Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

“KARAKTERISTIK DAN RUANG LINGKUP SOSIOLOGI


HUKUM ISLAM”
DI
S
U
S
U
N
OLEH:
RIZKI MAHMUDI, S. H (5022022050)

MATA KULIAH : SOSIOLOGI HUKUM ISLAM


DOSEN PENGAMPU : Dr. MURSYIDIN AR, MA

PROGRAM PASCA SARJANA S-2


PRODI HUKUM KELUARGA ISLAM (HKI)
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI LANGSA (IAIN)
2022/2023

ii
KATA PENGANTAR

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Puji syukur kami panjatkan kehadiratAllah SWT, karena atas rahmat-

Nyamaka kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Karakteristik dan

Ruang Lingkup Sosiologi Hukum Islam.

Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Sosiologi

Hukum Islam tentang karakteristik dan ruang lingkup. Makalah ini kami lengkapi

dengan pendahuluan sebagai pembuka yang menjelaskan latar belakang dan

tujuan pembuatan makalah. Pembahasan yang menjelaskan karakteristik dan

ruang lingkup sosiologi hukum islam. Makalah ini juga kami lengkapi dengan

daftar pustaka yang menjelaskan sumber dan referensi bahan dalam penyusunan.

Saya menyadari bahwa makalah ini masih belum sempurna. Oleh karenaitu, kritik

dan saran dari pembaca demi perbaikan makalah ini akan kami terima.Semoga

makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak baik yang menyusun maupun

yang membaca.

Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Samalanga, 20 Mei 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Kata pengantar ....................................................................................................................... ii


DAFTAR ISI ........................................................................................................................... iii

BAB I : PENDAHULUAN ................................................................................................. 1


A. Latar Belakang .................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................. 2
BAB II : KARAKTERISTIK DAN RUANG LINGKUP SOSIOLOGI
HUKUM ISLAM ................................................................................................. 3
A. Karakteristik Sosiologi Hukum Islam .............................................................. 3
B. Karakteristik Sosiologi Hukum ......................................................................... 5
C. Karakteristik Hukum Islam ................................................................................ 6
D. Ruang lingkup Sosiologi Hukum Islam ............................................................. 10
BAB III : PENUTUP.............................................................................................................. 15
A. Kesimpulan ........................................................................................................ 15
B. Saran .................................................................................................................. 16
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 17

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hukum Islam disebut dengan beberapa istilah atau nama yang masing-

masing menggambarkan sisi atau karakteristik tertentu hukum tersebut. Sejak

dahulu di kalangan umat Islam di dunia, tidak terkecuali di Indonesia, terjadi

perdebatan dan perbedaan pendapat mengenai persepesi hukum Islam. Setidaknya

ada beberapa nama yang sering dikaitkan dengan pengertian hukum Islam, serta

menyamakan pengertian diantara syariah, fiqih dan hukum Islam. Kekacauan

persepsi ini meliputi arti dan ruang lingkup pengertian syariah Islam yang kadang-

kadang diartikan sama dengan fikih, bahkan adakalanya disamakan dengan ad-

din. Mempelajari sejarah sosial hukum Islam berarti mempelajari hukum itu

sendiri. Hukum Islam telah berkembang secara kompleks sehingga melahirkan

ulama dan cendekiawan dengan karya tulisnya yang dijadikan sebagai khazanah

yang tidak bisa dinilai dengan materi (Supardin, 2011:2).

Setiap hukum tentunya memiliki ciri-ciri dan karakteristik yang membedakan

satu dengan yang lainnya. Karena itu, hukum Islam mudah dipahami dan bisa

diterima di berbagai lapisan masyarakat. Bahkan di beberapa daerah hukum Islam

telah menjadi peraturan daerah, yang bukan hanya wajib dipatuhi karena faktor

keyakinan dan kepatuhan terhadap hukum agama, tetapi telah menjadi aturan yang

wajib diikuti oleh setiap warga yang ada di daerah tersebut. Hukum Islam sebagai

tatanan dalam hukum modern dan salah satu sistem hukum yang berlaku di dunia

ini, substansinya mencakup seluruh aspek kehidupan manusia, yakni, pertama,

1
mencakup aspek ibadah, yaitu hukum-hukum yang mengatur hubungan manusia

dengan al-Khaliq; kedua, mencakup hukum-hukum yang berhubungan dengan

keluarga (alahwal asy syahsiyah) seperti nikah, talak, rujuk, wasiat, waris, dan

hadhanah; ketiga, aspek muamalah (hukum sipil), yaitu hukum yang berhubungan

dengan antar manusia, seperti transaksi jual beli, gadai, hibah, utang piutang,

pinjam meminjam, mudharabah, joint usaha, luqthah, dan sebagainya yang

bertujuan mengatur agar terjadi keserasian dan ketertiban; keempat, mencakup

aspek ekonomi, seperti hal-hal yang berkaitan dengan perkembangan kekayaan

dan pemakaiannya, termasuk hukum zakat, baitul maal, harta ghanimah, fa’i,

pajak dan hal-hal yang diharamkan seperti riba, menimbun harta, dan memakan

harta anak yatim.1 Itulah beberapa hal yang menjadi bagian dari hukum Islam.

Berdasarkan pemaparan di atas, maka penulis membahas tentang karakteristik

hukum Islam dan ruang lingkup sosiologi dalam hukum Islam, yang dirumuskan

dalam beberapa sub masalah dibawah.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana karakteristik sosiologi hukum islam?

2. Bagaimana karakteristik hukum islam?

3. Bagaimana ruang lingkup sosiologi hukum islam?

1
Abdul Manan, 2006. Hal: 62.

2
BAB II

KARAKTERISTIK DAN RUANG LINGKUP SOSIOLOGI HUKUM

ISLAM

A. Karakteristik Sosiologi Hukum Islam

Sosiologi hukum maupun sosilogi hukum Islam merupakan ilmu

pengetahuan yang relatif baru dalam perkembangannya. Salah satu dari kegunaan

sosiologi hukum Islam antara lain menganalisa pengaruh timbal balik antara

dinamika perubahan hukum dengan perubahan yang terjadi pada suatu

masyarakat. Wilayah kajian sosiologi hukum tidak hanya diseputar dunia ilmu

hukum saja, akan tetapi meliputi hukum yang hidup di masyarakat (living law).

Ilmu sosial dapat digunakan sebagai salah satu pendekatan untuk memahami

hukum Islam. Oleh karena itu, berikut ini penulis menguraikan beberapa

karakteristik sosiologi hukum dan karakteristik hukum islam di bawah ini;

1. Karakteristik Sosiologi Hukum

Sosiologi hukum menganalisa bagaimana jalannya suatu hukum dalam

masyarakat. Karakteristik sosiologi hukum adalah memberikan penjelasan terkait

praktik hukum oleh para penegak hukum maupun masyarakat. Jika praktik

tersebut dibedakan ke dalam pembuatan peraturan perundang-undangan,

penerapan hukum, dan pengadilan, maka sosiologi hukum juga mempelajari

bagaimana praktik yang terjadi pada masing-masing kegiatan hukum tersebut.2

Karakteristik Studi Hukum Secara Sosiologis Satjipto Rahardjo

mendefinisikan sosiologi hukum sebagai ilmu yang mempelajari fenomena

2
Yusuf Daeng, Sosiologi Hukum, Pekanbaru: Alaf Riau, 2018, hal. 56-57

3
hukum, dari isinya tersebut di bawah ini disampaikan beberapa karakteristik dari

studi hukum secara sosiologis.3

1) Sosiologi hukum bertujuan untuk memberikan penjelasan mengenai praktik-

praktik hukum baik oleh para penegak hukum maupun masyarakat. Apabila

praktik-praktik tersebut dibedakan ke dalam pembuatan peraturan perundang-

undangan, penerapan dan pengadilan, maka sosiologi hukum juga

mempelajari, bagaimana praktik yang terjadi pada masing-masing kegiatan

hukum tersebut. Sosiologi hukum berusaha menjelaskan mengapa praktik

yang demikian itu terjadi, sebab-sebabnya, faktor-faktor apa yang

berpengaruh, latar belakangnya dan sebagainya. Tujuan untuk memberikan

penjelasan tersebut di atas tampak agak asing kedengarannya bagi studi

hukum tradsional, yaitu pengajaran hukum yang bersifat preskriptif atau suatu

studi hukum yang berkisar pada “apa hukumnya” dan bagaimana

“menerapkannya”. Dengan demikian, mempelajari hukum secara sosiologis

adalah menyelidiki tingkah laku orang dalam bidang hukum.

2) Sosiologi hukum senantiasa menguji keabsahan empiris dari suatu peraturan

atau pernyataan hukum. Apabila hal itu dirumuskan dalam suatu pernyataan,

pernyataan itu adalah ”bagaimanakah dalam kenyataannya peraturan

tersebut?”, “apakah kenyataan memang seperti tertera pada bunyi peraturan?”.

Terdapat suatu perbedaan yang besar antara pendekatan tradisional yang

normatif dan pendekatan sosiologis, yaitu bahwa yang pertama menerima saja

3
Otje Salman Soemadiningrat, Beberapa Aspek Sosiologi Hukum (Bandung: Penerbit
Alumni, 1989), 28.

4
apa yang tertera pada aturan hukum, sedang yang ke dua senantiasa

mengujinya dengan data empiris.

3) Berbeda dengan ilmu hukum, sosiologi hukum tidak melakukan penilaian

terhadap hukum. Perilaku yang menaati hukum dan yang menyimpang dari

hukum sama-sama merupakan objek pengamatan yang setaraf. Sosiologi

hukum tidak menilai yang satu lebih dari yang lain. Perhatiannya yang utama

hanyalah pada memberikan penjelasan terhadap objek yang dipelajarinya.

Pendekatan yang demikian ini sering menimbulkan salah paham, seolah-olah

sosiologi hukum ingin membenarkan praktik-praktik yang menyimpang atau

melanggar hukum. Kiranya perlu ditegaskan sekali lagi di sini bahwa

sosiologi hukum tidak memberikan penilaian, melainkan mendekati hukum

dari segi objektivitas semata dan bertujuan untuk memberikan penjelasan

terhadap fenomena hukum yang nyata.4

Dengan demikian, dapatlah ditarik suatu kesimpulan bahwa sosiologi hukum

merupakan ilmu pengetahuan tentang realitas hukum. Di satu pihak, ruang

lingkupnya adalah genesis daripada hukum dalam kehidupan masyarakat, dengan

anggapan bahwa hukum merupakan hasil atau timbul dari proses-proses sosial

lainnya (disebut juga the genetic sociologi of law). Di lain pihak telaahnya juga

efek dari hukum terhadap kehidupan sosial, dengan anggapan bahwa hukum

merupakan pengarah terhadap kehidupan sosial (dinamakan juga the operasional

sociologi of law).

4
Satjipto Raharjo, Sosiologi Hukum (Jakarta: Muhammadiyah University Press,1982), 294.

5
2. Karakteristik Hukum Islam

Ismail-Muhammad Syah mengatakan ciri-ciri tasyri’ Islam itu yang pertama

bersifat universal (alamy). Kemudian ciri yang kedua adalah kemanusiaan dan

yang ketiga adalah moral (akhlak). Sedangkan Yusuf al-Qardhawi dalam bukunya

“Bagaimana Memahami syrari’at Islam”5 menyebutkan bahwa hukum Islam itu

memiliki enam karakteristik, yaitu; Rabbani, Akhlaqi, Waqiiy, Insani, Tanaasuq

dan Syumul. Berdasarkan keterangan dan uraian di atas, dapat dipahami bahwa

hukum Islam memiliki karakteristik sebagai berikut :

➢ Hukum Islam bersifat ke–Tuhanan

Karakteristik yang pertama dari hukum Islam adalah berdasarkan atas ke-

Tuhanan, dalam artian -bahwa semua perundang-undangan dan peraturan-

peraturan yang dibuat harus bersumber dan diambil dari ketentuan-ketentuan

hukum Allah, dapat dikembalikan serta tidak bertentangan dengan kehendak

Allah, oleh karena itu semua perundang-undangan Islam harus berfokus atau

berasal dari Allah SWT. Al-Qur`anul karim sebagai sumber utama hukum

Islam menjelaskan bahwa tidak seorangpun boleh menyuruh atau membuat

perintah atas haknya sendiri dan tidak seorangpun diwajibkan untuk

mentaatinya, sebab hak ini hanya dipegang oleh Allah SWT. 6

➢ Hukum Islam Bersifat Universal

Karakteristik yang kedua dari hukum Islam adalah bersifat universal. Yang

dimaksud universal disini adalah bahwa hukum Islam ditujukan bukan hanya

untuk satu golongan atau suatu bangsa tertentu saja, tetapi hukum Islam

5
Qardhawi, Bagaimana Memahami., h. 113
6
Khursid Ahmad, Pesan Islam (Bandung: Pustaka Salman, 1983), h. 194

6
ditujukan kepada seluruh umat manusia.7 Dengan tanpa mengenal batas-batas

warna kulit, suku, bangsa, darah keturunan ataupun daerah. Banyak ayat

dalam Al-Qur`an yang menyinggung tentang keuniversalan hukum Islam.

Diantaranya pernyataan- Allah yang menyebutkan bahwa Muhammad SAW

adalah sebagai utusan Tuhan untuk seluruh umat manusia, sebagaimana

firmanNya:

ِ ‫ِيرا َو َٰلَك اِن أ َ ْكث َ َر النا‬


‫اس ََّل يَ ْعلَ ُمون‬ ً ‫س ْلنَاكَ ِإ اَّل كَافاةً لِلناا ِس بَش‬
ً ‫ِيرا َونَذ‬ َ ‫َو َما أ َ ْر‬

Artunya : Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia

seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi

peringatan, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui.” (QS. Saba’: 28).

Ayat tersebut secara jelas menyatakan bahwa Nabi -Muhammad adalah diutus

bukan hanya untuk satu golongan atau beberapa golongan tertentu saja, tetapi

beliau diutus untuk manusia secara keseluruhan dan sebagai rahmat bagi

seluruh alam (QS. Al An-Biyaa’: 107 ).

➢ Hukum Islam bersifat Kemanusiaan

Karakteristik hukum Islam yang ketiga adalah bersifat insaniyah

(kemanusiaan). Insaniyah disini maksudnya -adalah bahwa seluruh

perundang-undangan Islam dan cabang-cabang hukum yang ditetapkan sangat

memperhati-kan hal ikhwal manusia, memperhatikan segala urusan

melindungi segala sesuatu yang bertalian dengan manusia, baik mengenai

7
Khursid, Pesan Islam., h. 29

7
kehidupannya, jiwa dan rohaninya, akal-fikirannya, akidah keyakinanya, amal

perbuatanya, awal dan akhir kejadiannya, harta dan kekayaannya.8

➢ Hukum Islam Berlandaskan Moral

Karakteristik hukurn Islam yang keempat adalah berlandas-kan moral

(akhlak), sebab pada hakekatnya inti ajaran Islam adalah mengadakan

bimbingan bagi kehidupan mental dan jiwa manusia dan dalam bidang inilah

terletak esensi manusia. Sikap mental dan kehidupan jiwa itulah yang

menentukan bentuk kehidupan lahir seseorang. Oleh karena itu pendidikan

akhlakul karimah adalah faktor penting dalam membina suatu umat. Bahkan

inilah tugas yang di emban oleh Nabi Muhammad, sebagaimana sabdanya :

‫إنما بعثت ألتمم مكارم األخالق )رواه احمد والبيهق‬

“Sesungguhnya aku di utus hanyalah untuk menyempurnakan keutamaan

akhlak.” (HR.Ahmad dan Baihaqi). Keseluruhan sejarah dan perjuangan Nabi

menjadi bukti bagi kita akan kebenaran ucapan beliau.

➢ Hukum Islam Bersifat Teratur

Karakteristik hukum Islam yang kelima adalah teratur maksudnya semua

bagian-bagian dari masing-masingnya bekerja dan berjalan secara teratur.

Antara satu dengan yang lainnya tidak saling berbenturan tetapi sejalan dan

seirama. Menurut Yusuf Al Qardhawi9 ciri khas hukum Islam yang satu ini

dinamakan juga dengan ta-kamul. Keteraturan merupakan fenomena alam dan

syari’at sebagai suatu keseimbangan. Keteraturan dan keseimbangan tersebut

dapat kita saksikan pada suatu fenomena yang tampak pada setiap apa-apa

8
Ibid¸h. 158
9
Qardhawi, Bagaimana Memahami., h. 105

8
yang disyari’atkan Allah, sebagaimana hal itu tampak pada setiap makhluk-

Nya. Apabila kita amati apa yang ada di alam raya ini, maka kita akan

menjumpai siang dan malam, gelap dan te-rang, panas dan dingin, air dan

darat dan berbagai macam gas yang kesemuanya itu dengan keteraturan dan

keseimbangan serta perhitungan yang sangat ramai. Tidak mungkin yang satu

akan melampaui yang lainnya dan tidak akan keluar dari garis ukuran yang

telah ditentukan untuknya. Demikian pula dengan matahari bintang, bulan dan

seluruh gugusan tata surya di angkasa raya. Semuanya ber-edar digaris

edarnya masing-masing, tidak berbenturan dengan yang lain atau keluar dari

daerah lintasnya.

➢ Hukum Islam Bersifat Realistik

Karakteristik hukum Islam berikutnya ialah bersifat realistik dimana

perhatiannya terhadap nilai–nilai luhur akhlak tidak menghalanginya untuk

menaruh perhatian terhadap realitas yang ada. Syari’at Islam diturunkan Allah

untuk manusia sesuai dengan kejadiannya yang Allah ciptakan dengan fisik

yang berasal dari bumi dan ruh yang berasal dari langit dengan rasa cinta yang

mendalam dan insting yang estabi-lish. Ia mengarahkan sifat ketaqwaan yang

bergumul dalam jiwa manusia. Allah SWT berfirman;

‫ونفس وماسوها فالهمها فجورها وتقوها‬

“Dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaan-Nya) maka Allah mengilhamkan

pada jiwa itu (jalan ) kefasikan dan ketaqwaannya.” Oleh karena itu, Al-

Qur`an tidak menyuruh seperti perintah injil; “Barangsiapa memukul pipi

kananmu, maka sadarkanlah pipi kirimu, dan barangsiapa yang di copot

9
bajunya, hendaklah ia menyerahkan kainnya.” Di sini Al-Qur`an datang

menyatakan bahwa balasan orang yang dizalimi harus setimpal dengan

kezaliman yang menzaliminya, tidak boleh lebih tetapi harus sesuai dengan

kapasitas perbuatannya tidak ditambah ataupun dikurangi.

B. Ruang Lingkup Sosiologi Hukum Islam

Sebelum diuraikan ruang lingkup sosiologi hukum Islam, maka berikut ini

akan dijelaskan terlebih dahulu apa saja ruang lingkup sosiologi itu sendiri.

Ruang lingkup sosiologi sangat luas jika dibandingkan dengan ilmu sosila

lainnya. Hal ini disebabkan ruang lingkup sosiologi mencakup semua interaksi

sosial yang berlangsung antara individu dan individu, individu dan kelompok,

serta kelompok dan kelompok di lingkungan masyarakat. Ruang lingkup kajian

tersebut jika dirincikan menjadi beberapa hal, misalnya antara lain perpaduan

antara sosiologi dan ilmu lain atau bisa dikatakan sebagai kajian interdisipliner.

Bidang-bidang spesialisasi dan kajian interdisipliner dari sosiologi yang selama

menjadi kajiakan kebanyakan sosiolog, pengamat dan akademisi antara lain :

sosiologi budaya, sosiologi kriminalitas dan penyimpangan sosial, sosiologi

ekonomi, sosiologi keluarga, sosiologi pengetahuan, sosiologi media, sosiologi

agama, sosiologi mayarakata kota dan desa, sosiologi lingkungan.10

Dari uraian di atas ini maka bisa kita simpulkan bahwa sosiologi hukum Islam

juga bisa menjadi ruang lingkup dalam kajian ilmu sosiologi. Untuk ruang lingkup

ini akan dibahas lebih rinci lagi setelah pembahasan sosiologi hukum. Sedangkan

10
Nurani Soyomukti, Pengantar Sosiologi, (Yogyakarta: Ar Ruzz Media, 2010), 113.142.

10
ruang lingkup sosiologi hukum islam menurut Soerjono Soekanto, ruang lingkup

sosiologi hukum meliputi :

1. Pola-pola perilaku (hukum) warga masyarakat

2. Hukum dan pola-pola perilaku sebagai ciptaan dan wujud dari kelompok

kelompok sosial.

3. Hubungan timbal-balik antara perubahan-perubahan dalam hukum dan

perubahan-perubahan sosial dan budaya.

Berbeda dengan sosiologi dan sosiologi hukum, maka menurut Atho’

Mudzhar ruang lingkup sosiologi Islam dapat dikategorikan dalam lima aspek:

a). Studi mengenai pengaruh agama terhadap perubahan masyarakat. Tema

ini, mengingatkan kita pada Emile Durkheim yang mengenalkan konsep fungsi

sosial agama. Dalam bentuk ini studi Islam mencoba memahami seberapa jauh

pola-pola budaya masyarakat (misalnya menilai sesuatu sebagai baik atau tidak

baik) berpangkal pada nilai agama, atau seberapa jauh struktur masyarakat

(misalnya supremasi kaum lelaki) berpangkal pada ajaran tertentu agama atau

seberapa jauh perilaku masyarakat (seperti pola berkonsumsi dan berpakaian

masyarakat) berpangkal tolak pada ajaran tertentu agama.

b). Studi tentang pengaruh struktur dan perubahan masyarakat terhadap

pemahaman ajaran agama atau konsep keagamaan, seperti studi tentang

bagaimana tingkat urbanisme Kufah telah mengakibatkan lahirnya pendapat-

pendapat hukum Islam rasional ala Hanafi atau bagaimana faktor lingkungan

geografis Basrah dan Mesir telah mendorong lahirnya qawl qadîm dan qawl jadîd

al-Syâfi’î.

11
c). Studi tentang tingkat pengamalan beragama masyarakat. Studi Islam

dengan pendekatan sosiologi dapat juga mengevaluasi pola penyebaran agama dan

seberapa jauh ajaran agama itu diamalkan masyarakat. Melalui pengamatan dan

survey, masyarakat dikaji tentang seberapa intens mengamalkan ajaran agama

yang dipeluknya, seperti seberapa intens mereka menjalankan ritual agamanya

dan sebagainya.

d). Studi pola sosial masyarakat Muslim, seperti pola sosial masyarakat

Muslim kota dan masyarakat Muslim desa, pola hubungan antar agama dalam

suatu masyarakat, perilaku toleransi antara masyarakat Muslim terdidik dan

kurang terdidik, hubungan tingkat pemahaman agama dengan perilaku politik,

hubungan perilaku keagamaan dengan perilaku kebangsaan, agama sebagai faktor

integrasi dan disintegrasi dan berbagai senada lainnya.

e). Studi tentang gerakan masyarakat yang membawa paham yang dapat

melemahkan atau menunjang kehidupan beragama. Gerakan kelompok Islam yang

mendukung paham kapitalisme, sekularisme, komunisme merupakan beberapa

contoh di antara gerakan yang mengancam kehidupan beragama dan karenanya

perlu dikaji seksama. Demikian pula munculnya kelompok masyarakat yang

mendukung spiritualisme dan sufisme misalnya, yang pada tingkat tertentu dapat

menunjang kehidupan beragama perlu dipelajari dengan seksama pula.11

Menurut Nasrullah, Tuntutan yang muncul dari kepentingan bersama adalah

juga preferensi bagi tema-tema hukum Islam. Pada abad ini, agaknya tema-tema

yang belum terpikirkan oleh ulama-ulama klasik secara aktual dapat dimasukkan

11
Periksa M. Atho’ Mudzhar, “Pendekatan Sosiologi dalam Studi Hukum Islam”, dalam
Mencari Islam: Studi Islam dengan Berbagai Pendekatan, ed. M. Amin Abdullah, (Yogyakarta:
Tiara Wacana, 2000), hlm. 30.

12
sebagai kategori pembahasan hukum Islam, selama kajian ini dianggap sebagai

barometer yuridis setiap tindakan dan perilaku umat Islam. Tema-tema

menyangkut politik, ketatanegaraan, perbankan, hak asasi manusia (HAM),

feminisme, kontrasepsi, demokratisasi dapat dianggap sebagai bahan kajian para

fiqh kontemporer dan ilmuan muslim untuk kemudian ditemukan dasar hukum

dan akar teologis melalui metode-metode pemikirannya (hasilnya disebut tasyri‟

wadh‟i) sebagai pijakan bagi persoalan-persoalan masyarakat saat ini.12

Dalam hal ini, ruang lingkup pembahasan sosiologi hukum Islam sebenarnya

sangat luas. Akan tetapi di sini dapat dibatasi hanya pada permasalahan-

permasalahan sosial kontemporer yang membutuhkan kajian dan akar teologis

untuk menjadi pijakan yuridis (hukum Islam) dalam masyarakat Islam, seperti

masalah politik, ekonomi dan sosial budaya, dan sebagainya.

Ibnu Khaldun yang telah menghimpun pemikiran sosiologinya dalam karya

monumentalnya Muqaddimah. Karyanya ini Ibnu Khaldun membagi topik

bahasannya kedalam 6 pasal besar yaitu:13

1) Tentang masyarakat manusia setara keseluruhan dan jenis-jenisnya dalam

perimbangannya dengan bumi, yakni disebut : ilmu sosiologi umum.

2) Tentang masyarakat pengembara dengan menyebut kabilah-kabilah dan etnis

yang biadab, yakni disebut : sosiologi pedesaan.

3) Tentang negara, khilafat dan pergantian sultan-sultan, yakni disebut : sosiologi

politik.

12
Nasrullah, Sosiologi., 20.
13
Ibn Khaldun, Muqaddimah ibn Khaldun, terj. Ahmadie Thoha, cet. ke-2 (Jakarta:
Pustaka Firdaus, 2000)

13
4) Tentang masyarakat menetap, negeri-negeri dan kota, yakni disebut : sosiologi

kota.

5) Tentang pertukangan, kehidupan, penghasilan dan aspek-aspeknya, yakni

disebut : sosiologi industri.

6) Tentang ilmu pengetahuan, cara memperolehnya dan mengajarkannya, yakni

disebut : sosiologi pendidikan.

14
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Sosiologi hukum merupakan ilmu pengetahuan tentang realitas hukum. Di

satu pihak, ruang lingkupnya adalah genesis daripada hukum dalam kehidupan

masyarakat, dengan anggapan bahwa hukum merupakan hasil atau timbul dari

proses-proses sosial lainnya (disebut juga the genetic sociologi of law). Di lain

pihak telaahnya juga efek dari hukum terhadap kehidupan sosial, dengan

anggapan bahwa hukum merupakan pengarah terhadap kehidupan sosial

(dinamakan juga the operasional sociologi of law).

Karakteristik Sosiologi Hukum Iskam adalah beberapa hukum Islam yang

kajiannya meliputi khusus di masyarakat seperti hukum muamalah, munakahat,

jinayat dan lainnya yg berlaku di kalangan masyarakat .

Untuk ruang lingkup sosiologi hukum, menurut Soerjono Soekanto meliputi :

Pola-pola perilaku (hukum) warga masyarakat, Hukum dan polapola perilaku

sebagai ciptaan dan wujud dari kelompok-kelompok sosial, Hubungan timbal-

balik antara perubahan-perubahan dalam hukum dan perubahan-perubahan sosial

dan budaya. Sedangkan menurut Atho’ Mudhar yakni Studi mengenai pengaruh

agama terhadap perubahan masyarakat, Studi tentang pengaruh struktur dan

perubahan masyarakat terhadap pemahaman ajaran agama atau konsep

keagamaan, Studi tentang tingkat pengamalan beragama masyarakat, Studi pola

sosial masyarakat Muslim, seperti pola sosial masyarakat Muslim kota dan

15
masyarakat Muslim desa, Studi tentang gerakan masyarakat yang membawa

paham yang dapat melemahkan atau menunjang kehidupan beragama.

B. Saran

Demikianlah makalah yang kami buat ini, semoga bermanfaat dan

menambah pengetahuan para pembaca. Kami mohon maaf apabila ada kesalahan

ejaan dalam penulisan kata dan kalimat yang kurang jelas, dimengerti, dan lugas.

Karena kami hanyalah manusia biasa yang tak luput dari kesalahan Dan kami juga

sangat mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca demi kesempurnaan

makalah ini. Sekian penutup dari kami semoga dapat diterima di hati dan kami

ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.

16
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Manan, 2006

Ahmad Rofiq, Hukum Islam di Indonesia, (Jakarta: Raja Grafindo, 1997),

Bukhari, Shahih Bukhari 1, (Bairut: Dar Al-Ma’arifah, tth)

Daud Ali, Islam Untuk Disiplin Ilmu Hukum dan Sosial (Jakarta: Bulan

Bintang, 1993)

Khaldun, Muqaddimah ibn Khaldun, terj. Ahmadie Thoha, cet. ke-2

(Jakarta: Pustaka Firdaus, 2000)

Otje Salman Soemadiningrat, Beberapa Aspek Sosiologi Hukum

(Bandung: Penerbit Alumni, 1989)

Periksa M. Atho’ Mudzhar, “Pendekatan Sosiologi dalam Studi Hukum

Islam”, dalam Mencari Islam: Studi Islam dengan Berbagai Pendekatan, ed. M.

Amin Abdullah, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2000)

Nurani Soyomukti, Pengantar Sosiologi, (Yogyakarta: Ar Ruzz Media,

2010), 113.142.

Khursid Ahmad, Pesan Islam (Bandung: Pustaka Salman, 1983)

Yusuf Daeng, Sosiologi Hukum, Pekanbaru: Alaf Riau, 2018

Satjipto Raharjo, Sosiologi Hukum (Jakarta: Muhammadiyah University

Press,1982)

Yusuf Al-Qaradawi. Fiqh al-aqalliyyat: A jurisprudence of minorities.

( Herndon, VA: International Institute of Islamic Thought 2003 ).

17

Anda mungkin juga menyukai