Anda di halaman 1dari 8

Studi Islam Kawasan

Ahmad Rodia (301210009), Aisyah Riyah A.B (301210011), Dendy Jati Saputra (30121001)

Prodi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir, Fakultas Ushluhuddin, Adab, dan Dakwah, IAIN
Ponorogo

Abstrak

Di dalam paper ini akan dibahas masalah Studi Islam Kawasan yang menghasilkan
pertanyaan 1) pengertian dan latar belakang adanya studi kawasan Islam; 2) apa itu
orientalisme dan oksidentalisme; 3) seperti apa studi Islam di kawasan Timur dan Barat; 4)
apa perbedaan dari Islam mayoritas dan yang minoritas; 5) problem seperti apakah yang
muncul dari lingkungan studi kawasan dan apa saja prospek yang bisa membawa
keuntungan bagi masyarakat. Kajian ini bersumber dari olah pustaka. Maka dapat diketahui
bahwa studi kawasan merupakan studi terkait kewilayahan dari berbagai aspek. Studi
wilayah Islam terdapat di wilayah Timur hingga Barat. Di Barat studi Islam menggunakan
pendekatan teologis dan sejarah religiusitas. Di Barat Islam tidak dipandang sebagai agama
yang transenden melainkan hanya sebagai objek kajian. Di Timur, Islam dipandang sebagai
agama wahyu Tuhan yang transenden dan mengenakan pendekatan normatif dan
ideologis. Cara pandang Barat terhadap dunia Timur disebut orientalisme sedangkan cara
pandang Timur mengenai dunia Barat disebut oksidentalisme. Wilayah studi Islam di Barat
tersebar di sekitaran Eropa dan Amerika, sedangkan Timur meliputi Asia dan Afrika. Islam
minoritas menurut Ali Ketani dapat dibagi jadi 3: 1) mereka yang dahulu mayoritas, tetapi
kemudian kehilangan kekuasaan dan prestis, lalu melalui erosi dan penyerapan menjadi
minoritas; 2) mereka yang dahulu minoritas sebagai penguasa, tetapi kekuasaan mereka
berakhir, dan mereka tetap sebagai minoritas agama; 3) non-Muslim yang pindah ke Islam
dalam lingkungan yang non-Muslim. Banyak sekali prospek/keuntungan dari studi kawasan
Islam, meski demikian juga tidak terlepas dari problematikanya; di mana semakin kompleks
objek yang menjadi sasaran penyelidikan dan semakin luas wilayah yang dijangkaunya,
maka segala persiapan yang diperlukan untuk menerapkan studi kawasan, juga semakin
besar.

Pendahuluan

Kajian-kajian tentang agama berkembang bukan karena agama tidak dapat dipisahkan
dari kehidupan, tetapi dalam kenyataannya agama berperan penting dalam perubahan
sosial dan pengubahan bentuk sosial. Studi wilayah menjadi ilmu yang memahami latar
belakang budaya, cara hidup, cara pikir, dan ciri khas masing-masing wilayah atau region,
terutama di era globalisasi yang telah meruntuhkan kewilayahan. Studi wilayah
menjelaskan hasil dari sebuah penelitian tentang suatu masalah menurut wilayah di mana
masalah tersebut terjadi.
Islam tidak hanya mempunyai sejarah politik yang panjang dalam masa tetapi juga
sejarah politik yang luas daerahnya. Banyak dari para Ilmuwan pengkaji Islam yang telah
memulai pengkajian-pengkajian Islam dengan beberapa pendekatan studi, terkhusus Studi
wilayah. Melirik pada perkembangan politik, sejarah dan budaya sangat dinamis, dan juga
disebabkan kurangnya umat Islam mengkaji agamanya, menjadikan studi wilayah ini
dianggap sangat signifikan untuk dikaji dan juga dikembangkan.

Dalam makalah ini akan dibahas: 1) pengertian dan latar belakang adanya studi kawasan
Islam; 2) apa itu orientalisme dan oksidentalisme; 3) seperti apa studi Islam di kawasan
Timur dan Barat; 4) apa perbedaan dari Islam mayoritas dan yang minoritas; 5) problem
seperti apakah yang muncul dari lingkungan studi kawasan dan apa saja prospek yang bisa
membawa keuntungan bagi masyarakat.

Pembahasan

1. Arti dan Asal-Usul Studi Kawasan Islam

Studi Kawasan adalah kajian yang fokus materinya tentang berbagai aspek dan lingkup
yang ada di suatu kawasan atau daerah, mulai dari pertumbuhan, perkembangan,
karakteristik, sejarah, sastra, adat, sosial, dan lain-lain. Dengan demikian, secara formal
objek studinya harus meliputi aspek-aspek geografis, demografis, historis, bahasa serta
berbagai perkembangan sosial budaya, yang merupakan ciri-ciri umum dari keseluruhan
perkembangan di tiap kawasan budaya.1

Dalam sejarahnya, persoalan hubungan antar batas-batas wilayah negara telah lama
menjadi topik para ahli kenegaraan, semenjak zaman Yunani Kuno. Misalkan Ptolemy,
Thucydidas, Hecataeus, dan Herodotus merupakan sejarawan yang intens dengan kajian
kewilayahannya baik dari lisan ke lisan maupun dari hasil observasi langsung. 13 abad
kemudian, studi kawasan dikembangkan oleh upaya kaum Muslimin dengan berbagai
corak dan ragam yang lebih dinamis lagi.

Orientalisme dan Oksidentalisme

a) orientalisme

Orientalisme berasal dari kata latin oriens yang berarti the rising of the sun (terbitnya
matahari). The eastern part of the world (belahan dunia Timur), dan the east (Timur).

Secara epistemologinya merupakan representasi cara pikir orang Barat tentang dunia
Timur. Orientalis bergerak di bidang sains-humaniora seperti kajian sejarah, seni, sastra,

1
https://www.academia.edu/9257777/
STUDI_KAWASAN_ISLAM_MAKALAH_Untuk_memenuhi_tugas_Mata_kuliah_Metodologi_Study_
Islam, diakses pada Selasa, 17 Mei 2022.
geografi, dan budaya lain dari dunia Timur dengan ‘mem-baratkan’ segala yang ada di
Timur.

Metode penelitian mereka terhadap Islam setidaknya ada tiga: pendekatan filologi,
pendekatan kritik sejarah, dan implikasi kajian orientalisme. Tujuan dari penelitian kaum
orientalis adalah untuk membuat keraguan terhadap keabsahan Al-Qur’an, kebenaran
ajaran Nabi saw, urgensi Arab, dan nilai fikih islami.

b) oksidentalisme

Berasal dari bahasa Inggris, occident, yaitu negeri Barat, sehingga pengertiannya dapat
dimaknai sebagai studi tentang Barat dengan segala aspeknya. Oksidentalisme lawan
dari orientalisme, akan tetapi oksidentalisme tidak memiliki tujuan hegemoni dan
dominasi sebagaimana orientalisme. Orang yang mengkaji peradaban Barat biasa
disebut oksidentalis.

Metode pendekatan mereka yakni dialektika-historis dan metode fenomenologi.

Dialektika digunakan untuk menjelaskan sejarah proses perkembangan pembentukan


kesadaran Eropa yang meliputi kelahiran, kebangkitan, keruntuhan, dan
keberakhirannya. Selain itu, metode historis digunakan juga untuk menggambarkan
kesadaran Eropa dalam lingkup sejarahnya.

Kemudian metode fenomenologi adalah teori tentang konsepsi kesadaran personal dan
kesadaran peradaban Eropa, serta kajian yang diperdalam yaitu pembentukan kesadaran
bangsa Eropa dengan menjelaskan sumber-sumber yang selama ini disembunyikan. 2

2. Studi Islam di Dunia Timur dan Barat

Studi Islam berkembang seiring dengan eksistensi Islam itu sendiri yang berkembang
tidak saja di kawasan Timur Tengah, Afrika, atau Asia, melainkan telah sampai ke dunia
Barat. Dalam perkembangannya, studi Islam merupakan salah satu studi yang mendapat
perhatian luas di kalangan ilmuwan Barat ataupun Timur. Jika ditelusuri secara
mendalam, dapat diketahui bahwa minat studi Islam mulai marak sejak pertengahan
kedua abad ke-19. Studi Islam kini banyak yang menjadikan sebagai salah satu cabang
ilmu favorit. Ini berarti studi itu mendapat sorotan dari dunia ilmu pengetahuan.

Karena upaya mempelajari Islam tidak hanya dilakukan oleh umat sendiri, melainkan
juga non-muslim, maka tujuan studi itu pun juga berbeda dari masing-masing kelompok.
Di kalangan umat Islam, studi Islam bertujuan supaya mereka mengetahui dan
mengamalkannya dengan benar. Sedangkan untuk kelompok luar, studi Islam berguna
untuk mempelajari seluk-beluk agama dan praktiknya, yang hanya sebatas untuk
menambah wawasan.

Tingkat kesulitan dari studi perbandingan ini terletak pada tradisi studi di kedua wilayah
berbeda dari orientasi studi dan filsafat pendidikan terhadap studi Islam itu sendiri. Hal

2
http://afi.unida.gontor.ac.id/2020/10/05/orientalisme-dan-oksidentalisme-mengenal-pemikiran-
timur-dan-barat/, diakses pada Rabu, 18 Mei 2022.
itulah yang menentukan bentuk, sistem, kurikulum, dan arah studi Islam pada masing-
masing kawasan. Lebih jauh lagi, perbedaan pokok juga terdapat pada tujuan
pembentukan dan pengembangan Islam yang selanjutnya juga mempengaruhi batasan-
batasan pengkajian atas batang tubuh Islam dan sebagainya. Filsafat yang mendasari
kajian di Timur Tengah lebih tegas berorientasi Islam. Sementara di Barat, filsafat yang
mendasari adalah liberalisme, pragmatisme, dan darwinisme sosial.

a) Studi Islam dunia Timur


Kajian di Timur Tengah cenderung menekankan pendekatan normatif dan
ideologis terhadap Islam. Titik tolak kajian Islam yakni dari penerimaan terhadap
Islam sebagai agama wahyu yang transenden. Islam tidak hanya dijadikan sebagai
kajian yang secara leluasa ditundukkan oleh prinsip-prinsip keilmuan, tetapi
diletakkan secara terhormat sesuai dengan kedudukannya sebagai doktrin yang
diturunkan oleh Tuhan.
Meski pendidikan tinggi di sini sangat menekankan pedekatan normatif dan
ideologis terhadap Islam, lingkungan berpikir mahasiswanya sangatlah beragam.
Oleh sebab itu meski pendekatannya normatif, ada pula arus kuat yang
menekankan pendekatan historis dan sosiologis yang dipandang liberal—bahkan
juga terdapat beberapa pemikiran liberalis di lingkungan universitas dan dunia
pemikiran umumnya, seperti yang ditampilkan oleh Hasan Hanafi, Zaki Najib
Mahmud, atau Abdellahi Ahmed an-Na’im.

b) Studi Islam dunia Barat


Secara garis besar pendekatan yang dipakai oleh studi Islam di dunia ini adalah
teologis dan sejarah agama-agama. Kajian teologis yang bersumber dari tradisi
kajian tentang Kristen di Eropa, menyodorkan pemahaman normatif mengenai
agama lain. Sebab itu kajan-kajiannya diukur dari kesesuaian dan kemanfaatnya
bagi keimanan. Namun dengan terjadinya marjinalisasi agama dalam masyarakat
Eropa atau Barat pada umumnya, kajian teologis yang normatif ini semakin
cenderung ditinggalkan para pengkaji agama—dengan kata lain, Barat melihat
Islam hanya sebagai agama doktrin dan sebuah bagian peradaban, bukan sebagai
agama transenden yang harus diyakini sebagaimana kaum Muslimin melihatnya.
Oleh karena Islam di Barat hanya berupa objek studi ilmiah, maka Islam
diperlakukan sebagaimana objek-objek studi ilmiah lainnya yang dapat dikritik
secara bebas dan terbuka. Hal ini dapat dimengerti sebab apa yang mereka
kehendaki adalah pemahaman atau pengetahuan, bukanlah usaha mendukung
Islam sebagai sebuah agama dan jalan hidup.
Penempatan yang murni ‘ilmiah’ seperti ini akan memungkinkan lahirnya banyak
karya studi Islam ilmiah yang mengagumkan, walaupun bukan tanpa cacat sama
sekali. Studi Islam kontemporer di Barat berusaha keras menampilkan citra yang
adil dan penuh penghargaan terhadap Islam sebagai agama dan peradaban,
dengan mengandalkan berbagai pendekatan dan metode yang lebih canggih
dalam ilmu sosial-kemanusiaan, bahkan tak jarang dipelopori oleh sarjana-sarjana
Muslim sendiri. Hal ini pun nampaknya banyak menarik perhatian pengkaji Islam
di generasi baru dari negeri yang lain.
3. Islam Mayoritas dan Minoritas

Secara kuantitas, Islam mayoritas tersebar di beberapa negara yang terdapat di kawasan
Asia Tenggara semisal Indonesia, Malaysia, dan Brunei Darussalam. Begitu pula di
Semenanjung Arab yang secara historisnya merupakan titik muasal Islam muncul dan
berkembang. Di Indonesia Islam Mayoritas (arus Islam utama) yang ada di Indonesia
mengarah kepada kelompok-kelompok Islam yang dianut oleh sebagian besar penduduk
Islam yang ada di Indonesia. Selain itu, Islam Mayoritas juga dijadikan sebagai referensi
dalam berbagai urusan yang berhubungan dengan hukum-hukum dalam penentuan
kasus-kasus yang dialami oleh umat Islam saat ini.

Dalam sejarahnya, sebenarnya tidak diperkenalkan konsep mayoritas dan minoritas


seperti itu di zaman Nabi saw dulu, baik dari sudut pandang sekarang yang pada saat itu
kelompok Muslim menjadi minoritas di Mekah maupun mayoritas di Madinah. Hal ini
menyangkut tentang konsepsi negatif bahwa yang mayoritas akan diutamakan
dibanding yang minoritas, sehingga menyebabkan yang minoritas jadi tersingkir. Islam
menilai adanya persamaan hak manusia, bilamana golongan tertentu lebih unggul dalam
jumlah dan kekuatan, maka yang lebih kecil dilindungi dan tetap dihormati. Sama
dengan bila golongan Islam yang lebih kecil, maka ia berhak menjalankan keyakinannya
dengan tetap menghormati golongan lain yang lebih besar.

Islam minoritas biasanya ada di kawasan Eropa dan Amerika, atau pun karena menganut
aliran tertentu dibandingkan jumlah aliran yang dianut mayoritas. Ali Kettani
mengelompokkan komunitas minoritas Muslim ke dalam tiga kelompok berdasarkan
asal-usul historis mereka dan situasi sekarang. Kelompok pertama, yaitu mereka yang
dahulu mayoritas, tetapi kemudian kehilangan kekuasaan dan prestis, lalu melalui erosi
dan penyerapan menjadi minoritas, seperti di Palestina, Ethiopia, Bosnia-Herzegovina.
Kedua, mereka yang dahulu minoritas sebagai penguasa, tetapi kekuasaan mereka
berakhir, dan mereka tetap sebagai minoritas agama, contoh di India. Ketiga, adalah
non-Muslim yang pindah ke Islam dalam lingkungan yang non-Muslim.

Perpindahan agama dan migrasi sepanjang abad kedua puluh telah menghasilkan sekitar
sebelas atau dua belas juta Muslim yang tinggal di Eropa dan Amerika. Angka yang besar
ini memperumit hubungan antara Islam dan Barat. Islam tidak lagi agama seberang di
Timur, sekarang Islam sudah merupakan agama Barat, bahkan Islam menjadi agama
yang berkembang pesat di sana. Serangkaian peristiwa telah menciptakan atmosfir yang
menyebabkan Islam juga tak luput dari kritik dan hujatan: perang teluk, kontroversi di
sekitar publikasi novel Salman Rushdi, serbuan Israel ke Lebanon, dan yang cukup
menggemparkan adalah pengeboman World Trade Centre di New York. Meletusnya
perang Amerika Serikat – Irak Maret 2003, menambah serentetan konotasi negatif
terhadap Islam sebagai Agama Perang. Hal ini pula yang memunculkan indoktrinasi sesat
dan ketakutan terhadap Islam dan penganutnya yang biasa disebut Islamophobia.
Tantangan yang dihadapi pun semakin kompleks, karena ancaman terhadap identitas
muslim berasal dari pembesaran khazanah budaya Barat yang menerjemahkan
perkembangan dan modernisasi ke arah “westernisasi”. 3

4. Problem dan Prospek Studi Kawasan

Problematika yang dengan menggunakan pendekatan studi ini sama dengan besarnya
objek dan luas wilayah yang akan diselidiki: semakin kompleks objek yang menjadi
sasaran penyelidikan dan semakin luas wilayah yang dijangkaunya, maka segala
persiapan yang diperlukan untuk menerapkan studi kawasan, juga semakin besar.

Ada pun manfaat dari studi kawasan di antaranya:


a) Penerapan pendekatan studi area dalam Studi Islam dapat menghindari terjadinya
kekeliruan dalam memandang keadaan Islam dan umatnya yang berada di belahan
bumi yang berbeda dari tempat di mana seorang pengamat itu berada. Penyelidikan
melalui pendekatan ini akan memperhatikan unsur tempat, objek, waktu, latar
belakang, dan pelaku peristiwa tersebut. Lewat pendekatan studi area, dapat diajak
menukik dari alam idealis menuju alam realistis-fenomenologis, hingga akhirnya
dapat ditarik suatu kesimpulan dan penilaian yang lebih objektif terhadap fakta-
fakta yang ditemukan terhadap suatu objek di suatu area.
b) Mengenal dengan baik suatu budaya tertentu, sehingga kita mampu membedakan
mana nilai yang bersifat universal dan mana yang lokal dalam ajaran Islam.
c) Memunculkan kesadaran umat Islam mengenai pentingnya assimilasi dan akulturasi
timbal balik, sehingga umat Islam memiliki khazanah kebudayaan yang tinggi dan
kaya.
d) Memungkinkan terbinanya kerjasama di bidang sosial, budaya, ekonomi dan
pendidikan, bahkan pertahanan dan keamanan, untuk memajukan bidang-bidang
tersebut melalui penelitian-penelitian dengan pendekatan multidisipliner maupun
interdisipliner dan membentuk komunitas muslim dunia yang kuat dan mapan. 4

Kesimpulan

1. Studi Kawasan adalah kajian yang fokus materinya tentang berbagai aspek dan lingkup
pranata yang ada di suatu kawasan atau daerah. Studi kawasan dikembangkan oleh
upaya kaum Muslimin dengan berbagai corak dan ragam yang lebih dinamis lagi.
Pembahasannya bukan lagi tentang sejarah, melainkan sudah mencakup cara-cara
penanganannya.
2. Orientalisme merupakan cara pikir orang Barat tentang dunia Timur, metode penelitian
mereka terhadap Islam setidaknya ada tiga: pendekatan filologi, pendekatan kritik
sejarah, dan implikasi kajian orientalisme. Oksidentalise adalah representasi tentang
Barat dengan segala aspeknya. Oksidentalisme lawan dari orientalisme, akan tetapi

3
Fitria, Vita. ISLAM DI BARAT (Dinamika Minoritas Muslim dalam Mayoritas Non-Muslim Amerika
Serikat). https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/40312/1/ISLAM.pdf, (diakses pada 20 Mei 2022).
4
Modul Dosen, PENDEKATAN STUDI WILAYAH DALAM STUDI ISLAM,
https://sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/files_dosen/modul/Pertemuan_14IN.1110532.pdf, (diakses
pada 20 Mei 2022).
oksidentalisme tidak memiliki tujuan hegemoni dan dominasi sebagaimana orientalisme.
Metode pendekatan mereka yakni dialektika-historis dan metode fenomenologi.
3. Kajian di Timur Tengah cenderung menekankan pendekatan normatif dan ideologis
terhadap Islam. Titik tolak kajian Islam yakni dari penerimaan terhadap Islam sebagai
agama wahyu yang transenden. Islam tidak hanya dijadikan sebagai kajian yang secara
leluasa ditundukkan oleh prinsip-prinsip keilmuan, tetapi diletakkan secara terhormat
sesuai dengan kedudukannya sebagai doktrin yang diturunkan oleh Tuhan. Barat melihat
Islam hanya sebagai agama doktrin dan sebuah bagian peradaban, bukan sebagai agama
transenden yang harus diyakini sebagaimana kaum Muslimin melihatnya. Oleh karena
Islam di Barat hanya berupa objek studi ilmiah, maka Islam diperlakukan sebagaimana
objek-objek studi ilmiah lainnya yang dapat dikritik secara bebas dan terbuka.
4. Secara kuantitasnya, Islam mayoritas tersebar di beberapa negara yang terdapat di
kawasan Asia Tenggara semisal Indonesia, Malaysia, dan Brunei Darussalam. Begitu pula
di Semenanjung Arab yang secara historisnya merupakan titik muasal Islam muncul dan
berkembang. Islam minoritas biasanya ada di kawasan Eropa dan Amerika, atau pun
karena menganut aliran tertentu dibandingkan jumlah aliran yang dianut mayoritas.
Menurut Ali Kettani, ada tiga macam minoritas Islam, . Kelompok pertama, yaitu mereka
yang dahulu mayoritas, tetapi kemudian kehilangan kekuasaan dan prestise, lalu melalui
erosi dan penyerapan menjadi minoritas. Kedua, mereka yang dahulu minoritas sebagai
penguasa, tetapi kekuasaan mereka berakhir, dan mereka tetap sebagai minoritas
agama. Ketiga, adalah non-Muslim yang pindah ke Islam dalam lingkungan yang non-
Muslim.
5. Problematika studi kawasan Islam adalah semakin kompleks objek yang menjadi sasaran
penyelidikan dan semakin luas wilayah yang dijangkaunya, maka segala persiapan yang
diperlukan untuk menerapkan studi kawasan, juga semakin besar. Ada pun keuntungan
dari studi kawasan yakni : 1) penerapan pendekatan studi area dalam Studi Islam dapat
menghindari terjadinya kekeliruan dalam memandang keadaan Islam dan umatnya yang
berada di belahan bumi yang berbeda dari tempat di mana seorang pengamat itu
berada; 2) Mengenal dengan baik suatu budaya tertentu; 3) Memunculkan kesadaran
umat Islam mengenai pentingnya assimilasi dan akulturasi timbal balik; 4)
Memungkinkan terbinanya kerjasama di bidang sosial, budaya, ekonomi dan pendidikan,
bahkan pertahanan dan keamanan.

Daftar Pustaka

https://www.academia.edu/9257777/
STUDI_KAWASAN_ISLAM_MAKALAH_Untuk_memenuhi_tugas_Mata_kuliah_Metodolog
i_Study_Islam, diakses pada Selasa, 17 Mei 2022.
http://afi.unida.gontor.ac.id/2020/10/05/orientalisme-dan-oksidentalisme-mengenal-
pemikiran-timur-dan-barat/, diakses pada Rabu, 18 Mei 2022.
Fitria, Vita. ISLAM DI BARAT (Dinamika Minoritas Muslim dalam Mayoritas Non-Muslim
Amerika Serikat). https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/40312/1/ISLAM.pdf, (diakses
pada 20 Mei 2022).
Modul Dosen, PENDEKATAN STUDI WILAYAH DALAM STUDI ISLAM,
https://sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/files_dosen/modul/Pertemuan_14IN.1110532.pdf,
(diakses pada 20 Mei 2022).

Anda mungkin juga menyukai