Anda di halaman 1dari 16

Studi Islam Di Kawasan (Asia,Afrika,Eropa)

Untuk Memenuhi Tugas

Mata Kuliah : Metodologi Studi Islam

Pengampu : Ahmad Fattah, M.S.I

Disusun Oleh :
1. Muhammad Haidar Dzaki (2210210008)
2. Muhammad Yusril Fajrul Z (2210210029)
3. Sofatin Nisa (2210210006)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS


FAKULTAS TARBIYAH
PRODI PENDIDIKAN BAHASA ARAB
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur tim penulis panjatkan kehadirat Allah Ta’ala. atas limpahan
rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah yang berjudul, “STUDI ISLAM DI
KAWASAN ASIA,AFRIKA,EROPA” dapat kami selesaikan dengan baik. Tim
penulis berharap makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi pembaca tentang pelanggaran atau kesalahan apa saja yang biasa terjadi
dalam bahasa keseharian yang bisa kita pelajari salah satunya dari buku. Begitu
pula atas limpahan kesehatan dan kesempatan yang Allah SWT karuniai kepada
kami sehingga makalah ini dapat kami susun melalui beberapa sumber yakni
melalui sumber buku maupun jurnal.
Pada kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah memberikan kami semangat dan motivasi dalam pembuatan tugas
makalah ini. Kepada kedua orang tua kami yang telah memberikan banyak
kontribusi bagi kami, dosen pengampu mata kuliah bahasa Indonesia yaitu
Bapak Ahmad Fattah, M.S.I, dan juga kepada teman-teman seperjuangan yang
membantu kami dalam berbagai hal. Harapan kami, informasi dan materi yang
terdapat dalam makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Tiada yang
sempurna di dunia, melainkan Allah SWT. Tuhan Yang Maha Sempurna,
karena itu kami memohon kritik dan saran yang membangun bagi perbaikan
makalah kami selanjutnya.
Demikian makalah ini kami buat, apabila terdapat kesalahan dalam penulisan,
atau pun adanya ketidaksesuaian materi yang kami angkat pada makalah ini,
kami mohon maaf. Tim penulis menerima kritik dan saran seluas-luasnya dari
pembaca agar bisa membuat karya makalah yang lebih baik pada kesempatan
berikutnya.
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang stdi Kawasan islam adalah kajian mengenai kdaerah


islam dan pranata kehidpanya. Pada kesempatan kali ini kami pemakalah
ingin, mempresentasikan makalah stdi islam Kawasan islam

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari studi kawasan islam?
2. Apa definisi dari orientalisme?
3. Apa definsi dari oksidantelisme?
4. Bagaimana islam tumbuh di daerah Asia, Afrika, dan Eropa dari masa ke
masa, dan ditinjau dari beberapa aspek?

C. Tujuan
1. Mengetahui definisi studi Kawasan islam
2. Mengetahui definisi dari orientalisme
3. Mengetahui dari oksidentalisme
4. Dapat mengetahui perkembangan islam di beberapa kawasan daerah
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi dari Studi Kawasan Islam

Secara etimologi merupakan dari bahasa Arab dirasa Islamiyah dalam kajian Islam di
barat Islamic studies secara harfiah adalah kajian tentang hal-hal yang berkaitan dengan
keislaman secara terminologis adalah kajian secara sistematis dan terpadu untuk
mengetahui memaknai dan menganalisis cara mendalam hal-hal yang berkaitan dengan
agama Islam pokok-pokok ajaran Islam, Sejarah Islam,maupun realitas pelaksanaannya
dalam kehidupan

Kawasan adalah kajian yang nampaknya yang bisa menjelaskan bagaimana situasi
seperti itu bisa terjadi. Karena focus materi kajianya tentang berbagai area mengenai
Kawasan dunia . secara singkatnya, stdi Kawasan islam, adalah kajian ata lm yang
mengkaji daerah yang terdapat islam didalamnya, beserta segala pranata kehidpan
didalamnya.

B. Definisi dan Selayang Pandang Orientalisme


Banyak-banyak definisi yang permunculan apabila kita membahas definisi
orientalisme. Orientarisme berasal dari kata oriental yang mendapat yang mendapat
kata imbuhan -is dan -me. Oriental jika merunut pada KBBI mengandung arti hal-hal
yang berkaitan dengan dunia timur dalam sudut pandang orang barat. Sedangkan
orientalis mengandung arti ahli bahasa, kesusastraan dan budaya-budaya orang timur.

Menurut (Shihab:1999:290) orientalis adalah kata yang diambil dari bahasa


Perancis yang akar katanya adalah orient yang bermakna timur.secara geografis kata
ini dapat diartikan dunia timur dan secara etimologis berarti bangsa di timur. 1

Sedangkan Menurut (Syoub1990:3) kata orientalisme (dalam bahasa Belanda)


ataupun orientalisme (dalam bahasa Inggris) menunjukkan pengertian tentang suatu
paham. Jadi orientalisme berarti sesuatu paham atau aliran, yang berkeinginan
1
Rahim, Abdul”Sejarah Perkembangan Orientarisme”. Jurnal Huhafa 7, no 4, (2010)
– 10 Oktober 2022.
menyelidiki hal-hal yang berkaitan dengan bangsa-bangsa di timur beserta
lingkungannya2

Dari definisi di atas dapat dibuat secara ringkas orientalis adalah subjek yang
mengkaji hal-hal yang bersifat ketimuran. Sedangkan orientalisme adalah gerakan,
aliran, paham yang mengkaji hal-hal yang bersifat ketimuran.

Ditilik dari sejarahnya banyak para ahli memperdebatkan awal mula dari
gerakan orientalis. Ada pendapat yang dianggap khalayak ramai sebagai pendapat
yang mendekati kebenaran yakni ketika umat muslim di Spanyol diserang oleh kaum
slabis Spanyol, raja konstantinopel yang bernama Alfons mengutus seseorang yang
bernama Michael Scott untuk melakukan kajian mengenai ilmu yang dimiliki oleh
kaum Muslim di Spanyol. Kemudian ia mengumpulkan beberapa pendeta untuk
mengalih bahasakan buku-buku berbahasa Arab ke dalam bahasa Perancis. Bermula
dari sinilah gerakan orientalisme.3

Dalam dalam mengkaji Islam, motivasi yang dimiliki oleh golongan


orientalisme berbeda dengan tujuan yang dimiliki oleh umat muslim dalam
mempelajari ilmu. Pertama, motif keagamaan. Barat yang di satu sisi mewakili
Kristen menganggap Islam sebagai agama yang sejak awal menentang ajarannya. Misi
Islam yang misalnya menyempurnakan millah sebelumnya tentu banyak melontarkan
koreksi terhadap agama itu. Bagi Barat,kritik Islam perlu dijawab, agar tidak
mempengaruhi penganut Kristen. Dengan mamahami Islam missionaris dapat
menentukan strategi missi mereka menghadapi umat Islam. Ketika para Orientalis
mendirikan yayasan–yayasan misionaris, hal utama yang menjadi tujuan mereka
adalah menjadikan seorang Muslim berpindah agama kepada Kristen.. Mereka juga
menjadikan pemuda Muslim tidak bangga kepada Islam, menjadi orang yang ragu
ragu terhadap kebenaran Islam dan juga menyerang dasar-dasar agama. Selanjutnya
para Orientalis memoles bahwa sesungguhnya metodologi yang ada pada agama
mereka lebih baik. Sebagai contoh adalah Teori Hermeunetika yang banyak dikagumi
intelektual dan akademisi negara kita. Secara singkatnya, dalam mempelajari islam,
para orientalis bermaksud merusak eksistensi Islam, mengaburkan ajaranya,
2
Rahim, Abdul”Sejarah Perkembangan Orientarisme”. Jurnal Huhafa 7, no 4, (2010)
– 10 Oktober 2022.

3
melakukan penyimpangan atas nama islam,dan hal buruk lain yang merusak nama
baik Islam

Motif kedua, adalah keilmuan. Sejarah telah mencatat keberhasilan umat Islam
dalam pengembangan sains dan teknologi dari berbagai bangsa, ketika orang Barat
belum mempunyai apa-apa. Karena itu, banyak seruan untuk mengalih bahasakan
buku berbahasa Arab ke dalam bahasa mereka.

Motif ketiga, adalah persoalan ekonomi. Dengan perkembangan


industrialisasi, Barat membutuhkan daerah jajahan dan sekaligus pasar. Peluang itu
dilihat ada di dunia Muslim yang kala itu sedang terpuruk. Untuk itu Barat perlu

C. Definisi dan Selayang Pandang dari Oksidentalisme

Oksidentalisme dijelaskan dalam the world university and ensiklopedia secara


etimologi berarti barat dan secara geografis adalah belahan bumi bagian barat.

Dari makna etimologi di atas, oksidentalisme yang terdiri dari kata oksigen
dan “ism” (paham atau aliran) merujuk pada suatu pengertian paham atau aliran yang
berkaitan dengan segala sesuatu yang berhubungan dengan dunia barat: baik budaya
ilmu, dan aspek-aspek lainnya.

Oksidentalisme adalah lawan kata dari Oreantalisme, tapi di sini ada


perbedaan lain, Oksidentalisme tidak memiliki tujuan untuk mendominasi dan
hegemoni sebagaimana orientalisme.

Istilah Oksidentalisme dipopulerkan oleh Hasan Hanafi seorang pemikir


Mesir. Oksidentalisme adalah salah satu karya dari mega proyek tersebut dengan
judulnya al-Muqaddimah Fi Ilmi alIstighrab(pengantar menuju Oksidentalisme).
Melalui karya tersebut, topik oksidentalisme a lebih dikenal sebagai buah karya
pemikiran Hasan Hanafi. selaim ia seorang yang pertama kali menggagas pemikiran
ini.Terminologi Oksidentalisme berasal dari kata dasar occident,2yang berarti “barat”.
Kemunculan istilah ini, dimaksudkan bagi Hasan Hanafi sebagai respon atas
maraknya westernisasi/eurosentrisme dan penilaian kaum orientalis yang memandang
dunia Timur dalam posisi yang tidak seimbang.3 Oleh sebab itu, untuk memberikan
pengertian yang tepat terhadap istilah Oksidentalisme ini, Hasan Hanafi
mendudukkannya sebagai lawan dari Westernisasi dan Orientalisme.a. Vis a vis
Westernisasi. Menurut Hasan Hanafi, Oksidentalisme pada dasarnya diciptakan untuk
menghadapi westernisasi yang memiliki pengaruh luas tidak hanya budaya dan
konsepsi kita tentang alam, tapi juga mengancam kemerdekaan peradaban kita,
bahkan merambah pada gaya hidup sehari-hari; bahasa, manifestasi kehidupan umum
dan seni bangunan.4Hal ini mengakibatkan hilangnya identitas dunia Timur
(setidaknya bagi orang yang mengagung-agungkan dunia Barat) yang selama ini
dikenal mempunyai kearifan lokal tersendiri, solidaritas yang kuat, sopan, relegius,
dan lain sebagainya. Nilai-nilai luhur ini diwariskan dari masa lalu kita, bukan dari
Barat. Tetapi, saat ini nilai-nilai ke-timuran malah teracam berganti menjadi,
individualistic, amoral, sekuler dan lain sebaginya. Hasan hanafi memposisikan
Oksidentalisme sebagai tandingan dari orientalisme. Bila orientalisme melihat
(Timur) melalui the (Barat), maka Oksidentalisme bertujuan mengurai simpul sejarah
yang mendua (dualisme) antara ego dan the other, dan dialektika antara kompleksitas
inferioritas (muraqab al-naqish) pada egodengan kompleksitas superioritas (murakab
al-uzma) pada pihak the other.Dari penjelasan ini, berarti Oksidentalisme dapat
didefinisikan sebagai suatu kajian kebaratan atau suatu kajian komprehensif dengan
meneliti dan merangkum semua aspek kehidupanmasyarakat Barat. Kendati istilah

Perkembangan Islam di Benua Asia, Afrika, dan Eropa Ditinjau dari


Beberapa Aspek

1. Perkembangan Islam di Asia Muslim


Asia Tenggara pun kerap kali disebut dengan muslim periferi (pinggiran) karena
jauh dari Jantung Islam di Timur tengah, namun komitmen mereka kepada Islam
baik secara spiritual maupun psikologis sangatlah dinamis serta tidak banyak
berbeda dengan masyarakat Muslim lainnya di mana pun juga. Secara intelektual,
Muslim Asia Tenggara selalu bersikap terbukti dan reseptif terhadap proses
Islamisasi yang berlangsung terus menerus yang merupakan cirri masyarakat itu
selama berabad-abad. Sebaliknya, dengan cirri yang sama dangan kaum Muslim
lainnya mereka juga merupakan masyarakat yang mudah terkena oleh perubahan
yang mengganggu mereka dari waktu ke waktu. Meskipun demikian upaya yang
mencapai tingkat ketakwaan tertinggi serta kesempurnaan dalam Islam terus
menerus menempati pikiran sejumlah besar kaum Muslim di Asia Tenggara, yang
dibatasi hanya oleh kapasitas individual mereka masing-masing.

Namun lebih jauhnya, mengenai tempat asal datangnya Islam ke Asia Tenggara,
sedikitnya ada tiga teori besar. Pertama, teori yang menyatakan bahwa Islam datang
langsung dari Arab, atau tepatnya di Hadramaut. Teori ini dikemukakan Crawfurd
(1820), Keyzer (1859). Crawfurd menegaskan Islam datang langsung dari Arab,
meskipun ia ,menyebut adanya hubungan dengan orang-orang “Mohammedan” di
India Timur. Keyzer beranggapan bahwa Islam bahwa Islam datang dari Mesir yang
bermazhab syafi’ie seperti yang dianut kaum muslimin nusantara pada umumnya.
Teori ini juga dipegang oleh Niemann dan oleh Hollander, tetapi dengan meyebut
Hadramaut, bukan mesir, sebagai sumber datangnya Islam, sebab Islam Hadramaut
adalah pengikut mazhab Syafi’i seperti yang diyakini mayoritas muslim nusantara.
Sedangkan Veth hanya menyebut “Orang-orang arab”, tanpa menunjuk asal mereka di
Timur tengah maupun kaitanya (kalau ada) dengan Hadramaut, Mesir, atau India.
Teori Kedua, teori yag mengatakan bahwa Islam pertama kali datang dari India
pertama kali dikemukakan oleh Pijnapel (1872). Berdasarkan terjemahan Perancis
tentang catatan Perjalanan Sulaiman, Marco Polo, dan Ibnu Battuta, ia menyimpulka
bahwa orang-orang Arab yang bermazhab Syaf’i dari gujarat dan Malabar di India
yang membawa Islam ke Asia tenggara. Dia mendukung teori ini dengan menyatakan
bahwa melalui perdagangan, amat memugkinkan terselenggaranya hubungan antara
kedua wilayah ini, ditambah lagi dengan umumnya istilah-istilah persia-yang dibawa
dari India-digunakan oleh masyarakat kota-kota pelabuhan nusantara. Teori ini lebih
lanjut ditegaskan oleh Snouck Hurgronje yang juga menyatakan bahwa para pedagang
dari kota pelabuhan Dakka di India Selatan sebagai pembawa Islam ke wilayah Asia
Tenggara tersebut.

2. Teori ketiga, yang dikembangkan oleh Fatimi menyatakan bahwa Islam


datang dari benggali (kini Bangladesh). Ia Mengutip keterangan Tome Pures, yang
mengungkapkan bahwa kebanyakan orang terkemuka di Pasai adalah orang
Benggali atau keturunan mereka. Dan Islam muncul pertama kalidi semenanjung
malaya, dari arah pantai Timur, bukan dari barat (Malaka), pada abad ke 11,
melalui kronton, Phanrang (Vietnam), Leran dan Trengganu.Perkembangan Islam
di Afrika
Perkembangan islam di afrika

3. Para pendatang membawa Islam ke Afrika Timur ada yang melalui darat,
menyusuri sungai Nil, atau melalui laut dan menyeberangi Laut Merah atau
Samudra India. Gerakan islamisasi seperti ini merupakan gerakan yang secara
umum telah dilakukan oleh para pedagang dan mubaligh sufi yang memiliki
tradisi ekspedi-persuasif cukup tangguh, yang secara ideologis nampaknya
melanjutkan pola-pola islamisasi sebelumnya yang lebih bersifat agresif dan
massif yang awali sejak penaklukan Arab (Islam) atas Mesir (641 M), sehingga
secara umum menjadikan sebagian bangsa Afrika Timur sepenuhnya
dipermukaan menjadi Islam. Padahal kenyataannya lebih dominan hanya di
kota-kotanya saja, seperti pada ethnik yang berbahasa Amhara, Gurage dan
Oromo di Ethiopia, selebihnya bahkan masih bersifat liar sama sekali. Konversi
agama di pedalaman-pedalaman Afrika Timur secara umum terjadi apabila para
raja atau kepala-kepala suku mau melakukannya. Di sepanjang Sungai Nil
kekuatan Kristen merupakan basis yang sebenarnya agak sulit ditembus oleh
Islam, karena memang sejak lama ia merupakan sesuatu yang membentengi
Afrika Timur khususnya di Ethiopia (Habsyah). Dengan masuknya Islam di
beberapa kerajaan (suku) Nubia pada Abad Pertengahan, sepertinya telah meng-
aleniasi mereka dengan suku-suku lainnya, khususnya dengan mereka yang
tinggal di sepanjang Sungai Nil tadi, yang menentang Islam dalam sepanjang
sejarahnya. Sehingga ethnik Nubia yang mengalami perpecaha dengan suku-
suku Afrika Timur lainnya terus mempertahankan identitas invidualitas
budayanya setelah terislamkan. Begitu pula sekalipun mareka sama-sama
muslim dan bertetangga seperti Ethnik Somali dan Swahili, misalnya, dan
keduanya penganut Madzhab Syafi’i, budaya dan kosmologi mereka cukup
berbeda tergantung raja dan kepala sukunya.
4. Banyak sekali bahasa-bahasa suku yang muncul di Afrika Timur, yang secara

keseluruhan menggambarkan keragaman suku masing-masing9. Pengaruh Islam


terhadap bahasa dan kesusastraan mereka dapat ditemui dari berbagai ragam
terjemahan naskah-naskah agama terutama yang berkaitan dengan tarikh Nabi
Muhammad SAW, nabi-nabi yang disebut dalam Injil, Ali, Hussain dan kisah wali-
wali sufi yang mencerminkan pentingnya kehidupan sufisme bagi mereka. Begitu
juga karya-karya tentang fiqih, tauhid dan astrologi cukup dikenal di kalangan
mereka.
5. Pola pikir yang mempengaruhi bangsa-bangsa Islam Afrika Timur kebanyakan
berupa centa-cerita populer, sebagian dalam bentuk puisi, tetapi sebagian besar
dalam bentuk prosa; dan bukan ditulis dalam bahasa Arab kiasik, melainkan
dalam bahasa-tulis Arab pasca-klasik atau bahasa lisan modern. Karya-karya
prosa ini hampir semuanya dicetak di Kairo, sedangkan teks- teks puitis
percakapan biasanya beredar dalam edisi lokal. Buklet-buklet cetakan ini—
hanya sedikit yang pantas disebut buku—terdiri atas dua jenis. Pertama, legenda
Islam sejak penciptaan, Adam dan Hawa, Qishash Al-Anbiyd’, SIrah dan Qiyamah,
hingga Qati Al-Husain dan kehidupan para wali atau orang suci (auliyd’). Kedua,
yakni karya-karya populer tentang kewajiban-kewajiban agama Islam.

6. Perkembangan Islam di Eropa


Bulgaria Negara Bulgaria modern, sama seperti Yunani diduduki cukup lama
sejak abad ke 14 oleh Utsmaniyah hingga 1878 bagi Bulgaria Utara, dan hingga
1908 bagi Selatannya. Jumlah kaum muslimin cukup besar di wilayah ini
sekalipun banyak ditandai perang, pembunuhan, migrasi paksa atau sukarela dan
pemaksaan pindah agama. Hasil sensus 1946 bahwa 13,35 % masih
mengidentifikasikan diri sebagai muslim. Komunitas muslim Bulgaria terdiri atas
empat kelompok etnis yang khas dan sangat berlainan. Pertama, orang Bulgaria
muslim berjumlah sekitar 150 ribu orang dikenal sebagai suku Pomaks berbahasa
Bulgaria, tinggal di pegunungan Rhodope dan di Razlog, sebagian besar buta
huruf. Pemerintah berkuasa pada tahun 1980-an memperlemah
identitas khas mereka dengan memaksa “membulgariakan” keluarga dan nama
muslim mereka, tetapi tidak berhasil.Sampai sekarang komunitas ini terus menjadi
masalah bagi penguasa negara ini. Kedua, Orang-orang Turki berjumlah sekitar
500 sampai 600 ribu jiwa. Mereka tersebar pada wilayah Deli Orman, Dobrudjo,
sepanjang Danube, dan Rodhopes Barat. Terpecah ke dalam dua kelompok besar;
orang Turki Religius dan orang Turki non-religius yang keduanya memiliki
afiliasi politik dengan luar; Gerakan Hak-hak Azasi dan Kebebasan berafiliasi
dengan organisasiorganisasi resmi di Turki, Gerakan Mufti Besar (tahun 1993 di
Bulgaria sendiri terdapat du mufti besar yang saling bersaing) yang berafiliasi
dengan organisasi religius Islam di Dunia Arab. Kebijakan pemerintah 1989
“membulgariakan” penduduknya mengakibatkan sekitar 300 ribu dari komunitas
Turki ini migrasi ke Turki, sebagian kembali dan lainnya bermukim di sejumlah
negara ketiga. Ketiga, Orang-orang Tartar yang berjumlah hampir belum bisa
dipastikan (6 ribuan orang hasil sensus tahun 1946), dan mereka terserap ke dalam
orang-orang Turki. Keempat, orang-orang Gipsi yang jumlahnya malah semakin
tidak pasti (mungkin 100 ribuan). Sebagian besar menganggap dirinya muslim
meskipun agama nampaknya tidak memainkan peran besar bagi kehidupan
mereka. Sebenarnya aspek terpenting komunitas muslim Bulgaria ini adalah,
bahwaternyata komunitas ini dalam tradisi kehidupan beragama terjadi dua kubu
besar; Sunni madzhabHanafi dan Syi’ah Alawiyah, dalam bahasa mereka disebut
Alijani..B. Bulgaria adalah salah satu negara tertua di Eropa, secara resmi
didirikan pada 681 M di Semenanjung Balkan. Warga negara pertama sebagian
besar adalah perwakilan dari tiga suku: Thracia, Slav, dan Bulgaria (Dimov,
2015). Bulgaria bergabung dengan Uni Eropa pada 1 Januari 2007, Bulgaria
menjadi negara anggota pertama dengan populasi Muslim asli yang
besar.Komunitas muslim Bulgaria terdiri atas empat kelompoketnis yang khas dan
sangat berlainan. Pertama, orang Bulgaria muslim berjumlah sekitar 150 ribu
orang dikenal sebagai suku Pomaks berbahasa Bulgaria, tinggal di pegunungan
Rhodope dan diRazlog, sebagian besar buta huruf. Pemerintah berkuasa pada
tahun 1980-an memperlemahidentitas khas mereka dengan memaksa
“membulgariakan” keluarga dan nama muslim mereka,tetapi tidak
berhasil.Sampai sekarang komunitas ini terus menjadi masalah bagi penguasa
negaraini. Kedua, Orang-orang Turki berjumlah sekitar 500 sampai 600 ribu jiwa.
Mereka tersebar padawilayah Deli Orman, Dobrudjo, sepanjang Danube, dan
Rodhopes Barat. Terpecah ke dalam duakelompok besar; orang Turki Religius
dan orang Turki non-religius yang keduanya memilikiafiliasi politik dengan luar;
Gerakan Hak-hak Azasi dan Kebebasan berafiliasi dengan organisasiorganisasi
resmi di Turki, Gerakan Mufti Besar (tahun 1993 di Bulgaria sendiri terdapat du
mufti besar yang saling bersaing) yang berafiliasi dengan organisasi religius Islam
di Dunia Arab. Kebijakan pemerintah 1989 “membulgariakan” penduduknya
mengakibatkan sekitar 300 ribu darikomunitas Turki ini migrasi ke Turki,
sebagian kembali dan lainnya bermukim di sejumlah negara ketiga. Ketiga,
Orang-orang Tartar yang berjumlah hampir belum bisa dipastikan (6 ribuan
oranghasil sensus tahun 1946), dan mereka terserap ke dalam orang-orang Turki.
Keempat, orang-orang Gipsi yang jumlahnya malah semakin tidak pasti (mungkin
100 ribuan). Sebagian besarmenganggap dirinya muslim meskipun agama
nampaknya tidak memainkan peran besar bagikehidupan mereka. Sebenarnya
aspek terpenting komunitas muslim Bulgaria ini adalah, bahwa ternyata komunitas
ini dalam tradisi kehidupan beragama terjadi dua kubu besar; Sunni madzhab
Hanafi dan Syi’ah Alawiyah, dalam bahasa mereka disebut Alijani
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan stdi Kawasan isalm adlah kajian mengenai daerah
islam dan pranata sosialnya. Orientalisme berarti kajian orang barat
mengenai eryimran, khssnya dnia isal, oksidentalisme adalah kajian
imr mrngenai dnia kebaratan, Muslim Asia Tenggara pun kerap kali
disebut dengan muslim periferi (pinggiran) karena jauh dari Jantung
Islam di Timur tengah, namun komitmen mereka kepada Islam baik
secara spiritual maupun psikologis sangatlah dinamis serta tidak
banyak berbeda dengan masyarakat Muslim lainnya di mana pun
juga Teori ini juga dipegang oleh Niemann dan oleh Hollander,
tetapi dengan meyebut Hadramaut, bukan mesir, sebagai sumber
datangnya Islam, sebab Islam Hadramaut adalah pengikut mazhab
Syafi’i seperti yang diyakini mayoritas muslim nusantara.
Berdasarkan terjemahan Perancis tentang catatan Perjalanan
Sulaiman, Marco Polo, dan Ibnu Battuta, ia menyimpulka bahwa
orang-orang Arab yang bermazhab Syaf’i dari gujarat dan Malabar di
India yang membawa Islam ke Asia tenggara.
Julukan Andalusia ini berasal dari kata Vandalusia, yang artinya
negeri bangsa Vandal, karena bagian selatan Semenanjung ini
pernah dikuasai oleh bangsa Vandal sebelum mereka dikalahkan
oleh bangsa Gothia Barat pada abad V. Daerah ini dikuasai oleh
Islam setelah penguasa Bani Umayah merebut tanah Semenanjung
ini dari bangsa Gothi Barat pada masa Khalifah Al-Walid ibn Abdul
Malik. Penaklukan atas wilayah Afrika Utara itu dari pertama kali
dikalahkan sampai menjadi salah satu provinsi dari Khalifah Bani
Umayah memakan waktu selama 53 tahun, yaitu mulai tahun 30 H
(masa pemerintahan Muawiyah ibn Abi Sufyan) sampai tahun 83 H
(masa al-Walid).

B. Saran
Demikianlah yang dapat penulis paparkan mengenai materi yang
menjadi pokok bahasan dalam makalah ini. Penulis banyak berharap
kepada para pembaca untuk memberikan kritik dan saran yang
membangun demi sempurnanya makalah ini. Semoga makalah ini berguna
bagi penulis pada khususnya juga para pembaca.
DAFTAR PUSTAKA

Partono, Az Zafi Ashif, Metodologi Studi Islam.

Rahim, Abdul”Sejarah Perkembangan Orientarisme”. Jurnal Huhafa 7, no


4, (2010) – 10 Oktober 2022.

Akkase teng, H Muhammad Bahar, “Orientalis dan Orientarisme dalam


perspektif sejarah”, jurnal ilmu dan budaya 4, no 1, (2016) – 10 Oktober 2022 .

Siti Maryam, dkk., Sejarah Peradaban Islam, hlm. 69.

Suwito, Sejarah Sosial Pendidikan Islam, hlm. 110.

A. Syalabi, Sejarah dan Kebudayaan Islam, Jilid 2, (Jakarta, Pustaka


Alhusna, 1983), hlm. 154.

Philip K. Hitti, History of the Arab,( London, Macmillan Press, 1970), hlm.
493.

Carl, Brockelmann, History of the Islami Peoples, (London: Rotledge & Kegan
Paul, (

1980), hlm. 83.

A. Syalabi, Sejarah dan Kebudayaan Islam, hlm. 161.

Ajid,Studi Kawasan.

Anda mungkin juga menyukai