Makalah
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Studi Hadis
Prodi Pascasarjana Konsentrasi Pendidikan Agama Islam
Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar
Oleh:
Kelompok 1
Rizqa Bahriah 80200223020
Nurul Maghfirah 80200223030
Nurbahiya 80200223031
Annisa Fitriani 80200223026
Mufrihaturrahma
Muhammad Ma'azim Maksum 80200223025
Dosen Pengampu:
Dr. Darsul S Puyu, M. Ag
i
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji hanya bagi Allah karena dengan limpahan
Rahmat dan Maghfirah-Nya kepada kita baik berupa nikmat keimanan,
nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga makalah ini dapat terselesaikan
dengan baik.
Tak lupa pula shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad SAW
yang telah menuntun umatnya dari zaman kegelapan menuju jalan yang
terang-benderang diridhoi oleh Allah swt, dan juga kepada keluarga, sahabat,
dan umat yang mengikuti jejak beliau.
Dalam penyusunan makalah ini, pemakalah mengulas tentang “Studi
Hadis di Kalangan Orientalis“ Tema yang diusung ini merupakan upaya
dalam mempelajari lebih lanjut terkait Studi Qur’an.
Kami mohon maaf apabila pembuatan makalah ini terdapat kesalahan,
baik dalam struktur penulisan atau daya serap penulis dalam memahami dan
menganalisa sumber dan referensi yang menyebabkan kesalahpahaman dari
sumber yang dibacanya. Kritik dan saran selalu penulis nantikan.
Makassar, 19 Oktober
2023
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL…………………………………………………..i
A. Latar belakang…………………………………………………..1
B. Rumusan masalah……………………………………………….2
C. Tujuan …………………………………………………………...2
BAB II PEMBAHASAN
D. Pengertian Orientalis……………………………………………3
E. Pandangan orientalis ……………………………………………
5
BAB II PENUTUP
A. Kesimpulan……………………………………………………..10
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kajian tentang ketimuran oleh Eropa yang biasa dikenal dengan
istilah Orientalisme telah berlangsung sejak 1636 M. Orientalisme adalah
tradisi kajian keIslaman yang berkembang di Barat yang bekerja untuk
mempelajari masalah ketimuran, baik di bidang bahasa, etika, peradaban,
dan agamanya. Adapun Orientalis adalah ilmuwan Barat yang mendalami
masalah-masalah ketimuran, yang tercakup di dalamnya tentang sejarah,
kesusasteraan, peradaban, dan agama.1
Bagi para Orientalis, hampir semua kajian tentang keIslaman
menjadi hal yang menarik. Walaupun pada mulanya kajian Orientalis
ditujukan kepada masalah bidang sastra dan sejarah. Selanjutnya mereka
mengarahkan kajian secara khusus kepada bidang hadīts Nabawi. Hal ini
bisa dipahami, karena hadīts nabi merupakan salah satu sumber dari ajaran
Islam, sehingga jika mau mengkaji masalah keIslaman tidak terlepas dari
kajian mengenai hadīts Nabi.
Kajian-kajian yang dilakukan pihak Orientalis terhadap Islam tidak
diragukan lagi menimbulkan sikap pro dan kontra di kalangan internal
Muslim, ada yang memandang positif dan ada pula yang menilainya
negatif. Memang dalam kajian itu terdapat beberapa kelemahan
disebabkan sikap subjektivitas mereka terhadap Islam tapi ada pula yang
dinilai masih bisa menjaga sikap objektifitas. Kapan dan siapa Orientalis
pertama kalinya mengkaji Islam tidak banyak informasi mengenainya.
Ada beberapa pendapat hal itu terjadi tatkala berkecamuk perang Mut’ah
(8 H) kemudian perang Tabuk (9 H). Pada perang-perang ini terjadi
1
Achmad Zuhdi, Pandangan Orientalis Barat tentang Islam: antara yang
Menghujat dan yang Memuji (Surabaya: PT. Karya Pembina Swajaya, 2004), cet.ke-1,
hal. 10-11.
1
kontak antara kaum Muslim dengan orang-orang Romawi. Sementara
pendapat lain mengatakan, hal ini terjadi tatkala terjadi perang antara
kaum Muslim dengan Nasrani di Andalus (Spanyol), terutama setelah raja
Alphonse VI menguasai Toledo pada 488 H/1085 M. Dan masih banyak
pendapat lain di luar itu. Tapi yang pasti kajian keIslaman Orientalis ini
berbeda sama sekali dengan kajian para ulama’ dalam tradisi intelektual
Islam.
Para Orientalis secara umum dapat dibedakan berdasarkan
kecenderungan atau motif kajian mereka terhadap Islam. Kegiatan
penulisan hadīts pada awal Islam membuktikan bahwa sejak masa Nabi
Muhammad masih hidup, aktifitas beliau termasuk keputusan hukumnya
telah direkam dan dicatat oleh para sahabat. Penulisan biografi Nabi telah
dimulai oleh sahabat seperti ‘Abdullah bin al-‘Aṣh yang mencatat kejadian
sejarah yang mencatat sumber-sumber penulisannya. ‘Azamī kemudian
menyatakan bahwa para penulis tersebut lahir pada masa hidup Nabi. Hal
ini menunjukkan bahwa literatur Arab telah ada pada awal Islam.
Dengan melihat latar belakang tersebut maka penulis akan
mengulas mengenai studi hadis dikalangan orientalis.
B. Rumusan Masalah
1.Apa Pengertian Orientalis
2. Bagaimana Pandangan Orientalis Terhadap Hadits
3. Kritis hadis pandangan orientalis
C. Tujuan
Untuk mengetahui :
1. Pengertian Orientalis
2. Pandangan Orientalis Terhadap Hadits
2
BAB 2
Pembahasan
A. Pengertian Orientalis
Orientalis adalah sebuah istilah yang berasal dari kata “orient” Bahasa
Perancis yang secara harfiah berarti “timur”. Secara geografis kata ini
berarti “dunia belahan Timur”, sedangkan secara etnologis berari bangsa-
bangsa di Timur. Kata “orient” itu memasuki berbagai Bahasa di Eropa
termasuk Bahasa Inggris. Dalam Bahasa Inggris, kata “orient”
mengandung arti “Timur”. Sedangkan arti “orang atau bangsa timur”
ditunjukkan dengan kata “oriental”.2
Sementara itu term orientalisme adalah suatu faham atau aliran yang
berkeinginan menyelidiki hal-hal yang berkaitan dengan bangsa-bangsa di
timur dan lingkungannya. Dunia Timur yang dimaksud adalah wilayah-
wilayah yang berada di Timur dekat (seperti Persia, Mesir dan Arabia)
sampai ke Timur jauh (seperti Jepang, Cina dan India) dan negara-negara
yang berada di Afrika Utara.3 Maryam Jamilah mendefinisikan
orientalisme adalah suatu Gerakan atau paham yang mengkaji dunia
Timur, baik agama maupun peradabannya, yang dilakukan oleh orang
barat.4 Sementara penulis-penulis barat menjelaskan orientalis secara luas
berupa kajian mengenai segala sesuatu tentang dunia Arab dan Islam.
Penulis barat tidak hanya melihat awal mula timbulnya usaha orang-orang
barat mempelajari Islam (di abad pertengahan) tetapi melihat pada
perkembangan yang lebih maju dari usaha orang barat mempelajari dunia
timur.
2
John M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, (Jakarta:
Gramedia, 200), h. 408; Lihat juga, Mohd. Nuh Miraza dan Jusuf Amir Feisal, English
Pocket Dictionary, (Jakarta: Ksatrya, 1983), h. 207
3
Hassan Hanafi, Oksidentalisme: Sikap Kita terhadap Tradisi Barat, h. 26.
4
Badri Yatim (ed.), Ensiklopedi Mini Sejarah dan Kebudayaan Islam, Jilid 4,
(Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1996), h.
3
Sedangkan para orientalis adalah ilmuwan barat yang mendalami
Bahasa, kesastraan, agama, Sejarah, dan adat istiadat dunia timur. 5 Secara
analitis, orientalisme dibedakan atas:
1. Keahlian mengenai wilayah Timur
2. Metodologi dalam mempelajari masalah ketimuran
3. Sikap ideologis terhadap masalah ketimuran, khususnya Islam.6
Dalam perkembangannya, istilah orientalis mengalami penyempitan
makna. Ismail Yakub misalnya, memberikan makna orientalisme dengan
aksentuasi pada studi mengenai dunia Islam dan Arab. Studi-studi tersebut
meliputi budaya, peradaban, agama, perikehidupan dan lain-lain. 7 Hal
senada dikemukakan oleh Mahmud Hamid Zaqzuq, yang mengatakan
bahwa orientalisme adalah semua ahli barat yang mempelajari dunia timur
yang Islam. Hal-hal yang dipelajari meliputi Bahasa, sastra, Sejarah,
keyakinan-keyakinan, syariat-syariat dan peradabannya. 8 Demikian
halnya, Abdullah Laroui memberikan definisi orientalisme khusus terkait
dengan studi Islam. Dia mengatakan “an orientalist is defined as foreigner
in this case, a Westerner who take Islam as a subject of his research”.
5
Maryam Jamilah, Islam and Orientalism, h. x
6
Moh. Natsir Mahmud, Orientalisme: al-Qur’an di Mata Barat, Sebuah Studi
Evaluatif (Semarang: Dina Utama Toha Putera Group, t.th) h. 37
7
Ahmad Zuhdi DH. Pandangan Orientalis Barat Tentang Islam, Antara Yang
Menghujat Dan Yang Memuji (Surabaya: PT. Karya Pembina Swajaya, 2004), h.11.
8
Mahmud Hamid Zaqzuq, Al-Istisyr±q wa al-Khalfiyyah al-Fikriyyah li al-Sir± al-Hadhara,
diterjemahkan oleh Luthfie Abdullah dengan judul Orientalisme dan Latar Belakang
Pemikirannya, (Bangil: al-Muslimun, 1984), h. 4.
4
dilakukan oleh sarjana Barat tentang dunia Timur, terutama terkait dengan
dunia Arab dan Islam.
5
ini dikemukakan antara lain oleh D’Herbelot, Dante Alighieri, Washington
Irving, Hamilton Gibb, Goldziher, dan Joseph Schacht.9
6
yang matang sejak munculnya kompilasi hadis pada abad ketiga Hijriyah
yang ingin menjadikan Islam sebagai agama yang multi dimensional,
komprehensif yang mencakup seluruh aspek kehidupan.10
10
Shubhi al-Shalih, ‘Ulūm al-Hadīth wa Mustalahuh (Beirut: Dar al-‘Ilm li al-Malayin,
1988), 19.
7
menyatakan bahwa hadis tidak bersumber dari Nabi Muhammad,
melainkan sesuatu yang lahir pada abad pertama dan kedua Hijriyah
sebagai akibat dari perkembangan Islam.
8
Nabi juga ikut terbantah. Ini berarti bahwa menyangsikan
kebenaran hadis nabi sama saja dengan menyangsikan
kebenaran sebagian ayat-ayat al-Qur’an.
6. Jika pendapat para orientalis tersebut dibenarkan dan diikuti
oleh umat Islam, maka mereka akan meninggalkan hadis nabi
sebagai sumber ajaran Islam kedua setelah al-Qur’an dan
keberagamaan mereka akan keluar dari ajaran Islam yang
sebenarnya
9
Mekkah menunaikan ibadah haji , Palestina pada tahun tersebut belum
berada di bawah kekuasaan Bani Umayah ( Malik ibn Marwan ) , dan
pembangunan Qubbah al - Sakhrah dimulai tahun 69 H ( saat itu al - Zuhri
berumur antara 10 sampai 18 tahun ) dan baru selesai tahun 72 H.
Karena itu , tidak mungkin ' Abd Malik ibn Marwan bermaksud
mengalihkan umat Islam berhaji dari Mekkah ke Palestina dan tidak
mungkin al- Zuhri membuat hadis palsu dalam usia antara 10 sampai 18
tahun . " mengenai Terhadap tuduhan A. J. Wensinck tentang kepalsuan
hadis mengenai syahadat sebagai salah satu rukun Islam : بي اإلسالم على
خمس: Islam didinikan atas lima nukunt ) ول هللاOدا رسOان ال اله اال هللا وأن محم
mengucapkan kesaksian bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Muham mad
adalah rasul Allah .... ) , menurut Azami terlalu mengada - ada , karena
Wensinck tahu persis bahwa dua kalimat syahadat menjadi bagian dari
shalat yang dilakukan berjemaah oleh umat Islam semenjak masa Nabi di
samping shalat - shalat sunnah , dan kalimat tersebut termasuk dalam
adzan yang dikumandangkan sejak na Nabi . " Dengan demikian , tuduhan
dan pendapat para orientalis tentang Islam dan aspek - aspeknya termasuk
hadis Nabi tidak mesti didasari oleh ketidaktahuan mereka tentang Islam
yang sebenarnya , tetapi didasari oleh pretensi dan faktor- faktor tertentu
yang menyebabkan mereka berpendapat demikian .
10
BAB III
Penutup
a. Kesimpulan
Berdaaran pemahasan di atas maka dapa disimpulkan :
Pada awalnya orientalisme dipahami sebagai suatu paham atau aliran
pemikiran yang dilakukan oleh sarjana-sarjana Barat terhadap
perkembangan dan kemajuan negara-negara timur, baik dari aspek agama,
Bahasa, budaya, Sejarah maupun aspek lainnya. Belakangan, Sebagian
ahli menyebutkan bahwa kajian yang dilakukan oleh sarjana Barat tentang
dunia Timur, terutama terkait dengan dunia Arab dan Islam.
11
yang lahir pada abad pertama dan kedua Hijriyah sebagai akibat dari
perkembangan Islam.
DAFTAR PUSTAKA
Zuhdi, Achmad, Pandangan Orientalis Barat tentang Islam: antara yang
Menghujat dan
yang Memuji ,Surabaya: PT. Karya Pembina Swajaya, 2004
John M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, Jakarta:
Gramedia, 2000
Hanafi, Hassan Oksidentalisme: Sikap Kita terhadap Tradisi Barat
Yatim, Badri (ed.), Ensiklopedi Mini Sejarah dan Kebudayaan Islam, Jilid
4, Jakarta: Logos
Wacana Ilmu, 1996)
Jamilah, Maryam, Islam and Orientalism
Natsir, Moh. Mahmud, Orientalisme: al-Qur’an di Mata Barat, Sebuah
Studi Evaluatif
Semarang: Dina Utama Toha Putera Group, t.th
Zuhdi, Ahmad DH. Pandangan Orientalis Barat Tentang Islam, Antara
Yang Menghujat
Dan Yang Memuji Surabaya: PT. Karya Pembina Swajaya, 2004
12
Abdullah, Luthfie dengan judul Orientalisme dan Latar Belakang
Pemikirannya, (Bangil:
al-Muslimun, 1984
Said, Edward Orientalisme (Bandung: Pustaka Salman, 1994
al-Shalih, Shubhi ,‘Ulūm al-Hadīth wa Mustalahuh ,Beirut: Dar al-‘Ilm li
al-Malayin,
1988
13