang akan dipakai sebagai pembagi harta
warisan).

Contoh perhitungan waris sebagai berikut :

Ahli Waris KPK = 4 Pokok Masalah = 4 Harta : 24 Juta


Porsi Saham Bagian
Suami ¼ 1 ¼ x 24 jt 6 jt
Anak Pr ½ 2 2/4 x 24 jt 12 jt
Cucu Lk A 1 ¼ x 24jt 6 jt
Jumlah 4 Jumlah 24 jt

Langkah-langkah perhitungan waris :

Cari angka kelipatan persekutuan terkecil (KPK).

Ahli Waris KPK = 6 KPK =6


Suami 1/2 3
Ibu 1/3 2
Saudara Sekandung Lk A 1
Jumlah 6

Cara sederhana menetapkan angka sebagai KPK :

- Jika penyebutnya sama, bilangan pecahan yang ada bisa langsung dijumlahkan.
Contoh : 1/3 + 2/3 = 3/3.
- Jika penyebutnya tidak sama, cari bilangan penyebut terbesar. Jika bisa dibagi dengan
semua penyebut yang lain, maka angka tersebut ditetapkan sebagai KPK. Contoh : ½ +
¼ . Penyebut terbesar adalah 4 (bisa dibagi dengan penyebut yang lainnya , 2). Pada
kasus ini KPK = 4.
- Jika penyebut terbesar tidak bisa dibagi dengan penyebut yang lainnya, maka angka
penyebut terbesar tersebut dikalikan dengan angka dua, lalu coba bagikan dengan
semua angka penyebut. Jika masih ada yang belum belum bisa dibagi dengan
12 |
penyebut, maka coba lagi dikalikan dengan angka 3 dan seterusnya sampai diperoleh
sebuah angka yang bisa dibagi dengan semua penyebut yang ada.

CARA MENGHITUNG PEMBAGIAN HARTA WARISAN

1. Cara Normal yaitu ketika total saham = KPK


Contoh

No Ahli Waris KPK = 8


Porsi Saham
1 Istri 1/8 1
2 Anak Pr ½ 2
3 Cucu laki-laki A 5
Jumlah 8

2. Cara ‘Awl yaitu Ketika jumlah total saham lebih besar dari aslul mas’alah (KPK).
Contoh

No Ahli Waris KPK = 6 Harta = 42 jt


Porsi Saham Bagian
1 Suami 1/2 3 3/7* 42 jt = 18jt
2 Saudara sekandung Pr ½ 3 3/7* 42 jt = 18jt
3 Saudara Sebapak Pr 1/6 1 1/7* 42jt = 6 Jt
Jumlah 7 42 jt
Aul adalah bertambahnya majmu siham dan berkurangnya ansibah. Dari table di atas terlihat
bagian masing-masing ahli waris berkurang dari porsi yang seharusnya. Kondisi Aul
digambarkan sebagai berikut :

13 |
3. Cara Radd yaitu Ketika jumlah total saham lebih kecil dari aslul mas’alah (KPK).
Contoh

No Ahli Waris KPK = 6


Porsi Saham
1 Anak Pr 1/2 3
2 Cucu Pr 1/6 1
Jumlah 4

Syarat Radd :

- Dalam ahli waris tidak boleh ada yang mendapatkan ashobah.


- Hitungannya tidak boleh pas.
- Radd (sisa harta) tidak boleh diberikan kepada suami atau istri

Keadaan Radd :

1. Tidak ada suami atau istri :


- Ahli waris yang ada adalah ashabul furudh yang sama. Pembagiannya adalah
berdasarkan jumlah kepala. Jika hanya 1 orang, maka ia mendapatkan seluruh harta.
Contohnya seorang mati meninggalkan hanya 1 anak perempuan, atau hanya 1 cucu
perempuan atau seorang ibu, maka ahli waris tersebut memperoleh semua harta. Jika
ahli waris hanya 4 orang anak perempuan, maka dibagi rata (masing-masing mendapat
¼ harta).
- Ahli warisnya lebih dari 1 golongan, contohnya ahli waris Anak Pr dan Cucu Pr. Cara
perhitungannya sama seperti biasa. Penyelesainnya sebagai berikut

No Ahli Waris KPK = 6 Harta = 12jt


Porsi Saham Bagian
1 Anak Pr 1/2 3 ¾ x 12jt = 9jt
2 Cucu Pr 1/6 1 ¼ x 12jt = 3jt
Jumlah 4
-
2. Ada suami atau istri :
- Ahli waris ada suami/istri Bersama ahli waris sejenis . Buktikan dulu bahwa
permasalahn tersebut betul-betul adalah permasalahan Radd. Setelah itu, aslul
masalah (KPK) diambil dari angka penyebut suami/istri. Kemudian berikan dahulu
bagian suami/istri. Sisanya diberikan kepada ahli waris yang lain. Jika ahli waris yang
ada hanya 1 orang, makai a mendapat seluruh harta. Jika lebih dari 1 orang, dibagi rata
sesuai jumlah kepala. Contoh

14 |
No Ahli Waris KPK = 4
Porsi Saham
1 Suami 1/4 1
2 Anak Pr 1/2 2
Jumlah 3
Karena sdh terbukti ini masalah Radd, maka diberikan dulu bagian suami = ¼, lalu sisanya , ¼
diberikan kepada ahli waris yg ada (anak Pr). Berarti anak perempuan mendapatkan ¾ harta .

Contoh lain :

No Ahli Waris KPK = 24


Porsi Saham
1 Istri 1/8 3
2 Anak Pr 2/3 16
3 Anak Pr
Jumlah 19
Karena sudah terbukti ini adalah masalah Radd, digunakan angka penyebut Istri, yaitu 8.
Berikan dulu bagian istri = 1/8 . Keemudian sisanya (7/8), diberikan kepada kedua anak
perempuan tsb (dibagi rata).

- Suami/ Istri Bersama lebih dari 1 golongan.

Contoh

No Ahli Waris KPK = 24


Porsi Saham
1 Istri 1/8 3
2 Anak Pr 1/2 12
3 Cucu Pr 1/6 4
Jumlah 19
Karena sudah terbukti ini adalah masalah Radd, maka diberikan dulu jatah istri yaitu 1/8.

Misalnya Harta 32 Juta. Diberikan jatah istri sebesar 4 juta. Lalu sisa harta sebesar 7/8 (28
Juta) dibagikan kepada sisa ahli waris yang ada sebagai berikut

No Ahli Waris KPK = 6 Harta = 28jt


Porsi Saham Bagian
1 Anak Pr 1/2 3 3/4x 28jt = 21jt
2 Cucu Pr 1/6 1 ¼ x 28jt = 7jt
Jumlah 4

15 |
UMARIYATANI

Umariyatani artinya dua permasalahan yang diselesaikan oleh Umar bin Khattab berkaitan
dengan masalah warisan.

Permasalahn ini terjadi ketika ahli waris hanya Suami atau Istri, Bapak dan Ibu. Tidak ada ahli
waris yang lain. Jika dibuat table sebagai berikut :

No Ahli Waris KPK = 6


Porsi Saham
1 Suami 1/2 3
Ibu 1/3 2
3 Bapak A 1
Jumlah 6
Pada table di atas Bapak mendapat 1 sedang Ibu dapat 2. Umar berijtihad pada kondisi ini Ibu
mendapat 1/3 sisa setelah dibagi untuk Suami dan Bapak. Cara penyelesaiannya sebagai
berikut :

No Ahli Waris KPK = 2 6


Porsi Saham
1 Suami 1/2 1 3
2 Ibu = 1/3 sisa 1
Sisa 1 3
3 Bapak 2
Jumlah 2 6

Demikian juga bila ahli waris sebagai berikut :

No Ahli Waris KPK = 12


Porsi Saham
1 Istri 1/4 3
2 Ibu 1/3 4
3 Bapak A 5
Jumlah 12
Pada table di atas Bapak mendapat 5 sedang Ibu dapat 4. Umar berijtihad pada kondisi ini Ibu
mendapat 1/3 sisa setelah dibagi untuk Suami dan Bapak. Cara penyelesaiannya sebagai
berikut :

No Ahli Waris KPK = 4 4


Porsi Saham
1 Istri 1/4 1 1
2 Ibu = 1/3 sisa 1
Sisa 3 3
3 Bapak 2
Jumlah 4 4

16 |
MUSYTARIKAH

Pada suatu hari, ada yang datang kepada Umar bin khottob mengadukan permasalahan
warisan. Saat itu Umar membagikan sesuai kaidah pembagian warisan, dimana saudara
sekandung tidak mendapat warisan. Pada saat itu sudah dianggap selesai. Tahun berikutnya
datang lagi orang dengan permasalahan yang sama. Kemudian Umar menyelesaikan dengan
cara yang sama. Namun mereka protes. Kenapa kami tidak mendapat warisan padahal kami
saudara seibu dengan mayit. Akhirnya Umar berijtihad dengan pendapat yang berbeda
dengan sebelumnya.

Persoalan warisan yang diadukan adalah sebagai berikut : Jika ada yang meninggal dan ahli
warisnya : Suami, Ibu atau nenek, Saudara sekandung yang mendapat Ashobah baik ashobah
bin nafsi maupun asobah bilghoiri, Saudara seibu yang jumlahnya lebih dari 1 orang.

Untuk lebih memahaminya, mari kita buat dalam bentuk tabel sebagai berikut :

No Ahli Waris KPK = 6


Porsi Saham
1 Suami 1/2 3
2 Ibu 1/6 1
3 Saudara Sekandung Lk A 0
4 Saudara Seibu Lk
1/3 2
5 Saudara Seibu Pr
Jumlah 6
Dari tabel di atas, Saudara sekandung Lk tidak mendapatkan warisan, sedangkan saudara
seibu mendapat warisan. Padahal Saudara ini memiliki Ibu yang sama. Di samping itu, Saudara
sekandung seharusnya memiliki hubungan saudara yang lebih dekat dengan Mayit. Maka
pada kasus ini, Umar memutuskan bahwa Saudara sekandung bukan lagi sebagai ashobah,
tetapi diposisikan sebagai Saudara Seibu dan berkongsi dengan saudara seibu (Musytarikah).
Penyelesaiannya sebagai berikut :

No Ahli Waris KPK = 6 18


Porsi Saham
1 Suami 1/2 3 9
2 Ibu 1/6 1 3
3 Saudara Sekandung Lk 2
4 Saudara Seibu Lk 1/3 2 6 2
5 Saudara Seibu Pr 2
Jumlah 6 18
Saudara sekandung Lk berserikat dalam bagian saudara seibu dan mengikuti aturan
pembagian saudara seibu dimana harta dibagi secara merata di antara saudara seibu yaitu 1 :
1 (Bukan aturan bagian Laki-laki : wanita = 2:1).

17 |
Contoh lainnya :

No Ahli Waris KPK = 6


Porsi Saham
1 Suami 1/2 3
2 Ibu / Nenek 1/6 1
3 Saudara Sekandung Lk
AB 0
4 Saudara Sekandung Pr
5 Saudara seibu Lk
1/3 2
6 Saudara seibu Pr
Jumlah 6
Dari table di atas, tidak ada sisa untuk Saudara sekandung Lk dan Pr. Maka penyelesaiannya
sebagai berikut :

No Ahli Waris KPK = 6 24


Porsi Saham *Semua Bagian
dikali 4
1 Suami 1/2 3 12 6
2 Ibu / Nenek 1/6 1 4 2
3 Saudara Sekandung Lk 2 1
4 Saudara Sekandung Pr 2 1
1/3 2 8
5 Saudara seibu Lk 2 1
6 Saudara seibu Pr 2 1
Jumlah 6 24 12
Dari table di atas, Saudara sekandung baik Lk maupun Pr mengikuti aturan sebagai saudara
seibu di mana pembagian harta warisan dibagi merata 1:1.

18 |
DALIL -DALIL WARIS

1. Dalil Dari Al Qur’an

Surah An Nisa ayat 7


َ ُ َ ۡ َ ۡ َ َ َٰ َ ۡ َ َ َ َّ ٞ
ٞ ‫ون َول ِّلن َِّسآءِّ نَص‬ َ ٓ َ َ َ ُ َ ۡ َ ۡ َ َ َٰ َ ۡ َ َ َ َّ ٞ َ َ
‫يب م َِّّما‬ ِّ ‫ان وٱۡلقرب‬ِّ ‫ِل‬
ِّ ‫و‬ ‫ٱل‬ ‫ك‬‫ر‬ ‫ت‬ ‫ا‬ ‫ِّم‬
‫م‬ ‫يب‬‫ص‬ِّ ‫ان وٱۡلقربون ول ِّلن ِّساءِّ ن‬
ِّ ‫صيب مِّما ترك ٱلو ِِّل‬ ِّ ‫ِّلرجا ِّل ن‬
ِّ ‫ل‬
ٗ ۡ َ َۡ ۡ َ َۡ َ ََ
ٌ ٧ٌٌ‫ان َوٱۡلق َربُون َّمف ُروضا‬
ِّ ‫ترك ٱلو َٰ ِِّل‬

6. Bagi orang laki-laki ada hak bagian dari harta peninggalan ibu-bapa dan kerabatnya,
dan bagi orang 19anita ada hak bagian (pula) dari harta peninggalan ibu-bapa dan
kerabatnya, baik sedikit atau banyak menurut bahagian yang telah ditetapkan.

Surah An Nisa ayat 11 – 14

ْ َ‫اء فَ ْو َق اثْنَ َت ْي فَلَ ُه َّن ثُلُ َثا َما تَ َر َك ِإَون ََكن‬ ً ‫ك َّن ن ِّ َس‬ ُ َ ْ َ َ ُ ْ َ ُ ْ َ َّ ْ ُ َ ْ َ ُ َّ ُ ُ ُ
‫ت‬ ْۖ ِّ ‫يِۚ فإِّن‬ ِّ ‫يوصِّ يكم اَّلل ِِّف أوَلدِّكمْۖ ل ِّذلك ِّر مِّثل ح ِّظ اۡلنثي‬
ُ‫ِل َو َورثَ ُه َأبَ َواه‬ ‫كن َّ َُل َو َ د‬ ُ َ ْ َّ َ ‫َ َ َ ُ َ َ د‬
‫ي‬ ‫م‬ ‫ل‬ ‫ن‬ ‫إ‬ ‫ف‬ ‫ِل‬ ‫و‬ ‫َل‬ ‫ن‬ ‫َك‬ ‫ن‬ ‫إ‬ ‫ك‬ َ ‫الس ُد ُس م َِّّما تَ َر‬ ُّ ‫َواح َِّدةً فَلَ َها ال ِّْص ُف َو ِّۡلَبَ َويْهِّ ل ُِّك َواحِّد مِّنْ ُه َما‬
ِّ ِّ ُۚ ِّ ٍ ِّ ُۚ
َ َ َ ُ ُ َ ُ ُ َ َ ُ
ُّ ِّ‫خ َو دة فَ ِِّل ِّمه‬ ْ ُ َ َ َ َ ُ ُ ُّ ُ َ
‫وِص ب ِّ َها أ ْو دي ْ ٍنٍۗ آبَاؤك ْم َوأبْ َناؤك ْم َل ت ْد ُرون‬ ِّ ُ‫س مِّن َب ْع ِّد َوصِّ َّي ٍة ي‬ ُۚ
ُ ‫الس ُد‬
ِّ ‫إ‬ ‫َل‬ ‫ن‬ ‫َك‬ ‫ن‬ِّ ‫إ‬ ‫ف‬ ‫ث‬
ُۚ ‫ل‬ ‫ال‬ ِّ ‫ه‬‫م‬ِّ ‫ف ِِّل‬
ُ ُ ََْ َ ََ َ ُ ْ ْ ُ ََ ً ‫ِّيما َحك‬ ً ‫اَّلل ََك َن َعل‬ َ َّ ‫اَّللِّ إ َّن‬ َّ َ ً َ َ ً ْ َ ْ ُ َ ُ ْ َ ْ ُ ُّ َ
‫اجك ْم إِّن‬ ‫) ۞ولكم ن ِّصف ما ترك أزو‬١١( ‫ِّيما‬ ِّ ِۗ ‫أيهم أق َرب لكم نفعا ُۚ ف ِّريضة مِّن‬
َ َ ْ َ َ َّ ُ ُ ُّ ُ ُ َ َ ‫َّ ْ َ ُ َّ ُ َّ َ َ د َ َ َ َ ُ َّ َ َ د‬
‫الربُ ُع م َِّّما‬ ُّ ‫ي ب َها أ ْو َديْن َول َ ُه َّن‬ َ ُ َّ َ ْ َ
ِۚ ٍ ِّ ِّ‫لم يكن لهن وِل ُۚ فإِّن َكن لهن وِل فلكم الربع مِّما تركنُۚ مِّن بع ِّد وصِّ ي ٍة يوص‬
َ ْ َ َ َ ُ ُ َّ َ ْ َ ْ َ َ َ ‫َ َ ْ ُ ْ َّ ْ َ ُ َّ ُ ْ َ َ د َ َ َ َ ُ ْ َ َ د‬
‫ِل فل ُه َّن الُّ ُم ُن م َِّّما ت َرك ُت ِۚم مِّن بع ِّد وصِّ ي ٍة توصون بِّها أو دي ٍنٍۗ ِإَون‬
ْ ‫تركتم إِّن لم يكن لكم وِل ُۚ فإِّن َكن لكم و‬
َ َ ُ ْ ُ َ َ َٰ َ ََ‫ك‬ْ َ ُ َ َ ُ ُ ُّ َ ُ ْ َ ‫ت فَل ُِّك‬ ‫خ د‬ ْ ُ َْ ‫َ َ َ ُ د ُ َ ُ ََ َ ً َ ْ ََد َ َُ َ د‬
‫ُشَك ُء‬ ‫َث مِّن ذل ِّك فهم‬ ‫س فإِّن َكنوا أ‬ ُۚ ‫د‬ ‫الس‬ ‫ا‬ ‫م‬ ‫ه‬ ‫ِّن‬
‫م‬ ‫ِّد‬
ٍ ‫ح‬ ‫ا‬‫و‬ ِّ ‫َكن رجل يورث لَكلة أوِّ امرأة وَل أخ أو أ‬
َّ ُ َ ْ ‫ِّيم َحل ِّ د‬ َّ َ ً َّ َ َ ُ َ ْ َ ْ َ ْ َ َ َٰ َ ُ َّ َ ْ َ
ُ َّ ‫اَّللِِّۗ َو‬
‫اَّلل َعل د‬ ُ ُّ
ُِّۚ‫) ت ِّلك ُح ُدود اَّلل‬١٢( ‫يم‬ ‫ار ُۚ وصِّ ية مِّن‬ ٍ ‫ث مِّن بع ِّد وصِّ ي ٍة يوِص بِّها أو دي ٍن غْي مض‬ ِۚ ِّ ‫ِِّف الل‬
ُ ‫ِّيها ُۚ َو َذَٰل َِّك الْ َف ْو ُز الْ َعظ‬ َ ُ ََْْ َ َْ َْ َّ َ ُ ْ ْ ُ ُ َ ُ َ َ َ َّ
‫) َو َمن َي ْع ِّص‬١٣( ‫ِّيم‬ َ ‫ِّين ف‬
َ ‫اِل‬ ِّ ‫ار خ‬ ‫ات َت ِّري مِّن َتت ِّها اۡلنه‬ ٍ ‫ومن ي ِّطعِّ اَّلل ورسوَل يدخِّله جن‬
ُ ََ

)١٤( ‫ي‬ ‫اب ُّمه د‬ ‫ِّيها َو َ َُل َع َذ د‬ َ ‫اِلا ف‬ ً ِّ ‫ارا َخ‬ ً َ‫ودهُ يُ ْدخِّلْ ُه ن‬ َ ُ ُ َّ َ َ َ َ ُ َ ُ َ َ َ َّ
‫اَّلل ورسوَل ويتعد حد‬
ِّ

11. Allah mensyari'atkan bagimu tentang (pembagian pusaka untuk) anak-anakmu. Yaitu:
bahagian seorang anak lelaki sama dengan bagahian dua orang anak perempuan; dan jika
anak itu semuanya perempuan lebih dari dua, maka bagi mereka dua pertiga dari harta yang
ditinggalkan; jika anak perempuan itu seorang saja, maka ia memperoleh separo harta. Dan
untuk dua orang ibu-bapa, bagi masing-masingnya seperenam dari harta yang ditinggalkan,
jika yang meninggal itu mempunyai anak; jika orang yang meninggal tidak mempunyai anak
dan ia diwarisi oleh ibu-bapanya (saja), maka ibunya mendapat sepertiga; jika yang
meninggal itu mempunyai beberapa saudara, maka ibunya mendapat seperenam.
(Pembagian-pembagian tersebut di atas) sesudah dipenuhi wasiat yang ia buat atau (dan)

19 |
sesudah dibayar hutangnya. (Tentang) orang tuamu dan anak-anakmu, kamu tidak
mengetahui siapa di antara mereka yang lebih dekat (banyak) manfaatnya bagimu. Ini adalah
ketetapan dari Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.

12. Dan bagimu (suami-suami) seperdua dari harta yang ditinggalkan oleh isteri-isterimu, jika
mereka tidak mempunyai anak. Jika isteri-isterimu itu mempunyai anak, maka kamu
mendapat seperempat dari harta yang ditinggalkannya sesudah dipenuhi wasiat yang mereka
buat atau (dan) seduah dibayar hutangnya. Para isteri memperoleh seperempat harta yang
kamu tinggalkan jika kamu tidak mempunyai anak. Jika kamu mempunyai anak, maka para
isteri memperoleh seperdelapan dari harta yang kamu tinggalkan sesudah dipenuhi wasiat
yang kamu buat atau (dan) sesudah dibayar hutang-hutangmu. Jika seseorang mati, baik laki-
laki maupun perempuan yang tidak meninggalkan ayah dan tidak meninggalkan anak, tetapi
mempunyai seorang saudara laki-laki (seibu saja) atau seorang saudara perempuan (seibu
saja), maka bagi masing-masing dari kedua jenis saudara itu seperenam harta. Tetapi jika
saudara-saudara seibu itu lebih dari seorang, maka mereka bersekutu dalam yang sepertiga
itu, sesudah dipenuhi wasiat yang dibuat olehnya atau sesudah dibayar hutangnya dengan
tidak memberi mudharat (kepada ahli waris). (Allah menetapkan yang demikian itu sebagai)
syari'at yang benar-benar dari Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Penyantun.

13. (Hukum-hukum tersebut) itu adalah ketentuan-ketentuan dari Allah. Barangsiapa taat
kepada Allah dan Rasul-Nya, niscaya Allah memasukkannya kedalam surga yang mengalir
didalamnya sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya; dan itulah kemenangan yang
besar.

14. Dan barangsiapa yang mendurhakai Allah dan Rasul-Nya dan melanggar ketentuan-
ketentuan-Nya, niscaya Allah memasukkannya ke dalam api neraka sedang ia kekal di
dalamnya; dan baginya siksa yang menghinakan.

ٓ َ ُ َ َ ُ َ َ ََ َ ُ ۡ َ َ َ ٞ ۡ ُ ٓ َُ َ َٞ َ َُ َ َۡ َ َ َ ْ‫ۡ ُ د‬ َ َ َ ۡ ُ ۡ ُ َّ ُ َ َ ُ ۡ َ ۡ َ
‫ٱَّلل ُيفت ِّيك ۡم ِِّف ٱلكلَٰلةِِّۚ إ ِّ ِّن ٱمرؤا هلك ليس َلۥ وِل وَلۥ أخت فلها ن ِّصف ما تركُۚ وهو ي ِّرثها‬ ‫يستفتونك ق ِّل‬
ُ ۡ َ َّ َ ٓ ٗ ٗ ۡ ْ ُ َ َ َ ُ ُّ َ ُ َ َ ۡ َ َ ۡ َ َ َ َ ٞ َ َ َ َّ ُ َ ۡ َّ
‫ان م َِّّما ت َر َكُۚ ِإَون َكن ٓوا إِّخ َوة رِّ َجاَل َون َِّسا ٗء فل ِّذلك ِّر مِّثل َح ِّظ‬
ِّ ‫ي فلهما ٱللث‬ ِّ ‫إِّن لم يكن لها وِل ُۚ فإِّن َكنتا ٱثنت‬
ُۢ ُ َ ۡ َ ُ ُ َّ َ ْ ُّ َ َ ۡ ُ َ ُ َّ ُ َ ُ ۡ َ َ ُ ۡ
١٧٦ ‫ضل ِۗوا وٱَّلل بِّك ِّل َش ٍء عل ِّيم‬ ِّ ‫يٍۗ يب ِّي ٱَّلل لكم أن ت‬ِّ ‫ٱۡلنثي‬

176. Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah: "Allah memberi fatwa
kepadamu tentang kalalah (yaitu): jika seorang meninggal dunia, dan ia tidak mempunyai
anak dan mempunyai saudara perempuan, maka bagi saudaranya yang perempuan itu
seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mempusakai
(seluruh harta saudara perempuan), jika ia tidak mempunyai anak; tetapi jika saudara
perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan oleh
yang meninggal. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki dan
perempuan, maka bahagian seorang saudara laki-laki sebanyak bahagian dua orang saudara
perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, supaya kamu tidak sesat. Dan Allah
Maha Mengetahui segala sesuatu.

20 |
2. Dalil dari Hadits
َ َ ُ َ َ ُ َ َ َ َ ْ َ ُ َ ِّ َ َ ْ َ
 ‫اَّلل َعليْهِّ َو َسل َم‬ ‫ قال َر ُس ْول اَّللِّ صَل‬:‫اَّلل عن ُه َما قال‬ ٍ ‫ع ِّن اب ِّن ع َب‬
‫اس رِض‬
َ َ َ َ ُ َ ََْ َ ْ َ َ َ ُ ْ َ
.‫ت الفرائِّض ف ِِّل ْوىل َر ُج ٍل ذك ٍر‬
ِّ ‫ ف َما أبق‬،‫أْل ِّقوا الفرائِّض بأهل ِّها‬

Dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda, “Berikan bagian warisan kepada ahli warisnya, selebihnya adalah milik laki-
laki yang paling dekat dengan mayit.” (HR. Bukhari, no. 6746 dan Muslim, no. 1615)

• hadits yang dikeluarkan oleh al-Bukhari dan Muslim dari Ibn Abbas ra., ia berkata: Nabi
saw bersabda:
َ َ َ َ َ َ ََ َ َ ُ ْ َ
َ ِّ ‫ فما ب‬،‫لف َرائ ِّ َض بِّأ ْهل َِّها‬
»‫ِق ف ِِّل ْوىل َر ُج ٍل ذك ٍر‬ ‫«أْل ِّقوا ا‬

“Berikanlah faraidh kepada yang berhak (ashhabul furudh) dan apa yang tersisa maka untuk
laki-laki yang paling utama.”

Dari ‘Amr bin Kharijah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,

‫د‬ َ َ َ ْ َ َُ َ
ُ ُ‫ال ََي‬ ُ َ َ َ َ َّ َّ
 ‫وز ل َِّوارِّ ٍث َوصِّ َّية‬ ‫اث ف‬ ِّ ‫ِّك َوارِّ ٍث ن‬
ِّ ‫صيبه مِّن ال ِّمْي‬ ِّ ‫إِّن اَّلل قسم ل‬

“Sesungguhnya Allah membagi untuk setiap ahli warisnya sudah mendapatkan bagian-
bagiannya. Karenanya tidak boleh ada wasiat untuk ahli waris.” (HR. Ibnu Majah, no. 2712;
Tirmidzi, no. 2121. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan)

Dari Abu Umamah Al-Bahili radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda,

َ َ َ َّ َّ ُ ْ َ َ َ َّ َّ
 ‫اَّلل ق ْد أع َطى ك ذِّى َح ٍق َحق ُه فال َوصِّ َّية ل َِّوارِّ ٍث‬ ‫إِّن‬

“Sesungguhnya Allah Ta’ala telah memberikan setiap orang mendapatkan jatahnya masing-
masing. Tidak ada wasiat untuk ahli waris.” (HR. Tirmidzi, no. 2713; Abu Daud, no. 2870, 3565.
Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan)

21 |
BIBLIOGRAFI

Hasan Ahmad Muhammad Alkaff. 2014 M/1434H. At Taqrirot Al Sadidah Fi Al Masail


Mufidah, Qismu Al Buyu wa Al Faroidh. Dar Al Mirats An Nabawi,

Hendra Hudaya, Lc., M.Pd. 2018. Fiqih Waris, Mudah dan Praktis. Penerbit Gema Insani Press,
Jakarta

Muhammad Toha Abul Ula Khalifah. 2020 M/1441 H. Ahkamul Mawarits, Dirasat Tatbiqi.
Darul Salam, Mesir.

Muhammad Ali Ash-Shabuni.2002. Al Mawaris fi Syariah al Islamiyah fi Dhau’ Al Kitab wa


As- Sunnah. Dar At Taufiqiyah, Kairo.

Muhammad bin Shalih al-Utsaimin. 2017. Panduan Praktis Waris Menurut Al Qur’an dan As
Sunah Yang Shahih. Pustaka Ibnu Katsir, Jakarta

Yahya Abdurrahman. 2016. Ilmu Waris Praktis. Penerbit Al Azhar, Bogor.

22 |
23 |

Anda mungkin juga menyukai