Anda di halaman 1dari 9

METODOLOGI PENILITIAN MOTNGOMERY WATT DAN

PEMIKIRANNYA

Al Ustadz Drs Nuruddin Umar M.M.

Pemateri : Achmad Wildan Sayyidul Bachr


AFI
Unida Kampus 4 Kediri
SMT 5
DAFTAR ISI

Daftar Isi …………………………………………………………. 2

A. Pendahuluan ……………………………………………………… 3
B. Profil Motngomery Wat ………………………………………….. 3
C. Karir Montgomery dan Karya karyanya …………………………. 4
D. Montgomery Watt dan Sejarah Studi Al Quran …………………. 5
E. Pandangan W. Montgomery Watt atas Ayat al-Qur’an: Antara

Argumentasi Sejarah dan Tafsir ………………………………… 6

F. Kesimpulan ………………………………………………………. 7
G. Daftar Pustaka …………………………………………………… 8

2
A. Pendahuluan
Problem ke-ummi-an Nabi Muhammad telah menjadi berbincangan para pengkaji al-
Qur’an sejak berabad-abad yang lalu. Ketertarikan terhadap tema ini disebabkan oleh
keterkaitannya secara langsung terhadap sejarah penulisan al-Qur’an. Dalam kajian al-
Qur’an klasik, sejarah penulisan al-Qur’an merupakan tema khusus yang mandiri, yang
dianggap memiliki urgensi penting dalam kajian ulu>m al-Qur’an. Ia menentukan otentisitas
al-Qur’an dalam segi asal-muasalnya. Oleh sebab itu, banyak kalangan menjadikan tema ini
sebagai pintu masuk dalam upayanya meragukan, bahkan menolak terhadap otentisitas al-
Qur’an.2 Salah satu tokoh yang dikenal memberikan penjelasan mengenai sejarah al-Qur’an
adalah W. Montgomery Watt. Watt dikenal sebagai Islamolog dibandingkan sebagai
orientalis. Penyebutannya sebagai Islamog lebih dipengaruhi oleh sikap objektifnya dalam
menjelaskan sejarah pemikiran Islam dibandingkan para pengakaji Islam lainnya yang lebih
memandang Islam secara negatif.3 Ma>lik bin Nabi> mengklaim bahwa orientalis memiliki
kecenderungan negatif dalam mengkaji ilmu-ilmu ke-Islaman, khususnya yang berhubungan
dengan al-Qur’an dan Hadis.4 Munawir Haris juga mengatakan bahwa Watt terkenal sebagai
sarjana dalam bidang sejarah Islam yang mampu, secara komprehensif, mengurai sejarah
Islam dalam berbagai karyanya.5 Watt juga ditempatkan sebagai orientalis terakhir yang
memiliki kontribusi utama dalam studi sejarah Islam di Barat.1

B. Profil W. Montgomery Watt


Watt dilahirkan di ceres, Fife, Skotlandia. Pada tanggal 14 Maret 1909 M. Beliau merupakan
salah seorang pakar studi-studi keislaman dari Britania Raya. Salah seorang dari orientalis dan
sejarawan utama tentang Islam di dunia Barat, seorang penafsir non-muslim terkemuka islam di
Barat, sarjanawan handal dalam bidang studi Islam. Montgomery Watt meninggal di Edinburgh pada
tanggal 24 Oktober 2006, pada usia 97 tahun. 2

William Montgomery Watt adalah seorang orientalis asal Skotlandia. Ia pernah mendapat
gelar “ Emiritus Professor ”1, gelar penghormatan tertinggi bagi ilmuan yang diberikan oleh
Edinburgh University. Gelar ini diberikan kepada Watt atas keahliannya dalam bidang Islamic Studies.
Sebelum beralih ke Islamic Studies, beliau adalah seorang dosen filsafat di Universitas Edinburgh.
1
Jurnal Studi Ilmu-Ilmu al-Qur’an dan Hadis – ISSN: 1411-6855 (p); 2548-4737 (e)
Vol. 21, No. 1 (Januari 2020), hlm. 89-110, doi: 10.14421/qh.2020.2101-05
Article History:
Submitted: 20-11-2019 Revised: 19-01-2020 Accepted: 20-01-2020
2

Jurnal Kajian Al-Qur’an dan Hadis Volume 1 Nomor 1 Edisi Januari-Juni 2020
Fakultas Syariah dan Ilmu Hukum IAIN Padangsidimpuan

3
Karena keahlian Watt dalam bidang islam, beliau disebut juga sebagai Islamisist ( Ahli tentang Islam).

Aktivitas beliau sebagai peneliti terkenal, meghantarkan Watt menjadi sosok yang banyak
menerbitkan karya-karyanya. Diantaranya adalah: Fre Will and Predestination in Early Islam ( tesis,
1947) : What is Islam;Muhammad at Mecca, Muhammad at Medina:Islam and Integration Of
Society :Islamis Spain;The Influence Of Islam On Medievel Europa. The formative period of islamic
thought;Islamic Revelation In The Modern World, Islamic FondamentalismeIslam And Cristian
Todaydan lain-lain. disamping sebagai penekun islam, Watt juga melengkapi pengkajiannya tentang
kristen, hindu, budha lain-lainkajiannya meliputi berbagai aspek, baik aspek ajaran maupun aspek
sosio-religius. 3

Watt tertarik dengan islam berawal dari pertemunnya dengan mahasiswa Lahore pada
musim gugur dikediamannya sekitar enam sampai delapan bulan. Mahasiwa tersebut penganut
Ahmadiyah Qadian,2 yang sangat argumentatif. Alasan inilah yang membuat Watt tertarik dengan
islam. Melalui dialog yang dilakukan dengan mahasiswa Lahore, Watt sadar bahwa dirinya tidak
hanya berhadapan secara personal tetapi juga dengan seluruh sistem pemikiran klasik

C. Karir W. Montgomery Watt dan beberapa karyanya

W.Montgomery Watt adalah seorang professor Studi-studi Arab dan Islam pada Universitas
Edinburgh antara tahun 1964-1979. Ia juga merupakan visiting professorpada Universitas Toronto,
College de France, Paris, dan UniversitasGeorgetown; serta menerima gelar kehormatan Doctor of
divinity dari universitas Aberdeen. Dalam hal kerohanian, Montgomery Watt adalah pendeta
(reverend)pada gereja Episkopal Skotlandia, dan pernah menjadi spesialis bahasa bagi
Uskup Yerussalem antara tahun 1943-1946. Ia menjadi anggota gerakan ekumenisme
“ Iona Community” di Skotlandia pada tahu 1960. Beberapa media massa agama
Islam pernah menjulukinya sebagai “ Orientalis Terakhir” Buku awalnya tentang Islam
berkonsentrasi pada karir Nabi Muhammad, Muhammad at Mecca, yang terbit pada tahun 1953.
Dan Muhammad at Medina pada tahun 1956, dan diantara karya-karya Watt yang mashur adalah :
Islamic Revalation
in the Modern World yang ditebitkan oleh Edinburgh University tahun 1969. Watt

3
Jurnal Kajian Al-Qur’an dan Hadis Volume 1 Nomor 1 Edisi Januari-Juni 2020
Fakultas Syariah dan Ilmu Hukum IAIN Padangsidimpuan

4
juga sempat melakukan pengkajian perbandingan terhadap kedua agama Islam dan
Kristen dalam bukunya Muslim-Cristian Encounters: Persepsi dan mispersepsi yang
terbit pada tahun 1991. Watt juga banyak menerjemahkan kitab-kitab islam, seperti
karya-karya imam al- Ghazali4

D. W. Montgomery Watt dan Sejarah Studi al-Qur’an

Watt adalah satu dari sekian banyak orientalis yang fokus mengkaji al-Qur’an. Ia juga
dikenal sebagai peneliti sejarah Islam dengan koleksi data-data manuskrip yang ditulis oleh
tokoh-tokoh Islam awal. Meskipun demikian, data-data yang dimiliki Watt tidak pernah
dijadikan objek kritikannya sebagaimana kalangan orientalis lain. Sikap semacam ini keluar
dari kebiasaan sarjana-sarjana Barat, yang menganggap adanya masalah atas sumber-sumber
Islam awal, misalnya yang dilakukan oleh Abraham Geiger. Geiger, tercatat sebagai
orientalis pertama yang mengkaji al-Qur’an dan mengkritisnya melalui karyanya yang
berjudul Was hat Mohammed aus dem Judenthume aufgenommen?. Setelah Geiger, beberapa
orientalis lain muncul diantaranya Theodore Noldeke, John Wansbrough, Schwally,
Bergstrasser, Pretzl, Gunter Luling, Yehuda Nevo, Christuph, A. Sprenger, William Muir,
Leone Caetani, David S. Margoliouth, Athur Jeffrey, Richard Bell, W. Montgomery Watt,
dan lain sebagainya.Dalam konteks ini, kajian orientalis, terutama tentang sejarah al-Qur’an,
menggunakan metodologi kritik sejarah (historical-critism), yang semula digunakan untuk
studi kritis kitab Bibel. John Barton menjelaskan tiga pertanyaan utama yang selalu diajukan
pada kritik-sejarah tersebut, yakni mempertanyakan tentang asal usul teks,
mempertanyakan makna asli teks, ketiga merekonstruksi sejarah teks. Studi kiris ini
kemudian digunakan untuk mengkaji sejarah al-Qur’an.5

Dari sudut pandang sarjana Islam, sejarah penulisan al-Qur’an pada era Nabi Muhammad
dilakukan oleh sahabat yang mendapat perintah langsung dari Nabi, seperti Abu> Bakr al-Siddi>q,
Umar bin al-Kat}t}a>b, Uthma>n bin Affa>n, Ali> bin Abi> T{a>lib, Mu’awiyah bin Abu> Sufya>n, Aban
bin Sa’i>d, Khali>d bin Wa>lid, Ubay bin Ka’ab, Zayd bin Tha>bit, Tha>bit bin Qays dan beberapa
4

Jurnal Kajian Al-Qur’an dan Hadis Volume 1 Nomor 1 Edisi Januari-Juni 2020
Fakultas Syariah dan Ilmu Hukum IAIN Padangsidimpuan
5

Jurnal Studi Ilmu-Ilmu al-Qur’an dan Hadis – ISSN: 1411-6855 (p); 2548-4737 (e)
Vol. 21, No. 1 (Januari 2020), hlm. 89-110, doi: 10.14421/qh.2020.2101-05
Article History:
Submitted: 20-11-2019 Revised: 19-01-2020 Accepted: 20-01-2020

5
sahabat lain. Al-Qur’an dicatat oleh para sahabat setelah Nabi memperoleh Wahyu. Nabi
memberikan petunjuk mengenai penempatan ayat tersebut dalam surat tertentu dan setelah ayat
tertentu. Penulisannyapun menggunakan media yang tersedia pada saat itu seperti, pelepah kurma,
kepingan batu, potongan kayu, sobekan kain, keratan tulang, dan kulit binatang yang telah disamak.
Selain itu, terdapat banyak riwayat yang menunjukkan bahwa pengumpulan al-Qur’an pada masa
Nabi dilakukan dengan jam’
al-Qur’an fi> al-s}udu>r (pengumpulan al-Qur’an melalui hafalan). Proses pengumpulan, baik berupa
hafalan maupun tulisan telah selesai sebelum Nabi wafat, bahkan dalam beberapa riwayat, Nabi
pernah mengkoreksi tulisan dan hafalan sahabat secara utuh yang dilakukan sendiri oleh Nabi 6

Berbagai penjelasan sarjana Muslim mengenai penulisan al-Qur’an, menunjukkan


bahwa penulisan tersebut tidak dilakukan secara langsung oleh Nabi. Nabi memerintahkan
Sahabat untuk menuliskan ayat demi ayat yang turun kepadanya. Argumen ini justru
menguatkan pandangan bahwa Nabi adalah seorang yang ummi, yang tidak dapat membaca
dan menulis. Tidak diungkapkan ayat-ayat al-Qur’an yang menjelaskan mengenai dinamika
penulisan wahyu saat itu. Hal ini berbeda dengan apa yang dilakukan oleh Watt yang lebih
memilih untuk menganggap Nabi dapat membaca dan menulis dengan mengaitkan pada
beberapa ayat al-Qur’an. Ia bahkan mengutip lebih dari dua puluh lima ayat al-Qur’an untuk
menguatkan argumentasinya. Ayat-ayat tersebut adalah Q.S. Yunus (10): 38; Q.S. Hud (11):7

E. Pandangan W. Montgomery Watt atas Ayat al-Qur’an: Antara Argumentasi


Sejarah
dan Tafsir

Sebagaimana penjelasan sebelumnya, Montgomery Watt berkesimpulan bahwa Nabi


Muhammad memiliki kemampuan dalam membaca dan menulis. Hal ini bertolak belakang
dengan pendapat mayoritas Ulama Islam klasik. Untuk mencapai kesimpulan tersebut, Watt
menyusun argumentasinya dengan merujuk pada sekian banyak ayat al-Qur’an yang
menurutnya menjelaskan mengenai kemampuan Nabi Muhammad dalam membaca dan
menulis. Tidak hanya berdasarkan kutipan ayat-ayat al-Qur’an, Watt menguatkan

6
Jurnal Studi Ilmu-Ilmu al-Qur’an dan Hadis – ISSN: 1411-6855 (p); 2548-4737 (e)
Vol. 21, No. 1 (Januari 2020), hlm. 89-110, doi: 10.14421/qh.2020.2101-05
Article History:
Submitted: 20-11-2019 Revised: 19-01-2020 Accepted: 20-01-2020

7
Jurnal Studi Ilmu-Ilmu al-Qur’an dan Hadis – ISSN: 1411-6855 (p); 2548-4737 (e)
Vol. 21, No. 1 (Januari 2020), hlm. 89-110, doi: 10.14421/qh.2020.2101-05
Article History:
Submitted: 20-11-2019 Revised: 19-01-2020 Accepted: 20-01-2020

6
pendapatnya dengan menyertakan bukti-bukti empiris yang menunjukkan bahwa masyarakat
Arab pada era pemwahyuan telah mengenal tradisi tulisan. Untuk memberikan sanggahan
pada kesimpulan yang dihasilkan Watt, penelitian ini mencoba menganalisa ayat-ayat yang
digunakannya dengan menggunakan metode tematik Fazlur Rahman. Menurut Rahman,
meskipun metode tematik telah banyak dikenal oleh para mufassir klasik, akan tetapi
penerapan metode ini masih jarang dilakukan, sehingga pemahaman atas al-Qur’an masih
memiliki kecenderungan atomistik dan parsial. Rahman juga mengklaim bahwa dengan
metode tematik, penafsir akan lebih dapat melihat al-Qur’an dari berbagai aspek sesuai
dengan prior text yang dimiliki. Rahman mengunggapkan bahwa metode tematiknya
mengunakan sistesis logis dengan menekankan struktur logis daripada kronologis.44 Ayat
pertama yang dikutip Watt adalah Q.S. Yunus (10): 38; Q.S. Hud (11): 13-16; dan Q.S. al-
Qas}as} (28): 49. Tiga ayat ini dikutip oleh Watt sebagai argumentasi historis bagi umat
Islam untuk mengunggulkan kemukjizatan al-Qur’an dihadapan orang-orang kafir. Ayat-ayat
ini, menurut Watt juga menjadi dasar bagi ummat Islam untuk menyebut Nabi Muhammad
sebagai seorang yang ummi. Dalam konteks ini, al-T}abari> menjelaskan bahwa kata bi
mitslihi dalam Q.S. Yunus: mengandung pemahaman bahwa yang menjadi tantangan adalah
mendatangkan ayat al-Qur’an, bukan syair atau semacamnya. Lebih jauh, al-T{abari>
menafsirkan bahwa ayat ini sebagai bukti bahwa manusia tidak dapat mendatangkan ayat al-
Qur’an. Demikian juga dengan Q.S. Hud (11): 13-16, yang menegaskan bahwa Nabi seperti
orang-orang Arab lainnya yang tidak mampu membuat al-
Qur’an sendiri. Sementara M. Quraish Shihab menafsirkan Q.S. al-Qashash (28): sebagai
konsekuensi atas fungsi al-Qur’an sebagai hudan (petunjuk) yang tidak tertandingi. Atas
dasar ini, tidak ada korelasi yang mengindikasikan bahwa tantangan dalam ayat-ayat tersebut
mengandung makna bahwa Nabi Muhammad bisa membaca dan menulis. Justru antangan
tersebut semakin menguatkan bahwa Nabi Muhammad adalah ummi, sehingga al-
Qur’an tidak diproduksi oleh Nabi melainkan hasil wahyu Allah kepadanya.

Kesimpulan

Dari berbagai pemaparan pada bagian-bagian sebelumnya memperlihatkan


karakteristik (kekhasan) pemaparan Watt tentang dinamika penulisan al-Qur’an pada era
Nabi Muhammad, ada tiga diskursus yang menjadi kekhasannya, yakni pertama tradisi baca-
tulis yang diyakininya telah lama akrab dilingkungan masyarakat Arab, termasuk oleh Nabi

7
Muhammad. Kedua pemahaman term-term seperti qirtas, suhuf, suhuf dan kitab juga
digunakan untuk membuktian keakraban tradisi baca tulis di kalangan masyarakat Arab.
Dan ketiga beberapa peristiwa, baik dalam kehidupan Nabi maupun yang digambarkan oleh
al-Qur’an, juga menjadi dasar pembuktiannya atas tradisi baca-tulis ini. Ketiga hal tersebut
oleh Watt dijadikan untuk membuktikan bahwa Nabi Muhammad sangat mungkin membaca
dan menulis al-Qur’an pada era pewahyuan (Nabi). Akan tetapi, berbagai argumentasi yang
dibangun oleh Watt di atas terkesan memaksa keinginannya, sehingga mayoritas ayat-ayat
yang dikutipnya terkesan saling tumpang tindih. Meskipun banyak kalangan mengidentifikasi
Watt sebagai Islamolog yang objektif dalam memandang Islam, tidak berarti apa yang
ditulisnya tentang Islam sepenuhnya benar.
Terdapat beberapa perbedaan yang signifikan antara pandangan Watt dengan
pandangan beberapa Ulama Islam, baik klasik maupun modern. Penyebutan beberapa ayat
untuk mendukung argumentasinya, dapat diklasifikasikan menjadi dua bagian utama, sebagai
argumentasi sejarah dan penafsiran. Argumen-argumen yang diajukan Watt banyak yang
terkesan mengeneralisir konteks Arab kepada Nabi secara pribadi. Pengenalan tradisi tulis
masyarakat Arab dijadikan indikator utama untuk menentukan bahwa Nabi juga bisa menulis.
Hal ini justru bertentangan dengan mayoritas pendapat ulama-ulama tafsir atas
interpretasi ayat tersebut. Meskipun demikian, pandangan Watt tersebut dapat dikatakan
seabagai bagai dari upaya Watt melakukan penafsiran ulang terhadap ayat-ayat tersebut,
sehingga penafsirannya justru menguatkan pemaknaan ja>hiliyah sebagai kondisi masyarakat
Arab yang tidak mengetahui syariat yang dibawa oleh Nabi Muhammad. Meskipun demikian,
langkah yang dilakukan Watt dalam reinterpretasi sejarah penulisan al-Qur’an layak
diberikan apresiasi. Watt menempuh jalur lain, dari pada menapaki jalur yang telah dirintis
oleh pendahulunya dalam mengkaji al-Qur’an. Untuk itu, diperlukan kajian yang lebih
mendalam lagi mengenai jalur-jalur lain yang mungkin diambil oleh orientalis maupun
Islamolog lain dalam mengkaji Islam dan al-Qur’an.

DAFTAR PUSTAKA
8
___________Jurnal Studi Ilmu-Ilmu al-Qur’an dan Hadis – ISSN: 1411-6855 (p); 2548-4737 (e)
Vol. 21, No. 1 (Januari 2020), hlm. 89-110, doi: 10.14421/qh.2020.2101-05
Article History: Submitted: 20-11-2019 Revised: 19-01-2020 Accepted: 20-01-2020

___________Jurnal Kajian Al-Qur’an dan Hadis Volume 1 Nomor 1 Edisi Januari-Juni 2020
Fakultas Syariah dan Ilmu Hukum IAIN Padangsidimpuan

Anda mungkin juga menyukai