Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

STUDI ORIENTALISME DAN OKSIDENTALISME


(SEBUAH PENGANTAR)

Makalah ini disusun dan diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah
Orientalisme dan Oksidentalisme yang diampu oleh: H. Syamsu Syauqani, Lc., MA.

Disusun oleh Kelompok 1


Harni Melisa Susanti 160206030
Lalu Abdul Malik 160206031

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR`AN DAN TAFSIR


FAKULTAS USHULUDDIN DAN STUDI AGAMA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM
2018
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Studi terhadap suatu pemikiran merupakan sarana pembelajaran
yang secara langsung dapat mempengaruhi pola pikir sang pembelajar
bahkan pengajar. Terlebih bila pemikiran tersebut memiliki dua kubu yang
mana pembelajar dan pengajar berada pada salah satu pihak dari dua
pemikiran tersebut.
Dua pemikiran yang dimaksud adalah Orientalisme dan
Oksidentalisme. Dan kedua pemikiran ini berkiprah terhadap satu objek
pembahasan, yaitu Islam.
Berangkat dari hal di atas, maka diangkatlah tema makalah “Studi
Orientalisme dan Oksidentalisme”. Yang mana ruang lingkup
pembahasannya ada terbatas sebagai pengantar terhadap studi dari kedua
pemikiran tersebut.
B. Rumusan Masalah
Dari uraian di atas, dapat ditarik beberapa rumusan masalah yang
akan menjadi bahasan makalah ini.
1. Apa pengertian Orientalisme, Oksidentalisme, dan Studi terhadap
keduanya?
2. Apa tujuan dari Orientalisme dan Oksidentalisme?
3. Apa urgensi dalam melakukan studi terhadap Orientalisme dan
Oksidentalisme?

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Studi Orientalisme dan Oksidentalisme


1. Orientalisme
Dalam menerangkan arti Orientalisme, beberapa pakar studi dalam
bidang itu telah memberikan definisi masing-masing. Di antaranya H.
M. Joesoef Sou’yb: “Orientalisme berasal dari kata orient, bahasa
Prancis, yang secara harfiah berarti timur dan secara geografis berarti
dunia belahan timur, dan secara etnologis berarti bangsa-bangsa di
timur. Kata orient itu memasuki berbagai bahasa di Eropa, termasuk
bahasa Inggris. Oriental adalah sebuah kata sifat yang berarti hal-hal
yang bersifat Timur, yang sangat luas ruang lingkupnya.” Suku kata
isme (Belanda) atau ism (Inggris) menunjukkan pengertian tentang
suatu paham. Jadi, Orientalisme berarti suatu paham atau aliran, yang
berkeinginan menyelidiki hal-hal yang berkaitan dengan bangsa-
bangsa di Timur beserta lingkungannya. Sedangkan menurut Ali Husni
Al-Kharbouly: “Kata Orientalisme diambil dari akar kata Syarq (timur)
yang artinya tempat terbitnya matahari, jadi kata orientalisme adala
ilmu tentang Timur atau ilmu pengetahuan tentang dunia Timur.”1
Seorang sarjana kenamaan Turki, Abdul Haq Adnan Adivar
menyatakan bahwa Orientalisme adalah suatu pengertian yang lengkap
di mana dikumpulkan pengetahuan yang berasal dari sumbernya yang
asli yang berkenaan dengan bahasa, agama, kebudayaan, sejarah, ilmu
bumi, etnografi, kesusatraan dan kesenian yang berada di Timur.
Dalam pengertian ini ialah mengumpulkan pengetahuan yang berasal
dari Timur, dan apabila kita melihat sejarah perkembangannya maka
ternyata bahwa yang giat melakukan pengumpulan ilmu pengetahuan
yang berasal dari Timur ialah orang-orang Barat, namun tekanan
kepada hanya orang-orang Barat saja sudah sukar untuk dipertahankan

1
H. A. Mannan Buchari, Menyingkap Tabir Orientalisme, (Jakarta: Amzah, 2006), hlm. 7-8.

2
karena ada orang-orang Timur sendiri yang ingin dimasukkan ke
dalam golongan Orientalis. Di dalam Orientalisme apabila kita
menyebut orient, maka artinya adalah semua wilayah yang terbentang
dari Timur Dekat sampai ke Timur Jauh dan juga negara-negara yang
berada di Afrika Utara dan Tengah.2
2. Oksidentalisme
Oksidentalisme berasal dari kata occident. Di dalam Longman
Dictionary of English Language dinyatakan bahwa kata occident yang
berarti barat juga merupakan kata serapan dari bahasa Prancis adalah
lawan kata dari orient yang berarti timur. 3 Jadi, Oksidentalisme
merupakan lawan definisi dari Orientalisme, dapat dikatakan bahwa
Oksidentalisme adalah studi tentang Barat dengan segala aspeknya.
3. Studi Orientalisme dan Oksidentalisme
Studi Orientalisme dan Oksidentalisme adalah suatu kajian ilmu
pengetahuan yang membahas secara mendalam tentang tokoh pemikir
Orientalis dan Oksidentalis beserta hasil karya dan pemikiran mereka
hingga dapat melakukan analisa terhadapnya dan memberikan
penilaian serta sikap yang tepat.
B. Tujuan Studi Orientalisme dan Oksidentalisme
1. Jati Diri Orientalisme
Kajian Orientalisme memiliki karakter khusus, merupakan bagian
yang tidak terpisahkan dari pemahaman orientalisme itu sendiri.
Dalam hal ini, akan diuraikan beberapa masalah yang dianggap
penting untuk diketahui, antara lain sebagai berikut.
a) Fenomena orientalisme berkaitan erat dengan kolonialisme. Kalau
ada kolonialisme, di situ ada orientalisme. Di semua negara Barat,
penjajah mempunyai organisasi orientalisme. Ketika ruang lingkup
kolonial makin meluas, semakin meluas pula kajian dan
penyelidikan orientalisme yang mempunyai ikatan seiring dan

2
A. Muin Umar, Orientalisme dan Studi Tentang Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1978), hlm. 7-8.
3
Lihat Longman Dictionary of English Language, (Burnt Mill, Harlow: Longman, 1984), hlm.
1.035.

3
sejalan dengan gerak langkah kaum kolonial Inggris, Perancis, dan
Belanda juga neo-kolonial gaya Amerika.
b) Orientalisme merupakan gerakan yang mempunyai ikatan yang
sangat kuat dengan gerakan kristenisasi. Hal ini terbukti dengan
semakin banyaknya jumlah kaum Nasrani yang menspesialisasikan
dirinya dalam sekolah kepasturan untuk mengkaji kitab-kitab
perjanjian lama dan perjanjian baru. Kemudian mereka
dipersiapkan secara khusus, bekerja sama dengan orientalis Yahudi
untuk mempelajari bahasa Arab, Islam, dan kaum Muslimin,
dengan tujuan yang beragam. Antara lain untuk mempelajari dan
memahami secara mendalam masalah-masalah yang mungkin
dapat digunakan sebagai sarana mengotori citra Islam,
menumbuhkan perselisihan dan pertentangan di kalangan sesama
umat Islam.
c) Orientalisme merupakan bentuk kajian yang dianggap paling
potensial dalam politik dunia Barat untuk melawan Islam dan
kaum Muslimin. Pelaksanaan politik ini dapat dilihat dengan jelas,
para orientalis banyak ditempatkan sebagai konsultan untuk
kepentingan negaranya dalam merencanakan politik yang
diterapkan di wilayah koloni.4
2. Tujuan Orientalisme
Tujuan gerakan Orientalis secara umum, antara lain sebagai
berikut.
a) Menghalangi bangsa dunia Barat, agar tidak memeluk Islam.
b) Menghancurkan dan melemahkan kekuatan Islam dan kesatuan
umatnya.
c) Prolog untuk menjajah dunia Islam dengan membantu
Imperialisme dan Kolonialisme serta menyalah-artikan makna
jihad.

4
H. A. Mannan Buchari, op.cit., hlm. 14-16.

4
d) Memisahkan kaum muslimin dari pokok ajaran Islam dan
mengacaukan serta menjauhkan dari sumber ajaran aslinya (Al-
Qur`an dan Al-Hadits)
e) Mengeksploitir dan merampas kekayaan dunia Islam dan balas
dendam terhadap kekalahan mereka di abad pertengahan (Perang
Salib)5
3. Tujuan Oksidentalisme
Oksidentalisme sebagai ilmu baru yang pertama kali diperkenalkan
Hassan Hanafi, tentu saja memiliki tujuan-tujuan yang ingin dicapai.
Oksidentalisme tidak lahir dari ruang yang kosong, melainkan sebagai
respon terhadap meluasnya Westernisasi (Eurosentrisme) dan
Orientalisme. Oleh karena itu, tujuan yang ingin dicapai tentu saja erat
kaitannya dengan kedua hal tersebut. Sekurang-kurangnya ada 13
belas tujuan yang dirumuskan Hassan Hanafi, dan 5 di antaranya yakni
sebagai berikut.
a) Kontrol atau pembendungan atas kesadaran Eropa dari awal
sampai akhir, sejak kelahiran hingga keterbentukannya. Dengan
begitu teror kesadaran Eropa akan berkurang. Karena, kesadaran
Eropa tidak lagi menjadi pihak yang berkuasa.
b) Mempelajari kesadaran Eropa dalam kapasitas sebagai sejarah
bukan sebagai kesadaran yang berada di luar sejarah. Sekalipun
kesadaran Eropa adalah sejarah yang terbentuk melalui beberapa
fase, tetapi perjalanan fase ini tidak hanya milik Eropa. Lebih tepat
dikatakan, kesadaran Eropa terbentuk melalui fase sejarah yang
panjang yaitu kesadaran manusia yang dimulai dari Mesir, Sina,
dan peradaban-peradaban Timur kuno.
c) Mengembalikan Barat ke batas alamiahnya, mengakhiri perang
kebudayaan, menghentikan ekspansi tanpa batas, mengembalikan
filsafat Eropa ke lingkungan di mana ia dilahirkan, sehingga
partikulasi Barat akan terlihat. Hassan Hanafi memandang, bahwa

5
Ibid., hlm. 2-3.

5
selama ini partikulasi itu diuniversalkan melalui media
imperialisme, kontrol media informasi di saat ego melemah dan
mengalami fase imitasi terhadap the other (westernisasi) serta
masih mengalami penjajahan kebudayaan. Dalam konteks ini,
Oksidentalisme juga dapat mengembalikan kebudayaan dan
peradaban Barat ke wilayah geografis dan historisnya.
d) Menghapus mitos “kebudayaan kosmopolit”; dengan melakukan
langkah-langkah sebagai berikut; pertama menemukan spesifikasi
bangsa di seluruh dunia, dan bahwa setiap bangsa memiliki tipe
peradaban serta kesadaran sendiri, bahwa ilmu fisika dan teknologi
tersendiri seperti yang terjadi di India, Cina, Afrika dan Amerika
Latin. Kedua, menerapkan metode sosiologi ilmu pengetahuan dan
antropologi peradaban pada kesadaran Eropa yang selama ini
diterapkan produsennya pada kesadaran non Eropa. Hassan Hanafi
memandang kedua langkah ini merupakan satu penemuan yang
sangat berharga yang orisinal dan tidak pernah terjadi sebelumnya.
e) Membuka jalan bagi terciptanya inovasi bangsa non-Eropa dan
membebaskannya dari “akal” Eropa yang menghalangi nuraninya,
sehingga bangsa non-Eropa dapat berpikir dengan “akal” dan
kerangka lokalnya sendiri.6
(catatatan) “ kenapa tujuan orientalisme dan oksidentalisme berbeda? Menurut
seorang oksidentalisme karena : orang-orang ketimuran agak lambat dalam
menyikapi sesuatu dan juga karena pengaruh orientalisme di dunia timur sudah
berakar sangat kuat sehingga harus membendung atau melakukan pertahanan dan
juga harus membersihkan atau mencabut akar-akar pahan orientalis yang sudah
berakar dikit demi sedikit.

6
Yolies Yongky Nata, Jurnal Oksidentalisme, (Fakultas Agama Islam, Universitas Islam Madura -
UIM Pamekasan, 20 Juni 2014)

6
C. Manfaat dan Kegunaan Studi Orientalisme dan Oksidentalisme
Sebagai akademisi muslim, sudah sepatutnya kita mengambil
pelajaran dari kajian Orientalisme dan Oksidentalisme. Di antara manfaat
dan kegunaan studi Orientalisme dan Oksidentalisme bagi akademisi
muslim khususnya dan bagi seluruh umat muslim umumnya, adalah
sebagai berikut.
a) Menelaah seluruh pandangan dan kajian para pemikir non-muslim
atau para orientalis tentang Islam, Al-Qur`an, kerasulan, As-
Sunnah dan umat Islam, khususnya para orientalis berkualitas dan
berbahaya dalam studi keislaman yang dijadikan sebagai rujukan
dan metodologi pengkajian yang ditiru dan diteruskan oleh
generasi-generasi pengikut mereka.
b) Menyanggah dan meluruskan tuduhan-tuduhan para orientalis
terhadap Islam dan umat Islam dengan mengungkap, menganalisis,
dan meluruskan tuduhan-tuduhan yang mereka lontarkan dari balik
jubah misi keagamaan, meskipun kajian ilmiah yang mereka
lakukan didukung dengan kecanggihan metodologis, kebudayaan
yang tinggi, dan sarana yang lengkap, tidak menutup adanya
kesalahan metodologis dan meteriil.
c) Menumbuhkan kesadaran terhadap kesalahan para orientalis,
karena ketidaktahuan, salah paham atau karena sempitnya
wawasan keislaman yang mereka miliki.
d) Mengambil manfaat dari hasil kajian para orientalis, khususnya
kajian objektif ilmiah murni yang tidak dicemari motif-motif misi
keagamaan, penjajahan dan sikap apriori. Kajian-kajian tersebut
merupakan fenomena yang relatif baru diwakili oleh beberapa

7
orientalis modern, karena kajian orientalis abad pertengahan dan
era kebangkitan (renaissance), hampir seluruhnya mengisyaratkan
tujuan-tujuan terselubung atau kebencian.7
e) Memunculkan kesadaran bahwa masyarakat Islam bisa maju tanpa
meniru Barat, karena pada mulanya kemajuan Barat pun karena
mengambil ilmu dari Ketimuran (Islam).

7
H. A. Mannan Buchari, op.cit., hlm. 33-35.

8
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Orientalisme adalah sarjana barat yang mengkaji kajian timur (dalam
hal ini adalah Islam), sedangkan Oksidentalisme adalah sarjana timur
yang mengkaji kajian barat (yaitu hasil pemikirannya terhadap Islam).
2. Tujuan Orientalisme secara umum adalah merusak Islam dengan
argumen-argumen yang melemahkan kekuatan Islam, sedangkan
tujuan Oksidentalisme adalah mengembalikan kembali egonya Islam
itu sendiri dari peradaban barat.
B. Saran
Melakukan studi Orientalisme dan Oksidentalisme bagi akademisi
muslim merupakan suatu urgensi yang tak dapat dikesampingkan, oleh
karenanya tim penulis makalah kelompok 1 mengharapkan keseriusan bagi
kita semua dalam menelaah kajian Orientalisme dan Oksidentalisme
melalui mata kuliah ini.

9
DAFTAR PUSTAKA

Buchari, H.A. Mannan. 2006. Menyingkap Tabir Orientalisme. Jakarta: Amzah.


Longman Dictionary of English Language. 1984. Burnt Mill, Harlow: Longman.
Nata, Yolies Yongky. 2014. Jurnal Oksidentalisme. Fakultas Agama Islam.
Universitas Islam Madura - UIM Pamekasan.
Umar, A. Muin. 1978. Orientalisme dan Studi Tentang Islam. Jakarta: Bulan
Bintang.

10

Anda mungkin juga menyukai