Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

ZAKAT HASIL TAMBANG

Makalah ini dibuat dalam rangka memenuhi tugas dalam mata kuliah Fiqh Zakat
Dosen Pengampu : Ahsin Dinal Mustafa, M.H.

Disusun Oleh:

Aisyatul Rodiyah 19240039


Mu’thiyah Shinfal Afroh 19240043
Chodijah Asy Syarifah 19240044

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR


FAKULTAS SYARIAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM
MALANG
TAHUN AJARAN 2022
KATA PENGANTAR
Alhamdulilahirabbil‘alamin, Puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT yang
telah memberikan kesehatan dan keselamatan serta keagungan ilmu yang tiada
habisnya, sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini. Sholawat
serta salam kami haturkan kepada Rasulullah Muhammad SAW. Berkatnya kami
tertuju kepada jalan yang lurus dan benar.

Beribu kata terima kasih juga kami ucapkan kepada ustadz Ahsin Dinal
Mustafa, M.H selaku dosen pengampu mata kuliah Ilmu Zakat yang telah
membimbing kami sebagai penyusun dalam menyusun dan menyelesaikan makalah
ini. Serta kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam menyusun makalah ini.
Makalah ini akan membahas mengenai Zakat Hasil Tambang. Semoga dengan
makalah ini pembaca dapat memahami dengan mudah apa yang kami sampaikan
kepada pembaca.

Dalam Penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan, baik
pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki
penulis. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi
penyempurnaan makalah ini.

Malang, 25 Maret 2022

Tim Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Kurangnya pemahaman tentang jenis harta yang wajib zakat dan aturan
pembayaran yang dituntunkan oleh syariat Islam menyebabkan pelaksanaan
zakat menjadi tergantung pada masing-masing individu. Terlepas dari
permasalahan tersebut, hal yang perlu mendapatkan perhatian adalah berkenaan
dengan sumber zakat yang masih banyak tergantung pada sumber pendapatan
berdasarkan Fiqh klasik dan belum mampu untuk mengeksploitasi berbagai
jenis sumber pendapatan baru. Pergeseran pola pendapatan masyarakat pada
masa awal pemerintahan Islam yang bersumber dari hasil pertanian, peternakan
dan perdagangan kepada sumber pendapatan yang baru pada era modern yang
hasilnya lebih besar daripada hasil pertanian.

Pertambangan merupakan salah saatu usaha yang menjanjikan di beberapa


daerah di Indonesia. Sehingga zakat terhadap pendapatan usaha pertambangan
tersebut perlu mendapatkan perhatian. Namun kenyataannya, masih banyak
sekali masyarakat yang belum tepat memahami zakat hasil tambang ini sebagai
sebuah kewajiban, parahnya lagi Sebagian dari mereka memahami bahwa zakat
sama hal-nya dengan shadaqah. Padahal antara zakat dan shadaqah jauh berbeda
dalam pengartiannya juga sebab mengeluarkannya, ditambah lagi sebagian
yang lain menganggap zakat hasil tambang sebagai zakat barang temuan (rikaz).
Begitu pun mekanisme pengeluarannya, sebagian sudah tepat sebagaimana
ketentuan dalam fiqh namun Sebagian yang lain hanya sekedar menggugurkan
kewajiban saja yang disebut sebagai inisiatif atau kehendak sendiri. Maka sudah
dilegalisasikan oleh konstitusional negara dan undang-undang di Indonesia
melalui tuntunan syariat Islam bahwa bagi para pemilik tambang berkewajiban
merealisasikan dan mengeluarkan zakat hasil tambang.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian zakat hasil tambang?
2. Bagaimana dasar hukum zakat hasil tambang
3. Apa saja jenis zakat hasil tambang dan ukurannya?
C. Tujuan
1. Mengetahui dan memahami pengertian zakat hasil tambang
2. Memahami dasar hukum disyariatkannya zakat hasil tambang
3. Mengetahui jenis-jenis hasil tambang yang harus dizakati
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian

Zakat merupakan sebutan dari sesuatu hak Allah SWT yang dikeluarkan
seseorang kepada fakir miskin atau yang berhak menurut syara’. Dinamakan zakat
karena di dalamnya terkandung harapan untuk memperoleh berkah, membersihkan
jiwa dan memupuknya dengan berbagai kebajikan.1 Para ulama telah sepakat
tentang hukum diwajibkannya zakat pada barang tambang (ma’din). Hal tersebut
berdasarkan definisi ma’din berarti “sesuatu pemberian bumi” yang artinya bukan
pemberian laut dan bukan pula simpanan manusia. Menurut jumhur ulama barang
tambang adalah segala sesuatu yang diciptakan Allah SWT dalam perut bumi, baik
padat maupun cair, seperti emas, perak, tembaga, minyak, gas, besi, sulfur, dan lain-
lain.2

Terdapat beberapa istilah mengenai harta yang terpendam, yaitu ma’din, rikaz
dan kanz. Dari beberapa istilah tersebut, terdapat perbedaan pendapat antara makna
barang tambang (ma’din), barang temuan (rikaz) dan harta simpanan (kanz).
Menurut Hanafiyah ma’din adalah rikaz itu sendiri. Sedangkan menurut jumhur
ulama rikaz adalah harta peninggalan yang terpendam dalam bumi atau disebut
harta karun. dan kanz menurut Ibnu Athir merupakan tempat tertimbunnya harta
benda karena perbuatan manusia.

Beberapa pendapat ulama’ mengenai zakat hasil tambang, sebagai berikut:

1. Madzhab Hanafiyah
Barang tambang, barang peninggalan kuno, atau rukaz mempunyai
pengertian sama, yaitu semua harta yang tertimbun di bawah bumi. Hanya saja,
barang tambang adalah barang yang diciptakan oleh Allah SWT pada waktu

1
Zainul Arifin, Tinjauan Hukum Islam Dan Pandangan Masyarakat Tentang Zakat Tambang Pasir,
Sekolah Tinggi Ilmu Syariah Abu Zairi Bondowoso, 81.
2
Bayu Setyadiraja, Pembatasan Zakat Tambang Pada Emas Dan Perak (Suatu Analisis Terhadap
Fatwa Mpu Aceh Nomor 9 Tahun 2013), skripsi, (Aceh: UIN Ar Raniry Darussalam), 2017, 18.
menciptakan bumi. Sementara, barang peninggalan kuno atau rikaz adalah harta
yang tertimbun karena pekerjaan orang-orang kafir. Menurut Hanafiyah, zakat
yang wajib dikeluarkan hanya pada jenis barang tambang yang Beku yang bisa
meleleh dan terbentuk dengan menggunakan api seperti emas, perak, besi
tembaga, timah, dan merkuri, baik barang tersebut ditemukan pada tanah yang
dibebaskan secara paksa (diperangi) maupun tanah tersebut didapatkan karena
penduduknya menyerah (belum diperangi).
2. Madzhab Malikiyah
Menurut Malikiyah, barang tambang bukanlah barang peninggalan kuno
(rikaz). Barang tambang merupakan barang yang diciptakan oleh Allah SWT di
bumi yang berupa emas, perak, atau lainnya. Sedangkan barang peninggalan
kuno (rikaz) adalah barang timbunan jahiliyah yang berupa emas dan perak atau
lainnya Malikiyah berpendapat bahwa harta yang wajib dikeluarkan adalah
emas dan perak saja bukan barang tambang yang lain seperti tembaga, timah,
merkuri dan lain-lain kecuali dijadikan barang dagangan. Imam Malik
berpendapat bahwa, zakat untuk hasil tambang yang ditemukan tanpa adanya
usaha eksplorasi adalah seperlima atau 20%.
3. Madzhab Syafi’iyah
Barang tambang tidak sama dengan barang peninggalan kuno (rikaz).
Menurut madzhab Syafi’iyah barang tambang merupakan barang yang
dikeluarkan dari tempat yang diciptakan oleh Allah SWT yang dikhususkan
kepada emas dan perak. Menurut pendapat Syafi’iyah, hanya emas dan perak
saja yang merupakan barang tambang dan wajib dikeluarkan zakatnya.
4. Madzhab Hanabilah
Barang tambang adalah bukan barang peninggalan kuno (rikaz). Untuk
pengertian dari keduanya kurang lebih sama dengan pengertian dari ulama
lainnya. Ibnu Khudamah menyebutkan di dalam kitab al-Mughni barang
tambang yang terkait dengan kewajiban zakat, yaitu setiap yang dikeluarkan
dari bumi yang bisa di bentuk menjadi barang lain yang mempunyai nilai.
Dari pendapat diatas, Imam madzhab berbeda pendapat dalam mendefinisikan
dan mengkategorikan barang tambang. Namun mereka sepakat megenai hukum
diwajibkannya mengeluarkan zakat hasil tambang.3

B. Dasar Hukum Zakat Barang Tambang

Dari pengertian di atas, barang tambang merupakan sesuatu yang


dianugerahkan Allah untuk makhluk-Nya sebagai rezeki yang terdapat tidak hanya
di atas permukaan tanah, tetapi juga di dalam tanah seperti emas, perak, tembaga,
timah intan, akik, batu bara, besi dan minyak bumi. Adapun dasar hukum zakat
barang tambang tidak diterangkan secara jelas dalam al-Qur’an. Namun demikian,
dalam beberapa literatur ditulis bahwa dasar hukum mengenai zakat hasil tambang
adalah firman Allah SWT QS. Al-Baqarah ayat 267:

ِ ‫س ْبت ُ ْم َو ِم َّما أَ ْخ َر ْجنَا لَ ُك ْم مِنَ ْاْل َ ْر‬


‫ض ۖ َو ََل‬ َ ‫ت َما َك‬ َ ‫يَا أَيُّ َها الَّذِينَ آ َمنُوا أَ ْن ِفقُوا ِم ْن‬
ِ ‫طيِبَا‬
‫ي‬
ٌّ ‫غ ِن‬ َ َّ ‫ضوا ِفي ِه ۚ َوا ْعلَ ُموا أَ َّن‬
َ ‫َّللا‬ ُ ‫آخذِي ِه ِإ ََّل أَ ْن ت ُ ْغ ِم‬ َ ‫تَ َي َّم ُموا ْال َخ ِب‬
ِ ‫يث ِم ْنهُ ت ُ ْن ِفقُونَ َولَ ْست ُ ْم ِب‬
‫َح ِميد‬
“Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan allah) sebagian dari
hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari
bumi untuk kamu. Dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu
menafkahkan daripadanya, padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya
melainkan dengan memincingkan mata terhadapnya. Dan ketahuilah, bahwa
Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji.”

Dalam ayat tersebut, penjelasan terkait zakat barang tambang mengacu pada

ِ ‫ْاْل َ ْر‬
lafadz ‫ض‬ َ‫“ َو ِم َّما أَ ْخ َر ْجنَا لَ ُك ْم مِن‬dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan
dari bumi untuk kamu”. Adapun yang masuk dalam kategori jenis penghasilan yang
dikeluarkan dari bumi yaitu tumbuh-tumbuhan, hasil bumi (minyak, besi, batu bara,
tembaga, dan lain-lain) dan harta yang terpendam (harta karun/rikaz). Dan pada
hakikatnya, seluruh jenis penghasilan yang dikeluarkan oleh bumi, baik itu bernilai

3
Bayu Setyadiraja, Pembatasan Zakat Tambang Pada Emas Dan Perak (Suatu Analisis Terhadap
Fatwa Mpu Aceh Nomor 9 Tahun 2013), 21-22.
sedikit ataupun banyak memiliki dasar hukum wajib untuk mengeluarkan zakat,
termasuk barang hasil tambang.4

Selain firman Allah diatas, terdapat hadist yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah
yang juga dapat dipahami sebagai dasar zakat barang tambang. Rasulullah SAW
bersabda:

ُ ‫كاز ال ُخ ُم‬
‫س‬ ِ ‫ئر ُج َبار وال َمع ِد ُن ُج َبار وفي‬
ِ ‫الر‬ ُ ‫ال َعجما ُء ُج ْر ُحها ُج َبار وال ِب‬
)‫(متفق عليه‬
“Binatang ternak yang merusak maka tidak ada denda, sumur yang mencelakai
(jatuh ke dalamnya) tidak ada denda, galian barang yang tambang yang
mencelakai (jatuh ke dalamnya) tidak ada denda, dan pada harta yang terpendam
(harta karun) zakatnya adalah seperlima.” (HR. al-Bukhari No. 14028 dan Muslim
No. 1710).

C. Jenis Dan Ukuran Zakat Tambang Dan Harta Terpendam

Ketentuan-ketentuan yang ada dalam zakat tambang antara lain:

a. Telah sampai pada nishabnya (nishab emas sebanyak 85 gram, nishab perak
sebanyak 595 gram)
b. Pemilik terbebas dari hutang
c. Tambang merupakan kepemilikan pribadi/perusahaan penuh (jika dikelola
oleh negara dan untuk kepentingan umum maka tidak ada zakat padanya)5
d. Tambang didapatkan dan dikelola dengan cara yang baik dan halal
e. Zakat yang dikenakan hanya 2,5 %
f. Tidak disyaratkan genap satu tahun (haul) untuk waktu pengeluaran
zakatnya
g. Pemilik tambang adalah muslim

4
Syaikh Imam Al-Qurtubi, “Al Jami’ Al-Ahkam Al-Qur’an” diterjemahkan Muhammad Ibrahim
Al-Hifnawi dan Muhammad Hamid Utsman, Tafsir al-Qurthubi, Jilid III (Jakarta: Pustaka Azam,
2008), 707.
5
Anonim, “Zakat Barang Tambang dan Rikaz,” Baznas diakses 23 Maret 2022
https://kabenrekang.baznas.go.id/zakat-barang-tambang-dan-rikaz/
1. Tambang Emas Dan Perak

Contoh permasalahan

1) Pak Zaid merupakan seorang pemilik usaha pertambangan emas yang cukup
sukses. Hari ini hasil tambang emas yang dihasilkan sebanyak 800 gram.
Jika hari ini harga emas sebesar Rp. 500.000,00/gram, maka berapakah
zakat yang wajib dikeluarkan oleh Pak Zaid?
Pembahasan:
Emas yang dimiliki: 800 gr (telah mencapai nishab, milik pribadi)
Harga emas hari ini: Rp. 500.000,00/gram
Harta tambang yang ia miliki: 800gr x Rp. 500.000,00 = Rp. 400.000.000,00
Zakat yang harus ia bayarkan: 2,5% x Rp. 400.000.000,00 = Rp.
10.000.000,00
2) Pak Rizal yang tak lain adalah tetangga dari Pak Zaid juga merupakan
seorang pemilik usaha pertambangan perak yang tak kalah sukses. Hari ini
hasil tambang perak yang dihasilkan sebanyak 950 gram. Jika harga perak
hari ini sebesar Rp. 400.000,00/gram, maka berapakah zakat yang harus
dikeluarkan oleh Pak Rizal?
Pembahasan:
Perak yang dimiliki: 950 gr (telah mencapai nishab, milik pribadi)
Harga perak hari ini: Rp. 400.000,00/gram
Harta tambang yang ia miliki: 950gr x Rp. 400.000,00 = Rp. 380.000.000,00
Zakat yang harus ia bayarkan: 2,5% x Rp. 380.000.000,00 = Rp.
9.500.000,00
3) Lain halnya dengan Pak Zaid dan Pak Rizal, Bu Aminah dan Sang suami
yang merupakan konglomerat Jawen justru memiliki pertambangan emas
dan perak sekaligus. Saat ini hasil tambang yang ia miliki masing-masing
emas sejumlah 2000 gram dan perak sejumlah 3500 gram. Jika harga emas
dan perak nya masih mengikuti harga pada persoalan nomor satu dan dua,
maka berapakah zakat yang harus dibayarkan oleh Bu Aminah dan
suaminya?
Pembahasan:
Emas yang dimiliki: 2000 gram x Rp. 500.000,00 = Rp. 1.000.000.000,00
Perak yang dimiliki: 3500 gram x Rp. 400.000,00 = Rp. 1.400.000.000,00
Zakat yang harus ia bayarkan:
Zakat emas: 2,5% x Rp. 1.000.000.000,00 = Rp. 25.000.000,00
Zakat perak: 2,5% x Rp. 1.400.000.000,00 = Rp. 35.000.000,00
2. Tambang Selain Emas Dan Perak

Tambang selain emas dan perak ini mencakup beberapa kategori, antara lain:

a. Tambang selain emas dan perak, seperti platina, besi, tembaga, timah, dan
sebagainya
b. Tambang batu-batuan, seperti batu bata, marmer, dan sebagainya
c. Tambang minyak gas

Cara untuk menghitung zakat tambang selain emas dan perak diatas adalah
dengan menggunakan nishab yang senilai dengan emas. Hasil tambang yang harus
dizakatkan adalah 2,5% dari nishab emas tersebut. untuk lebih jelasnya, dapat
dilihat pada contoh permasalahan dibawah ini.

PT. Sejahtera merupakan perusahaan yang mengelola pertambangan minyak


gas yang didirikan serta dikelola oleh Walikota Malang secara mandiri. Saat ini
minyak yang dihasilkan sebanyak 5000 liter dengan harga Rp. 25.000,00 per
liternya. Jika harga emas saat ini adalah Rp. 500.000,00 per gram, maka apakah
perusahaan tersebut wajib mengeluarkan zakat? Jika iya, berapakah zakat yang
harus dibayarkan?

Pembahasan:

Nishab emas: 85 gram x Rp. 500.000,00 = Rp. 42.500.000,00

Hasil tambang yang diperoleh: 5000 liter x Rp. 25.000,00 = Rp. 125.000.000,00

Dengan hasil perhitungan diatas, maka perusahaan milik Walikota Malang telah
mencapai nishab emas sehingga wajib untuk mengeluarkan zakat.
Zakat yang harus dibayarkan: 2,5% x Rp. 125.000.000,00 = Rp. 3.125.000,00

3. Harta Terpendam (Rikaz)

Harta rikaz singkatnya merupakan harta terpendam diperut bumi yang


ditemukan oleh seorang muslim atau biasa disebut dengan harta karun. Jenis
harta ini bisa beragam, baik berupa emas, logam, perak, batu mulia, dan
sebagainya. Dalam hukum praktiknya, zakat yang harus dibayarkan untuk harta
rikaz ini tidak memerlukan adanya nishab maupun haul. Sedangkan besarnya
zakat yang harus dikeluarkan adalah sebanyak 20% dari harta yang ditemukan
saat itu.6

Contoh permasalahan zakat harta rikaz:

Rania merupakan seorang mahasiswi semester akhir di sebuah kampus


bergengsi di kota Malang. Ia dan teman-temannya setiap minggu pagi biasa
melakukan jogging bersama di taman Merjosari. Suatu saat, ketika Rania
sedang beristirahat sambil duduk dibawah pohon, ia iseng bermain-main tanah
dengan kakinya. Tanpa diduga, ia menemukan sebuah tabung sebesar kepalan
tangan orang dewasa. Setelah ia bawa ke seorang ahli, ternyata tabung itu berisi
kepingan emas dengan total berat 825 gram. Sang ahli menyatakan bahwa emas
ini merupakan peninggalan orang terdahulu yang sengaja ditanam ditempat ia
menemukannya. Berapakah zakat yang harus Rania bayarkan jika harga emas
saat itu Rp. 500.000,00 per gram?

Pembahasan:

Emas temuan: 825 gram x Rp. 500.000,00 = Rp. 412.500.000,00

Zakat yang harus ia bayarkan: 20% x Rp. 412.500.000,00 = Rp. 82.500.000,00

4. Tabel Zakat Tambang Dan Harta Terpendam

No. Jenis Harta Nishab Kadar Waktu

6
Anonim, “Zakat Barang Temuan,” Mizanamanah diakses 26 Maret 2022
https://mizanamanah.or.id/programs/zakat/zakat-barang-temuan/
1. Tambang emas 85 gram emas 2,5% Ketika
murni memperoleh
2. Tambang perak 595 gram perak 2,5% Ketika
murni memperoleh
3. Tambang selain emas dan perak Senilai nishab 2,5% Ketika
(platina, besi, tembaga, timah, emas memperoleh
dsb.)
4. Tambang batu-batuan (batu Senilai nishab 2,5% Ketika
bara, marmer, dsb.) emas memperoleh
5. Tambang minyak gas Senilai nishab 2,5% Ketika
emas memperoleh
6. Harta rikaz Tanpa Nishab 20% Ketika
memperoleh
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Barabg tambang atau Ma’din adalah segala sesuatu yang diciptakan Allah
SWT dalam perut bumi, baik padat maupun cair, seperti emas, perak, tembaga,
minyak dll. Sedangkan harta temuan atau rikaz adalah harta peninggalan yang
terpendam dalam bumi atau disebut harta karun. Terjadi perbedaan pendapat
mengenai pendefinisian dan pengelompokan harta terpendam. Namun ulama
madzhab sependapat dalam menghukumi wajib pada zakat hasil tambang.

Dasar hukum zakat barang tambang tidak diterangkan secara jelas dalam al-
Qur’an. Namun demikian, dalam beberapa literatur ditulis bahwa dasar hukum
mengenai zakat hasil tambang adalah firman Allah SWT QS. Al-Baqarah ayat
267. Dalam ayat tersebut, penjelasan terkait zakat barang tambang mengacu

pada lafadz ِ ‫َو ِم َّما أَ ْخ َر ْجنَا لَ ُك ْم مِنَ ْاْل َ ْر‬


‫ض‬ “dan sebagian dari apa yang Kami
keluarkan dari bumi untuk kamu”. Dan pada hakikatnya, seluruh jenis
penghasilan yang dikeluarkan oleh bumi, baik itu bernilai sedikit ataupun
banyak memiliki dasar hukum wajib.

Untuk hasi tambang berupa emas nishabnya adalah 85gr dan perak 595gr
dengan haul mencapai 1 tahun, dan zakat ayng dikeluarkan sebesar 2,5 %.
Untuk selain emas dan perak yaitu dengan menggunakan nishab yang senilai
dengan emas. Hasil tambang yang harus dizakatkan adalah 2,5% dari nishab
emas tersebut. Untuk ketentuan zakat rikaz besarnya yang harus dikeluarkan
adalah sebanyak 20% dari harta yang ditemukan saat itu.

B. Saran
Kami menyadari jika makalah ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kami membuka pintu saran dan kritik seluas-luasnya bagi para pembaca.
Dengan tujuan agar ke depannya kami bisa mengoreksi, meneliti dan belajar
menjadi lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA

Al-Qurtubi, Syaikh Imam. “Al Jami’ Al-Ahkam Al-Qur’an” diterjemahkan


Muhammad Ibrahim Al-Hifnawi dan Muhammad Hamid Utsman. Tafsir al-
Qurthubi. Jilid III. (Jakarta: Pustaka Azam, 2008)
Anonim, “Zakat Barang Tambang dan Rikaz,” Baznas diakses 23 Maret 2022
https://kabenrekang.baznas.go.id/zakat-barang-tambang-dan-rikaz/
Anonim, “Zakat Barang Temuan,” Mizanamanah diakses 26 Maret 2022
https://mizanamanah.or.id/programs/zakat/zakat-barang-temuan/
Arifin, Zainul. “Tinjauan Hukum Islam Dan Pandangan Masyarakat Tentang Zakat
Tambang Pasir”. Sekolah Tinggi Ilmu Syariah Abu Zairi Bondowoso
Setyadiraja, Bayu. “Pembatasan Zakat Tambang Pada Emas Dan Perak (Suatu
Analisis Terhadap Fatwa Mpu Aceh Nomor 9 Tahun 2013)”. Skripsi.
(Aceh: UIN Ar Raniry Darussalam). 2017

Anda mungkin juga menyukai