Di susun oleh:
Iis Badriyah
Neneng Affah Zen
Syamsul Rizal
FAKULTAS TARBIYAH
PROGRAM STUDI AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM AL-HIKMAH
JAKARTA
2015
Mulai dari
pertumbuhan,
perkembangan, serta
ciri-
cirikarakteristik sosial budaya yang ada didalamnya, termasuk juga faktorfaktor pendukung bagi munculnya berbagai ciri dan karakter serta
pertumbuhan kebudayaan pada setiap kawasan Islam.1
Dalam sejarahnya, persoalan hubungan antar batas-batas wilayah
sebuah Negara sebenarnya sudah sekian lama telah menjadi perhatian para
ahli kegenaraan sejak zaman Yunani sekitar tahun 450-an SM. Ptolemy,
Thucydidas, Hecataeus, dan Herodotus merupakan sejarawan Yunani yang
cukup intens dengan kajian-kajian wilayah yang ia kenal, baik melalui
cerita orang maupun dari hasil pengamatan terhadap wilayah-wilayah yang
ia kunjungi.
Mereka selain seorang sejarawan juga seorang pengelana. 1300
tahun kemudian, kaum Muslimin memiliki kemampuan yang luar biasa
dalam mengembangkan studi kawasan ini dengan berbagai corak yang
ragam, yanglebih dinamis lagi. Karya-karya mereka telah melampaui
sejaran Yunani, dimana pembahasannya bukan lagi berbicara tentang
realita sejarah, tetapi lebih maju lagi yakni bagaimana cara-cara
menanganinya.
berkembang
(develoved
countries).
Tetapi
2 Ibid ., h.211
3 H. M. Joesoef Souyb, orientalisme dan islam, (Jakarta: Bulan Bintang,
1995), h.18
d. Tuhan
e. Kekayaan
f. Kekuasaan
Orientalisme Positif :
Kedatangan agama Islam yang didakwahkan Nabi Muhammad
menampakkan kilaunya setelah Nabi Muhammad hijrah ke Madinah dan
seruannya diterima dengan baik di sana, cahaya Islam mulai menyala dan
dalam waktu yang singkat menerangi kegelapan di jazirah Arabia, bahkan
lambat laun menerangi daerah-daerah sekitarnya sehingga pada masa itu
Madinah telah menjelma menjadi sebuah negara besar dengan seorang
pemimpin besar tak kalah besarnya dengan Imperium Rumawi di Barat
dan Imperium Persia di Timur.
Dalam memahami Islam, harus ditinjau dari dua aspek pokok yang
saling berkaitan, yakni : pertama, aspek tekstual berupa aturan-aturan
Islam secara normatif yang termuat dalam al-Quran dan Hadits yang
keberadaannya absolut dan non debatabel, aspek ini lazim disebut Islam
normatif; kedua, aspek kontekstual berupa penerapan secara praktis dari
Islam normatif yang diambil dari upaya penggalian terhadap nilai-nilai
normatif melalui berbagai pendekatan di berbagai bidang yang melahirkan
berbagai disiplin ilmu, antara lain ilmu tafsir, hadits, fiqh, ushul al-fiqh,
kalam, tasawwuf dan lain-lain yang keberadaannya masih bersifat relatif
dan debatabel, aspek ini lazim juga disebut Islam historis atau budaya
umat Islam.
Dalam diskursus mengenai Islam historis yang relatif dan debatebel
terbuka peluang besar kepada golongan di luar Islam terutama dunia Barat
dalam usaha mempelajari Islam dan budaya umat Islam di Timur untuk
ikut memberikan makna dalam penerapan Islam normatif, baik dengan
tujuan yang tulus dan murni untuk memahami Islam maupun untuk tujuantujuan tertentu guna mendapatkan kemanfaatan dari khazanah Islam dan
umat Islam yang --secara langsung maupun dan tidak langsung
Orientalisme Negatif ;
Minat Barat untuk belajar dari Timur pada awalnya --sebelum pecah
perang salib untuk mendapatkan ilmu pengetahuan semata, hingga dari
Menerbitkan Majalah-majalah.
Kegiatan-kegiatan ini dilakukan untuk mendukung misi dan sikap
mereka terhadap Timur, terutama Islam. Di antara sikap mereka tersebut
menurut Ghurab adalah sikap-sikap lama yang pernah ditunjukkan kaum
musyrikn dan ahl al-kitb terhadap Islam pada masa lalu, sikap tersebut
antara lain:
dan
sama
sekali
tidak
mengarahkan
perhatian
pada
pembentukan aqidah.
Menganggap hadits sebagai hasil rekayasa sahabat dan bukan berasal dari
Rasul.
Uraian di atas menunjukkan bahwa para orientalis sesungguhnya
tidaklah secara jujur menilai Islam sebagai agama yang berasal dari Allah,
melainkan hanya sekedar menganggapnya sebagai hasil budaya manusia
Timur dalam hal ini Muhammad dan para sahabatnya yang diteruskan oleh
pengikut-pengikut mereka. Sikap-sikap ini tercermin dalam isi setiap
karya tulis yang mereka hasilkan.
2. Oksidentalisme
Oksidentalisme adalah sebuah disiplin Ilmu yang membahas
tentang dunia Barat. Dalam konteks ini Barat menjadi objek,
sedangkan Timur adalah subjeknya. Tidak seperti kajian tentang Timur
(Orientalisme)
yang
marak
dilakukan,
kajian
tentang
Barat
kalangan
akademis
sekalipun.
Barat
dalam
konteks
latar
belakang
pemegang
kebijakan
D. Studi Kawasan
7 Ibid., h.226
8 Ibid
1. KarakteristikAgamaIslamDiArab
a. Kebudayaan
Bangsa Arab mempunyai budaya yang tinggi, itu dapat diketahui dari
Kerajaan Kerajaan yang berdiri di Yaman. Dari Bani Qathan ini telah
berdiri Kerajaan-kerajaan yang berkuasa didaerah Yaman, diantaranya
yang terpenting adalah Kerajaan Main, Qutban, Saba dan Himyar.
Berkah minyak bumi inilah yang telah mendorong modernisasi di saudi
Arabia sehingga angka melek huruf pun cukup tinggi, 62,8 %. Sekalipun
pada sisi lain dampak modernisasi ini telah menimbulkan kesenjangan
antara kehidupan kota dengan penduduk pedalaman, termasuk juga antara
golongan muda dan tua serta para ulama. Para wanita misalnya, meski
diluar rumah selalu mengenakan semacam pakaian jubah yang biasa
disebut abha , namun di dalam rumah mereka terbiasa mengenakan
pakaian barat, termasuk memakai berbagai produk kosmetik barat serta
menonton berbagai tayangan televisi yang selama ini ditabukan.
b. Teologi
BangsaarabsebelumIslamsudahmenganutagamayangmengakuiAllah
SWTsebagaiTuhan,suatukepercayaanyangdiwarisidariNabiIbrahim
AS dan Ismail AS. Al Quran mengakui dan menyebut ajaran agama
yangdibawaolehNabiIbrahimAStersebutdengansebutanHanif,yaitu
keyakinan yang mengakui keEsaan Allah SWT. Tuhan pencipta dan
pengaturalamSemesta.
Tetapi lama kelamaan keyakinan yang dianut oleh bangsa Arab itu
semakintidakmurnisepertiyangdiajarkanNabiIbrahimAS.Takhayul
telahmenodaikemurnianakidahAgamaHaniftersebut,hinggaakhirnya
sampaipadapenyimpanganyangmenyekutukanAllahSWT.Kepercayaan
yangmenyimpangdariAgamaHanifituterkenaldengansebutanAgama
Wasaniah(Berhala),yaituagamayangmenyekutukanAllahSWT.Agama
inimengadakanpenyembahankepadaansab(batuyangbelummempunyai
bentuk)danAsnam(Semuajenispatungyangtidakterbuatdaribatu).
Bangsa Arab jahiliyah itu masih mengakui Allah Yang Maha Agung,
tetapi mereka merasakan adanya jarak yang jauh antara Tuhan dan
di
dalam
pesantren
bertujuan
untuk
memperdalam
petuah.
Islam di Cina
Cina memiliki sejarah meliputi jangka waktu lebih dari 4000 tahun,
sehingga termasuk negara yang berperadaban tertua di dunia di samping
India, Mesir, dan Mesopotamia. Dalam jangka waktu 4000 tahun lebih, Cina
mempunyai 24 dinasti dan 2 republik, yaitu Republik Nasionalis Cina dan
Republik rakyat Cina.
T`ai Tsung naik tahta pada tahun 626, empat tahun setelah Nabi Muhammad
dan sahabat-sahabatnya meninggalkan Mekkah menuju Madinah. Pada
waktu T`ai Tsung mempertahankan dan mempersatukan Cina, Nabi
Muhammad baru meletakkan dasar-dasar negara Islam.
Pada tahun 750 M., Dinasti Umayyah dijatuhkan oleh Dinasti
Abbasiah. Satu tahun kemudian, tentara Muslim berhadapan dengan tentara
Cina untuk pertama kalinya di Talas. Dengan bantuan orang-orang Turki,
umat Islam dapat mengalahkan tentara Cina. Sejak peristiwa itu, penguasaan
Islam terhadap Asia Tengah semakin kukuh dan sebagian besar
penduduknya memeluk Islam. Hasil dari pertempuran Talas lainnya adalah
ditangkapnya beberapa orang Cina yang ahli dalam membuat kertas. Karya
mereka kemudian diperkenalkan dalam dunia Islam. Pembuatan kertas ini
kemustahilan karena agama yang holistic dan menggunakan bahasabahasa langityang unfamiliar, distance tidak mungkin difahami dengan
paradigma dan bahasa manusia yang profan.
Menurut Adams Ia mengakui bahwa mempelajari agama Islam
bukan perkara mudah, bahkan dapat menyerempet bahaya, masih ada
space untuk menuju kesana dengan model pendekatan yang
beragamtanpa harus mereduksi masalah pokok Agama. Pendekatan
seperti ini memang terbukti cukup efektif untuk mengkaji agama lebih
mendalam.
Menurut persoalan yang diungkapkan oleh Amin Abdullah
adalah bagaimana memahami yang abstrak dengan yang konkret.
Wilayah kajian akademik menyangkut sesuatu yang konkret,
sementara yang abstrak mewujud dalam sesuatu yang konkret berupa
tindakan-tindakan.
Studi keagamaan tidak dapat dilepaskan antara studi teks dan
studi tradisi yang kemudian banyak mengilhami munculnya gagasan
baru terhadap pemahaman agama.9
2. Prospek Studi Kawasan
Prospek pendekatan studi area, sebenarnya boleh dikatakan
sangat baik. Hal ini mengingat perlunya dibangun saling pengertian
dan kerjasama antar komunitas muslim Dunia yang meliputi luas
wilayah mencapai 31,8 juta km2 atau sebanding dengan 25% dari
seluruh wilayah Dunia, memanjang mulai dari Indonesia di sebelah
timur hingga Senegal di sebelah barat, serta dari utara Turkistan hingga
ke selatan Mozambik, dengan jumlah populasi umat Islamnya
1.334.000.000 jiwa. Mayoritas hidup di dunia Islam ( 1 Miliar) dan
selebihnya hidup sebagai minoritas muslim (334.000.000). minoritas
muslim tersebut yang terbanyak berada di India dan Cina.10
Hal ini dapat kita lihat pada tokoh penyebar Islam di Indonesia
dan di Maroko. Sunan Giri atau Sunan Kalijaga di Indonesia,
9 Ibid., h.232
10 Ibid., h.234
sejak
tahun
80-an
oleh
Nurcholis
Madjid
dan
Abdurrahman Wahid.
Sebagian lagi menilai bahwa gagasan Islam Nusantara juga
berpotensi besar untuk memecah-belah kesatuan kaum Muslim,
sehingga akan muncul istilah Islam Nusantara, Islam Amerika, Islam
Australia, dan sebagainya. Gagasan Islam nusantara disinyalir akan
memicu
sikap
saling
menonjolkan
kedaerahannya
didalam