BAGIAN KE-3
1. Pengantar
1. Potensi Manusia
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, potensi adalah kemampuan yang
mempunyai kemungkinan untuk dikembangkan; kekuatan; kesanggupan;
daya; dan manusia menurut KBBI adalah makhluk yang berakal budi (mampu
menguasai makhluk lain) dapat disimpulkan potensi manusia adalah suatu hal yang
memungkinkan seseorang dapat mengembangkan kekuatan, kesanggupan, dan
daya.
Sedangkan menurut Myles Munroe potensi adalah kekuatan terpendam yang
belum dimanfaatkan, bakat tersembunyi atau keberhasilan yang belum diraih
padahal sejatinya kita mempunyai kekuatan untuk mencapai keberhasilan tersebut.
Menurut pandangan islam potensi manusia adalah suatu anugerah yang Allah
berikan karena Allah menciptakan manusia dalam bentuk yang sangat sempurna
dengan kemampuan Maka dari itulah Allah membekali manusia dengan segenap
potensi yang ada dalam dirinya. Potensi itu meliputi: potensi jasmani (fisik), ruhani
(spiritual), dan akal (mind). Ketiga potensi ini akan memberikan kemampuan
kepada manusia untuk menentukan dan memilih jalan hidupnya sendiri. Manusia
diberi kebebasan untuk menentukan takdirnya. Semua itu tergantung dari
bagaimana mereka memanfaatkan potensi yang melekat dalam dirinya.
(At-tin : 95 :4)
Berikut ini adalah penjelasan mengenai potensi yang dimiliki manusia berupa
pendengaran, penglihatan dan hati.
(an-Nahl : 16 : 78)
78. Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak
mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan
dan hati, agar kamu bersyukur.
maka kesemua tenteranya juga akan berakhlak buruk. Kerosakan hati ini yang akan
menyebabkan penyakit jasad dan penyakit jiwa (Mushtaq 2006).
Selain itu, di dalam hadis juga ada menyebut tentang kepentingan peranan
hati dalam menentukan akhlak seseorang. Bahkan Rasulullah SAW menyifatkan
bahawa baik atau buruk akhlak seseorang itu bergantung kepada hatinya dalam
sabdanya:
َ َسدَتْ ف
َ س َد ا ْل َج
. ُس ُد ُكلُّه َ َ َوإِذَا ف، ُس ُد ُكلُّه
َ صلَ َح ا ْل َج َ ضغَةً إِذَا
َ ْصلَ َحت َ أَالَ َوإِنَّ فِى ا ْل َج
ْ س ِد ُم
ُ أَالَ َو ِه َى ا ْلقَ ْل
ب
(Bukhari, Sahih, Kitab al-Iman, Bab Fadhl Man Istabra’ li Dinih, No. Hadis52)
Yang bermaksud: “Dan sesungguhnya di dalam satu jasad ada seketul
daging. Jika ia baik, maka baiklah seluruh anggota dan jika rosak maka rosaklah
seluruh anggota. Ketahuilah, ia adalah hati.”Karena itu seharusnyalah manusia
bersyukur kepada-Nya dengan menjalankan.
56. Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
mengabdi kepada-Ku.
55. Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara
kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh- sungguh
akan menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi, sebagaimana Dia telah
menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan
meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan
Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam
ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembahku-Ku dengan
tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang
(tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik.
Berkenaan dengan al-khilafah ini ada beberapa hal yang harus diperhatikan
manusia:
2.1.1. Pertama, manusia bukan pemilik yang hakiki (‘adamu haqiqatil mulkiyah),
karena Pemilik yang hakiki adalah Allah Ta’ala.
“Dialah Allah Yang tiada Tuhan selain Dia, Raja, Yang Maha Suci, Yang
Maha Sejahtera, Yang Mengaruniakan Keamanan, Yang Maha Memelihara,
Yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuasa, Yang Memiliki segala Keagungan,
Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan.” (QS. Al-Hasyr, 59:
23)
Allah itu merajai segala apa yang di bumi dan di langit, bertasbih kepada-Nya
dengan kehendak-Nya berdasarkan kekuasaan dan kebijaksanaan-Nya, suci dari
segala yang tidak layak dan tidak sesuai dengan ketinggian dan kesempurnaan-Nya.
Tuhan Yang Maha Perkasa, menundukkan segala makhluk-Nya dengan kekuasaan-
Nya, Maha Bijaksana dalam mengatur hal ihwal mereka. Dia-lah yang lebih
mengetahui kemaslahatan mereka, yang akan membawa mereka kepada
kebahagiaan mereka di dunia dan di akhirat kelak.
“Senantiasa bertasbih kepada Allah apa yang ada di langit dan apa yang
ada di bumi. Raja, Yang Maha Suci, Yang Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana.” (QS. Al-Jumu’ah, 62: 1)
2.1.2. Kedua, manusia harus mengembannya sesuai dengan kehendak pihak
yang mewakilkan kepemimpinan tersebut (at-tasharruf bi-iradatil mustakhlif),
yakni Allah Ta’ala. Apa yang dikehendaki Allah Ta’ala dari mereka yang telah
diberi kekuasaan di muka bumi?
Dia berfirman,
Ayat di atas menegaskan bahwa mereka yang diberi kekuasaan di muka bumi
hendaknya melakukan hal-hal berikut ini:
1. Mendirikan shalat pada setiap waktu yang telah ditentukan sesuai dengan
yang diperintahkan Allah. Makna yang lebih luas adalah bahwa para
pemimpin Islam hendaknya membimbing umat Islam agar menjalankan
shalat dan peribadahan dengan konsekuen, mengarahkan mereka agar
menjaga hubungan dengan Allah Ta’ala, menjaga akhlak, keimanan, dan
ketakwaan mereka. Karena salah satu tujuan dari shalat adalah menyucikan
jiwa dan raga, mencegah manusia dari perbuatan keji dan perbuatan mungkar
serta mewujudkan takwa yang sebenarnya.
2. Menunaikan zakat. Makna yang lebih luas adalah bahwa para pemimpin
Islam hendaknya mengarahkan umatnya agar meyakini bahwa di dalam harta
si kaya terdapat hak orang-orang fakir dan miskin. Dengan kata lain, seorang
pemimpin Islam hendaknya berupaya mewujudkan solidaritas sosial di
tengah-tengah umatnya, diantaranya adalah dengan menegakkan syariat
zakat.
3. Menyuruh manusia berbuat makruf dan mencegah perbuatan munkar. Para
pemimpin Islam memiliki tugas untuk mendorong manusia mengerjakan
amal saleh, memimpin manusia malalui jalan lurus yang dibentangkan Allah,
dan dengan kekuatannya, mereka mencegah orang-orang yang biasa
mengerjakan larangan-larangan Allah. Dengan kata lain, seorang pemimpin
Islam berkewajiban menjalankan fungsi kontrol sosial.
“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh
kepada yang makruf dan mencegah dari yang mungkar dan beriman kepada
Allah.” (QS. Ali Imran, 3: 110)
Artinya : 112. Mereka itu adalah orang-orang yang bertaubat, yang beribadat, yang
memuji, yang melawat, yang ruku´, yang sujud, yang menyuruh berbuat ma´ruf dan
mencegah berbuat munkar dan yang memelihara hukum-hukum Allah. Dan
gembirakanlah orang-orang mukmin itu (QS. At-Taubah, 9: 112)
Jadi, sebagai individu dan pemimpin, manusia harus berupaya menjaga diri
dan umatnya agar tidak melampaui batas dan ketentuan yang telah ditetapkan
Allah Ta’ala, yaitu berupa syariat dan hukum-hukum-Nya demi kebahagiaan
mereka di dunia dan di akhirat.
2.2. Al-Khianat
Bagi manusia yang memilih sikap khianat, maka Allah Ta’ala akan
mengazab dan menghinakannya, na’udzubillahi min dzalik. Mereka yang tidak
mau menggunakan potensi dirinya untuk beribadah, diumpakan oleh
Allah Ta’ala dengan berbagai perumpamaan yang hina:
2.2.3. Kal qirdi (seperti monyet dan kal khinzir (seperti babi).
Kutukan yang disebutkan dalam ayat di atas -dan juga disebutkan dalam surat
Al-Baqarah ayat 65- adalah menceritakan tentang orang-orang Yahudi pada masa
lalu yang melanggar ketentuan yang terdapat di dalam Taurat. Mereka
meninggalkan kewajiban beribadah pada hari Sabtu hanya karena ingin melakukan
pekerjaan duniawi menangkap ikan di laut, dimana pada hari itu ikan-ikan di laut
bermunculan dan mudah ditangkap.
َ َ َ َ ۡ َ َ ۡ َ ُّ َ َ ۡ َ َ َ ۡ َ َ َ َ َٰ َ ۡ َ ۢ ُ ُ ُُ ۡ َ َ ُ
ََّّكٱۡل ِّجارَّة َِّّأوَّأشدَّقسوةَِّۚٗإَونَّمِّنَّٱۡل ِّجارَّة َِّّلما ِّ ك
َّ مَّمنَّبعدَِّّذل ِّكَّف ِِّه ثمََّّقستَّقلوب
َ َّف َي ۡخ ُر ُجَّ م ِّۡن ُه َّٱل ۡ َما ٓ ُءَّ َِّإَونَّ م ِّۡن َهاَّل َ َم
َّۡاَّي ۡهب ُطَّ مِّن َ ُ َ ََ َۡ ُ َٰ َ َۡ ۡ ُ ۡ ُ َََ
ِّ ٗۚ يتفجرَّ مِّنه َّٱۡلنه َّر َِّۚٗإَونَّ مِّنهاَّلماَّيشقق
َ ُ َ َ َ ُ ۡ َ
ََّّ٧٤َّللَّبِّغَٰفِّ ٍلَّعماَّت ۡع َملون
َّ للِّهَّ َو َماَّٱ
َّ خش َيةَِّّٱَّ
Artinya : “Kemudian setelah itu hatimu menjadi keras seperti batu, bahkan lebih keras
lagi. Padahal diantara batu-batu itu sungguh ada yang mengalir sungai- sungai dari
padanya dan diantaranya sungguh ada yang terbelah lalu keluarlah mata air dari
padanya dan diantaranya sungguh ada yang meluncur jatuh, karena takut kepada
Allah. Dan Allah sekali-sekali tidak lengah dari apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-
Baqarah, 2: 74)
Ayat di atas berbicara tentang watak orang-orang Yahudi. Sesudah mereka
diberi petunjuk ke jalan yang benar dan mereka sudah pula memahami kebenaran
itu, mereka lari darinya dan hati mereka mengeras seperti batu bahkan lebih keras
lagi. Padahal sekeras apa pun batu, oleh suatu sebab dapat terbelah atau retak. Lalu
memancarlah air dan kemudian berkumpul menjadi anak-anak sungai. Kadang-
kadang batu-batu itu jatuh dari gunung karena patuh kepada kekuasaan Allah. Tapi,
hati orang Yahudi lebih keras dari batu bagaikan tak mengenal retak sedikit pun.
Hati mereka tak terpengaruh oleh ajaran-ajaran agama ataupun nasihat-nasihat yang
biasanya dapat menembus hati manusia.
Orang yang berkhianat kepada Allah Ta’ala, yakni mereka yang berbuat
musyrik, tak ubahnya bagaikan laba-laba yang membuat sarang, sangat rapuh dan
lemah, sebab sarang laba-laba itulah ibarat dari suatu bangunan rumah yang sangat
rapuh.
Wallahu a’lam.
3. Latihan Pembelajaran Soal Formatif !
Soal Pilihan Ganda.
1. Ataqhotul Insan adalah istilah untuk...
a. Potensi manusia
b. Sifat manusia
c. Nafsu manusia
d. Ta’rif manusia
7. Manusia yang mengingkari dan tidak mau taat atas perintah Allah di muka
bumi maka ia termasuk manusia yang...
a. Khianat
b. Al-Amanah
c. Gibah
d. .Ma’rifah
9. ‘adamut ta’addi ‘alal hudud merupakan sifat orang yang amanah yang
berarti...
a. Mengikuti perintah syetan.
b. Mengikuti perintah hawa nafsu
c. Mengikuti perintah Allah
d. Mengikuti ulama
10. Manusia khianat di sebut juga sebagai al-kalbun yang memiliki arti...
a. Babi
b. Anjing
c. Lebah
d. Keledai
Kunci Jawaban !
1. Jawaban : a
Ataqhotul Insan adalah istilah yang digubakan untuk potensi manusia yang
berupa pendengaran, penglihatan dan hati.
2. Jawaban : b
As-sam’a artinya adalah mendengar, pendengaran adalah salah satu potensi
besar yang Allah berikan kepada manusia. Dengan pendengaran itu
menjadikan manusia akan lebih bisa mendengarakan apa saja perintah yang
Allah perintahkan dan apa saja yang Allah larang.
3. Jawaban : a
Al-bashor dalam bahasa arab diartikan dengan penglihatan dan istilah ini
Allah menggunakan untuk sebutan potensi penglihatan.
4. Jawaban : c
Qolb dalam bahasa arab di artikan sebagai hati yang dimana Allah
menjadikan itu sebagai sebuah anugerah kepada manusia yang
menjadikannya potensi hati.
5. Jawaban : c
Al-mas’uliyyah artinya segala sesuatu hal yang kita lakukan akan di
pertanggung jawabkan di hadapan Allah. Baik pendengaran, penglihatan
dan hati semua akan di pertanggung jawabkan.
6. Jawaban : b
Seorang yang menjalankan perintah dari Allah dan senantiasa berusaha
mempertakankan posisinya maka ia disebut dengan orang yang amanah.
7. Jawaban : a
Khianat adalah sifat orang yang tidak mau mengerjakan apa yang telah
Allah perintahkan kepada nya.
8. Jawaban : b
‘adamu haqiqatil mulkiyah di artikan sebagai bukan pemilik yang hakiki,
orang yang menjadikan Allah sebagai jalan hidupnya maka dia tidak akan
merasa sebagai pemilik tetapi merasa bahwa dia sedang mengemban
amanah dan dia menjadikan Allah sebgai pemilik yang hakiki.
9. Jawaban : b
‘adamut ta’addi ‘alal hudud di artikan dengan mengikuti perintah Allah,
orang yang amanah tentunya dia akan senantiasa taat dan mengikutu
perintah Tuhannya.
10. Jawaban : b
Al-kalbun dalam bahasa arab artinya adalah anjing ketika manusia tidak
mampu menjalankan perintah Allah dengan khianat maka diserupakan
dengan anjing.