Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

WILLIAM MUIR
Makalah ini dibuat dalam rangka memenuhi tugas dalam mata kuliah Kajian Barat
atas Al-Qur’an
Dosen Pengampu : Dr. Muhammad, Lc. M.Th.I

Disusun oleh:
Hafshah Az Zahra Mada Abidah 19240074
Muhammad Zaki Ridwan 19240080

JURUSAN ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS


SYARI’AH
UIN MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
TAHUN AJARAN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamiin, segala puji syukur kita panjatkan kepada Allah


S.W.T. Karena atas limpahan berkah, rahmat dan inayah-Nya kita diberikan umur
yang panjang dan kesehatan yang sempurna sehingga dapat terus menuntut ilmu.
Untaian shalawat dan salam senantiasa terlantun untuk Nabi Muhammad S.A.W. yang
telah menyampaikan risalah islam kepada kita semua, sehingga kita dapat mengecap
manisnya iman dan ajaran islam.

Ucapan terimakasih kami sampaikan utamanya kepada orangtua kami, yang


selalu memberikan segala dukungan, baik materi maupun non materi. Terimakasih
juga kami sampaikan kepada Ustadz Dr. Muhammad, LC., M.Th.I. Tanpa bimbingan
beliau, mustahil makalah ini dapat terselesaikan dengan baik.

Kami selaku penulis menyadari bahwa terdapat banyak kekurangan di dalam


makalah ini. Sehingga kami memohon maaf atas kekurangan yang ada dan kami
berharap semoga ada manfaat yang dapat kita ambil dari manfaat ini. Kami juga
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca.

Lamongan, 09 Oktober 2021

Penulis
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Al-Qur’an sebagai pedoman hidup umat manusia diturunkan kepada
Rasulullah SAW di Makkah dan Madinah. Al-Qur’an tidak hanya pedoman hidup
bagi umat islam saja, tetapi merupakan pedoman hidup bagi seluruh umat
manusia, di ruang dan waktu manapun. Oleh karena itu nilai-nilai universal Al-
Qur’an selalu bisa diaplikasikan baik di zaman dahulu, sekarang, dan yang akan
mendatang serta di tempat manapun.

Al-Qur’an juga merupakan mukjizat bagi Nabi Muhammad SAW. Al-


Qur’an terbuka untuk dipelajari bagi siapapun, baik orang muslim maupun non
muslim. Umat islam ketika mempelajari Al-Qur’an dan dunia keislaman
berangkat dari keimanan sehingga hasil pembelajarannya pun tidak melenceng
dari syariat-syariat islam dan tidak terlalu dicampuri kepentingan lain. Akan
tetapi berbeda ketika kaum non-muslim atau orientalis yang mempelajari Al-
Qur’an. Dalam makalah ini kita akan membahas tentang apa pemikiran salah satu
tokoh orientalis yaitu William Muir dalam menafsirkan Al-Qur’an.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Biografi William Muir?
2. Bagaimana Konsep Berfikir William Muir Saat Berinteraksi dengan Al-
Qur’an?
3. Bagaimana Pandangan William Muir Terhadap Al-Qur’an?

C. Tujuan
1. Mengetahui bagaimana Biografi William Muir.
2. Memahami Konsep Berfikir William Muir Saat Berinteraksi dengan Al-Qur’an
dan Pandangan William Muir Terhadap Al-Qur’an.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Biografi William Muir.


William Montgomery Watt dilahirkan di Ceres, Edinburgh pada tanggal 14 Maret
1909. Ia adalah anak dari seorang pendeta. Ayahnya wafat sejak ia kanak-kanak
sehingga ia diasuh oleh ibunya. Menginjak dewasa, Watt diasuh oleh pamannya dan
bibinya di Edinburgh. Dia menempuh pendidikan di George Watson College dan
menamatkan pendidikan di Universitas Edinburgh. Dia juga menempuh pendidikan
di Universitas Jena, dan di Universitas Oxford. Ia tertarik dengan Islam setelah ia
bertemu dengan seorang imigran Ahmadiyah dari India dan melakukan dialog
panjang dengannya. Pada tahun 1947, ia mulai mengajar di Universitas Edinburgh
dan menjadi asisten dosen bidang filsafat moral, setelah sebelumnya menjadi
pembantu ahli uskup di Yerussalem. Ia juga menjadi uskup Episcophal pada gereja
Anglikan sejak tahun 1939.1
Ia mulai mempelajari Islam pertama kali saat ia mempelajari bahasa Arab di
bawah supervisi Richard Bell. Richard Bell menjadi terkenal di kalangan orientalis
dan dunia Muslim setelah ia menerbitkan beberapa kuliahkuliahnya yang
kontroversial dengan judul “The Origins Of Islam in Its Christian Environment
(Asal Muasal Islam Dalam Pengaruh Agama Kristen)”. Montgomery Watt bekerja
sama dengan Bell dalam menyunting dan melengkapi karya Bell yang berjudul
“Bell’s Introduction to The Qur’an (Pengantar Bell Dalam Studi Qur’an)”Sebelum
akhir hayat Bell.
Watt menekuni bidang filsafat dan teologi. Disertasinya “Free Will and
Predestination in Early Islam” (kebebasan berkehendak dan takdir di awal
pemikiran Islam) membahas mengenai perkembangan teologi Islam (kalam). Watt
pernah beberapa kali mengikuti perkumpulan ekumenikal. 2 Salah satu diantaranya
ialah IONA community, dimana ia menjadi salah satu anggotanya. Watt pernah

1
Carole Hillenbrand, “William Montgomery Watt”, dalam http: /www. The Guardian.co.uk/ (Wednesday,
November 8, 2006).
2
Ekumenikal berasal dari bahasa Yunani yang diambil dari kata Ecumenism yang artinya dunia yang ditinggali.
Gerakan ini diinspirasikan oleh roh kudus diantara orang-orang Kristen (yang mengakui Yesus (Isa) sebagai
tuhan) melalui doa, dialog, dan prakarsa-prakarsa lain untuk menghilangkan tembok pemisah dan membangun
kesatuan sebagaimana dikehendaki oleh kristus. Gerard. O. Collins & Edward. G. Farugia, Kamus Teologi, terj.
I. Suharyo (Yogyakarta: Kanisius, 1996), 67.
mendapat penghargaan diantaranya ialah Levi Della Vida award dan British Society
For Middle Eastern Studies Award.3
Montgomery Watt memiliki banyak karya tulis yang berhubungan dengan
sejarah Islam, Al-Qur’an, maupun hubungan masyarakat Islam-Kristen . Diantara
karya-karyanya, yang sangat digemari oleh kalangan orientalis adalah trilogi sejarah
hidup Nabi Muhammad yaitu Muhammad at Mecca, Muhammad at Madina, dan
Muhammad Prophet and Statesman.
Sangat banyak orientalis yang menulis tentang sejarah hidup Nabi Muhammad
sebagai contoh Hubert Grimme, D.S. Margoliouth, Tor Andrae, F.E. Peters, Karen
Armstrong dan sebagainya. Dari sekian penulis barat tersebut, Karya Watt mengenai
sejarah hidup Nabi Muhammad mendapat apresiasi tertinggi dan sering menjadi
rujukan para orientalis. Buku ini ditulis dengan menggunakan pendekatan ilmu
sosial yang telah berkembang di barat. Buku ini sekaligus ditujukan kepada
kalangan akademis Barat mengenai figur historis Muhammad.
Menurut Fred M Donner, dalam menulis sejarah hidup Nabi Muhammad, Watt
terpengaruh oleh Hubert Grimme yang mengatakan bahwasanya Muhammad
bukanlah seorang Nabi, melainkan ia hanya seorang reformis untuk masyarakatnya
saja. Fred.M. Donner berpendapat, dalam menulis mengenai sejarah hidup Nabi
Muhammad, Watt telah menggunakan pendekatan ilmu-ilmu sosial yang pada
waktu itu adalah disiplin ilmu yang sangat dominan daripada dunia keilmuan Barat
pasca perang dunia kedua.4
Bell Introduction to the Qur’an (1970), adalah karya suntingan Montgomery
Watt dan gurunya Richard Bell. Early Islam (1990) merupakan kumpulan artikel-
artikel yang ditulisnya di berbagai jurnal, konferensi dan bagian daripada buku, The
Majesty That Was Islam (1976), History of Islamic Spain (1980), Muslim-Christian
Encounter (1991), What Is Islam? (1980), Islam and the Integration of Society
(1998). Islamic Revelation In Modern World (1969), Islam and Christianity Today
(1983), The Formative Period Of Islamic Thought (1973), Muhammad’s Mecca
(1988).
B. Krangka Pemikiran William Muir Terhadap Susunan Al-Qur’an dan
Pemikiran William Muir Tentang Al-Qur’an.
William Muir merupakan seorang peneliti asal Skotlandia yang menulis
3
Hillenbrand,, William Montgomery Watt.
4
Fred. M. Donner, “The Study of Islam’s Origins Since W. Montgomery Watt Publications”, makalah
dipresentasikan di Universitas Edinburgh pada tanggal 23 November, 2015.
tentang riwayat hidup Nabi Muhammad saw. Berawal dari kebingungannya saat
menelaah Al-Qur’an yang menurutnya tidak ditemukan kronologi urutan surah baik
waktu maupun tema tertentu, Muir berasumsi bahwa kronologi pewahyuan Al-
Qur’an bisa dipotret dari rekam jejak karir Nabi Muhammad saw. Menurutnya
sejarah Nabi Muhammad saw.-lah yang bisa mengilustrasikannya. Sebab mengkaji
latar belakang kehidupan author sebuah buku dapat membantu memahami buku
tersebut secara komprehensif.5 Asumsi ini ditolak oleh Muhammad Abu Lailah,
yang menurutnya, Al-Qur’an bukanlah kumpulan sastra yang mengilustrasikan
kehidupan Nabi Muhammad.6
Dalam bukunya Life of Mahomet, Muir menawarkan sebuah kronologi Al-
Qur’an yang runtutan surahnya berbeda dengan yang lainnya. Secara jelas kronologi
Muir ini berbeda dengan versi Noldeke terutama dalam penempatan nomor surah.
Muir juga memulai penanggalan lebih awal dari diangkatnya Nabi Muhammad saw.
Menjadi seorang nabi.7
Menurut Muir, dalam memetakan kronologi Al-Qur’an (periodesasi
pewahyuan) pasti tidak lepas dari terkaan dan asumsi dalam menyusunnya. Namun
ada ciri-ciri dan patokan yang bisa dibuat acuan. Pada mulanya surah-surah yang
turun bersifat penggembira dan liar. Lalu disusul surah-surah yang bersifat naratif
dan berprosa. Kemudian ditutup dengan surah-surah yang bersifat otoritatif dan
resmi. Dalam artian mengembangkan doktrin dan ajaran yang disertai
argumentasinya untuk ditujukan bagi kaum Musyrikin Mekah, kaum Yahudi dan
Nasrani. Muir juga mengakui bahwa sebagian besar surah-surah Al-Qur’an tidak
mempunyai ciri-ciri dan karakteristis khusus untuk menentukan waktu dan
periodenya secara spesifik. Sehingga penyusunan periodesasi didasarkan pada
asumsi semata8
Masih menurut Muir dari 114 surah yang ia periodesasikan secara umum bisa
diterima dan cukup beralasan. Penyusunan itu mengacu pada ciri dan sifat yang ia
gariskan sebelumnya kecuali beberapa surah yang sudah jelas periodenya. Baginya
masih sangat terbuka bagi siapapun untuk menentukan periodesasi masing-masing
surah.9
5
William Muir, The Coran; Its Composition and Theacing; and the Testimony it Bears to the Holy Scriptures,
(London: Wyman dan Sons Printers, 1878), h. 8
6
Muhammad Abu Lailah, Al-Qur’ān al-Karīm min al-Manẓūr al-Istishrāqīy; Dirāsah Naqdiyyah Tahlīliyyah,
(Kairo: Dar an-Nashr li al-Jāmiʻāt, 2002), h. 254
7
Richard Bell, Introduction To The Qur’ān, (Edinburgh: University of Edinburgh Press, 1953), h. 102
8
William Muir, The Coran; Its Composition and Theacing…., h. 42
9
William Muir, The Coran; Its Composition and Theacing…., h. 42
Teori kronologi Al-Qur’an yang ditawarkan oleh Muir dikelompokkan
menjadi
enam periodesasi. Lima diantaranya turun di Mekah. Sedangkan satu periode
terakhir
turun di Madinah.10 Periode pertama berisikan delapan belas surah yang oleh Muir
disebut dengan surah-surah rapsodi (penggembira). Sebab surah-surah ini
dimasukkan dalam masa sebelum Nabi Muhammad menerima wahyu dan risalah.
Tidak ada satu pun dari 18 surah itu yang merupakan dari pesan Ilahi. Delapan belas
surah tersebut antara lain al-‘Aṣr, al-‘Ādiyāt, az-Zalzalah, ash-Shams, al-Quraish,
al-Baqarah, alQāriah, at-Tīn, at-Takāthur, al-Humazah, al-Infithār, al-Layl, al-Fīl,
al-Fajr, al-Balad, aḍ-Ḍuḥā, ash-Sharḥ, dan al-Kauthar.11 Kesemua surah ini termasuk
dalam kategori almufaṣṣal (surah-surah yang berada di akhir dalam urutan mushaf
Al-Qur’an). Disebut al-mufaṣṣal (terpisah) karena banyak sekali pemisah antar
surah-surah tersebut berupa basmalah.12
Pada periode kedua Muir memasukkan empat surah yang dinilainya sebagai
surah-surah pembuka risalah Nabi Muhammad saw. Empat surah tersebut adalah
surah al-‘Alaq, al-Ikhlaṣ, al-Muddaththir, dan al-Masad.13
Adapun periode ketiga dimulai pada permulaan kenabian Nabi Muhammad
hingga hijrah ke Habasyah (Abbesina, sekarang Ethiopia). Surah-surah yang masuk
dalam periode ini mengandung nilai kebangkitan, mendeskripsikan surga dan neraka
serta perintah untuk mengembangkan perlawanan terhadap Quraisy. Jumlahnya ada
19 surah yaitu antara lain surah al-A’lā, al-Qadr, al-Ghāshiyah, ‘Abasa, at-Takwīr,
al Inshiqāq, aṭ-Ṭāriq, an-Naṣr, al-Burūj, al-Muthaffifīn, an-Nabā’, al-Mursalāt, al-
Insān, al-Qiyāmah, al-Ma’ārij, al-Kāfirūn, al-Mā’ūn, ar-Rahmān, dan al-Wāqi’ah.14
Periode keempat berisi 22 surah. Periode ini berlangsung di tahun keenam
hingga kesepuluh dari kenabian (7 SH sampai 2 SH). Pada periode ini surah-surah
Al Quran mulai menceritakan kisah-kisah Yahudi, pendeta dan dongeng Arab.
Menurut
Muir salah satu surah di periode ini yaitu QS 53 kandungannya masih berkompromi
dengan kaum Musyrikin. Surah-surah periode keempat antara lain: surah al-Mulk,
anNajm, as-Sajdah, az-Zumar, al-Muzammil, an-Nāzi’at, al-Qamar, Sabā’ Luqmān,
10
Taufik Adnan Kamal, Rekonstruksi Sejarah Al-Qur’an, h. 118
11
William Muir, The Coran; Its Composition and Theacing…., 1878), h. 43
12
Muhammad Abdul Azhim al-Zarqani, Manāhil al-ʻIrfān, (Beirut: Dār al-Kitāb al-Arabi, 1995), jld. 1, h. 287
13
William Muir, The Coran; Its Composition and Theacing…., h. 43
14
William Muir, The Coran; Its Composition and Theacing…., h. 43
alHāqqah, al-Qalam Fuṣṣilat, Nūh, aṭ-Ṭūr, Qaf, al-Jāthiyyah, ad-Dukhān, aṣ-Ṣaffāt,
arRūm, asy-Syu’arā, al-Ḥijr, dan adz-Dzāriyāt.15
Untuk periodesasi kelima dimulai di tahun kelima kenabian hingga sebelum
hijrah ke kota Madinah (2 SH hingga 1 H). Periode ini juga disebut dengan periode
penghapusan larangan. Terhitung ada 30 surah yang masuk dalam periode ini, yaitu
antara lain: surah al-Aḥqāf, al-Jin, Fāṭir, Yāsin, Maryam, Kahfi, an-Naml, ash-
Shūrā,
Ghāfir, Ṣad, al-Furqān, Thāhā, az-Zukhrūf, Yūsuf, Hūd, Yūnus, Ibrāhim, al-An’ām,
atTaghābun, al-Qashash, al-Mu’minūn, al-Hajj, al-Anbiyā’, al-Isrā’, an-Naḥl, ar-
Ra’ad, al-‘Ankabūt, al-A’rāf, al-Falaq, an-Nās.
Dua surah terakhir masih diperselisihkan. Surah-surah pada periode ini
kontennya menarasikan tentang ajaran Islam. Sebut saja seperti diboikotnya kaum
Muslimin untuk melaksanakan ritual ibadah haji, perlawanan terhadap Quraisy,
pengadilan hari akhir dan surga-neraka hingga bukti kekuasaan dan keesaan Allah
Swt. Lambat laun surah yang turun semakin panjang dan berlembar-lembar. 16 Jika
dibandingkan dengan periodeperiode sebelumnya. Mengingat dalam periode kelima
ini terdapat surah golongan aṭ- Ṭiwāl (panjang) seperti QS al-A’rāf. Selebihnya
mayoritas didominasi oleh golongan surah al-mi’īn (100 an ayat) dan golongan
surah al-mathānī (di bawah 100 an ayat).17 Menariknya beberapa surah terakhir di
periode ini ditemukan sisipan ayat-ayat yang turun di Madinah karena masih
memiliki keterkaitan tema. Sebagai contoh QS al-Ḥajj [22]: 41, 33 dan QS al-Naḥl
[16]: 110.18
Teori kronologi Al-Qur’an yang diaransemen ulang oleh Muir ini tampak
perbedaan secara sigfinikan -terutama pada periode Makkiyah- dengan teori
kronologi para pendahulunya yang menawarkan empat periodesasi maupun teori
para sarjana Muslim klasik. Sehingga secara tidak langsung teori Muir
merekonstruksi teori para pendahulu dan mengkritisinya.19
Periode keenam disebut dengan periode Madinah. Mengingat semua turun
setelah hijrahnya Nabi Muhammad saw. Terhitung ada 21 surah yaitu surah al-
Bayyinah, alBaqarah, Ali ‘Imrān, al-Anfāl, Muḥammad, al-Jumu’ah, al-Māidah, al-
Ḥasyr, an-Nisā’, al-Mujādalah, aṭ-Ṭalāq, al-Munāfiqūn, an-Nūr, al-Aḥzāb, Al-
15
William Muir, The Coran; Its Composition and Theacing…., h. 43-44
16
William Muir, The Coran; Its Composition and Theacing…., h. 44
17
Muhammad Abdul Azhim al-Zarqani, Manāhil al-ʻIrfān, jld. 1, h. 287
18
William Muir, The Coran; Its Composition and Theacing…., h. 44
19
Taufik Adnan Amal, Rekonstruksi Sejarah Al-Qur’an, h. 120
Ḥadid, aṣ-Ṣaf, al-Fatḥ, alMumtahanah, at-Taḥrim, al-Ḥujurāt, at-Taubah.20
Sebagai seorang pemerhati Islam asal Skotlandia, William Muir
mengaransemen ulang kronologi Al-Qur’an dengan pendekatan historis. Ini bisa
dilihat dari gagasan yang ia tuangkan dalam bukunya Life of Mahomet, sebuah
biografi tentang Nabi Muhammad saw. Saat gagasan itu muncul dari penelitiannya
terhadap sejarah Nabi Muhammad saw., tentu pendekatan historis sangatlah kental
mewarnai teori kronologi yang ia aransemen ulang. Selain secara historis, Muir juga
melacak tema garis besar surah per surah untuk kemudian dikelompokkan serta
mengklasifikasikan surah-surah pendek (al-mufaṣṣal) ke dalam periode permulaan.
Sejatinya penentuan Muir dalam mengaransemen al-mufaṣṣal ke dalam periode
Makkiyah bukanlah tanpa dasar. Muir mengambil pendapat Abdullah bin Masud
-dinukil oleh aṭ-Ṭabrani- yang menyatakan bahwa surah-surah al-mufaṣṣal hanya
turun di Mekah. Sebab al-mufaṣṣal menjadi argumen para sahabat saat bertahan di
Mekah.21

20
William Muir, The Coran; Its Composition and Theacing…., h. 44-47
21
Abdurrahman bin Abu Bakar al-Suyuṭi, al-Itqān fī ʻUlūm Al-Qur’ān, vol. 1, h. 49

Anda mungkin juga menyukai