Syafi’ah Rifa A (P1337433114008) Kurnia Saraswati (P1337433114012) Karina Widyastuti (P1337433114017) Dwi Sundaryati (P1337433114026) Vendra Beni (P1337433114027) Rubin Aji Depo (P1337433114032) Wihda Feftiani (P1337433114033) Estriana Setiyaningsih (P1337433114036) Bella Ratna Rosita (P1337433114038) Materi yang akan dibahas : Relasiideal suami istri Problem relasi suami istri Faktor-faktor pendukung dan penghambat keluarga sakinah Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam membangun keluarga sakinah Keluarga sakinah mawaddah wa rahmah adalah ungkapan yang sangat popular terkait pernikahan. Ungkapan yang mengandung harapan ini senantiasa didengungkan ketika memasuki jenjang pernikahan dan disampaikan berulang- ulang dalam rangkaian upacara pernikahan. Hal ini menunjukan bahwa keluarga sakinah merupakan keluarga yang utuh dan bahagia yang menjadi impian setiap orang. Relasi antara suami isteri yang adil dan setara merupakan unsur penting dalam membangun sebuah pernikahan yang sehat dan penuh ketentraman. Inilah sebenarnya titik tekan ajaran Islam dalam hal pernikahan. Seperti yang seringkali tertera dalam kartu undangan pernikahan, yaitu surat Ar-Rum ayat 21: “Dan di antara tanda-tanda kebesaran-Nya adalah Dia menciptakan untukmu pasangan hidup dari jenismu sendiri supaya kamu merasa tentram disampingnya dan dijadikannya kasih sayang di antara kamu. Sesungguhnya yang demikian itu menjadi tanda-tanda (kebesaran-Nya) bagi orang yang berfikir.” (QS;Ar-Rum (30:21) Terdapat tiga hal yang menyebabkan ketidakharmonisan hubungan suami istri, yaitu : Pertama, rasa jenuh dengan pasangan. Kedua, suasana monoton yang muncul akibat kebersamaan yang cukup lama. Ketiga adalah fisik, yakni hilangnya daya tarik terhadap pasangan. Faktor Pendukung : 1. Memahami hak suami terhadap istri dan kewajiban istri terhadap suami. 2. Memahami hak istri terhadap suami dan kewajiban suami terhadap istri. 3. Memperlakukan pasangan dengan baik, lembut, dan penuh kasih sayang. 4. Meningkatkan kebersamaan dalam berbagai aktivitas. 5. Dapat mengatur keuangan keluarga dengan baik. 6. Suami dan istri yang setia terhadap pasangannya. 7. Tidak menyebarkan aib keluarga. Faktor Penghambat : 1. Rasa cinta yang membara sehingga menyebabkan rasa cemburu. 2. Pudarnya rasa saling percaya pada pasangan. 3. Tidak adanya rasa saling menghormati dan menyayangi. 4. Istri tidak dapat mengatur keuangan dengan baik. 5. Anak-anak yang tidak berbakti kepada orang tua. 1. Menurut hadis Nabi, pilar keluarga sakinah itu ada empat (idza aradallohu bi ahli baitin khoiran dst) : (a) memiliki kecenderungan kepada agama, (b) yang muda menghormati yang tua dan yang tua menyayangi yang muda, (c) sederhana dalam belanja, (d) santun dalam bergaul, (e) selalu introspeksi. Dalam hadis Nabi juga disebutkan bahwa: empat hal akan menjadi faktor yang mendatangkan kebahagiaan keluarga (arba`un min sa`adat al mar’i), yakni : (a) suami/istri yang setia (saleh/salehah), (b) anak-anak yang berbakti, (c) lingkungan sosial yang sehat , (d) dekat rizkinya. 2. Hubungan antara suami isteri harus atas dasar saling membutuhkan, seperti pakaian dan yang memakainya (hunna libasun lakum wa antum libasun lahunna, Q/2:187). Fungsi pakaian ada tiga, yaitu : (a) menutup aurat, (b) melindungi diri dari panas dingin, (c) perhiasan. Suami terhadap istri dan sebaliknya harus menfungsikan diri dalam tiga hal tersebut. Jika istri mempunyai suatu kekurangan, suami tidak menceriterakan kepada orang lain, begitu juga sebaliknya. 3. Suami istri dalam bergaul memperhatikan hal-hal yang secara sosial dianggap patut (ma`ruf), tidak asal benar dan hak, Wa`a syiruhunna bil ma`ruf (Q/4:19). Besarnya mahar, nafkah, cara bergaul dan sebagainya harus memperhatikan nilai-nilai ma`ruf. Hal ini terutama harus diperhatikan oleh suami istri yang berasal dari kultur yang menyolok perbedaannya. 4. Suami istri secara tulus menjalankan masing-masing kewajibannya dengan didasari keyakinan bahwa menjalankan kewajiban itu merupakan perintah Allah SWT yang dalam menjalankannya harus tulus ikhlas. Suami menjaga hak istri dan istri menjaga hak-hak suami. Dari sini muncul saling menghargai, mempercayai, setia dan keduanya terjalin kerjasama untuk mencapai kebaikan didunia ini sebanyak- banyaknya melalui ikatan rumah tangga. 5. Semua anggota keluarganya seperti anak- anaknya, isrti dan suaminya beriman dan bertaqwa kepada Allah dan rasul-Nya (shaleh-shalehah). Artinya hukum-hukum Allah dan agama Allah terimplementasi dalam pergaulan rumah tangganya. 6. Riskinya selalu bersih dari yang diharamkan Allah SWT. 7. Anggota keluarga selalu ridha terhadap anugrah Allah SWT yang diberikan kepada mereka. Jika diberi lebih mereka bersyukur dan berbagi dengan fakir miskin. Jika kekurangan mereka sabar dan terus berikhtiar. 1. Pilih pasangan yang shaleh atau shalehah yang taat menjalankan perintah Allah dan sunnah Rasulullah SWT. 2. Pilihlah pasangan dengan mengutamakan keimanan dan ketaqwaannya dari pada kecantikannya, kekayaannya, kedudukannya. 3. Pilihlah pasangan keturunan keluarga yang terjaga kehormatan dan nasabnya. 4. Niatkan saat menikah untuk beribadah kepada Allah SWT dan untuk menghidari hubungan yang dilaran Allah SWT 5. Suami berusaha menjalankan kewajibannya sebagai seorang suami dengan dorongan iman, cinta, dan ibadah. 6. Istri berusaha menjalankan kewajibann ya sebagai istri dengan dorongan ibadah dan berharap ridha Allah semata. 7. Suami istri saling mengenali kekurangan dan kelebihan pasangannya, saling menghargai, merasa saling membutuhkan dan melengkapi, menghormati, mencintai, saling mempercai kesetiaan masing-masing, saling keterbukaan dengan merajut komunikasi yang intens. 8. Berkomitmen menempuh perjalanan rumah tangga untuk selalu bersama dalam mengarungi badai dan gelombang kehidupan. 9. Suami mengajak anak dan istrinya untuk shalat berjamaah atau ibadah bersama-sama. 10.Suami istri selalu meomoh kepada Allah agar diberikan keluarga yang sakinah mawaddah wa rohmah. 11. Suami secara berkala mengajak istri dan anaknya melakukan instropeksi diri untuk melakukan perbaikan dimasa yang akan datang. 12. Saat menghadapi musibah dan kesusahan, selalu mengadakan musyawarah keluarga. Dan ketika terjadi perselisihan, maka anggota keluarga cepat-cepat memohon perlindungan kepada Allah dari keburukan nafsu amarahnya.