Anda di halaman 1dari 12

Periode Orientalisme

Makalah ini Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

“Kajian Barat atas al-Qur‟an”

Dosen Pengampu:

A. Imam Bashori, M.Th.I

Disusun Oleh:
Agus Irwanto
NIM
202012134106
Jurusan Ushuluddin

Program Studi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir (IAT)

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) AL FITHRAH

SURABAYA

2022
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Islam hampir mengisi permukaan bumi yang ada, telah menorehkan kesan tersendiri
bahwa salah satu agama yang telah menjadi kekuatan global yang cukup signifikan. Bisa
dikatakan bahwa Islam sedang menjalankan peran globalisasinya, menembus semua lini
sosial, budaya, bahasa dan politik manapun di dunia ini. Yangmana dulunya Islam
merupakan pusat intelektual dan gudangnya pengetahuan selama ber abad-abad akan tetapi
sekarang sudah bergeser ke barat. Ilmu-ilmu yang di kontruksi oleh barat yang telah
mempelajari keilmuwan timur yang di sebut dengan Orientalisme.
Hubungan Timur (khususnya Islam) dan Barat merupakan suatu hal yang tak pernah
lepas dari kajian orientalisme. Dan pada dasarnya dapat dikatakan bahwa kalangan orientalis
untuk memahami Timur sebagai suatu pemahaman dan mengaanalisa keilmuwan timur.
Penjajahan yang dilakukan Barat sangat berpengaruh kuat dalam membentuk citra Barat
tentang dunia Timur, khususnya Islam, dan analitis mereka tentang masyarakat-masyarakat
ketimuran atau oriental society, maka dapat dikatakan dengan jelas sekali bahwa orientalisme
mengungkapkan ciri-ciri progresif Barat dan menunjukkan kemandekan sosial di bagian
timur dan berpindah alih ke barat.
Pada intinya, Orientalisme merupakan suatu kajian yang dilakukan oleh para ilmuan
Barat yang mempelajari geografis pada dunia Timur dan secara tradisional mereka
menyibukkan diri dengan mempelajari hal-hal yang berbau dunia ketimuran. Latar belakang
pengkajian orientalisme sangatlah kompleks. Motif-motif yang ada di belakang orientalisme
antara lain: Pertama, motif keagamaa. Keilmuwan, politik dan budaya dan masih banyak
sekali.
B. RumusanMasalah
1. Bagaimana penjelasan tentang Orientalis?
2. Bagaimana sejarah kajian Orientalis pada abad 18-19?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Orientalisme
Kata Orientalisme berasal dari kata ”Orient” yang berarti timur, dan oriental berarti
yang berkaitan atau terletak di timur dan “Isme” artinya faham.1 Timur adalah letak geografis
yang meliputi Asia Selatan dan Tenggara dari Himalaya dan Semenanjung Malaya. Jadi
Orientalisme adalah suatu pemahaman yang menyelidiki hal-hal yang berkaitan dengan
bangsa di Timur dan lingkungannya.2 Didalam buku “Buhûst Fi at Tabsyîr Wa al Istisyrâq”
(Pembahasan Tentang Misionarisme dan Orientalisme) karangan Dr. Hasan Abdur Rauf,
disebutkan bahwa kata “Orientalisme” secara umum diberikan kepada orang-orang non-Arab
khususnya ilmuwan Barat yang mempelajari ilmuilmu tentang ketimuran, baik itu dari segi
bahasa, agama, sejarah, kebiasaan, peradaban dan adat istiadatnya. Orang yang mempelajari
ilmu itu disebut Orientalis.
Terkadang ada pertanyaan, apakah orang Indonesia yang mempelajari tentang
ketimuran bisa disebut Orientalis? Dosen Fakultas Ushuluddin Universitas Al Azhar itu
buruburu membatasi, bahwa sebutan Orientalis diberikan kepada setiap ilmuwan Barat yang
mempelajari segala sesuatu tentang ketimuran. Utamanya, istilah Orientalis diberikan kepada
orang-orang Nasrani yang ingin mempelajari ilmu-ilmu Islam dan bahasa Arab. Orientalis
adalah para sarjana atau ahli tentang ketimuran. Mereka ini mempelajari budaya ketimuran.
Mereka terdiri dari filolog, sosiolog, antropolog, linguism, sainstism dan juga teolog.
Awalnya adalah studi ilmiah yang bersifat obtektif dan akademis. Orientalisme memang
bukan kajian yang objektif dan tidak memihak Islam dan kebudayaannya; kajian ini tidak
bertujuan untuk mendapatkan hasil yang baik dan orisinal melankan hanya rencana jahat
yang terorgnisasi kan untuk menghasut para pemuda kita agar memberontak pada agama
mereka, dan mencemooh semua warisan sejarah Islam dan kebudayaannya sebagai warisan
yang tidak berguna.3 Sasaran yang hendak dicapainya adalah mencipta kekeliruan
sebanyakbanyaknya di kalangan pemuda-pemuda yang belum matang dan mudah ditipu itu
dengan cara menanamkan benih keraguan, sinisme, dan skeptisisme.

1
A. Muin Umar, Orientalisme dan Studi tentang Islam (Jakarta: Bulan Bintang, 1978), 7.
2
Achmad Zuhdi, Orientalism (Sidoarjo: CV. Cahaya Intan XII 2014), 4.
3
Maryam Jamilah, Islam dan Orientalisme: Sevuah Kajian Analitik (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1994), 173.
Dengan demikian orientalis (al-Mustasyriquun) adalah istilah umum mencakup
kelompok-kelompok non Arab yang bekerja di medan penelitian ilmu ketimuran secara
umum dan Islam secara khusus. Tujuan mereka bukanlah untuk ilmu pengetahuan dan
pendidikan, akan tetapi tujuannya adalah membuat keraguan pada kaum muslimin terhadap
agamanya. Hingga kita dapati mereka memiliki satu penelitian misalnya seputar al-Qur‟aan
pasti mendapati satu kerancuan dan upaya peraguan. Kalaupun tidak ada lafadz yang
menunjukkan hal tersebut, mesti merek menggunakan ibarat yang samar dan dapat
mengakibatkan keraguan.
1. Faktor Gerakan Orientalis
a. Agama
Agama ini dimulai oleh para rahib gereja kemudian berlanjut para pendeta
kemudian menjadi kelompok besar orientalis dimana mereka hanya memikirkan
bagaimana caranya menyerang Islam, merusak eksistensi agama Islam dan
memutarbalikkan fakta kebenaran ajaran Islam. Dengan cara demikian, mereka
menyampaikan kepada public bahwa Islam hanyalah agama kebudayaan arab yang
tidak layak untuk dianut dan diikuti. Bahkan mereka memiliki misi untuk
menghancurkan islam dari dalam karna mereka merasa terancam setalah terjadinya
perang salib yaitu misi mereka:
1) Menjauhkan umat islam dari agamanya, Memalingkan umat islam dari
keyakinanya dan mengiring mereka untuk benci agamanya. Selain itu,
memutarbalikkan kebenaran dan mengesankan adanya keraguan dalam pokok-
pokok ajaran Islam dengan memberikan cela terhadap ajaran-ajaran Islam.
2) Meraka berusaha untuk mengajak kita ke agama kristen, mereka banyak cara
untuk menghasut kita salah satunya mengajak kitatentang kemodern mereak se
akan-akan agama kita sudah ktinggalan zaman, dan selalu berusaha menghiasi
ajaran mereka agar kita terkejan dengan ajaran mereka.
b. Ekonomi
Inilah salah satu yang dilakukan oleh para Orientalis untuk menghancurkan
umat kita yaitu melalui ekonomi, yang mereka inginkan menguasai bangsa pasar,
kekayaan alam, sektor perbankkan dan masih banyak lagi.
c. Kolonialisme
Setelah mengalami kekalahan dalam perang salib, mereka tidak menyerah
untuk membangun kembali peradapan mereka, mereka berusaha menyerang kita
dengan ilmu intelektual. Mereka berusaha mengambil keilmuwan atau mengkontruksi
ulang ilmu-ilmu timur dengan menjadi pengkaji dan mempelajaridengan tekun.
Mereka mempelajari dari segi Ideologi, perilaku, adat istiadat, bahasa bahkan dari
mereka ada yang menghafal al-Qur‟an dan Hadis istilah nya mereka menjadi musuh
dalam selimut. Tetapi apalah daya kesungguhan mereka terbayar karna mereka
memiliki pendanaan yang cukup besar dan mampu.
Seperti kata raja Louis, dia mengagumi ke ilmuwan timur dan strategi perang
sehingga dia berkata kita tidak akan menang jika memakai otot, dan berpikir yakin
bahwa peperangan bukanlah strategi yang tepat untuk bisa meraih kemenangan dan
mengalahkan umat Islam, karena umat Islam amat memegang teguh agamanya dan
rela berjihad, mengorbankan jiwa dan raganya demi membela agama Islam.
Perubahan strategi dari perang fisik kepada perang pemikiran, menurut mereka ini
meruapakan senjata yang ampuh, efektif, dan efisien sebagai kekuatan baru dalam
upaya melemahkan umat Islam dari aspek rohani dan jasmani dalam diri kaum
muslim.4
d. Politik
Setelah negara-negara Islam terlepas dari penjajahan yang zalim, kekuatan
dan taktik kolonialisme terus berjalan, antara lain dengan menempatkan orang-orang
pilihan yang berpengalaman dan luas pengetahuannya mengenai dunia Islam di
kedutaan-kedutaan dan konsulat-konsulat mereka untuk memenuhi kepentingan
politik kolonialismenya di negara-negara Islam.5
e. Bidang Keilmuwan
Islam memilki sejarah yang cukup mempunyi dalam bidang keilmuwan
seperti sains, teknologi, matematika, astronomi dan lain-lain, dan memiliki peradapan

4
Dr. Hasan Abdul Rauf M. el Badawy dan Dr. Abdurrahman Ghirah, Orientalisme dan Misionarisme (Bandung: PT.
Remaja Rosda Karya, 2008), 14
5
Hasan Abdul Rauf, Orientalisme.., 15.
sangat maju yang belom dimiliki oleh orag barat. karena itu mereka melakukan
penyelidikan dari segala aspeknya, kemudian menulis dan menerbitkan buku-buku.6
Literature Islam sebagai sebuah kebudayaan dan peradaban yang dilakukan
para orientalisme ini minim sekali. Sehingga tidak menutup kemungkinan, faktor
inilah yang membuka lebar-lebar ruang kekeliruan, serta kesalahan dalam memahami
Islam. Orientalis telah melakukan penyalahartian Islam dan pemutarbalikan fakta.
Islam digambarkan tidak hanya sebagai aliran sesat dan doktrin-doktrin sangat
memojokkan islam.
2. Tujuan Orientalis
Tujuan dari orang barat atau Orientalis yaitu pengetahuan, kelemahan Islam yang
digunakan untuk mendiskriminasikan Islam. Sebab, jika telah mempelajari dunia
ketimuran, maka sangat mudah untuk mengkristenkan umat Islam.
a. Memalingkan atau memurtadkan kaum muslim dari agamanya, dengan cara memecah
belah jamaah mereka
b. Melemahkan rohani umat Islam dan menciptakan perasaanwaswas terhadap
agamanya sendiri.
c. Mendistorsi agama Islam dengan cara menutup-nutupi kebenaran dan kebaikan
ajarannya.
d. Memisahkan kaum muslim dari akar-akar kebudayaan Islam mereka yang kuat
dengan cara memutarbalikkan pokok-pokok ajaran agama dan menghancurkan nilai
dasarnya.
e. Mengingkari al-Qur‟an dan Hadis (mencari kelemahan) sebagai kitab suci yang
diturunkan dari Allah SWT.
3. Tokoh-tokoh Orientalis
Keterangan tokoh-tokoh tentang orientalis pertama yang melakukan penelitian
masih belum dapat dipastikan secara jelas, olehnya itu mengalami perbedaan pendapat.
Ada dua macam pengelompokan Orientalis
a. Orientalisme Moderat
Kelompok yang mempelajari Islam dan kaum Muslim secara ilmiah dan jujur,
moderat dalam memberikan penilaian, demi mencari kebenaran, bahkan sampai

6
A. Muin Umar, Orientalisme dan Studi tentang Islam (Jakarta: Bulan Bintang, 1978), 9.
memeluk Islam. ada dua jenis Orientalis Moderat; Pertama, kelompok yang
berpegang teguh dalam penelitiannya dengan prinsip keilmuan, penuh kejujuran, dan
besikap apa adanya. Kedua, kelompok yang senantiasa komitmen terhadap keilmuan
dan setelah melakukan penelitian, mereka mendapat hidayah sehingga masuk Islam.
1) Tokoh-tokoh kelompok pertama adalah sebagai berikut: Reenan, Jenny Pierre,
Carl Leil, Tolstoy.
2) Tokoh-tokoh kelompok kedua, merupakan orang-orang yang diberi hidayah oleh
Allah SWT. Untuk memeluk Islam: Lord Headly, Ethan Deneeh, Dr. Greeneh.7
b. Orientalis Ekstrim
Ada beberapa orientalis yang dikenal menyelewengkan kebenaran dan
melakukan penyimpangaan dalam memahami ajaran Islam serta tidak tematik dalam
penelitiannya. Diantaranya kita akan sebutkan beberapa orang agar menjadi perhatian
dan waspada. Berikut diantaranya : A.J Arberry, Alfred Geom, Baron Carrade Vaux,
H.A.R Gibb, Gold Ziher, S.M Zweiner, G.Von Grunbaum, Philip K Hitti, A.J
Vensink, L. Massinyon, D.B Macdonald, D.S Margaliouth.
B. Orientalis pada abad 18-19
Para peneliti berbeda pendapat tentang sejarah permulaan orientalisme ini, namun
secara resmi dimulai dengan terbitnya ketetapan majma‟ gereja Viena pada tahun 1312 H
dengan membentuk sejumlah lembaga penelitian bahasa Arab di sejumlah universitas
Eropa. Dengan demikian memungkinkan adanya orientalisme ini secara tidak resmi
sebelumnya. Oleh karena itu ahli sejarah hampir sepakat bahwa abad ke-13 Masehi
adalah permulaan orientalis bersifat resmi. Menjelang abad ke 18 yaitu abad dimana
orang-orang Barat menguasai dunia Islam dan menguasai kerajaan-kerajaannya. Para
pemikir Barat mula menyebarkan paham orientalisme melalui jurnal-jurnal yang
diterbitkan di seluruh penjuru negara dan kerajaan Barat. Mereka mengubah makhtuthath
(literatur) Arab dan Islam yang asli dan membeli dari oknum yang tidak
bertanggungjawab bahkan mencurinya dari perpustakaan di negara mereka. Jika dihitung,
literature-literatur Arab yang langkah yang dipindah ke perpustakaan Eropa jumlahnya
sampai awal abad 19 telah mencapai 255.000 jilid dan terus menerus bertambah
jumlahnya hingga saat ini.

7
Hasan, Orientalisme…, 30-34.
Sebagian peneliti berpendapat sulit untuk menentukan siapa dan kapan awal mula
orientalisme, sebagian lain menyebutnya bahwa orientalisme muncul pada awal abad ke-
11 masehi. Akan tetapi pendapat yang lebih akurat, orientalis muncul di Andalusia
(Spanyol) pada abad ke- 7 Hijriyah, ketika kaum slaibis Spanyol menyerang kaum
muslim. Raja Alfonso penguasa Kristen di propinsi Castilla (baca : Castiya) saat itu,
memanggil Michael Scott untuk mempelajari ilmu-ilmu Islam dan peradabannya.
Kemudian Scott mengumpulkan sekelompok pendeta dari berbagai gereja dekat kota
Toledo untuk membantu tugas-tugasnya. Pendapat lain mengatakan, Orientalisme
dimulai ketika beberapa pendeta dari Barat datang ke Andalusia saat kerajaan Islam itu
berada di puncak kejayaannya. Kemudian mereka mempelajari berbagai ilmu Islam
disana dan menerjemahkannya. Mereka juga berguru pada ulama-ulama Islam dari
berbagai bidang ilmu. Khusunya ilmu Filsafat, kedokteran dan Matematik.
Dan Menurut abdullah saeed pada periode ini: Periode Orientalis, Abad ke-18
hingga ke-19 Abad ke-18 menjadi saksi peristiwa kolonisasi orang-orang Eropa terhadap
dunia Muslim. Selama periode ini, berbagai versi al-Qur'an mulai dipublikasikan, dan
mulai diciptakan istilah Orientalisme'. Para pemikir Barat mulai mempertanyakan secara
terbuka dasar-dasar agama, khususnya- Kristiani dan Gereja. Di lingkungan semacam
inilah filsuf Perancis Voltaire (w.1778) menulis dramanya yang berjudul Mahomet:
tragédie (1741) dan menyatakan bahwa al-Qur'an tidak logis dan tidak bisa dibaca.8
Sementara itu, usaha yang lain juga dilakukan untuk membuat Eropa memahami secara
lebih jauh terhadap Islam dan al-Qur'an. Lembaga pengajaran baru mulai muncul di Paris
dan Wina yang menyelenggarakan kursus baik bahasa maupun budaya Islam. Di Inggris,
George Sale (w.1736) menerbitkan terjemahan al-Qur'an berbahasa Inggris pertama yang
langsung diterjemahkan dari al Qur'an bahasa Arab; terjemahan ini masih berpengaruh
sampai abad ke-20. Pengantar untuk terjemahan Sale ini panjangnya hampir 200
halaman, dan membahas kehidupan Nabi, serta sejarah Islam, teologi dan hukum.

8
Dave Hammerbeck, ‘Voltaire’s Mohamet: The Persistence of Cultural Memory and pre-Modern Orientalisme’.
AgorA: Online Graduate Humanities Journal, vol. 2, 27 May 2007, Diakses 27 Augustus 2007:
http://www.humanities. Ualberta.ca/agora/Articles.cfm?ArticleNo=154.
Terjemahan Sale inilah yang dibaca dan dikutip dalam karya-karya Thomas Jefferson
(w.1826), salah satu bapak pendiri Amerika.9
Selama abad ke-19, edisi bilingul al-Qur'an menjadi semakin umum, dan
Universitas Eropa mulai memperluas program studi bahasa Arab dan studi Islam dengan
memasukkan analisis al Qur'an. Di Eropa, seorang sarjana Jerman, Gustav Flügel
(w.1870), juga menerbitkan terjemahan al-Qur'an yang sangat penting (1834) yang
memperkenalkan sistem penomoran baru untuk ayat-ayatnya. Sistem ini menjadi standar
sistem penomoran ayat yang cukup lama digunakan di Barat.10 Terjemahannya kemudian
dikritik, khususnya oleh umat Islam, karena mengadopsi suatu sistem yang tidak sesuai
dengan sistem penomoran Islam dikenal pada masa itu. Karena kuantitas ilmu
pengetahuan terus meningkat, studi Islam dipindah dari yang awalnya adalah sub-bagian
dari studi Oriental, menjadi bidang ilmu pengetahuan akademik yang independen.
Dengan perkembangan ini, terjadilah peningkatan dalam bidang studi bahasa Arab, yang
menghasilkan berbagai macam publikasi tentang sejarah kebudayaan, politik dan agama
Islam, dan meningkatnya jumlah terjemahan dan analisis terhadap teks sejarah dan
keagamaan Islam.

1. Fase Orientalisme
Fase pertama : Missionaris & Anti Islam (dimulai abad ke- 16 M). Pada fase
ini, adalah simbol gerakan anti-Islam yang dimotori oleh Yahudi dan Kristen.
Gerakan ini merupakan reaksi terhadap substansi ajaran Islam yang sejak dini sekali
telah membeberkan kerancuan kedua agama itu. Selain itu kekalahan bangsa Eropa
Kristen dalam perang Salib juga memicu semangat anti Islam ini. Gerakan ini sejalan
dengan misionaris. Para tokoh Kristen (John Segovia, Nicholas Cusa, Jean Germain
dsb) membuat konferensi untuk tujuan pemurtadan Muslim. Strategi yang digunakan
adalah menyebarkan kesan pada orang Timur dan Eropa.

9
Kevin J. Hayes, 'How Thomas Jefferson Read the Qur'an', iviews.com, 27 January 2007. Diakses 27 Augustus 2007:
http://www.iviews/Articles/ articles. asp?ref-IV0701-3221.

10
Montgomery Watt and Richard Bell, Introduction to the Qur’an, Edinburgh: Edinburgh University Pres, 1970, hal 58.
Fase kedua : Kajian dan Cacian (abad ke- 17 dan 18 M). Fase kedua ini terjadi
bersamaan dengan modernisasi Barat. Barat berkepentingan menimba ilmu
bagaimana Islam bisa menjadi peradaban yang handal selama 7 abad. Pada periode
inilah raja-raja dan ratu-ratu di Eropa sepakat untuk mendukung pengumpulan segala
macam informasi tentang ketimuran. Sebagai contoh Erpernius (1584-1624),
menerbitkan pertama kali tatabahasa Arab, dan diikuti oleh Jacob Goluis (1596-
1667), dan Lorriunuer Franz Meurnski dari Austria tahun 1680. Bedwell W (1561-
1632) mengedit tujuh jilid buku Kamus Bahasa Arab dan menulis tentang sejarah
hidup Nabi Muhammad. 27 G Sale (1677-1736) penterjemah Al-Quran tahun 1734
menulis Muhammad adalah pembohong dan Islam adalah agama palsu. Edward
Gibbon (1737-1794) menulis bahwa Muhammad “Pembohong”
Fase ketiga: Kajian & Kolonialisme (abad ke- 19 dan ¼ pertama abad ke- 20
M). Fase ini bersamaan dengan era kolonialisme Barat ke negara-negara Islam dalam
bidang politik, militer, kultural dan ekonomi. Pada fase ini banyak orientalis yang
menyumbangkan karya dalam bidang studi Islam. Tidak sedikit pula dari
karya karya berbahasa Arab dan Persia diedit dan diterjemahkan lalu diterbitkan.
Mungkin karena orang Barat telah masuk dan menguasai negeri-negeri Islam, mereka
mudah mendapatkan bahan-bahan tentang Islam. Periode ini juga ditandai dengan
lahirnya pusat-pusat studi Keislaman. Tahun 1822 didirikan Society Asiatic of Paris,
di Paris. Tahun 1823 Royal Asiatic Society of Great Britain and Ireland didirikan di
Inggris.
Fase keempat: Kajian & Politik (paruh ke 2 abad ke 19). Islam dan umat Islam
menjadi obyek kajian yang populer. Kajian itu bukan saja dilakukan untuk
kepentingan akademis, tapi juga untuk kepentingan perancang kebijakan politik dan
juga bisnis. Pada fase ini kajian orientalisme berubah lagi, dari sentimen keagamaan
yang vulgar menjadi lebih lembut. Beberapa contohnya adalah Cantwell Smith, On
Understanding Islam Selected Studies, the Hague, 1981, 296) yang menerima
pendapat bahwa wahyu adalah gambaran pengalaman pribadi Nabi Muhammad, tapi
baginya, Islam perlu menafsirkan ulang konsep yang tidak bisa dipertahankan lagi itu.
Sir Hamilton Gibb juga menerima pendapat bahwa wahyu adalah gambaran
pengalaman pribadi Nabi Muhammad, namun Islam perlu menafsirkan ulang konsep
yang tidak bisa dipertahankan lagi (Pre-Islamic Monotheism in Arabia, Harvard
Theological Review, 55, 1962, 269).

BAB III
KESIMPULAN

Pengkajian Orientalisme sangat kompleks (ketimuran, khususnya Islam) yang


dilatarbelakangi oleh motif-motif yakni , keagamaan, keilmuan, ekonomi dan politik.
Pembahasan tentang asal mula Orientalisme, sebenarnya masih diperselisihkan oleh para
peneliti sejarah Orientalisme. Dan tidak diketahui secara pasti siapa orang Eropa pertama
yang mempelajari tentang ketimuran dan juga tidak ada yang mencatat kapan terjadinya.
Orientalis mencari celah untuk membongkar ketidakabsahan hadis maupun al-Qur‟an dari
keotentikannya yang dijadikan otoritas dalam Islam. Kajian-kajian orientalis yang ditujukan
untuk membuktikan akan ketidakotentikan hadis berlingkup pada tiga aspek, yakni aspek
Nabi Muhammad dalam berkepribadian, aspek sanad dan perawi dan aspek matan hadis dan
juga mencari celah dalam al-Qur‟an semisal kenapa adanya Nasikh Mansukh yang dijadikan
landasan oleh barat untuk dikritik.

Fase perkembangan Orientalisme; Pertama Missionaris & Anti Islamn dimulai abad
ke-16 M, keduavKajian dan Cacian , abad ke 17 dan 18 M, ketiga Kajian & Kolonialisme,
abad ke- 19 dan ¼ pertama abad ke- 20 M, keempat Kajian & Politik, paruh ke- 2 abad ke 19
yang mana di abad ini telah terjadinya perombakan oleh kaum barat tentang keilmuwan,
pengetahuan.sains, literatur keislaman dan diterjemahnya al-Qur‟an ke bahasa mereka oleh
Orientalis dan merupakan fase bangkitnya kaum barat di segi intelektual hingga saat ini.
DAFTAR PUSTAKA

Umar, A. Muin Umar, Orientalisme dan Studi tentang Islam. Jakarta: Bulan Bintang 1978.
Zuhdi, Achmad, Orientalism. Sidoarjo: CV. Cahaya Intan XII 2014.
Jamilah, Maryam, Islam dan Orientalisme: Sevuah Kajian Analiti. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 1994.
Dr. Hasan Abdul Rauf M. el Badawy dan Dr. Abdurrahman Ghirah, Orientalisme dan
Misionarisme (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2008), 14

Hammerbeck, Dave „Voltaire‟s Mohamet: The Persistence of Cultural Memory and pre-
Modern Orientalisme‟. AgorA: Online Graduate Humanities Journal, vol. 2, 27 May
2007, Diakses 27 Augustus 2007: http://www.humanities.
Ualberta.ca/agora/Articles.cfm?ArticleNo=154.
J. Hayes, Kevin, 'How Thomas Jefferson Read the Qur'an', iviews.com, 27 January 2007.
Diakses 27 Augustus 2007: http://www.iviews/Articles/ articles. asp?ref-IV0701-
3221.
Watt, Montgomery and Richard Bell, Introduction to the Qur’an, Edinburgh: Edinburgh
University Pres, 1970.

Anda mungkin juga menyukai