PAPER
Diajukan Kepada Bapak Asep Maulana Rohimat , S.H.I., M.S.I
Oleh:
KELAS 2 G
MANAJEMEN BISNIS SYARIAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN MAS SAID SURAKARTA
TAHUN 2023
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Islam adalah agama yang diwahyukan oleh Allah SWT untuk manusia melalui Nabi
Muhammad SAW, yang menunjukkan manusia menuju keselamatan. Islam selalu
berkembang pesat dari zaman ke zaman, Seiring berkembangnya zaman, maka berkembang
pula lah ilmu pengetahuan, sehingga membuat kita yang asalnya tidak tahu menjadi tahu.
Oleh karena itu, pemikiran pun harus berkembang, sebagai umat Rasulullah SAW, haruslah
bersumber pada Al-Quran, As-Sunnah, dan ijtihad. Adapun latar belakang dari orientalisme
dan oksidentalisme sendiri yaitu terdiri dari tiga unsur antar lain islam sebagai sebuah
disiplin ilmu, perkembangan agama islam di dunia, dan persaingan komunitas agama.
Adapun rumusan masalah yang akan kita bahas dalam paper ini yaitu antara lain,
orientalisme dan oksidentalisme yang merupakan bagian penting dan hampir tak
terpisahkan dengan materi-materi terhadap kajian metodologi studi islam serta tujuan
dibuatnya paper ini yaitu untuk mengetahui pentingnya orientalisme dan oksidentalisme
terhadap kajian metodologi studi islam.
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Orientalisme
1. Pengertian Orientalisme
Orientalisme berasal dari bahasa prancis yaitu “orient” yang berarti timur.
Sedangkan secara istilah orientalisme berarti ilimu-ilmu yang berhubungan dengan
dunia timur dalam semua aspeknya seperti agama, bahasa, ilmu, sastra, seni, dan lain-
lain. Orang-orang yang mempelajari ilmu tersebut disebut orientalis atau ahli
ketimuran. Orientalis ialah segolongan sarjana barat yang mendalami bahasa-bahasa
dunia timur dan kesusasteraannya dan mereka juga menaruh perhatian besar terhadap
agama-agama dunia timur serta sejarah, adat istiadat, dan ilmu-ilmunya (Zaman, 2019).
2
3. Contoh dan Dampak Orientalisme
perang salib (the crusades) merupakan perang antara dua kekuatan, Islam dan
Kristen dengan delapan gelombang penyerbuan terhadap umat Islam selama
hampir dua abad dan berakhir pada kekalahan di pihak Kristen. Akibat dari tragedi
dahsyat ini, dunia Barat (Kristen dan Yahudi) termasuk Amerika mendendam
kemarahan dan dendam kesumat untuk menghancurkan Islam (Reichenbach, 2019).
Fenomena di atas memotivasi para orientalis dengan orietalismenya untuk
mengkaji bahasa Arab dan umat Islam yang diarahkan untuk melemahkan jiwa, rasa
percaya diri umat Islam agar tunduk kepada penguasa Barat dan mengikuti ajaran
mereka. Mereka terus bergerak di bidang karya tulis, ceramah, muktamar,
penerbitan, pengumpulan dana, mendirikan organisasi, kristenisasi, sekelarisme,
serta memasuki lapangan pendidikan dan pengajaran dengan Al-Ghazwu Al-Fikri-
nya untuk merusak otak generasi muda Islam yang pada akhirnya meninggalkan
ajaran dan nilai-nilai Islam (Reichenbach, 2019).
Menyingkap masalah orientalisme secara tuntas, terutama sikap para orientalis
terhadap Islam dan umatnya memang disadari tidaklah mudah. Karena sikap
tersebut bukanlah masalah baru dan merupakan kesinambungan strategi dan taktik
musuh-musuh Islam yang dewasa ini lebuh berkembang dengan pola dan
metodenya yang beragam (Reichenbach, 2019).
Para orientralis ini pada hakikatnya bukanlah orang-orang yang tepat dan patut
untuk mengkaji ilmu-ilmu Islam dengan kajian ilmiah. Karena mereka kehilangan
sifat pokok objektivitas ilmiah, yaitu sifat terbuka dan kejujuran intelektual. Bahkan
dengan terang-terangan mereka bersikap memusuhi Islam, bersikeras dan fanatik
menentangnya, membenci al-Qur’an, dengki terhadap Rasulullah saw. Dan terhadap
Islam umumnya serta berbuat tipu daya dengan berbagai cara (Reichenbach, 2019).
B. Oksidentalisme
1. Pengertian Oksidentalisme
3
tersebut, selanjutnya topik Oksidentalisme lebih dikenal sebagai buah karya pemikiran
Hasan Hanafi (Ahmad, 2022).
Terminologi Oksidentalisme berasal dari kata dasar occident yang berarti “barat”.
Kemunculan istilah ini, dimaksudkan bagi Hasan Hanafi sebagai respon atas maraknya
westernisasi/eurosentrisme dan penilaian kaum orientalis yang memandang dunia
Timur dalam posisi yang tidak seimbang. Oleh sebab itu, untuk memberikan pengertian
yang tepat terhadap istilah Oksidentalisme ini, Hasan Hanafi mendudukkannya sebagai
lawan dari Westernisasi dan Orientalisme (Ahmad, 2022).
Oksidentalisme dapat didefinisikan sebagai suatu kajian kebaratan atau suatu kajian
komprehensif dengan meneliti dan merangkum semua aspek kehidupan masyarakat
Barat. Kendati istilah Oksidentalisme adalah lawan kata dari Orientalisme, tetapi ada
perbedaan lain, Oksidentalisme tidak memiliki tujuan hegemoni dan dominasi
sebagaimana orientalisme. Para Oksidentalis hanya ingin merebut kembali ego Timur
yang telah dibentuk dan direbut Barat (Ahmad, 2022).
4
2. Tujuan Oksidentalisme
Hadirnya oksidentalisme sebagai suatu konsep berpikir dan bertindak dalam
menyikapi relasi Islam dengan Barat tidak terlepas dari berbagai tujuan yang
ditegaskan oleh Hasan Hanafi antara lain sebagai berikut:
1. Kontrol atau pembendungan atas kesadaran Eropa dari awal
sampai akhir, sejak kelahiran hingga keterbentukannya.
2. Mempelajari kesadaran Eropa dalam kapasitas sebagai sejarah bukan sebagai
kesadaran yang berada di luar sejarah.
3. Membebaskan ego dari kekuasaan the other pada tingkat peradaban agar ego
dapat memposisikan diri sebagai dirinya sendiri.
4. Membuka jalan bagi terciptanya inovasi bangsa non Eropa dan
membebaskannya dari “akal” Eropa yang menghalangi nuraninya, sehingga
bangsa non Eropa dapat berpikir dengan “akal” dan kerangka lokalnya sendiri.
Menciptakan Oksidentalisme.
5. Menciptakan Oksidentalisme sebagai ilmu pengetahuan yang akurat. Karena
gejala Oksidntalisme sebanarnya telah ada dalam generasi kita. Hanya saja
gejala tersebut tidak mampu menghasilkan sebuah disiplin ilmu (Nata, 2015).
5
pihak yang kalah, dan keinginan seorang hamba untuk membebaskan diri
dari tuannya (Nata, 2015).
b. Sanggahan-Sanggahan atau Kritik Oksidentalisme.
Jika keraguan dan kekhawatiran di atas berkaitan dengan gagasan proyek
ini sebagai satu kesatuan, maka sanggahan dan reaksi atas Oksidentalisme
berkutat di seputar kemampuan merealisasikan gagasan tersebut (Nata,
2015).
6
BAB III
KESIMPULAN
Orientalisme berasal dari bahasa prancis yaitu “orient” yang berarti timur. Sedangkan
secara istilah orientalisme berarti ilimu-ilmu yang berhubungan dengan dunia timur dalam
semua aspeknya seperti agama, bahasa, ilmu, sastra, seni, dan lain-lain. Sedangkan
Oksidentalisme berasal dari kata dasar occident yang berarti “barat”. Kemunculan istilah ini,
dimaksudkan bagi Hasan Hanafi sebagai respon atas maraknya westernisasi/eurosentrisme dan
penilaian kaum orientalis yang memandang dunia Timur dalam posisi yang tidak seimbang.
Tujuan atau motif orientalisme dibagi menjadi tiga yaitu Ilmiah, Kristenisasi, dan
Kolonialisasi. Sedangkan tujuan oksidentalisme antara lain yaitu Kontrol atau pembendungan
atas kesadaran Eropa dari awal sampai akhir sejak kelahiran hingga keterbentukannya dengan
begitu teror kesadaran Eropa akan berkurang. Karena, kesadaran Eropa tidak lagi menjadi
pihak yang berkuasa , Mempelajari kesadaran Eropa dalam kapasitas sebagai sejarah bukan
sebagai kesadaran yang berada di luar sejarah, dan Membebaskan ego dari kekuasaan the other
pada tingkat peradaban agar ego dapat memposisikan diri sebagai dirinya sendiri.
7
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Said, H. (2018). Potret Studi Alquran Di Mata Orientalis. Jurnal At-Tibyan: Jurnal
Ilmu Alquran Dan Tafsir, 3(1), 27.
Haryono, S. D. (2022). Sikap Terhadap Tradisi Barat : Telaah Eurosentrisme Max Weber (
Analisis Oksidentalisme Hassan Hanafi ). Aqlania, 13(1), 37.
Komaru Zaman. (2019). Urgensi Dan Signifikansi Studi Islam Dalam Perspektif Orientalis-
Oksidentalis. El-Faqih : Jurnal Pemikiran Dan Hukum Islam, 5(2), 114–132.
Nata, Y. Y. (2015). Oksidentalisme. Jurnal Penelitian Dan Pemikiran Keislaman, 2(1), 118–
130.
Reichenbach, A., Bringmann, A., Reader, E. E., Pournaras, C. J., Rungger-Brändle, E., Riva,
C. E., Hardarson, S. H., Stefansson, E., Yard, W. N., Newman, E. A., & Holmes, D.
(2019).