Anda di halaman 1dari 12

Kritik Orientalis Terhadap Hadis

Irwansyah ( Ushuluddin Adab dan Dakwah, STAIN Majene, Indonesia)

Email:irwanibnuadam70@gmail.com

Abstrak:

In this contemporary era, a challenge for Muslims is to focus on thought. If we look at it in


terms of thinking, Muslims tend to stick to dogmatic thinking, stagnation smells of heresy and
fanaticism, such things are included in internal challenges. As for the other hand, namely
external challenges where the challenges of Muslims are more inclined to the emergence of
new understandings such as secularism, pluralism, liberalism and other understandings which
were later brought by western orientalists. This gap is then used to sneak into the body of Islam
so that a study of interpretation and hadith arises so that Muslims need to focus on this.
Therefore, criticisms of hadith will always appear, even though the scholars have agreed, we
can see this from the authentic hadith which has long been agreed upon by the majority of
scholars as a valid hadith book, but it still gets criticism from some orientalist figures.

Keywords: Hadith criticism, orientalist figures

Abstark:

Di era kontemporer ini, yang menjadi sebuah tantangan umat islam ialah terfokusnya kepada
pemikiran pemikiran,jika kita tinjau dalam hal berfikir,umat islam cenderung berkuat kepada
pemikiran yang dogmatis, stagnam berbau bid’ah dan fanatisme hal demikian termasuk dalam
tantangan internal. Adapun dari tangan yang lainya, yakni tantangan eksternal yang dimana
di tantangan umat islam ini lebih condong kepada munculnya paham baru seperti skularisme,
pluralisme,liberalisme dan paham yang lainya yang kemudian di bawa oleh orientalis barat.
Celah inilah yang kemudian dipakai untuk menyelinap masuk kedalam tubuh islam sehinga
timbullah kajian-kajian terhadap tafsir dan hadis sehingga umat muslim perlu memfokuskan
hal demikian. Oleh karena itu, kritikan-kritikan hadis akan selalu muncul, sekalipun para
ulama sudah menyepakati, hal demikian bisa kita liat dari hadis sahih yang kemudian sudah
lama di sepakati jumhur ulama sebagai kitab hadis yang sahih,tetap mendapatkan kritikan
dari sebagian tokoh orientalis.

Kata kunci: Kritik hadis , tokoh orientalis

A. PENDAHULUAN Khusus berkaitan dengan Islam,


pada awal pertumbuhannya, kajian
Orientalisme merupakan suatu cara
orientalis bersifat umum. Namun, dalam
pandang orang Barat terhadap bangsa selain
perkembangannya kajian itu mengalami
Barat. Bangsa-bangsa selain Barat yang
spesifikasi sehingga lahir berbagai kajian
dimaksud yaitu bangsa-bangsa Timur
tentang Islam seperti al-Qur’an, hadis,
Tengah dan Asia dilihat dengan kacamata
hukum, sejarah, dan sebagainya.Pada
rasial yang dianggap penuh
dasarnya, fokus kajian Islam yang mereka
“prasangka”.Bangsa Barat mencoba
tekankan adalah sumber ajaran Islam itu
membantu membuat kajian tentang konsep-
sendiri, yaitu al-Qur’an dan hadis nabi.
konsep kebudayaan, sejarah, dan juga
Dalam frame kajian orientalis yang sudah
agama-agama dan bangsa-bangsa Timur
terspesikasi menjadi beberapa bidang
tentunya dengan metode dan pendekatan
tersebut, maka artikel ini mengetengahkan
kajian ini khas Barat.(Amiruddin, 2021)
bagaimana kajian orientalis di bidang hadis.
Mengupas orientalisme dalam studi (Idri, 2011)
Islam, akan selalu menarik dan seolah tidak
Hadis dalam Islam memiliki
akan kehabisan bahasan karena begitu
kedudukan yang istimewa, oleh karena itu
besarnya cakupan garapan orientalis.
keberadaan hadis sangat sentral sebagai
Penulis bisa mengatakan bahwa hampir
realisasi ajaran Islam yang terkandung
setiap bidang Islamic Studies berkaitan
dalam al-Qur’an. Para ulama telah sepakat
dengan orientalisme, baik itu tafsir, hadis,
bahwa hadis memiliki tiga fungsi utama
fikih, filsafat, sufisme maupun
yang berhubungan dengan al-Qur’an, bayan
sejarah.Masingmasing bidang studi itu
tafsir sebagai penjelas terhadap
tidak luput dari sentuhan kajian para
kemujmalan al-Qur’an, bayan tasyri’
orientalis, bahkan mereka berhasil
sebagai hukum sendiri yang tidak ada
menghasilkan karya-karya bermutu yang
dalam al-Qur’an, bayan ta’kid menguatkan
tidak dapat dilakukan oleh sebagian umat
ketentuan yang ada dalam al-Qur’an.(Hera,
Islam. Di situ pula kita akan memahami
2020)
bagaimana cara Barat memandang
Islam.(Said Ahmad Hasani, 2018)
Salah satu faktor lain yang melatar sebagian di Italia dan Spanyol, dan kini,
belakangi kritik orientalis terhadap hadis Amerika juga menjadi salah satu pusat
adalah anggapan mereka yang menyatakan orientalis yang tersohor, yang muncul
bahwa sunnah atau hadis tidak lebih dari secara sistematik sejak abad ke 18 hingga
“adat kebiasaan/tradisi” dari masyarakat orientalisme mencapai puncak kekuasaan
Jahiliyyah yang diserap oleh agama Islam. dan pengaruhnya pada abad ke 20, yang
Mereka juga beranggapan bahwa sunnah ditandai dengan semakin banyaknya
bukanlah sumber tasyri’. Menurut mereka lembaga-lembaga orientalisme.(Faroh,
generasi awal Islam tidak pernah sekalipun n.d.)
mendasarkan keputusan hukum atau fatwa
Kritik orientalis terhadap otentitas
hukum kepada sunnah. Tradisi penggunaan
hadis bermula pada pertengahan abad ke-19
sunnah baru muncul pada akhir abad ke II
Masehi, ketika hampir seluruh bagian
atau awal abad ke III H.(Hasan, 2016)
wilayah umat Islam telah masuk dalam
METODE kekuasaan kolonialisme negara-negara
Eropa. Orientalis yang pertama kali
Artikel ini menggunakan penelitian
mengkritik status hadis dalam Islam adalah
kualitatif yang bersifat kepustakaan (library
Alois Sprenger. Misionaris asal Jerman
research), yaitu menghimpun dan
yang pernah tinggal lama di India. Ia
mengumpulkan data dari berbagai sumber
menulis dalam pendahuluan bukunya
dengan menggunakan beberapa artikel
tentang riwayat hidup dan ajaran Nabi
jurnal dan tulisan yang menunjang artikel
Muhammad SAW. Ia mengklaim bahwa
ini sebagai sumber sekunder. Metode yang
hadis adalah kumpulan anekdot (cerita-
digunakan ialah deskriptif-analitis, yaitu
cerita bohong tapi menarik). Klaim ini
dengan mendeskripsikan kritik orientalis
dibenarkan oleh William Muir, orientalis
terhadap hadis.
asal Inggris yang merupakan rekan satu
B. PEMBAHASAN misinya. Muir turut mengkaji biografi Nabi
Muhammad SAW. dan sejarah
1. Sejarah awal kajian hadis di kalangan
perkembangan Islam. Menurut Muir, untuk
orientalis
menutupi bermacam-macam kebohongan
Tradisi orientalisme dapat dan keganjilan, nama Nabi Muhammad
dikatakan menyebar hampir keseluruh sengaja dicatat dalam literatur
wilayah Eropa, yakni meliputi Jerman, hadis.(Anwar, 2020)
Inggris, Prancis, Belanda dan Hongaria,
Menurut M. Musthafa Azami, Nabi Muhammad dan Islam. Kemudian,
orientalis yang pertama kali melakukan baru di tangan Goldziher, hadis menjadi
kajian hadis adalah Ignaz Goldziher, sebuah disiplin ilmu yang dikaji secara
seorang Yahudi kelahiran Hongaria (1850- sistematis. Ia berhasil membuat sebuah
1920 M.) melalui karyanya berjudul: karya yang menjadi rujukan orientalis-
Muhamedanische Studien pada tahun 1980 orientalis sesudahnya. Oleh karena itu,
yang berisi pandangannya tentang hadis. Goldziher dianggap sebagai “Bapak
Pendapat ini dibantah oleh A.J. Wensinck Orientalis” dalam bidang
bahwa orientalis pertama yang mengkaji hadis.(Ulummudin, 2020)
hadis adalah Snouck Hurgronje yang
2. Memaknai Orient, Oriental,
menerbitkan bukunya: Revre Coloniale
Orientalis, dan Orientalisme
Internationale tahun 1886. Jika pendapat
ini benar, maka karya Hurgronje terbit Kata orientalisme berasal dari
empat tahun lebih dahulu dari karya kata”orient” yang berarti timur, dan
Goldziher. oriental berarti yang berkaitan atau terletak
di timur. Timur adalah letak geografis yang
Sementara, pendapat lain
meliputi Asia Selatan dan Tenggara dari
mengatakan bahwa Gustav Weil (1808-
Himalaya dan Semenanjung Malaya di
1889) adalah orang pertama yang mengkaji
sebelah barat wallace.
hadis, lalu disusul berturut- turut oleh Alois
Sprenger (1813-1893), William Muir Orientalis dan Orientalisme dalam
(1819-1905), dan Reinhart Dozy (1820- Kamus Bahasa Indonesia adalah ilmu
1883). Mereka semua mempunyai sikap pengetahuan tentang ketimuran atau
yang sama dalam memandang hadis yaitu tentang budaya ketimuran. Sementara itu
skeptis. Artinya, mereka meragukan dalam buku “Buhûst Fi at Tabsyîr Wa al
keotentikan sebagian hadis.Bahkan, Weil Istisyrâq”(Pembahasan Tentang
sampai pada kesimpulan bahwa semua Misionarisme dan Orientalisme) karangan
hadis yang terdapat dalam Sahih Bukhari Dr. Hasan Abdur Rauf, disebutkan bahwa
tidak dapat diterima. Berbeda dengan Weil, kata ”Orientalisme” secara umum
Sprenger, Muir dan Reinhart meyakini diberikan kepada orang-orang non-Arab
hadis yang telah terkodifikasikan khususnya ilmuwan Barat yang
sebagiannya otentik. mempelajari ilmu-ilmu tentang ketimuran,
baik itu dari segi bahasa, agama, sejarah,
Tokoh-tokoh tersebut masih
kebiasaan,peradaban dan adat istiadatnya.
mencampurkan kajian hadis dengan sejarah
Orang yang mempelajari ilmu itu disebut yang di dalamnya tentang bahasa-bahasa,
Orientalis. Khususnya orang-orang yang kesusastraan, peradaban dan agama-agama
mempelajari tentang dunia Arab, China, timur. Melihat beberapa pengertian di atas,
Persia dan India. Dalam perkemabangan dapat disederhanakan bahwa orientalisme
selanjutnya, kata ini identik ditujukan adalah tradisi kajian ketimuran dan
kepada orang-orang Kristen yang sangat keislaman di dunia Barat yang telah
berkeinginan untuk melakukan studi berabad-abad, yang bersifat ilmiah.
terhadap Islam dan bahasa Arab. Kata
Namun terkadang penamaan
orientalisme adalah kata yang dinisbatkan
orientalis hanya dibatasi kepada orang-
kepada sebuah study/penelitian yang
orang yang mengkaji pemikiran Islam dan
dilakukan oleh seorang timur terhadap
peradabannya. Dengan begitu, orientalisme
berbagai disiplin ilmu ketimuran, baik
dimaknai sebagai satu cara atau sikap
bahasa, agama, sejarah dan permasalahan-
mengenai hal-hal yang bersifat Timur, yang
permasalahan sosiokultural bangsa timur.
secara terminologis biasanya identik
Atau ada yang mengatakan orientalisme
dengan paradigma berpikir, pembedaan
adalah suatu disiplin ilmu yang membahas
ontologis dan epistemologis yang dibuat
tentang ketimuran.(Bahar & Teng, 2016).
antara Timur (the Orient) dan Barat
Endang Saifuddin mendefinisikan,
(theOccident).(Said Ahmad Hasani, 2018)
Orientalisme adalah isme (paham cita)
tentang masalah-masalah Timur, yang 3. Pandangan Orientalis Terhadap
khususnya tentang negeri Arab dan Hadis
Islam.(Winarti, 1991)
Dalam pandangan kebanyakan
Joesoef Sou’yb memahami orientalis, hadis hanya merupakan hasil
orientalisme adalah sebuah istilah yang karya ulama dan ahli fiqh yang ingin
berasal dari kata orient yang secara harfiah menjadikan Islam sebagai agama yang
berarti timur. Kata ini secara geografis multidimensional, mereka menganggap
berarti dunia belahan timur, dan secara hadis tidak lebih dari sekedar ungkapan
etnologis berarti bangsa-bangsa di timur. manusia atau jiblakan dari ajaran Yahudi
Sedangkan oriental adalah sebuah kata sifat dan Kristen, serta hadis tersebut tidak
yang berarti hal-hal yang bersifat timur bersumber dari Nabi Muhammad
yang cakupannya amat luas.Sementara melainkan sesuatu yang lahir pada abad
orientalis adalah ilmuwan Barat yang pertama dan kedua hijriyah sebagai akibat
mendalami masalah-masalah ketimuran, dari perkembangan Islam.
Menurut Sa’d al-Marsafi, sebagian tunggal. Akan tetapi, Goldziher
orientalis berpandangan skeptis terhadap menyangsikan keberadaan hadis dengan
keberadaan dan otentisitas hadis Nabi, pengertian khusus seperti itu. Ia tidak
sebab menurut mereka, pada masa-masa mempercayai hadis sebagai sesuatu yang
awal pertumbuhan Islam, hadis tidak seluruhnya bersumber dari Nabi
tercatat sebagaimana al-Qur’an, tradisi Muhammad SAW, Goldziher mengatakan:
yang berkembang saat itu terutama pada
“Hadis tidak hanya berfungsi
masa Nabi dan sahabat adalah tradisi lisan
sebagai catatan masa awal sejarah
bukan tradisi tulisan dan sekaligus ada
Islam pertumbuhan saja, melainkan
larangan secara umum untuk menulis
lebih banyak sebagai
sesuatu dari Nabi selain al-Qur’an, maka
kecenderungan-kecenderungan
dimungkinkan banyak hadis yang
yang muncul di tengah-tengah umat
dipertanyakan otentitasnya dan diragukan
selama masa-masa
keberadaannya.(Faroh, n.d.)
perkembangannya yang telah lebih
Dalam pndangan Goldziher hadis dewasa. Di dalamnya terkandung
dan sunnah berbeda, ia menyatakan bahwa bukti yang tidak ternilai mengenai
hadis adalah suatu disiplin ilmu teoritis dan evolusi Islam, selama tahun-tahun
sunnah adalah kopendium aturan-aturan pembentukan dirinya menjadi suatu
praktis. Kesamaan dari keduanya adalah keutuhan yang terorganisasi dari
bahwa keduanya berkarakter secara turun kekuatan-kekuatan yang kokoh dan
temurun. Ia mengatakan bahwa sunnah saling bertentangan itu. Ini berarti
ialah kebiasaan yang dilakukan kaum tanggapan yang setepatnya serta
muslim, yang diakui tata cara dalam hokum studi terhadap hadis menajadi
dan ibadah atau kebiasaan dalam sangat penting guna pemahaman
keagamaan yang telah dipraktikkan. terhadap Islam, mengingat tahap-
Adapun yang menjelaskan tata cara tersebut tahap penting dalam evolusinya
disebud dengan hadis. selalu diiringi oleh tingkat-tingkat
penciptaan hadis secara berturut-
Goldziher juga mengilustrasikan
turut”.
proses perkembangan pengertian hadis
dikalangan umat Islam dari maknanya yang Seiring perkembangannya
umum menjadi khusus, sebagai suatu Goldziher berpendapat bahwa hadis
berita, catatan atau laporan yang berasal mempunyai kesamaan dengan bid’ah,
dari Nabi Muhammad sebagai sumber karena hadis adalah muḥdāṡ yang memiliki
makna sesuatu yang baru. Sementara itu, kritik hadis yang mentradisi di
Muḥammad Ajaj al-Khāṭib menyebutkan kalangan umat Islam, tetapi juga
bahwa hadis secara etimologi al-Jadīd yang berarti merobohkan teori-teori ilmu
berarti perkara-perkara baru yang hadis yang dikenal dengan
bermakna berita, baik sedikit ataupun Mustalah al-Hadīth.
banyak.(Setiawati, 2018) d) Pendapat para orientalis tersebut
dapat dijadikan dasar argumentasi
Sikap dan pandangan orientalis
oleh orang-orang yang tidak
yang menyangsikan kebenaran hadis
mengakui hadis (kelompok inkar
tersebut dapat berdampak negatif baik bagi
sunnah) di kalangan umat Islam,
ajaran Islam, umat Islam, maupun non
meskipun minoritas.
muslim. Dampak-dampak itu antara lain:
e) Tidak hanya hadis yang
a) Adanya kesan negatif tentang Islam terbantahkan kebenarannya, ayat-
dan khususnya hadis di mata orang- ayat al-Qur’an yang mendukung
orang Barat yang membaca dan dan membuktikan kebenaran hadis
bahkan terpengaruh oleh nabi juga ikut terbantah
pemikiran-pemikiran para orientalis
4. Krtik Orientalis Terhadap Sanad dan
itu. Hal ini dapat menyebabkan
Matan
salah pengertian dan salah persepsi
mereka terhadap Islam dan kaum Dalam ilmu hadis terdapat yang
muslimin. namanya kritik sanad dan kritik matan yang
b) Kalau demikian, para pemerhati merupakan dua hal yang tak boleh
Islam dan juga umat Islam tidak dipisahkan untuk mengetahui keautentikan
menda- patkan informasi yang sebuah hadis. Ada dua sisi yang perlu
objektif dan ilmiah tentang hadis dicermati dalam memahami dan
sebagai mana menjadi tradisi di mengaplikasikan sebuah riwayat hadis.
kalangan Barat dalam mengkaji Pertama, sisi sumber dan asal-usul riwayat
sesuatu sehingga mereka ’dibodohi’ tersebut. Kedua, sisi makna dan
secara akademik. kandungannya.(Nurdin, 2021)
c) Metodologi kritik hadis yang
Secara umum kritik yang dilakukan
dikemukakan oleh para orientalis
oleh orientalis terhadap hadis disebabkan
dan menjadi ’alterna- tif’ bagi
antara lain adanya kontroversi seputar
pengkajian hadis, tidak hanya
penulisan hadits pada masa Nabi Saw.
bertentangan dengan metodologi
Larangan penulisan hadis pada masa itu, tersebut dimunculkan belakangan.(Hasan,
menurut orientalis menyebabkan 2016)
kurangnya perhatian muhaddits, sehingga
Kritik dan pandangan Schacht
banyak hadis yang “terlewatkan”, penulisan
terhadap hadis Nabi mencakup aspek
hadis yang dilakukan setelahnya
kesejarahan hadis, konsep sunnah, sanad
menyisahkan keraguan, sehingga orientalis
dan matan. Berikut ini adalah point-point
berkesimpulan bahwa tidak ada hadis yang
kritik Schacht terhadap hadis. Pertama,
benar-benar berkualitas shahih.
Rasulullah SAW tidak pernah memandang
Objek lain yang menjadi perhatian penting menjelaskan hukum-hukum
orientalis adalah sanad hadits. Orientalis syari’at, lebih-lebih yang berhubungan
yang pertama kali mempertanyakan sanad dengan masalah muamalat, ahwal
adalah Caetani. Ia berkesimpulan bahwa syakhsiyyah dan peradilan. Oleh karena itu
Urwah (w. 94 H) yang merupakan tokoh Schacht berkesimpulan bahwa hukum
pertama yang mengumpulkan riwayat- (fiqh) belum ada pada sebagian besar abad
riwayat hadis belum menggunakan sanad, I H. Kedua, Sunnah pada masa lalu
ia memperkuat pendapatnya hanya kepada dipahami sebagai perkara yang disepakati
al-Qur`an. Atas asumsi tersebut, Caetani ataudalam arti lain adalah perkara-perkara
berpendapat bahwa penggunaan sanad pada praktis yang dijalankan di tengah-tengah
hadis antara masa Urwah (w.94 H) dan Ibnu komunitas muslim (tradisi yang hidup).
Ishaq (w. 151 H), oleh karena itu Caetani Oleh karena itu istilah “Sunnah”tidak
meyakini bahwa sanad adalah “instrument” berhubungan dengan segala tindakan atau
baru yang diterapkan di dalam hadis, yang ucapan yang bersumber dari Nabi Saw.
dibuat-buat oleh ahli hadis pada abad ke Istilah sunnah dijelaskan oleh madzhab-
dua dan ke tiga Hijriyyah. Apa yang madzhab fiqh sebagai tindakan masyarakat
dilakukan oleh Caetani juga dilakukan oleh sebagaimana dirumuskan oleh pendahulu.
Alouis Sprenger, ia menguatkan pendapat Ketiga, Penggunanan sanad untuk
Caetani tentang sanad. Bagi Sprenger, keperluan berhujjah dengan hadis belum
kitab-kitab hadits yang ditemukan dari dikenal pada dua abad sebelumnya (abad I
masa Urwah hingga Abdul Malik, tidak dan II H). Sanad baru muncul ketika
satupun diantaranya yang mencantumkan bermunculan madzhab fiqh. Dari sinilah as-
sanad. Oleh karena itu, jika terdapat Syafi’i memulai gerakan untuk
penyandaran sanad hadis kepada Urwah, menggunakan sanad ketika mengambil
maka dapat dipastikan bahwa sanad dalil-dalil fiqhiyyah yang dinisbatkan
kepada Nabi SAW. Oleh Schacht, tindakan menghukumi hadits-hadits hukum sebagai
inilah yang menguatkan bahwa sanad hadis yang shahih”.(Hasan, 2016)
merupakan perkara yang dibuat-buat untuk
Tuduhan orientalis bahwa sanad
memberikan legitimasi madzhab fiqh
dan matan hadis merupakan rekayasa umat
dalam istidalal dengan hadits. Keempat,
Islam pada abad pertama, kedua, dan ketiga
Sanad baru dikenal pada abad awal abad II
Hijri- yah, oleh Azami dibantah sebagai
H. Kelima, Sanad pada awal abad II dan III
berikut. Pertama, kenyataan sejarah
H adalah kreasi ulama hadits untuk
membuktikan bahwa permulaan pemakaian
memperkuat pendapat mereka. Keenam,
sanad adalah sejak masa nabi, seperti
Sanad pada periode selanjutnya mengalami
anjurannya kepada para sahabat yang
dinamika seiring terbukukannya beberapa
menghadiri majlis nabi untuk
kitab hadis, antara lain kitab kanonik hadits
menyampaikan hadis kepada yang tidak
–kutubussittah-, Musnad Ahmad dan
hadir. Kedua, mayoritas pemalsuan hadis
lainnya. Ketujuh, Sanad “keluarga”
terjadi pada tahun keempat puluh tahun
misalnya Amr bin Syu’aib meriwayatkan
Hijriyah yang dipicu oleh persoalan politik,
dari bapaknya dari kakeknya atau Bahz bin
karena di antara umat Islam saat itu ada
Hakim meriwayatkan dari bapaknya dari
yang lemah keimanannya sehingga
kakeknya dan sanad-sanad keluarga sejenis
membuat hadis untuk kepentingan faksi
adalah sanad dan matan yang dibuat- buat
politik atau golongan mereka. Ketiga, objek
sekaligus. Kedelapan, Setiap hadis yang
penelitian para orientalis di bidang sanad
sanadnya bermuara hanya kepada seorang
tidak dapat diterima karena yang mereka
perawi saja, maka dapat dipastikan bahwa
teliti bukan kitab-kitab hadis melainkan
ia adalah pemalsu sanad. Kesembilan, Jika
kitab-kitab fiqh dan sirah. Keempat, teori
seorang perawi pada waktu tertentu tidak
Projecting Back (al-qadhf al-khalf) yang
cermat terhadap adanya sebuah hadis dan
dijadikan dasar argumentasi beserta
gagal menyebutkannya, atau jika satu hadis
contoh-contoh hadis yang dijadikan
oleh sarjana (ulama atau perawi) yang
sampel, karenanya menjadi gugur dengan
datang kemudian yang para sarjana
banyaknya jalan periwayatan suatu hadis.
sebelumnya menggunakan hadis tersebut,
Kelima, tidak pernah terjadi perkembangan
maka berarti hadis tersebut tidak pernah
dan perbaikan terhadap sanad seperti
ada. Kesepuuh, Hadis-hadts hukum tidak
membuat marfū’ hadis yang mawqūf atau
ada satupun sanadnya shahih dan terhubung
menjadikan muttasil hadis yang mursal.
hingga Nabi SAW. Tentang hal ini Joseph
Demikian pula, tuduhan bahwa sanad
Schacht mengatakan “sangatlah sulit
hanya dipakai untuk menguatkan suatu C. PENUTUP
pendapat atau suatu madzhab merupakan
1. Kesimpulan
tuduhan yang tidak mempunyai bukti dan
melawan realitas sejarah. Keenam, Dari pembahasan makalah di atas,
penelitian dan kritik ulama hadis atas sanad dapat disimpulkan bahwa terdapat
dan matan hadis, dengan segala pandangan yang sangat berbeda antara para
kemampuan mereka, dilakukan atas dasar tokoh orientalis dengan para ulama hadis
keikhlasan dan tanpa tendensi tentang Islam dan hadis. Perbedaan tersebut
duniawi.(Idri, 2011) pada dasarnya bermula dari pandangan
mendasar tentang sumber ajaran Islam,
Ignaz Goldziher dan A.J. Wensinck
yaitu al-Qur’an dan hadis itu sendiri.
merupakan orientalis yang gencar
Karena mereka berpendapat bahwa al-
melakukan penelitian hadis dari aspek
Qur’an adalah buatan Nabi Muhammad dan
matan. Metode kritik sanad yang digunakan
hadis merupakan perkataan sahabat nabi
ulama dianggap lemah sehingga hasil
atau umat Islam abad pertama dan kedua
penelitiannya secara otomatis tidak bisa
Hijriyah, maka ajaran Islam bukan wahyu
dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
Allah melainkan buah pikiran Muhammad
Goldziher meragukan seluruh matan
yang diperoleh dari berbagai sumber seperti
bahkan ia mengangap hadis sebagai ciptaan
Taurat, Injil, dan sebagainya dan hadis
ulama ahli hadis dan ulama ahli ra’yi.
berasal dari tradisi di kalangan umat Islam
Menurut A.J. Wensinck, abad pertama dan kedua Hijriyah sebagai
perkembangan dan aktifitas pemikiran di akibat dari perkembangan Islam.
kalangan umatIslam setelah wafatnya Nabi
Pandan gan negatif tentang al-
tela memberi peluang bagi para ulama
Qur’an dan hadis juga merambah pada
untuk menjelaskan agama Islam melalui
pemahaman tentang Islam, hadis Nabi,
hadis. Ucapan-ucapan para ulama inilah
eksistensi sanad dan matan hadis, termasuk
yang kemudian dikenal sebagai matan.
di dalamnya pencitraan terhadap pribadi
Dalam pandagan Wensinck, matan
Nabi Muhammad yang membawa ajaran
bukanlah ucapan Nabi, melainkan ucapan
Islam itu. Pandangan-pandangan tersebut
para ulama yang kemudian disandarkan
telah dijawab oleh para ulama hadis yang
pada Nabi ini. Hal ini sejalan dengan
menyatakan tentang kebenaran Islam dan
keterangan- keterangan para orientalis.
al-Qur’an sebagai wahyu Allah serta hadis
Matan hadis tentang akidah dan syari’ah
sebagai sabda nabi. Pembelaan mereka di
diangap hadis palsu oleh Wensinck.
samping berdasar data sejarah juga ORIENTALIS (Teori Ignaz Goldziher
argumentasi logis. dan Joseph Schacht).

Dalam pandangan orientalis sanad Hasan, S. (2016). Menyoal Kritik Sanad


baru terbentuk pada akhir abad pertama Joseph Schahct. 2, 89–104.
atau kedua Hijriyah, bahkan ada yang
Hera, S. H. (2020). Kritik ignaz goldziher
menyatakan pada abad ketiga Hijriyah.
dan pembelaan musthofa al-azami
sedangkan matan hadis, mereka
terhadap hadis dalam kitab sahih al-
menganggap hal itu merupakan ucapan
bukhari. V, 133–149.
ulama yang disandarkan kepada Nabi
Muhammad, bukan ucapan Nabi sendiri. Idri. (2011). PERSPEKTIF ORIENTALIS
TENTANG HADIS NABI : Telaah
Kritis dan Implikasinya terhadap
Eksistensi dan Kehujjahannya. 11,
199–216.
DAFTAR PUSTAKA
Nurdin, R. dan M. (2021). Studi Kritis atas
Amiruddin, A. R. dan M. A. S. (2021).
Hadis “ Sab ’ ah Ahruf ”. Pappasang,
USHULUNA : JURNAL ILMU
3.
USHULUDDIN MODEL
PEMIKIRAN HADIS HERBERT Said Ahmad Hasani. (2018). Potret Studi
BERG Kedudukan Islam sebagai Al-Qur’an di Mata Orientalis. 3(1).
objek kajian menjadikannya semakin https://doi.org/10.32505/tibyan.v3i1.4
mudah diakses , tidak terkecuali di 74
kalangan sarjanawan Barat ,
Setiawati, C. (2018). Kajian Orientalis
khususnya para orientalis . 1
Ignaz Goldziher tentang Hadis dan
sebagaimana objek kajian pada umu.
Sunnah. 7(2), 151–163.
7(1), 17–32.
https://doi.org/10.15408/ushuluna.v7i Ulummudin. (2020). PEMETAAN
1.19177 PENELITIAN ORIENTALIS
TERHADAP HADIS MENURUT
Anwar, L. (2020). Sanad dan matan hadis
HARALD MOTZI. 3(1), 86–104.
dalam perspektif orientalis. 5(36), 40–
56. Winarti, S. (1991). Barat yang mempelajari
dunia Timur dalam Secara pasti awal
Faroh, M. N. (n.d.). HADIS DAN
perkembangan orientalisme sangat
sulit ditentukan.

Anda mungkin juga menyukai