MO
MAKALAH
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Kuliah Mata Kuliah Fiqh Jurusan
Pendidikan Agama Islam
Oleh:
Mawaidah
2019
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah swt. Tuhan yang maha pengasih
lagi maha penyayang sehingga atas rahmat dan hidayahnya kita dapat menyelesaikan
tugas makalah ini yang berjudul “Metode Pembagian Warisan” pada mata kuliah
Fiqh. Tak lupa pula shalawat serta salam kita hanturkan kepada junjungan kita Nabi
Muhammad saw., dimana beliau merupakan idola sekaligus panutan untuk seluruh
ummatnya.
Terselesaikannya makalah ini tentu tak luput dari bimbingan serta dukungan dari
berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.
mudahan bermanfaat untuk para pembaca, dan apabila terdapat penulisan yang salah
dan kurang berkenaan di hati mohon maaf, semoga Allah senantiasa meridhoi dan
aAPenyusun
iii
DAFTAR ISI
SAMPUL................................................................................................................................... i
DAFTAR ISI............................................................................................................................iii
A. Latar Belakang.............................................................................................................. 1
A. Kesimpulan ................................................................................................................. 16
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Syari’at Islam telah meletakkan aturan kewarisan dan hukum mengenai harta
benda dengan sebaik-baik dan seadil-adilnya. Agama Islam menetapkan hak milik
seseorang atas harta, baik laki-laki atau perempuan melalui jalan syara’. seperti
perpindahan hak milik laki-laki dan perempuan di waktu masih hidup ataupun
perpindahan harta kepada para ahli warisnya setelah ia meninggal dunia.
berkaitan dengan hak kewarisan tanpa mengabaikan hak seorang pun. Bagian yang
harus diterima semuanya dijelaskan sesuai kedudukan nasab terhadap pewaris, apakah
dia sebagai anak, ayah, istri, suami, kakek, ibu, paman, cucu, atau bahkan hanya sebatas
saudara seayah atau seibu.
mendapatkan bagian sisa (Ashabah), Dzawil Arham, Ahli Waris yang Terhijab dsb.
Untuk lebih jelasnya, akan kami uraikan di bawah.
B. Rumusan Masalah
BAB II
PEMBAHASAN
Metode usul masail ialah suatu cara penyelesaian pembagian harta pusaka
dengan mencari dan menetapkan asal masalah dari bagian-bagian para ahli waris.
Metode ini adalah salah satu metode yang sering dipakai oleh para ahli faraidh dalam
menyelesaikan masalah pembagian harta warisan.1
Cara-cara menyelesaikan masalah warisan menurut sistem usul masail ini ada
beberapa langkah, diantaranya yaitu :
a) Siapa saja ahli waris yang termasuk dzawil arham dan ashab al-faraid.
1 Ahmad Rofiq, Fiqih Mawaris, (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 1993), h.75
3
Misalnya : Apabila seorang meninggal ahli warisnya terdiri dari : Suami, Nenek
garis ibu, 2 anak perempuan, Anak laki-laki saudara ibu, Ibu, cucu perempuan garis
perempuan, Bapak, 3 saudara seibu, Kakek, Paman
Dari seleksi yang dilakukan dapat diketahui bahwa ahli waris yang termasuk
dzawil arham adalah :
2 Muhammad Ali Ash-Shabuni, Pembagian Waris Menurut Islam, (Jakarta: Gema Insani Press, 1995),
h.118
4
Ada beberapa istilah yang dapat membantu memudahkan pencarian angka asal
masalah yaitu:
Tamasul dalam bahasa arab berarti at-tasyabuh yang artinya adalah“sama bentuknya”.
Sedangkan menurut istilah yaitu apabila angka penyebut masing-masing bagian sama
besarnya. Maka angka asal masalahnya adalah mengambil angka tersebut.3 Misalnya :
Tadakhul dalam bahasa arab berasal dari kata dakhala yang berarti“masuk”.
Sedangkan menurut istilah yaitu apabila angka penyebut pada bagian ahli waris, yang
satu bisa dibagi dengan penyebut yang lain. Angka asal masalahnya mengambil
penyebut yang besar.
Misalnya : Ahli waris istri dan anak perempuan, istri 1/8 dan anak 1/2 maka
asal masalahnya adalah 8.
Tawaquf dalam bahasa arab berarti bersatu. Sedangkan menurut ilmu faraid
adalah apabila angka penyebut pada bagian yang diterima ahli waris tidak sama, angka
penyebut terkecil tidak bisa untuk membagi angka penyebut yang besar, akan tetapi
masing-masing angka penyebut dapat dibagi oleh angka yang sama.
Misalnya :
Istri 1/8 24
Ibu 1/6 24
Anak perempuan ½ 24
Angka asal masalahnya adalah mengalikan angka penyebut yang satu dengan
hasil bagi angka penyebut yang lain. 8 x (6 : 2) = 24 atau 6 x (8 : 2) = 24
Tabayun dalam bahasa arab berarti tabaa’ud yakni “saling berjauhan atau
saling berbeda”. Sedangkan dalam ilmu faraid adalah apabila angka penyebut dalam
bagian ahli waris masing-masing tidak sama, yang satu tidak bisa membagi angka
6
penyebut yang lain dan masing-masing tidak bisa dibagi oleh satu angka yang sama.
Maka asal masalahnya adalah dengan cara mengalikan angka penyebut masing-
masing.
Misalnya :
1. Apabila ahli waris terdiri dari suami dan ibu, maka suami 1/2 dan ibu 1/3. Maka
asal masalahnya adalah 2x3 = 6.
2. Apabila ahli waris terdiri dari istri dan 2 anak perempuan, maka istri 1/8 dan 2
anak perempuan 2/3 maka asal masalahnya adalah 8x3 = 24.4
Tashih Al-Masail ialah mencari angka asal masalah yang terkecil agar dapat
dihasilkan bagian yang diterima ahli waris tidak berupa angka pecahan.5 Metode
Tashih Al-Masail ini hanya digunakan apabila bagian yang diterima ahli waris berupa
angka pecahan. Oleh karena itu, langkah ini hanya semata-mata untuk memudahkan
perhitungan dalam pembagian warisan.
a. Pecahan pada angka bagian yang diterima ahli waris (yang terdapat dalam satu
kelompok ahli waris).
b. Pecahan pada angka bagian yang diterima ahli waris, terdapat pada lebih dari
satu kelompok ahli waris.
Contoh :
Jika seseorang meninggal dunia, meninggalkan ahli waris yang terdiri dari ibu, ayah, 2
anak laki-laki dan 2 anak perempuan. Maka bagian masing-masing adalah :
Ibu 1/6 1
Ayah 1/6 1
2 anak laki2 As
4
2 anak perempuan As
Contoh diatas dapat diketahui bahwa bagian yang diterima anak laki-laki dan
anak perempuan adalah 4. Jika bagian laki-laki dua kali bagian perempuan, maka
dibagi habis oleh angka 6, oleh karena itu perlu ditakhsis angka asal masalahnya. Yaitu
mencari angka dari hasil bagi antara bagian yang diterima dan jumlah person dibagi
8
oleh satu angka . setelah itu dikalikan dengan angka asal masalah. Yaitu angka 4 : 2 =
2, atau 6 : 2 = 3 angka asal masalah 6 x 3 = 18.
6 6 x 3 = 18
seseorang perlu ditetapkan terlebih dahulu ahli waris yang berhak menerima warisan,
misalnya Jika seseorang meninggalkan beberapa ahli waris, yaitu:6
1) Ayah
2) Ibu
3) Suami
4) Paman
5) Anak laki-laki
6) Anak perempuan
7) Kakek
Dengan demikian dapat ditetapkan bahwa ahli waris yang berhak menerima
warisan karena tidak terhalang sebagai berikut:
4) Anak laki-laki dan perempuan menjadi ashabah mendapat sisa harta dengan
pembagian, laki-laki dua bagian dan perempuan sebagian.7
Selanjutnya kita turunkan angka bagian-bagian tersebut diatas yaitu: 1/6, 1/6
dan 1/4, sedangkan asabah tidak ada angka. Kemudian kita cari angka yang dapat
dibagi 1/6 dan 1/4 dengan tidak pecah
Jika didapat satu angka yang dapat dibagi 6, maka dinamakan masalah 6, kalau
dapat angka 12 maka dinamakan masalah 12 dan demikian seterusnya.
Masalah di atas disebut masalah 12, karena kita buang satu angka dari dua
angka 1/6 tadi (1/6+1/6) tamasul (serupa) jadi tinggal 1/6 dan 1/4, maka 6 dan 4
dinamakan tawakuf (sepakat).8 Oleh karena itu ½ dari 6 dikalikan 4 hasilnya 12, atau
7 Moh. Rifa’i, Ilmu Fiqih Islam Lengkap, (Semarang: PT Karya Toha Putra, 1978), hal.526
8 Departemen Agama RI, Fiqih, Ibid. h. 62
10
Jumlah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . = 7
Sisanya 5 bagian untuk anak laki-laki dan perempuan. Karena 5 tidak dapat
dibagi 3 yaitu dua bagian untuk anak laki-laki sebagian untuk anak perempuan, maka
3 bagian itu dikalikan 12 menjadi 36. Maka pembagiannya adalah:
Jumlah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . = 21
Jumlah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . = 36
tetapi yang termashur ada dua macam. Pertama, dengan mengeluarkan bagian masing-
masing ahli waris (membagi jumlah harta dengan asal masalah), kemudian
dikembalikan dengan bilangan dari bagian setiap ahli waris.9
Misalnya :
Contoh 1
Seseorang meninggal. Ahli warisnya dua orang anak laki-laki, harta warisan sebesar
Rp. 1.500.000,-. Dengan demikian kedua anak laki-laki itu mewarisi semua harta
Contoh 2
Seseorang meninggal. Ahli warisnya seorang anak laki-laki dan dua anak perempuan,
harta warisan senilai Rp. 2.000.000,-. Berapa pembagian masing-masing?
Pembagiannya adalah:
Jumlah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . = 4 bagian
9 Mahrus As’ad dan A. Wahid sy, fiqih Madrasah Aliyah, (Bandung : CV . Armiko, 1997), hal. 55
12
Bagian dua orang anak perempuan = 2/4 x Rp. 2.000.000 . . = Rp. 1.000.000,-
Contoh 3
Seseorang meninggal. Ahli warisnya seorang anak perempuan, suami, dan ayah. Harta
warisan senilai Rp. 1.200.000,-. Berapa rupiah pembagian masing-masing?
Pembagiannya adalah:
Ayah menjadi asabah (karena tidak ada anak laki-laki dan cucu laki-laki)
Suami = 1/4 x 4 =1
Jumlah =3
Contoh 4
Seorang meninggal. Ahli warisnya seorang anak perempuan, seorang cucu perempuan
dari anak laki-laki, suami dan kakek. Harta peninggalan senilai 12.000.000,-. Berapa
bagian masing-masing?
Pembagiannya adalah:
Kakek menjadi asabah (karena tidak ada anak laki-laki, cucu laki-laki dan ayah)
Suami = 1/4 x 12 = 3
Jumlah ……………………………. = 11
Contoh 5
Seorang meninggal ahli warisnya terdiri dari : istri, ibu, bapak dan anak laki-laki. Harta
warisannya sejumlah Rp. 48.000.000,- bagian masing-masing adalah :
Isteri = 1/8 x 24 = 3
Ibu = 1/6 x 24 = 4
Bapak = 1/6 x 24 = 4
Jumlah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . = 11
Jumlah . .. . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . = Rp.48.000.000,
16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Metode yang digunakan dalam pembagian harta warisan ada dua, yaitu Metode
1) Ayah
2) Ibu
3) Suami
4) Paman
5) Anak laki-laki
6) Anak perempuan
7) Kakek
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Rofiq, Fiqih Mawaris, (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 1993)
Moh. Rifa’i, Ilmu Fiqih Islam Lengkap, (Semarang: PT Karya Toha Putra, 1978)
Mahrus As’ad dan A. Wahid sy, fiqih Madrasah Aliyah, (Bandung : CV. Armiko,
1997)