Anda di halaman 1dari 19

KATA PENGANTAR

Bismiillaahirrohmaanirrohiim

Assalamualaikum warrahmatullahi wabarakatuh.

Alhamdulillahirabbil alamin. Yang pertama marilah kita panjatkan puja dan


puji syukur kita kepada Allah SWT Tuhan semesta alam yang tidak ada
tandingannya di dunia ini dan atas nikmat dan karunianya semoga terlimpahkan
kepada kita. Sholawat dan salam tak luput kita haturkan pada nabi besar kita
Muhammad Saw. yang membawa umat islam jaya sampai sekarang ini, sekaligus
kita mengharap syafaat beliau kelak pada hari kiamat amin ya robbal alamin.

Tiada kata yang patut terucap kecuali ungkapan rasa syukur yang teramat
dalam dengan terselesainya penyusunan makalah “Hadis 1”, walaupun masih banyak
kekurangan dan ketidaksempurnaan makalah ini karena kita sebagai manusia tak
luput dari kesalahan-kesalahan yang ada dan kita di tuntut untuk terus belajar sampai
dapat menutupi segala kesalahan kita yang ada.

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Studi Hadis. Atas
bimbingan dan materi yang diberikan dalam penyusunan makalah ini, maka kami
mengucapkan banyak terima kasih kepada Ibu Irma Rumtianing Uswatul Hanifa,
S.Ag., M.S.I. selaku dosen pembimbing kami.

Penulis menyadari, materi-materi yang diuraikan dalam makalah ini masih


jauh dari kata sempurna. Untuk itu saran dan kritik yang bersifat membangun
senantiasa penulis harapkan untuk perbaikan-perbaikan dalam penulisan makalah
selanjutnya. Sebagai harapan semoga makalah ini memberikan manfaat dan dapat
menambah wawasan serta peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Ponorogo, 20 Semtember 2021

Pembimbing

Irma Rumtianing Uswatul Hanifa, S.Ag. M.S.I.

SEJARAH PERKEMBANGAN HADIST PRA KONDIFIKASI Page | 1


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………………..1
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………….........2
BAB I…………………………………………………………………………………............3
PENDAHULUAN…………………………………………………………………………….3
A. Latar Belakang………………………………………………………………….........3
B. Rumusan Masalah…………………………………………………………………....3
C. Tujuan Masalah……………………………………………………………………....3
BAB II………………………………………………………………………………………...4
A. Sejarah Perkembangan Hadist pada masa Rasulullah SAW………………………...4
1. Metode penerimaan hadis pada masa Rasulullah………………………..4
2. Periwayatan hadis pada zaman Rasulullah dengan lisan………………...5
3. Diperbolehkannya menulis hadist…………………………………….....5
4. Tanggapan Terhadap Larangan Penulisan Hadis pada Masa Rasulullah
SAW……………………………………………………………………..6
B. Sejarah Perkembangan Hadist pada masa Khulafaur Rasyidin……………...7
1. Masa Abu Bakar ash Siddiq……………………………………………..7
2. Masa ‘Umar bin Khattab……………………………………………….10
3. Masa ‘Utsman bin ‘Affan………………………………………………14
4. Masa Ali Bin Abi Thalib……………………………………………….15
C. Sejarah Perkembangan Hadist pada masa Tabi’in sebelum Pra Kondifikasi………16
KESIMPULAN………………………………………………………………………... 18
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………..19

SEJARAH PERKEMBANGAN HADIST PRA KONDIFIKASI Page | 2


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sejarah perkembangan hadis merupakan masa atau periode yang telah


dilalui oleh hadis dari masa lahirnya dan tumbuh dalam pengenalan,
penghayatan, dan pengamalan umat dari generasi ke generasi. Dengan
memerhatikan masa yang telah dilalui hadis sejak masa lahirnya di masa
Rasulullah Saw. meneliti dan membina hadis, serta segala hal yang memengaruhi
hadis tersebut.1
Di samping sebagai utusan Allah SWT, Rasulullah Saw. adalah panutan
dan tokoh masyarakat. Beliau sadar sepenuhnya bahwa agama yang dibawanya
harus disampaikan dan terwujud secara konkrit dalam kehidupan sehari-hari.
Karena itu, setiap kali ada kesempatan Rasulullah Saw. memanfaatkannya
berdialog dengan para sahabat dengan berbagai media. Hadis Rasulullah Saw.
yang sudah diterima oleh para sahabat, ada yang dihafal dan dicatat. Dengan
demikian, ada beberapa periode dalam sejarah perkembangan hadis dari zaman
Rasulullah Saw. sampai zaman sekarang.

Oleh karena itu, dalam pembahasan makalah ini, kami akan menyajikan
bahan materi yang berjudul “Sejarah Perkembangan Hadis Pra Kodifikasi”.

B. Rumusan Masalah
1. Sejarah Perkembangan Hadis pada Masa Rasulullah
2. Sejarah Perkembangan Hadis pada Masa Sahabat
3. Sejarah Perkembangan Hadis pada Masa Tabi’in
C. Tujuan Masalah
1. Untuk Mengetahui Sejarah Perkembangan Hadis pada Masa Rasulullah
2. Untuk Mengetahui Sejarah Perkembangan Hadis pada Masa Sahabat
3. Untuk Mengetahui Sejarah Perkembangan Hadis pada Masa Tabi’in

1
Agus Solahudin, Ulumul Hadits (Bandung: Pustaka Setia, 2008), 33

SEJARAH PERKEMBANGAN HADIST PRA KONDIFIKASI Page | 3


BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Perkembangan Hadis pada Masa Rasulullah


Membicarakan Hadis pada masa Rasullah Saw. berarti membicarakan Hadis
pada awal kemunculannya. Uraian ini akan terkait langsung kepada Rasulullah Saw.
sebagai sumber Hadis. Rasulullah Saw. membina umat Islam selama 23 tahun. Masa
ini merupakan kurun waktu turunnya wahyu sekaligus perkembangan awal Hadis.
Keadaan ini sangat menuntut keseriusan dan kehati-hatian para sahabat sebagai
pewaris pertama ajaran Islam2
Wahyu yang diturunkan Allah SWT kepadanya dijelaskannya melalui
perkataan, perbuatan, dan pengakuan atau penetepan Rasulullah Saw. Sehingga apa
yang disampaikan oleh para sahabat dari apa yang mereka dengar, lihat, dan saksikan
merupakan pedoman. Rasullah adalah satu-satunya contoh bagi para sahabat, karena
Rasulullah Saw. memiliki sifat kesempurnaan dan keutamaan yang berbeda dengan
manusia lainnya.3
1. Metode penerimaan hadis pada masa Rasulullah
Metode penerimaan hadis pada masa Rasulullah berbeda dengan cara
penerimaan hadis pada generasi setelahnya. Beberapa metode yang dilakukan
oleh para sahabat untuk mendapatkan hadis Nabi adalah sebagai berikut.
a. Mendatangi majelis ilmu yang diadakan Rasulullah.
b. Ketika Rasulullah menghadapi beberapa peristiwa tertentu, kemudian
beliau menjelaskan hukumnya kepada sahabat.
c. Jika terjadi sejumlah peristiwa pada diri sahabat , kemudian mereka
menanyakan hukumnya langsung kepada Rasulullah, lalu beliau
memberikan jawaban atau keterangan hukum tentang peristiwa itu.

2
Muhammad Ali Al-Shobuni, Al-Tibyan Fi ‘Ulumil qur’an (Madinah: Daru Al-Shobuni, 2003), 29.

SEJARAH PERKEMBANGAN HADIST PRA KONDIFIKASI Page | 4


d. Terkadang para sahabat menyaksikan Rasulullah melakukan perbuatan
yang sering kali berkaitan dengan tata cara peribadatan. Sahabat yang
menyaksikan langsung memberikan informasi kepada yang lain. 4
2. Periwayatan hadis pada zaman Rasulullah dengan lisan
Periwayatan hadis pada zaman Rasulullah berbeda dengan Al-Quran.
Pada setiap ayat Al-Quran yang turun, beliau langsung memerintahkan
seorang sahabat untuk menulisnya. Sedangkan periwayatan hadis secara lisan
bukan tulisan. Bahkan adanya larangan penulisan hadis tercantum
sebagaimana hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Abu Sa’id al-
Khudri bahwa Rasulullah bersabda:
‫التكتبواعني شيئا إال القرآن فمن كتب عنى شيئا غير القرآن‬
‫فليمحه‬
Artinya: "Janganlah kamu tulis sesuatu dariku selain Al-Quran. Barang siapa
telah menulis sesuatu dariku selain Al-Quran hendaklah ia menghapusnya.”
Larangan ini bersifat umum kecuali beberapa sahabat yang
diperbolehkan Rasulullah untuk menulisnya. Larangan dari sabda Nabi di
atas dilatar belakangi atas beberapa alasan di antara lain:
1) Kekhawatiran adanya percampuran antara ayat-ayat Al-Quran dan
hadis Nabi, sehingga sahabat hanya diperbolehkan untuk menulis
ayat suci Al-Quran.
2) Hadis Nabi diperintahkan untuk diingat dengan lisan dan dihafal,
mengingat tingkat daya intelektual pada masa sahabat sangat
cerdas dan Rasulullah juga mengakuinya. 5
3. Diperbolehkannya menulis hadis
Larangan menulis hadis tidaklah umum kepada semua sahabat, ada
sahabat tertentu yang diberikan izin untuk menulis hadis. Nabi melarang
menulis hadis karena khawatir tercampur dengan Al-Quran dan pada
kesempatan lain Nabi memperbolehkannya. Sebagaimana diriwayatkan oleh
Abdullah bin Amr bin ‘Ash ra, beliau berkata: “Aku telah menulis segala
4
Barusdi Anhar, Ilmu Hadis Kelas X MA Peminatan Keagamaan(Jakarta: Direktorat KSKK Madrasah,
2020), 92.
5
Ibid, 24.

SEJARAH PERKEMBANGAN HADIST PRA KONDIFIKASI Page | 5


yang aku dengar dari Rasulullah untuk aku hafalkan. Maka orang-orang
Quraisy melarangku dengan berkata: ’Apakah kamu menulis segala sesuatu
sedangkan Rasulullah itu adalah manusia yang kadang-kadang berkata dalam
keadaan marah dan kadang-kadang dalam keadaan ramah.’ Maka aku pun
menghentikan penulisan itu dan mengadukannya kepada Rasulullah. Sambil
menunjuk mulutnya, beliau berkata:

ّ ‫اُ ْكتُبْ فَ َوالَّ ِذيْ نَ ْف ِس ْي بِيَ ِد ِه َما َخ َر َج َعنِّي اِاَّل َح‬


‫ق‬

“Tulislah, maka demi dzat yang aku berada dalam kekuasaannya


tidaklah keluar dariku kecuali kebenaran”6
Sejak adanya izin dari Rasulullah, Abdullah bin Amr bin ‘Ash
menulis dan mencatat apa saja yang disabdakan Nabi. Adapun catatan hadis
yang beliau tulis beliau beri nama al-Shahifah al-Shadiqah. 7
4. Tanggapan Terhadap Larangan Penulisan Hadis pada Masa Rasulullah
SAW
Para ulama berbeda pendapat dalam upaya menyelesaikan kontradiksi
di antara hadis yang melarang dan memperbolehkan menulis hadis. Ibnu
Qutaibah berupaya mengambil titik temu. Ia menyatakan dalam kitab Ta’wil
Mukhtalaf al-Hadits: Kontradiksi di antara hadis-hadis ini mengandung dua
kemungkinan; pertama, kasus ini termasuk dalam kategori mansukh al-
sunnah bi al-sunnah. Yakni semula Rasulullah melarang penulisan hadis
tetapi setelah beliau melihat bahwa sunah semakin banyak dan hafalan itu
lambat laun akan hilang, maka beliau memerintahkan agar sunah ditulis dan
didokumentasikan. Kemungkinan kedua adalah bahwa kebolehan menulis
sunah itu dikhususkan bagi beberapa orang sahabat, seperti Abdullah bin Amr
bin ‘Ash karena ia dapat dapat membaca kitab terdahulu dan dapat menulis
Arab dengan baik, sedangkan sahabat yang lain adalah orang-orang yang
ummi, tidak dapat membaca dan menulis , kecuali satu-dua orang yang

6
Nuruddin, ‘Ulumul Hadis (Bandung: Dar al-Fikr Damaskus, 2012), 29.
7
Barusdi Anhar, Op.Cit, 25.

SEJARAH PERKEMBANGAN HADIST PRA KONDIFIKASI Page | 6


apabila menulis belum dapat dipertanggungjawabkan karena tidak sesuai
dengan kaidah penulisan huruf hijaiah. Oleh karena itu, ketika beliau
mengkhawatirkan adanya kesalahan penulisan, maka beliau melarangnya, dan
ketika beliau yakin bahwa kekhawatiran itu tidak akan terjadi pada Abdullah
bin Amr, makabeliau mengizinkannya. “8

B. Pada masa Khulafaur rosyidin


Sejarah Perkembangan Hadis di Masa al Khulafaur rosyidin
Memasuki era ini, sejarah perkembangan hadis telah memasuki babak baru,
khususnya pada masa Khulafaur rosyidin yang ditandai dengan munculnya khalifah
empat: Abu bakar Ash-Shiddiq,Umar bin Khattab ‘Utsman bin ‘Affan dan ‘Ali bin
Abi Thalib sebagai pemimpin Islam selanjutnya, sehingga masa ini dikenal dengan
masa sahabat besar, dan berakhir sesudah ‘Ali bin Abi Thalib wafat dan disusul
kemudian era sahabat kecil.9 2 Periode ini juga dikenal dengan zaman al Tathabbut
wal Iqlal min al Riwayah yaitu periode pembatasan hadist dan penyedikitan
periwayatan, sebagaimana yang terlihat dari kebijakan masing-masing para khalifah
empat.

1. Masa Abu Bakar ash Siddiq


Menurut Muhammad ibn Ahmad alDzahaby dalam kitabnya Tadzkiratul
Huffadz fi Tarjamati Abi Bakar al Siddiq, Abu Bakar ash-siddiq adalah sahabat Nabi
yang pertama kali menunjukkan sikap kehati-hatiannya dalam meriwayatkan hadis.10
Pernyataan Muhammad ibn Ahmad alDzahaby ini didasarkan atas pengalaman Abu
Bakar tatkala menghadapi kasus waris untuk seorang nenek. Suatu ketika ada
seorang nenek yang di tinggal oleh cucunya, lalu si nenek menghadap khalifah dan
meminta hak Abu Bakar kemudian menjawab bahwa dia tidak melihat petunjuk
dalam al-qur'an dan kholifah tidak melihat waris dan praktek Rasulullah beliau
memberikan bagian harta waris kepada nenek. Abu Bakar kemudian bertanya kepada
para sahabat, yaitu alMughirah ibn Syu’bah dan menyatakan bahwa Rasulullah telah
8
Nuruddin, Op.Cit, 31.
9
Mohammad Nor Ichwan, Studi Ilmu Hadis (Semarang: RaSAIL Media Group, 2007), 79
10
Arofatul Mu’awanah STAI Al Yasini Pasuruan.

SEJARAH PERKEMBANGAN HADIST PRA KONDIFIKASI Page | 7


memberikan bagian waris kepada nenek sebesar peranan bagian. AlMughirah
mengaku hadir tatkala Rasulullah menyampaikan hadis tersebut. Abu Bakar
kemudian meminta al-Mughirah untuk

menghadirkan seorang saksi. Lalu Muhammad ibn Maslamah memberikan


kesaksiannya atas kebenaran riwayat yang disampaikan oleh al-Mughirah tersebut
sampai pada akhirnya Abu Bakar menetapkan bagian seperenam untuk seorang
nenek berdasarkan atas hadis yang disampaikan oleh alMughirah yang diperkuat
dengan kesaksian Muhammad ibn Maslamah.11

Kasus tersebut menunjukkan kepada kita bahwa Abu Bakar bersikap sangat hati-hati
dalam menerima periwayatan hadis meskipun periwayatan hadis tersebut
disampaikan oleh sahabat. Abu Bakar tidak langsung gegabah menerima periwayatan
hadis kecuali disertai dengan saksi. Bagi Abu Bakar keberadaan saksi menguatkan
atas kebenaran bahwa hadis tersebut disampaikan oleh Rasulullah, sehingga Abu
Bakar tidak akan menerima periwayatan hadis tanpa ada saksi. Bukti lain tentang
sikap kehati-hatian Abu Bakar dalam periwayatan hadis terlihat pada tindakannya
yang membakar catatan catatan hadis yang dimilikinya. Putrinya, ‘Aishah binti Abu
Bakar mengatakan bahwa Abu Bakar telah membakar catatan yang berisi sekitar 500
hadis. Abu Bakar menjelaskan bahwa dia membakar catatannya karena dia khawatir
berbuat salah dalam periwayatan.12 Data sejarah menunjukkan bahwa kegiatan
periwayatan hadis di kalangan umat Islam pada masa khalifah Abu Bakar sangat
terbatas. Hal ini dapat dimengerti karena pada masa pemerintahan Abu Bakar, umat
Islam dihadapkan pada berbagai ancaman dan kekacauan yang membahayakan
stabilitas keamanan negara.13 Karena Abu Bakar bersikap sangat hati-hati dalam
periwayatan hadis, maka dapat dimaklumi jika jumlah hadis yang diriwayatkannya
sangatlah sedikit. Padahal dia adalah seorang sahabat yang telah lama bergaul dan
sangat akrab dengan Rasulullah, mulai dari zaman sebelum Rasulullah hijrah ke
11
Jurnal kaca jurusan Ushuluddin STAI Al- FITRAH halaman 11 Volume 9, Nomor (2 Agustus
2019)
12
Syuhudi Ismail, Kaidah Kesahihan Sanad Hadis (Telaah Kritis dan Tinjauan dengan Pendekatan
Ilmu Sejarah), 43.

13
Jurnal Kaca Jurusan Ushuluddin STAI AL FITHRAH halaman 13

SEJARAH PERKEMBANGAN HADIST PRA KONDIFIKASI Page | 8


Madinah sampai Rasulullah wafat. Harusnya materi hadis yang dimiliki oleh Abu
Bakar sangat banyak mengingat keberadaannya yang selalu bersama dengan
Rasulullah, namun

faktanya tidak demikian. Dalam pada itu, harus pula dipahami bahwa sebab lain
sehingga Abu Bakar hanya sedikit meriwayatkan hadis

karena: (1) Abu Bakar selalu dalam keadaan sibuk ketika menjabat

sebagai khalifah, (2) Kebutuhan akan hadis tidak sebanyak pada

zaman sesudahnya, (3) Jarak waktu antara kewafatannya dengan

kewafatan Rasulullah sangatlah singkat.14 Abu Bakar mengambil kebijakan


Memperketat periwayatan hadist-hadis dengan maksud agar hadis tidak
disalahgunakan oleh kaum munafik,untuk menghindari kesalahan dan kelalaian
sebagai akibat memperbanyak periwayatan hadis yang berujung pada kebohongan.15
Yang dilakukan oleh sahabat Abu Bakar as Siddiq dalam kasus seorang nenek yang
meminta hak waris atas kematian cucunya merupakan bentuk kritik riwayat
meskipun masih dalam praktek yang sederhana yang selanjutnya dipraktekkan pula
oleh sahabat lain, dan menjadi cikal bakal lahirnya kritik riwayah yang masuk dalam
diskursus studi hadis.Kritik hadis ini dipahami sebagai usaha untuk memilahkan
mana informasi yang betul-betul bersumber dari Rasulullah dan mana yang bukan.
Khalifah Abu Bakar al Siddiq sendiri memang dikenal sebagai pioneer dalam bidang
ini, sebagaimana yang dikemukakan oleh alDzahaby. Ia dikenal sebagai orang
pertama yang menjelaskan dan mengukuhkan metode kritik hadis dan substansinya
dalam menghindarkan hadis dari kebohongan, kemudian disusul sahabat ‘Umar dan
‘Ali.16

14
Arofatul Mu’awanah STAI Al Yasini Pasuruan.
15
Idri, Studi Hadis, (Jakarta: Prenada Media Grup, 2010), 40
16
Zainul Arifin, al-Afkar (Jurnal Dialogis Ilmu-Ilmu Ushuluddin), (Surabaya: Fakultas Ushuluddin
UIN Sunan Ampel, 2003), Edisi Desember, 74

SEJARAH PERKEMBANGAN HADIST PRA KONDIFIKASI Page | 9


2. Masa ‘Umar bin Khattab.

Tindakan yang demikian juga dilakukan oleh ‘Umar bin Khattab dengan tidak
Memperbanyak periwayatan hadist sehingga perhatian umat Islam terhadap al-
Qur’an tidak terbagi karena umat Islam lebih membutuhkan al-Qur’an untuk
dipelajari, dihafalkan dan diamalkan kandungannya.¹ Para sahabat pada masa ini
lebih mencurahkan perhatiannya kepada pemeliharaan dan penyebaran al-Qur’an.
Akibatnya periwayatan hadis pun kurang mendapat perhatian, bahkan mereka
berusaha untuk bersikap hati-hati dan membatasi diri dalam meriwayatkan hadis.
Dalam suatu riwayat dijelaskan bahwa pernah suatu ketika Abu Musa al-Asy’ari
bermaksud menjumpai ‘Umar bin Khattab. Ia berdiri di depan pintu rumah ‘Umar
dan mengucapkan salam sebanyak tiga kali. Karena tidak mendapat jawaban, ia
kemudian bermaksud kembali (pulang). Kemudian ‘Umar bin Khattab
memanggilnya dan menanyakan apa yang menghalanginya masuk. Abu Musa al-
Asy’ari pun menjawab bahwa dia pernah mendengar Rasulullah SAW

bersabda:‫إذاسلّم أحدكم ثالثافلم يوجد فليرجع‬

“Jika salah satu diantara kalian mengucapkan salam sebanyak tiga kali dan tidak
dijawab, maka kembalilah” Kemudian ‘Umar bin Khattabb meminta kepada Abu
Musa al-Asy’ari untuk mendatangkan saksi. Abu Musa al-Asy’ari menceritakan
kejadian yang dialaminya kepada Sa’id dan sahabat yang lain,sebab itulah mereka
mengutus salah seorang sahabat bersama Abu Musa al-Asy’ari untuk kembali
menghadap ‘Umar bin Khattab dan memberikan persaksian atas periwayatan Abu
Musa al-Asy’ari tersebut.17 Sebagaimana Abu Bakar yang menerapkan kritik sanad,
hal yang demikian juga dilakukan oleh sahabat ‘Umar bin Khattab, seperti dalam
kasus di atas. Dalam riwayat lain juga diceritakan oleh Imam Muslim dalam kitabnya
al Jami’ al Shahih. ‘Umar bin Khattab suatu ketika mendengar riwayat hadis yang
disampaikan oleh Fathimah binti Qais bahwa Nabi Muhammad telah menceraikan
semua istri-istri beliau. Mendengar informasi yang mengejutkan tersebut, ‘Umar
kemudian pergi menemui Rasulullah untuk mengecek kebenaran berita tersebut.
Setelah diadakan pengecekan, ternyata sebab kejadian yang sebenarnya adalah
17
Jurnal kaca jurusan Ushuluddin STAI Al- FITRAH halaman 14 Volume 9, Nomor (2 Agustus 2019)

SEJARAH PERKEMBANGAN HADIST PRA KONDIFIKASI Page | 10


bahwa Nabi hanya melakukan sumpah zihar untuk tidak mengumpuli istri-istri
beliau.18 Ini merupakan salah satu bentuk kritik sanad yang dilakukan oleh ‘Umar
meskipun masih dalam praktek yang sangat sederhana. Imam Ibnu Qutaibah berkata:
“Umar bin Khattab adalah orang yang sangat menolak keras memperbanyak
periwayatan hadis, atau datangnya suatu hadis tanpa adanya saksi sehingga ‘Umar
bin Khattab memerintahkan untuk mempersedikitkan periwayatan hadis. Hal ini
dilakukan karena umat Islam telah tersebar di berbagai daerah, mulai banyaknya
orang berbondong-bondong memeluk agama Islam, kekhawatiran terjadinya tadlis
dan kebohongan dari orang-orang munafik. Oleh karena itu beberapa sahabat seperti
Abu Bakar Ash-siddiq. ‘Umar bin Khattab, Zubair bin Awwam, Abu
‘Ubaidah,‘Abbas bin Abu Thalib menyedikitkan periwayatan hadis”.19 Begitulah
sikap para sahabat dalam menjaga keotentikan hadis. Ini merupakan salah satu
bentuk tanggung jawab para sahabat dalam menjaga hadis dari berbagai kekeliruan
dan pemalsuan, sebab dengan membatasi periwayatan akan menutup kesempatan
orang-orang munafik untuk memalsukan hadis, apalagi pada masa ‘Umar, umat
Islam telah menaklukkan banyak wilayah sehingga banyak orang yang juga
berbondong memeluk agama Islam Abu Hurairah yang dikenal sebagai sahabat yang
paling banyak dalam meriwayatkan hadis, terpaksa menahan diri dengan tidak
banyak meriwayatkan hadis pada zaman ‘Umar bin Khattab. Abu Hurairah sendiri
menceritakan bagaimana larangan memperbanyak periwayatan hadis pada zaman
‘Umar. Abu Hurairah pernah menyatakan sekiranya dia banyak meriwayatkan hadis
pada zaman ‘Umar bin Khattab, niscaya dia akan dicambuk olehnya.20 Khalifah
‘Umar memang dikenal sangat tegas dalam menerapkan aturan dan larangan.
Kejadian yang dialami Abu Hurairah merupakan salah satu bentuk ketegasan ‘Umar
terhadap para sahabat yang memperbanyak periwayatan hadis sebagai bentuk
penjagaan ‘Umar terhadap hadis. Tindakan ini sebenarnya tidak jauh berbeda dengan
apa yang diterapkan oleh para pendahulunya. Sahabat Imran bin Husain, Abu
‘Ubaidah, al ‘Abbas bin Abdul Muthalib, mereka semuanya menyedikitkan
18
Jurnal kaca jurusan Ushuluddin STAI Al- FITRAH halaman 16 Volume 9, Nomor (2 Agustus
2019)
19
Jurnal kaca jurusan Ushuluddin STAI Al- FITRAH halaman 16 Volume 9, Nomor (2 Agustus 2019)
20
Syuhudi Ismail, Kaidah Kesahihan Sanad Hadis (Telaah Kritis dan Tinjauan dengan Pendekatan
Ilmu Sejarah), 46.

SEJARAH PERKEMBANGAN HADIST PRA KONDIFIKASI Page | 11


periwayatan hadis,bahkan Sa’id bin Zaid, salah seorang sahabat yang pertama kali
masuk Islam tidak meriwayatkan hadis kecuali hanya dua atau tiga hadis saja,
termasuk juga sahabat ‘Umarah yang membatasi diri dalam meriwayatkan hadis
kecuali hanya satu hadis saja tentang mengusap muzah.21 Kebijakan ‘Umar bin
Khattab melarang para sahabat Nabi memperbanyak periwayatan hadis,
sesungguhnya tidaklah berarti bahwa ‘Umar bin Khattab melarang para sahabat
dalam meriwayatkan hadis. Larangan ‘Umar bin Khattab sesungguhnya tidak tertuju
kepada periwayatan itu sendiri, tetapi dimaksudkan agar(1) masyarakat lebih berhati-
hati dalam periwayatan hadis dan (2)perhatian masyarakat terhadap al-Qur’an tidak
terganggu. Dasar pernyataan ini juga diperkuat oleh bukti-bukti sebagai berikut:22

1. ‘Umar bin Khattab pada suatu ketika pernah menyuruh umat Islam untuk
mempelajari hadis Nabi dari para ahlinya, karena mereka lebih mengetahui tentang
kandungan al-Qur’an.

2. ‘Umar bin Khattab sendiri cukup banyak dalam meriwayatkan hadis. Ahmad ibn
Hambal telah meriwayatkan hadis Nabi yang berasal dari riwayat ‘Umar bin Khattab
sekitar 300 hadis. Ibnu Hajar al‘Asqalani telah menyebutkan nama-nama sahabat
dan tabi’in terkenal yang telah menerima riwayat hadis Nabi dari ‘Umar bin Khattab,
dan ternyata jumlahnya cukup banyak.

3. ‘Umar bin Khattab pernah merencanakan menghimpun hadis Nabi secara tertulis
sehingga ‘Umar meminta pertimbangan kepada para sahabat. Para sahabat pun
menyetujuinya. Tetapi setelah satu bulan lamanya ‘Umar memohon petunjuk kepada
Allah dengan jalan melakukan shalat istikharah, akhirnya dia mengurungkan niatnya.
Dia khawatir himpunan hadis itu akan memalingkan perhatian umat Islam dari Al-
Qur’an.Bukti lain yang menunjukkan bahwa ‘Umar bin Khattab sangat mendukung
berkembangnya penyebaran Islam adalah kebijakannya yangmemerintahkan kepada
para gubenur untuk mengajarkan al Qur’an dan hadis. Dia mengirimkan para
pengajar untuk memenuhi tujuan ini. Dia bahkan mengirim pengajar kepada orang-

21
MuhammadMuhammad Abu Zahwu, al-Hadist wal Muhaddithun, 67

22
Syuhudi Ismail, Kaidah Kesahihan Sanad Hadis (Telaah Kritis dan Tinjauan dengan Pendekatan
Ilmu Sejarah) , 47

SEJARAH PERKEMBANGAN HADIST PRA KONDIFIKASI Page | 12


orang Badui untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan mereka tentang al Qur’an
dan hadis. Semua sahabat yang memiliki pengetahuan tentang hadis ikut andil dalam
menyebarkan, kapanpun di saat mereka memiliki kesempatan atau ketika ada
kebutuhan. Bagaimanapun para sahabat sebenarnya terbagi menjadi tiga grup dalam
menyampaikan materi-materi yang mereka dapatkan dari Rasulullah.Pertama,
mereka yang terbiasa menyampaikan ilmu ketika orang-orang disekitarnya
membutuhkannya. Kedua, Mereka yang merasa terdesak untuk mengajar karena
mereka mengetahui dosa menyimpan ilmu. Ketiga, mereka yang memberikan banyak
waktu untuk tujuan ini dan terbiasa mengajar secara teratur.23

Dari uraian di atas dapatlah dinyatakan bahwa periwayatan hadis pada zaman ‘Umar
bin Khattab sebenarnya lebih banyak di lakukan oleh umat Islam jika dibandingkan
dengan zaman Abu Bakar. Hal ini disebabkan karena khalifah ‘Umar pernah
memberikan dorongan kepada umat Islam untuk mempelajari hadis, meskipun dalam
situasi yang lain para periwayat masih agak terkekang dalam melakukan kegiatan
periwayatan hadissebab ‘Umar bin Khattab telah menerapkan aturan yang cukup
ketat kepada para periwayat hadis. ‘Umar berlaku demikian bukan hanya bertujuan
agar konsentrasi umat Islam tidak berpaling dari al-Qur’an, melainkan juga agar
umat Islam tidak melakukan kekeliruan dalam meriwayatkan hadis.

3. Masa ‘Utsman bin ‘Affan

Amir al mukmin ‘Utsman bin ‘Affan, bahwa beliau juga menerapkan kebijakan
sebagaimana yang dilakukan oleh para pendahulunya dalam menyedikitkan
periwayatan hadist. Dalam suatu kesempatan khutbah, ‘Utsman bin ‘Affan meminta
kepada para sahabat agar tidak banyak meriwayatkan hadis yang mereka tidak
pernah mendengar hadis itu pada zaman Abu Bakar dan ‘Umar.24

Utsman pribadi tampaknya memang tidak terlalu banyak‘

dalam meriwayatkan hadis. Ahmad bin Hambal meriwayatkan hadis


23
Ibid 15
24
Muhammad ‘Ajjaj al Khatib, al Sunnah Qabla al Tadwin, 97-98.

SEJARAH PERKEMBANGAN HADIST PRA KONDIFIKASI Page | 13


dari ‘Uthman sekitar 40 saja,itu pun banyak matan hadis yang

terulang, karena perbedaan sanad. Matan hadis yang banyak terulang

25
.’itu adalah hadis tentang wudlu

Dari uraian tersebut dapat dinyatakan bahwa ‘Uthman

bersikap agak longgar dalam periwayatan hadis sehinggapada zaman

ini periwayatan hadis banyak terjadi dibandingkan dengan zaman

sebelumnya. Meskipun dalam khutbahnya ‘Uthman pernah

menyerukan kepada umat Islam agar lebih berhati-hati dalam

melakukan periwayatan, dengan cara tidak meriwayatkan hadis yang

tidak didengar pada masa Abu Bakar dan ‘Umar, akan tetapi seruan itu terlihat tidak
begitu besar pengaruhnya sebab pribadi ‘Utsmanmemang tidak sekeras pribadi
‘Umar.‘Utsman juga tidak mengharuskan keberadaan saksi sebagai syarat utama
dalam penerimaan hadis. Selain itu karena wilayah Islam telah makin meluas,dan
luasnya wilayah Islam menyebabkan bertambahnya

.kesulitan pengendalian kegiatan periwayatan hadist

4. Masa ‘Ali bin Abi Thalib


Sikap khalifah ‘Ali bin Abi Thalib pun tidak jauh berbeda sikapnya dengan para
khalifah pendahulunya dalam periwayatan hadis. Secara umum, ‘Ali bin Abi Thalib
barulah bersedia menerima periwayatan hadis setelah periwayat hadis yang
bersangkutan mengucapkan sumpah bahwa hadis yang disampaikannya itu benar-
benar berasal dari Rasulullah. Hanyalah terhadap periwayat yang benar-benar
dipercayainya, ‘Ali bin Abi Thalib tidak meminta periwayat hadis untuk bersumpah,
seperti ketika menerima riwayat hadis dari Abu Bakar alShiddiq. Dengan demikian,

25
Abu ‘Abdillah Ahmad bin Muhammad bin Hambal, Musnad Ahmad, vol: 1, 57-75.

SEJARAH PERKEMBANGAN HADIST PRA KONDIFIKASI Page | 14


dapat dinyatakan bahwa fungsi sumpah dalam periwayatan hadis bagi ‘Ali bin Abi
Thalib bukanlah sebagai syarat mutlak keabsahan periwayatan hadis. Sumpah
dianggap tidak diperlukan apabila orang yang bersangkutan adalah benar-benar
diyakini sebagai periwayat yang dapat dipercaya. 26 ‘Ali bin Abi Thalib sendiri cukup
banyak meriwayatkan hadis. Hadis yang diriwayatkannya, selain dalam bentuk lisan,
juga dalam bentuk tulisan (catatan). Hadis yang berupa catatan, isinya berkisar
tentang (1) hukuman denda (diyat); (2) pembebasan orang Islam yang ditawan oleh
orang kafir; dan (3) larangan melakukan hukum qisas terhadap orang Islam yang
membunuh orang kafir. Ah{mad bin Hambal sendiri telah meriwayatkan hadis Nabi
melalui jalur ‘Ali bin Abi Thalib sebanyak lebih dari 780 hadis.27 Dalam masa akhir
kekhalifahan ‘Ali bin Abi Thalib, situasi umat Islam sangat berbeda dengan situasi
pada masa kekhalifahan sebelumnya. Pada masa ini telah terjadi perpecahan di antara
para sahabat sehingga menimbulkan persengketaan antar sesama umat
Islam,terutama antara pendukung ‘Ali bin Abi Thalib dan Mu’awiyah bin Abi
Sufyann. Persengketaan tersebut pada akhirnya melahirkan sekte-sekte baru dalam
agama Islam yang menjadi cikal bakal munculnya hadis

palsu. Dan hadis palsu yang mula-mula dibuat adalah hadis yang berkenaan dengan
pengkultusan pribadi. Hadis palsu ini dibuat dalam rangka mengangkat kedudukan
imam mereka. Tersebut pula bahwa
yang pertama-tama membuat hadis palsu adalah kaum Shi’ah dengan
maksud mengkultuskan Sayyidina ‘Ali bin Abi Thalib. Hal ini
diungkapkan oleh Abu Allah Hadid dalam syarah Nahju al Balaghah:
“ketahuilah bahwa asal mula terjadinya pembuatan hadis palsu
tentang pengkultusan individu yang berpangkal dari kaum Shi’ah.
Kegiatan Shi’ah dalam membuat hadis palsu itu kemudian dilayani
lawan-lawannya dengan membuat hadis palsu”.28

26
Jurnal Kaca Jurusan Ushuluddin STAI AL FITHRAH halaman 21.

27
.Ibid, 50.
28
Mustafa as-Siba’I, as-Sunnah wa Makanatuha fi at-Tashri’, 93

SEJARAH PERKEMBANGAN HADIST PRA KONDIFIKASI Page | 15


C. PADA MASA TABI’IN SEBELUM PRA KONDIFIKASI
Para Tabi’in yang nota benenya adalah murid dari para sahabat juga banyak
mengkoleksi hadits-hadits Nabi, bahkan pengkoleksian tersebut mulai disusun
menjadi suatu kitab yang beraturan. Metode yang dilakukan para Tabi’in dalam
mengkoleksi dan mencatat haditsadalah melalui pertemuan-pertemuan (al-talaqqi)
dengan para sahabat, kemudian mereka mencatat apa yang didapat dari pertemuan
tersebut. Seperti yang dilakukan Said bin al-Jabir yang telah mencatat talaqqinya
bersama Ibn Abbas, Abdurrahman bin Harmalah hasil dari talaqqinya Said bin al-
Musyayab, Hammam bin al-Munabbih hasil talaqqi dengan Abu Hurairah dan lain-
lain. Demikian juga upaya yang dilakukan oleh para “al-khulafa ar-rasyidun” Umar
bin Abdul Aziz beliau juga gemar membaca hadits, seperti yang diriwayatkan oleh
Abu Qilabah ia berkata : “kita berangkat bersama Umar bin Abdul Aziz untuk
menunaikan sholat dan beliau membaca kertas demikian pula pada waktu asar
ditangannya juga terdapat kertas, lalu aku bertanya, tulisan apa itu ?Beliau
menjawab, hadits dari Aun bin Abdullah, saya terpesona olehnya maka aku
menulis”Pada masa Umar bin Abdul Aziz (akhir abad pertama hijriyah-abad kedua
hijriyah) ini oleh sebagian para ulama disebut sebagai periode atau fase dimana para
penulis hadits sudah mulai banyak dan menyebar serta aktifitas pergerakan keilmuan
sudai mulai menjamur. Hal ini ditandai dengan banyaknya catatan-catatan (sahaif)
hadits hasil karya Tabi’in, diantara sahaif yang pertama dan monumental ditulis pada
masa ini adalah Sahifah “As-Shahihah”, ditulis oleh Hammam bin al-Munabbih,
dimana sahifahini merupakan warisan dari peninggalan-peninggalan catatan
haditspertama (dicatat pada pertengahan abad pertama hijriyah) diriwayatkan dari
gurunya yaitu Abu Hurairah. Sahifah ini menduduki posisi yang termulia karena
merupakan kumpulan hadits yang sudah tertib pengumpulannya, oleh karena itu
banyak para ulama’ setelahnya merangkum sahifahnya tersebut dalam karangan-
karangannya seperti Imam ibn Hambal memuat seluruh sahifahtersebut dalam kitab
musnadnya dalm juz kedua.begitu juga Sahifah ini dimuat dalam musnadnya al-
Imam Abdurrazaq Al-Sun’ani dan juga banyak dinukil oleh Imam Bukhari dalam
bab yang berbeda. Sahifah ini dinamakan “al-sahihah” karena si-empunya

SEJARAH PERKEMBANGAN HADIST PRA KONDIFIKASI Page | 16


mengambil langsung dari sahabat (Abu Hurairah) yang berkecimpung langsung
dalam dunia haditsdan selalu berasama Rasulullah selama 40 tahun, sahifah ini
mencakup 138 haditsyang semuanya diriwayatkan oleh Abi Hurairah.(Mubarak as-
Sayyid: 28)29

KESIMPULAN

Bahwa pada zaman Rasululluh SAW. Terdapat pelaranagn penulisan


hadist, Namun seiring berjalannya waktu Rasulullah SAW. Pun akhirnya
membulehkan penulisan hadist namun tetap menjaga jarak antara Al-
Qur’an Dan Hadist agar tidak tercampur aduk antara Al-Qur’an Dan
Hadist. Ini juga berlaku pada masa shohabat yang sangat menjaga hadist
agar tidak banyak hadist palsu, maka ada kebijakan untuk meriwatkan
hadist sedikit mungkin agar tidak ada hadist yang tercampur dengan
hadist hadist palsu. Ini juga berlaku pada masa Tabi’in hingga sebelum
Kondifikasi Hadist.

29
MASA KODIFIKASI HADITS Meneropong Perkembangan Ilmu Hadits Pada Masa Pra-Kodifikasi
hingga Pasca Kodifikasi Riska Yunitasari Program Magister Pasca Sarjana IAIN Tulungagung,
Indonesia

SEJARAH PERKEMBANGAN HADIST PRA KONDIFIKASI Page | 17


Daftar Pustaka

1. Mohammad Nor Ichwan, Studi Ilmu Hadis (Semarang: RaSAIL


Media Group, 2007), 79.
2. Arofatul Mu’awanah STAI Al Yasini Pasuruan.
3. Jurnal kaca jurusan Ushuluddin STAI Al- FITRAH Volume 9,
Nomor (2 Agustus 2019)
4. Syuhudi Ismail, Kaidah Kesahihan Sanad Hadis (Telaah Kritis dan
Tinjauan dengan Pendekatan Ilmu Sejarah), 43.
5. Idri, Studi Hadis, (Jakarta: Prenada Media Grup, 2010), 40
6. Zainul Arifin, al-Afkar (Jurnal Dialogis Ilmu-Ilmu Ushuluddin),
(Surabaya: Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Ampel, 2003), Edisi
Desember, 74 . . .MuhammadMuhammad Abu Zahwu, al-Hadist
wal Muhaddithun, 67 7
7. Muhammad ‘Ajjaj al Khatib, al Sunnah Qabla al Tadwin, 97-98.

SEJARAH PERKEMBANGAN HADIST PRA KONDIFIKASI Page | 18


8. Abu ‘Abdillah Ahmad bin Muhammad bin Hambal, Musnad
Ahmad,vol: 1, 57-75.
9. Mustafa as-Siba’I, as-Sunnah wa Makanatuha fi at-Tashri’, 93.
10.Ahmad ‘Umar Hashim, al Sunnah al Nabawiyah wa ‘Ulumuhu,
(Fajalah: Maktabah Gharib), 49.
11.Muhammad Mustafa ‘Azami, Studies in Hadith Methodology and
Literature,(Indianapolis: American Trust Publications, 1977), 184.
12.Muhammad Mustafa ‘Azami, Studies in Hadith Methodology and
Literature, 13.
13.Melacak Akar Kesejarahan Hadis Nabi Pra-Kodifikasi
Muhammad Abduh Dosen Ilmu Hadis Fakultas Ushuluddin
Filsafat dan Politik UIN Alauddin Makassar
14.Sejarah Perkembangan Hadits Pra Kodifikasi Asep Sulhadi,
Izzatul Sholihah STAI Badrus Sholeh Kediri
15. Masa Kodifikasi Hadits Meneropong Perkembangan Ilmu Hadits
Pada Masa Pra-Kodifikasi hingga Pasca Kodifikasi Riska
Yunitasari Program Magister Pasca Sarjana IAIN Tulungagung,
Indonesia

SEJARAH PERKEMBANGAN HADIST PRA KONDIFIKASI Page | 19

Anda mungkin juga menyukai