Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

“Tafsir Al-Munir”
Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Studi Kitab Tafsir Modern
Dosen Pengampu :
Bpk. Muhammad Taufiqurrohman, S.Ag, M.Ag.

Disusun oleh :
Kelompok 11
1. Tri Aminatuz Zuhriyah (2019080112)
2. Hindun Khoerun Nisa (2019080107)
3. Abas Rohman (2019080097)

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR (IQT)


FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS SAINS AL QUR’AN (UNSIQ)
TAHUN 2021

1
KATA PENGANTAR

‫بسم هللا الرحمن االرحيم‬


‫الحمد هلل رب العالمين وبه نستعين على امورالدنيا والدين‬
‫والصالة والسالم على اشراف النبياء المرسلين‬
‫وعلى اله وصحبه اجمعين‬
‫اما بعد‬
Segala puji bagi Allah yang telah mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk
dan agama yang benar, sebagai pembawa kabar berita dan juga peringatan bagi umat manusia
seluruh alam sedari zamannya hingga hari-hari kemudian. Dan tidaklah dapat dimungkiri
bahwa para ulama, cendekiawan dan para penulis di dunia menorehkan tinta untuk mengurai
Studi Kitab Tafsir Modern yang patut kita pelajari.
Dan pada mata kuliah “Studi Kitab Tafsir” kami dari kelompok 11 mendapat bagian
untuk mempresentasikan tentang “Tafsir Al-Munir”, Dalam penyelesaian penulisan makalah
ini banyak mengalami kesulitan, terutama disebabkan oleh kurangnya ilmu pengetahuan
penulis itu sendiri.Namun berkat bimbingan dari berbagai pihak, akhirnya makalah ini dapat
diselesaikan walaupun masih banyak kekurangannya.
Selanjutnya, Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak yang telah
membantu penyusunan makalah ini, dan kami memohon maaf yang sebesar-besarnya akan
kekurangan yang ada, menyadari ada banyak sekali kekurangan dari makalah yang disusun
ini. Maka dari itu kami memohon dengan sangat atas kritik dan saran untuk pengembangan
lebih baik kedepannya.

Wonosobo, 9 Juni 2021

2
DAFTAR ISI

BAB I..........................................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.......................................................................................................................................................4
1. Latar Belakang Masalah......................................................................................................................................4
2. Rumusan Masalah...............................................................................................................................................4
3. Tujuan Masalah...................................................................................................................................................4
BAB II.........................................................................................................................................................................5
PEMBAHASAN.........................................................................................................................................................5
A. Latar Belakang Mufassir.....................................................................................................................................5
1. Biografi Mufassir................................................................................................................................................5
2. Karya Karyanya...................................................................................................................................................6
B. Latar Belakang Penafsiran................................................................................................................................8
C. Metode Penafsiran...............................................................................................................................................8
D. Corak Penafsiran.................................................................................................................................................9
E. Sistematika dan Karakteristik..............................................................................................................................10
F. Keistimewahan dan Kelemahan Tafsir al Munir.................................................................................................10
BAB III........................................................................................................................................................................11
PENUTUP...................................................................................................................................................................11
KESIMPULAN...........................................................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................................................12

3
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah


Al-Qur’an bagaikan lautan yang keajaiban-keajaibannya tidak akan pernah
habis dan kecintaan kepadanya tidak pernah lapuk oleh zaman, dapatlah dipahami
jika terdapat ragam metode untuk menafsirkannya. Kitab-kitab tafsir yang ada
sekarang merupakan indikasi kuat yang memperlihatkan perhatian ulama selama ini
untuk menjelaskan ungkapan- ungkapan al-Qur’an dan menterjemahkan misi-
misinya.
Dalam menafsirkan ayat-ayat al-Qur’an, para ulama menggunakan metode
yang berbeda-beda. Ada yang menafsirkan al-Qur’an secara rinci kata perkata,
ayat per ayat, ada juga yang menafsirkan al-Qur’an secara garis besarnya saja
tanpa terperinci, dan ada juga yang menafsirkan al- Qur’an berdasarkan suatu
tema tertentu. Wahbah al-Zuhayli merupakan seorang tokoh ulama fiqh dan tafsir
abad ke-20 yang terkenal dari Syria. Namanya sebaris dengan tokoh-tokoh Tafsir dan
Fuqaha yang telah berjasa dalam dunia keilmuan Islam abad ke-20 seperti Tahir
Ashur yang mengarang tafsir al-Tahrir wa al-Tanwir, Said Hawwa dalam Asas fi al-
Tafsir, Sayyid Qutb dalam Fi Zilal al-Quran. Sementara dari segi fuqaha, namanya
sebaris dengan Muhammad Abu Zahrah, Mahmud Shaltut, Ali Muhammad   al-
Khafif, Abdul Ghani, Abdul Khaliq dan Muhammad Salam Madkur.
Sebagian besar tafsir kontemporer di warnai dengan berbagai latar belakang
keilmuan mufassir, Wahbah az-Zuhaili seorang ahli Fiqh yang berusaha menguraikan
ayat-ayat al-Qur’an, dengan sumber, metode, corak, dan karakteristik yang khas.

2. Rumusan Masalah
Dalam membahas Tafsir al-Munir, penulis menentukan beberapa rumusan tentang
permasalahan tersebut yaitu:
1. Siapa mufassir Tafsir al-Munir dan apa saja karya nya?
2. Bagaimana sejarah dan latar belakang penafsiran Tafsir al-Munir?
3. Bagaimana metode dan corak penafsiran Tafsir al-Munir?
4. Bagaimana contoh pemikiran dan isi kandungan penafsiran Tafsir al-Munir?

3. Tujuan masalah
1. Untuk mengetahui biografi dan karya-karya mufassir Tafsir al-Munir
2. Untuk mengetahui sejarah dan latar belakang penafsiran Tafsir al-Munir
3. Untuk mengetahui metode dan corak penafasiran Tafsir al-Munir
4. Untuk mengetahui contoh pemikiran dan isi kandungan penafsiran Tafsir al-Munir

4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Latar Belakang Mufassir

1. Biografi Mufassir
Wahbah az-Zuhayli lahir di Dair ‘Atiyah yang terletak dipelosok kota
Damaskus, Suriah, pada tahun 1351 H/1932 M. Nama Lengkapnya Wahbah
bin Mustafa az-Zuhayli. Ia putera syaikh Mustafa az-Zuhayli, seorang petani
sederhana nan alim, hafal al-Qur’an, rajin beribadah, dan gemar berpuasa.
Dibawah bimbingan ayahnya, Wahbah mengenyam dasar-dasar agama Islam 
salah satunya melalui pendidikan dasar di desanya, Pada tahun 1946, pada
tingkat menengah beliau masuk pada jurusan Syariah di Damsyiq selama 6
tahun hingga pada tahun 1952 mendapat ijazah menengahnya, yang dijadikan
modal awal dia masuk pada Fakultas Syariah dan Bahasa Arab di al-Azhar dan
Fakultas Syari’ah di Universitas ‘Ain  Syam dalam waktu  yang  bersamaan.1
yang  saat itu Wahbah memperoleh tiga Ijazah antara lain :
1.      Ijazah B.A dari fakultas Syariah Universitas al-Azhar pada tahun 1956
2.      Ijazah Takhasus Pendidikan dari Fakultas Bahasa Arab Universitas al-
Azhar pada tahun 1957
3.      Ijazah B.A dari Fakultas Syari’ah Universitas ‘Ain Syam pada tahun
1957.
Dalam masa lima tahun beliau mendapatkan tiga ijazah yang kemudian
diteruskan ke tingkat pasca sarjana di Universitas Kairo yang ditempuh selama
dua tahun dan memperoleh gelar M.A dengan tesis berjudul “al-Zira’i fi as-
Siyasah as-Syar’iyyah wa al-Fiqh al-Islami”, dan merasa belum puas dengan
pendidikannya beliau melanjutkan ke program doktoral yang diselesaikannya
pada tahun 1963 dengan judul disertasi “Atsar al-Harb fi al-Fiqh al-Isalmi” di
bawah bimbingan Dr. Muhammad Salam Madkur.
Gelar sarjana diraihnya pada tahun 1953 M di Fakultas Shari’ah
Universitas Damaskus. Tahun 1956 M. ia meraih gelar doktor dalam bidang
Shari’ah dari Universitas al-Azhar, Kairo2 Pada tahun 1963 M, ia diangkat
sebagai dosen di Fakultas Shari’ah Universitas Damaskus dan secara berturut-
turut menjadi Wakil Dekan, kemudian Dekan dan Ketua Jurusan Fiqh Islami

1  Wahbah Zuhaili, Al-Tafsīr al-Munīr fi al-‘Aqīdat wa al-Syarī’at wa al-Manhāj (Damaskus: Dar al-Fikr,


2005). Juz XV, 888.
2  Inpasonline, Mengenang Biografi dan Pemikiran Syaikh Wahbah Zuhaili, Http://.Com. new.

5
wa Madhahabih di Fakultas yang sama. Ia mengabdi selama lebih dari tujuh
tahun dan dikenal alim dalam bidang Fiqh, Tafsir dan Dirasah Islamiyyah.3
Adapun guru-gurunya adalah Muhammad Hashim al-Khatib al-Syafie,
(w. 1958M) seorang khatib di Masjid Umawi. Beliau belajar darinya fiqh al-
Syafie; mempelajari ilmu Fiqh dari Abdul Razaq al-Hamasi (w. 1969M); ilmu
Hadits dari Mahmud Yassin (w.1948M);  ilmu faraid dan wakaf dari Judat al-
Mardini (w. 1957M), Hassan al-Shati (w. 1962M), ilmu Tafsir dari Hassan
Habnakah al-Midani (w. 1978M); ilmu bahasa Arab dari Muhammad Shaleh
Farfur (w. 1986M); ilmu usul  fiqh dan Mustalah Hadits dari Muhammad Lutfi
al-Fayumi (w. 1990M); ilmu akidah dan kalam dari Mahmud al-Rankusi.
Selainitu selama di Mesir, beliau berguru pada Muhammad Abu Zuhrah, (w.
1395H), Mahmud Shaltut (w. 1963M) Abdul Rahman Taj, Isa Manun
(1376H), Ali Muhammad Khafif (w. 1978M), Jad al-Rabb Ramadhan
(w.1994M), Abdul Ghani Abdul Khaliq (w.1983M) dan Muhammad Hafiz
Ghanim. Di samping itu, beliau amat terkesan dengan buku-buku tulisan
Abdul Rahman Azam seperti al-Risalah al-Khalidah dan buku karangan Abu
Hassan al-Nadwi berjudul Ma dza Khasira al-‘alam bi Inkhitat al-Muslimin.

2. Karya Karyanya

Muhammad Ali Ayazi dalam bukunya, Al-Mufassirûn Hayâtuhum wa


Manahijuhum, mengatakan bahwa pembahasan kitab tafsir ini menggunakan
gabungan antara tafsîr bi al-Ma’tsûr dengan tafsîr bi ar-ra’yi, serta
menggunakan gaya bahasa dan ungkapan yang jelas, yakni gaya bahasa
kontemporer yang mudah dipahami bagi generasi sekarang ini. Oleh sebab itu,
beliau membagi ayat-ayat berdasarkan topik untuk memelihara bahasan dan
penjelasan di dalamnya. Sedangkan referensi-referensi yang digunakan
Wahbah az-Zuhaili dalam tafsir al-Munir adalah sebagai berikut :
1. Bidang Tafsir : Ahkam al-Qur’an karya Ibn al-‘Arabi, Ahkam al-
Qur’an karya al-Jashshas, Al-Kasyaf karya Imam Zamakhsyari, Al-
Manar karya Muhammad Abduh dan Rasyid Ridho, Al-Jami’ fi Ahkam al-
Qur’an karya Al-Qurtubi, Tafsir Ath-thabary karya Muhammad bin Jarir Abu
Ja’far ath-Thabari, At-Tafsir al-Kabir karya Imam Fakhruddin ar-
Razi, Majma’ al-Fatawa karya Ibn Taymiyah, Fath al-Qadir karya Imam
Asy-Sy aukani, Mahasin at-Ta’wil karya al-Qasimi, Mashahif karya
Sajistani, Raudlat an-Nadhir karya, Ta’wil Musykil al-Qur’an karya Ibn

3  Surya Ningsih.Wordpress. Http://com diakses 22 Desember 2009.

6
Qutaiba, Tafsir al-Alusi karya Syihab ad-Din Mahmud bin Abdillah, Tafsir Al-
Bahr al-Muhith karya Imam Abu Hayyan Muhammad bin Yusuf, Tafsir al-
Maraghi karya Mushthafa al-Maraghi, Tafsir Ayat al-Ahkam karya Syaikh
Muhammad  ‘Ali as-Sayis, Tafsir Ibn Kastir Ismail bin Umar bin
Katsir, Talkhis al-Fawaid karya Ibn al-Qash, Tafsir al-Kkhazin karya Abu
Hasan Ali bin Muhammad, Tafsir Baidhawi karya Al-Baidhawi
2.      Bidang Ulum al-qur’an : Asbab an-Nuzul karya al-Wahidi an-
Naisaburi, Al-Itqan karya Imam suyuti, Dalail al-I’jaz fi ‘ilm al-Ma’ani karya
Imam Abd Qadir al-Jurjani, Mabahist fi ‘Ulum al-qur’an karya Shubhi
Shalih, Lubab an-Nuqul fi Asbab an-Nuzul karya Imam Suyuthi, Asbab an-
Nuzul karya al-Wahidi, I’jaz al-Qur’an karya Imam al-Baqilani, I’jaz al-
qur’an karya Imam Rafi’I, Gharaib al-Qur’an wa Raghaib al-Furqon karya
Hasan al-Qammi an-Naisburi, Al-Burhan fi ‘Ulum al-Qur’an karya Imam
Zarkasyi, Tanasuq ad-durar fi Tanasub as-Suwar karya Imam Suyuthi
3.      Bidang Hadist : Al-Mustadrak karya Imam Hakim,  Ad-dalail an-
Nubuwwah karya Imam Baihaqi, Al-kabir karya ath-Thabrani, Shahih al-
Bukhari karya Muahammad bin Isma’il bin Ibrahim al-Bukhari, Sunan
Tirmidzi karyaMuhammad bin ‘Isa Abu ‘Isa at-Tirmidzi, Musnad Ahmad bin
Hambal, Nail al-Authar, Subul as-Salam, ‘Umdat al_Qari Sarh Al-
Bukhari karya al-‘Aini, Musnad Al-Fidaus karya Ad-Dailami, Sunan Ibn
Majah karya Abu Abdillah bin Muhammad bin Yazid al-Qazwaini, Shahih
Muslim karya Muslim bin Hajjaj Abu al-Husain, Sunan Abi Dawud karya
Sulaiman bin Asy’ast bin Syadad, Sunan Nasai karya Ahmad bin Syu’aib Abu
Abd  ar-Rahman an-Nasai.
4.      Bidang Ushul Fiqh dan Fiqh : Bidayat al-Mujtahid karya Ibn Rusyd al-
Hafidz, Al-Fiqh al-Islami wa Adilatuh karya Wahbah az-Zuhaili, Usul al-Fiqh
al-Islami karya Wahbah az-Zuhaili, Ar-Risalah karya Imam Syafi’I, Al-
Mushtafa karya Imam al-Ghazali, Mughn al-Muhtaj karya.
5.      Bidang Teologi : Al-Kafi karya Muhammad bin Ya’qub, Asy-Syafi
Syarh Ushul al-Kafi karya ‘Abdullah Mudhhaffar, Ihya ‘Ulum ad-Din karya
Imam al-Ghazali .
6.      Bidang Tarikh : Sirah Ibn Hisyam Abu Muhammad bin Malik bin
Hisyam, Muqaddimah karya Ibn Khaldun, Qashash al-Anbiya karya Abd al-
Wahhab an-Najjar, Tarikh al-Fiqh al-Islami karya Sayis.
7.      Bidang Luhgat : Mufradat ar-Raghib karya al-Ashfihani, Al-
Furuq karya al-Qirafi, Lisan al-‘Arab karya Ibn al-Mandhur .
8.      Bidang Umum : Majallah ar-Risalah, Majallah al-Muqtatif.4
4 Dalam melacak referensi yang digunakan Wahbah az-Zuhaili penulis melakukan penulusuran
perhalaman dari kitab tersebut, karena di bagian akhir kitabnya beliau tidak mencantumkan daftar

7
B. Sejarah dan Latar Belakang Penafsiran
Penulisan tafsir Munir dilatar belakangi oleh pengabdian Wahbah az-Zuhaili
pada ilmu pengetahuan, khususnya ilmu keislaman, dengan tujuan
menghubungkan orang muslim dengan al-Qur’an berdasarkan hubungan logis dan
erat.
Tafsir ini ditulis setelah beliau selama rentang waktu 16 tahun setelah selesai
menulis dua buku lainnya, yaitu Ushul Fiqh al-Islamy (2 jilid) dan al-Fiqh al-Islamy
wa Adillatuhu (8 Jilid). Sebelum memulai penafsiran terhadap surat pertama (al-
Fatihah), Wahbah az-Zuhaili terlebih dahulu menjelaskan wawasan yang
berhubungan dengan ilmu al-Qur’an. Dan disajikan dengan bahasa yang simple dan
mudah dicerna.
Tafsir al-Munir diterbitkan pertama kali oleh Dar al-Fikri Beirut-Libanon
dan Dar al-Fikri Damsyiq Suriya dalam 16 jilid pada tahun 1991 M/1411 H.5

C. Metode Penafsiran
Dengan mengamati beberapa metode yang terdapat dalam beberapa kitab
‘Ulum al-Qur’an  Secara metodis sebelum memasuki bahasan ayat, Wahbah az-
Zuhaili pada setiap awal surat selalu mendahulukan penjelasan tentang keutamaan dan
kandungan surat tersebut, dan sejumlah tema yang terkait dengannya secara garis
besar. Setiap tema yang diangkat dan dibahas mencakup aspek
bahasa, dengan menjelaskan beberapa istilah yang termaktub dalam sebuah ayat,
dengan menerangkan segi-segi balaghah dan gramatika bahasanya.6
Sehingga dengan demikian maka metode penafsiran yang dipakai
adalah metode tahlili  dan semi tematik, karena beliau menafsirkan al-Qur’an dari
suratal-Fatihah sampai dengan surat an-Nas dan memberi tema pada setiap kajian
ayat yang sesuai dengan kandungannya, seperti dalam menafsirkan surat al-
Baqarah ayat satu sampai  lima, beliau memberi tema sifat-sifat orang mukmin dan
balasan bagi orang-orang yang bertaqwa. 7 Dan seterusnya sampai surat an-Nas selalu
memberi tema bahasan di setiap kelompok ayat yang saling berhubungan.

D. Corak Penafsiran
Ada tujuh corak penafsiran seperti pendapat yang dikemukakan oleh Abd al-
Hayy al-Farmawi dalam bukunya muqaddimah fi al-tafsir al-maudhu’i di antaranya
adalah: al-tafsir bi al-ma’tsur, al-tafsir bi al-ra’yi, altafsir al-shufi, al-tafsir fiqh, al-
tafsir falsafi, tafsir al-‘ilm, dan tafsir adabi ‘ijtima’i8, maka  corak tafsir al-Munir,

pustaka, sehingga mungkin karena kelemahan saya ada beberapa refensi yang tidak terdeteksi, untuk
lebih akuratnya lihat catatan kaki Wahbah Az-Zuhaili, Tafsîr Al-Munîr Fi Al-‘Aqîdah wa Asy-
Syarî’ah wa al-Manhaj,  j. I-j. XVI.
5  Wahbah Zuhaili, Al-Tafsīr al-Munīr fi al-‘Aqīdat wa al-Syarī’at wa al-Manhāj (Damaskus: Dar al-Fikr,
2005). Juz 1,897
6 Sayyid Muhammad Ali Ayazi, Al-Mufassirun Hayatuhum wa Manahijuhum, (Teheran: Wizanah al-
Tsiqafah wa al-Insyaq al-Islam, th. 1993), cet. I., h. 685.
7 Wahbah Zuhaili, Al-Tafsīr al-Munīr fi al-‘Aqīdat wa al-Syarī’at wa al-Manhāj (Damaskus: Dar al-Fikr,
2005). Juz 1, hal 86
8 Abd al-Hayy al-Farmawi, Mqaddimah fi al-Tafsir al-Maudhu’i, (tt, 1409H/1988M), cet.III, h. 327.

8
dengan melihat kriteria-kriteria yang ada penulis dapat simpulkan bahwa tafsir
tersebut bercorak ‘addabi ‘ijtima’i dan fiqhi, karena memang  Wahbah az-Zuhaili
mempunyai basik keilmuan Fiqh namun dalam tafsirnya beliau menyajikan dengan
gaya bahasa dan redaksi yang sangat teliti, penafsirannya juga disesuaikan dengan
situasi yang berkembang dan dibutuhkan dalam di tengah-tengah masyarakat.
Sedikit sekali dia menggunakan tafsir bi al-‘ilmi, karena memang sudah
disebutkan dalam tujuan penulisan tafsirnya bahwa dia akan meng-counter beberapa
penyimpangan tafsir kontemporer.9

D. Sistematika dan Karakteristik


Secara sistematika sebelum memasuki bahasan ayat, Wahbah az-Zuhaili pada
setiap awal surat selalu mendahulukan penjelasan tentang keutamaan dan kandungan
surat tersebut, dan sejumlah tema yang terkait dengannya secara garis besar. Setiap
tema yang diangkat dan dibahas mencakup tiga aspek, yaitu: Pertama, aspek bahasa,
yaitu menjelaskan beberapa istilah yang termaktub dalam sebuah ayat, dengan
menerangkan segi-segi balaghah dan gramatika bahasanya.
Kedua, tafsir dan bayan, yaitu deskripsi yang komprehensif terhadap ayat-
ayat, sehingga mendapatkan kejelasan tentang makna-makna yang terkandung di
dalamnya dan keshahihan hadith-hadith yang terkait dengannya. Dalam kolom ini,
beliau mempersingkat penjelasannya jika dalam ayat tersebut tidak terdapat masalah,
seperti terlihat dalam penafsirannya terhadap surat al-Baqarah ayat 97-98. Namun,
jika ada permasalahan diulasnya secara rinci, seperti permasalahannasakh dalam ayat
106 dari surat al-Baqarah.10
Ketiga, fiqh al-hayat wa al-ahkam, yaitu perincian tentang beberapa
kesimpulan yang bisa diambil dari beberapa ayat yang berhubungan dengan realitas
kehidupan manusia. Dan ketika terdapat masalah-masalah baru dia berusaha untuk
menguraikannya  sesuai dengan hasil ijtihadnya.
Az-Zuhaili sendiri menilai bahwa tafsirnya adalah model tafsir al-Qur’an yang
didasarkan pada al-Qur’an sendiri dan hadis-hadis shahih, mengungkapkan asbab an-
nuzul dan takhrij al-hadis, menghindari cerita-cerita Isra’iliyat, riwayat yang buruk,
dan polemik, serta bersikap moderat.11
Dengan melihat fakta data-data di atas, maka Wahbah Zuhaili memenuhi
sebagian besar kriteria yang diajukan oleh Khalid Abd ar-Rahman bagi  seorang
mufassir, diantara kriterianya adalah sebagai berikut:
a)    Muthabaqat tafsir dan mufassir, dengan tidak mengurangi penjelasan makna yang
diperlukan , tidak ada tambahan yang tidak sesuai dengan tujuan dan makam serta
menjaga dari penimpangan makna dan yang dikehendaki al-Qur’an;
b)   Menjaga makna haqiqi dan makna majazi, yang dimaksud makna haqiqi tapi di
bawa kedalam makna majazi atau sebaliknya;
c)    Muraat ta’lif  antara makna dan tujuan yang sesuai dengan pembicaraan dan
kedekatan antar kata;
d)   Menjaga tanasub antar ayat;
e)    Memperhatikan asbab an-nuzul;

9 Abd Qadir Shalih, At-Tafsir wa al-Mufassirun fi ‘Ashr al-Hadis,(Beirut : Dar al-Fikr, 2003), cet. I,
h. 325.
10 Wahbah Zuhaili, Al-Tafsīr al-Munīr fi al-‘Aqīdat wa al-Syarī’at wa al-Manhāj (Damaskus: Dar al-Fikr,
2005). h, 257-267.
11 Wahbah Zuhaili, Al-Tafsīr al-Munīr fi al-‘Aqīdat wa al-Syarī’at wa al-Manhāj (Damaskus: Dar al-Fikr,
2005).h, 56.

9
f)     Memulai dengan bahasa, sharf  dan isytiqaq (derivasi) yang berhubungan
dengan lafadz disertai dengan pembahasan dengan tarakib;
g)   Menghindari idd’a pengulangan al-Qur’an.12

E. Keistimewaan dan Kelemahan Tafsir al-Munir


Setiap kitab tafsir sudah pasti memiliki ciri dan keistimewaan tersendiri yang
membedakan dengan kitab-kitab tafsir lainnya. Demikian halnya dengan Tafsir al-
Munir  yang juga memiliki ciri khas dan beberapa keistimewaan. Seperti:
a.    bidang penafsiran atau ilmu-ilmu yang berkaitan dengan al-Qur’an seperti,
Ilmu Nuzūl al-Qur’ān, ilmu Munāsabah al-Qur’ān, ilmu Balāghah, Nahwu, I’rāb,
Qirā’āt, dan Qisah dalam al-Qur’an serta penjelasan hukum-hukum fiqh yang
terkandung di dalamnya. Yang semuanya tercakup dan terhimpun dalam satu kitab
tafsir yakni dalam Tafsir al-Munir.
Hal ini tentunya berbeda dengan penafsiran kitab-kitab tafsir yang lain yang
hanya mengkaji dan menonjolkan disatu ilmu saja atau di bidang tertertu tanpa
menyertakan ilmu-ilmu lainnya. Seperti Tafsīr al-Kasysyāf oleh al-Zamakhsari, tafsir
yang spesifik pada ilmu kebahasaan yakni ilmu Balāgahah. Demikian halnya
pada Tafsīr Aẖkām al-Qur’ān oleh al-Jassās, penafsiran yang kajiannya menonjolkan
pada ilmu fiqh atau hukum.
b. Termasuk dalam kategori karya ilmiah yang memiliki ratusan referensi yang
sudah masyhur dan merujuk pada sumber-sumber yang asli. Selain itu juga, dalam
pejelasannya dengan bahasa yang sederhana namun diuraikan secara ilmiyah yakni
megompromikan dengan pengetahuan ketika menjawab terhadap problematika
kekinian. Sehingga keberadaan al-Qur’an benar-benar dirasakan kemukjizatannya
dengan tidak terkalahkan pada dunia modren dan teknologi saint.13
Untuk kelemahan, sulit bagi penulis untuk mencar kelemahan tafsir ini.
Karena tafsir ini adalah kumpulan dari buku-buku tafsir klasik dan kontemporer.
Seolah-olah pengarang menutup kekurangan yang ada dalam suatu tafsir dengan tafsir
yang lain, sehingga penafsirannya menjadi sempurna. Namun, satu hal yang mungkin
perlu disadari bahwa dengan menggabungkan tafsir-tafsir yang ada, seolah-olah
penulis tidak mengungkapkan suatu tafsiran baru yang sesuai dengan kehidupan
modern sekarang, dan ini adalah suatu kelemahan. Yang dilakukan oleh Wahbah az-
Zuhaily hanya mengutip dan melakukan sistematika pembahasan yang lebih rapi dari
tafsir-tafsir yang lain.

12 Khalid Abd Rahman al-Ak, Usul At-Tafsir Wa Qawa’iduh (Dimasyq: dar an-nafais, 1986), Cet
II,  h.81-82.
13 Lisa Rahayu, “Makna Qaulan dalam al-Qur’an; Tinjauan Tafsir Tematik Menurut Wahbah al-
Zuhailī” (Skripsi Sarjana, Fakutas Ushuluddin Univesitas UIN SUSKSA Riau, Pekanbaru, 2010), h. 33.

10
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN

Dari pembahasan di atas, ada beberapa hal yang menjadi kesimpulan, Pertama,


nama tafsir ini adalah at-Tafsir al-Munir: fi al-`Aqidah wa asy-Syari`ah wa al-Manhaj. Kitab
ini dikarang oleh ulama kontemporer benama Prof. Dr. Wahbah bin Musthafa az-Zuhaily,
seorang ulama berasal dari Syria, dan pernah “nyantri” di Al-Azhar University.
            Kedua, metode tafsir mencolok yang digunakan oleh Wahbah adalah metode tafsir
analitik/tahlili, dengan corak penggabungan antara tafsir bi al-ma’tsur dengan tafsir bi ar-
ra`y.
            Ketiga, walau tafsir ini memiliki kelemahan, yakni seolah hanya mengutip dan jarang
sekali memberikan tafsiran baru yang sesuai dengan konteks kehidupan modern, namun
kelebihannya sangat dominan, dan berbekas di hati para pembacanya. Dengan kelebihannya
ini, seolah kelemahan dan kekurangannya tidak terlihat.

11
Daftar Pustaka

Abbas08, Tafsir Munir Wahbah Az-Zuhayli, Https://.wordpress.com. 22, 11, 2008.


Abd Rahman al-Ak Khalid, Usul At-Tafsir Wa Qawa’iduh, Dimasyq: dar an-nafais, 1986.
Al-Hayy Abd al-Farmawi, Mqaddimah fi al-Tafsir al-Maudhu’i, tt, 1409H/1988M.
Ali Ayazi Muhammad, Al-Mufasirūn Hayātuhum wa Manāhijuhum, Teheran:Wizanah al-
Tsaqafah wa al-Insyaq al-Islam, 1993.
Ash-Shabuni Ali Muhammad ‘, at-Tibyan fi ‘Ulum al-Qur’an, Dimasyq : Maktbah al-
Ghazali, 1401 H/1981M.
Husain Muhammad adz-Dzahabi, At-Tafsir wa al-Mufassirun, Kairo: Maktabah Wahbah,
2000 M.
Rahayu Lisa, “Makna Qaulan dalam al-Qur’an; Tinjauan Tafsir Tematik Menurut Wahbah
al-Zuhailī”, Skripsi Sarjana, Fakutas Ushuluddin Univesitas UIN SUSKSA Riau,
Pekanbaru, 2010.
Surya Ningsih.Wordpress. Http://com diakses 22 Desember 2009.
Qadir Shalih Abd, At-Tafsir wa al-Mufassirun fi ‘Ashr al-Hadis, Beirut : Dar al-Fikr, 2003.
Zuhaili Wahbah, Al-Tafsīr al-Munīr fi al-‘Aqīdat wa al-Syarī’at wa al-Manhāj, Damaskus:
Dar al-Fikr, 2005.

12

Anda mungkin juga menyukai