Dosen Pengampu:
Abu Sari, M.Ag.
Disusun Oleh:
Siti Aidha
A. Hakikat Manusia
Sebagian orang mengatakan manusia adalah makhluk sempurna
berdasarkan memiliki fisik yang utuh. Kalimat ini merupakan cerminan sifat diri
manusia yang tidak mengetahui konteks manusia itu sendiri. Yang sebenarnya
manusia adalah makhluk paling sempurna yang diciptakan Allah baik secara
rohani maupun jasmani. Dan manusia tidak seperti makhluk lainnya. Sebagaimana
Allah SWT berfirman:
ِ ض ْلنَاهم علَى َكثِ ٍري ِِمَّن خلَ ْقنَا تَ ْف
)70( ضيال َ ْ َ ْ ُ َّ ََوف
“Dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas
kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan.” (QS. Al-Isra’: 70).
Allah SWT memberikan kelebihan yang tidak dimiliki makhluk lainnya.
Sehingga mengistemewakan manusia dengan menciptakan akal untuk
mengembangkan ilmu yang bisa menerapkan pada dirinya sendiri dan juga orang
lain. Maka Allah jadikan manusia sebagai khalifah, ketika Nabi Adam as,.
diciptakan. Allah mengajarkan kepadanya nama-nama benda seperti
sendok/garpu.1 Hal ini malaikat menyadari bahwa manusia berhak menjadi
khalifah dimuka bumi ini. Karena mereka (malaikat) belum mengetahui hal hal
seperti itu.2
Akan tetapi manusia sebagai makhluk pelupa, Ketika kenikmatan yang ia
raih mereka lupa secara manusiawi terhadap pencipta-Nya. Sehingga diperlukan
peringatan dan teguran. Bahwa Manusia sebagai makhluk yang lemah, hina yang
sudah digambarkan di dalam al-Qur’an:
1
M. Ali Shobuni, Shofwatul Tafasir, (Beirut: Darul Qurán, 1981), 39-40.
2
A. Musthafa Al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi, terj. Anshori Umar Sitanggal (Semarang: PT. Toha Putra,
1992), 134.
1
Bahwa manusia diberikan hawa nafsu untuk diuji. Seberapa mampu
mereka melawan nafsu. Dan akal yang mereka miliki selama hidup
mempergunakan dengan baik?. Jika menyerah begitu saja maka mereka termasuk
orang yang berbuat durhaka kepada-Nya.
َن أَ ْن َْْح ِم ْلنَ َها َوأَ ْف َف ْق َن ِمْن َها َو ََمَلَ َها اْلنْ َسا ُن ِْ ض و ِ َّ ضنَا األمانَةَ علَى
َ ْ َالاَبَا ِ فَبَب َ ِ األر
ْ الس َم َوات َو َ َ ْ {إِ ََّّن َعَر
)72( وما َج ُهوال ِ
ً ُإنَّهُ َكا َن ظَل
“Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanah kepada langit, bumi,
dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan
mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia.
Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh.” (QS. Al-Ahzab: 72).
Ali Ibnu Talhah telah meriwayatkan dari ibnu abbas berkata amanah
merupakan fardhu-fardhu yang ditawarkan oleh Allah SWT kepada langit, bumi
dan gunung-gunung. Jika mereka menunaikan maka Allah akan memberikan
pahala. Jika mereka menyia-nyiakannya maka Allah akan mengazab mereka.
Maka mereka tidak suka dan takut akan mengkhianati tanggung jawab yang begitu
besar. Karna demi menjaga agama Allah. Sebaiknya mereka tidak menerimanya.
Akan tetapi Nabi Adam as,. mau menerima segala konsekuensinya. Dan
dipikullah amanat itu oleh manusia. “Sesungguhnya manusia itu amat zhalim dan
amat bodoh.” Bahwa manusia akan lalai dalam menjalani amanatnya, akan tetapi
mereka tetap menjalankannya sesuai kesanggupan mereka.3
Alasan kenapa Allah menawarkan amanat ini kepada mereka. Karna
amanat ini dititipkan oleh Allah kepada langit, bumi, gunung dan para makhluk
hidup lainnya untuk menunjukkan tanda-tanda ketuhanan-Nya. Hal ini Allah
memperintahkan mereka untuk memperlihatkan tanda-tanda tersebut. Akan tetapi
hanya manusia menerima amanat ini. Tetapi sebagian dari mereka (manusia)
menutupi dan mengingkarinya.4
3
Ismail, Tafsir al-Qur’an al-A’dzhim, Juz 6 (Kairo, Maktabah Syamilah, 1932), 488.
4
Abu Abdullah Muhammad, Tafsir Al Qurtubi, Jilid 14, terj. Fathurrahman, Ahmad Hotib (Jakarta: Pustaka
azzam, 2007), 616.
2
B. Asal Usul Manusia Perspektif Al-Qur’an
Kejadian asal-usul manusia sebelum ditetliti oleh para cendekiawan. Di
dalam Al-Qur’an sudah memberikan penjelasan bagaimana kejadian awal mula
manusia diciptakan di bumi. Penulis membagi tiga bagian, diantaranya:
1. Proses Penciptaan Nabi Adam as. dan Nabi Isa as.
Di dalam Surat al-Imran ayat 59.
ٍ آدم َخلَ َقهُ ِمن تُر
)59( ابَ ْ ََ
“Allah menciptakan Adam dari tanah.” (QS. Al-Imran [3]: 59).
Bahwa awal dari proses penciptaan manusia (Nabi Adam) dalam ayat ini
ٍ ِط
ٍ ( تُرtanah yang kering).5 Lalu selanjutnya menjadi َن
اب
menggunakan lafadz
َ
(menurut Al-Asfahani, kata thin bermakna tanah yang sudah bercampur air
atau tanah basah). Terdapat dalam surat al-An’am ayat 2,6 kemudian menjadi
ٍ ََُمٍإ مسن
ون ٍ ص ْلصا
َْ َ (lumpur hitam yang dibentuk) menjadi َ َ (tanah kering yang
dapat dibuat tembikar) terdapat pada surat al-hijr ayat 26.7 Setelah itu di Surat
ar-Rahman ayat 14 َكالْ َف َّخا ِر (menjadi sebuah tembikar yang sudah dimasak
atau dibakar sehingga menjadi keras).8 Kemudian jadilah Nabi Adam sebagai
manusia pertama di dunia. Bahwa Manusia diciptakan Allah dari tanah dengan
berbagai jenis tanah.
Sedangkan Nabi Isa as. memiliki kesamaan dengan Nabi Adam as. sama-
sama diciptakan tanpa seorang ayah. Akan tetapi perbedaannya, proses
penciptaan Nabi Isa as, melalui rahim ibunda Maryam dengan proses
kehamilan tanpa ayah. Sebagaimana Allah SWT berfirman:
5
Abu Abdullah Muhammad, Tafsir Al Qurtubi, Jilid 4, terj. Fathurrahman, Ahmad Hotib
(Jakarta: Pustaka azzam, 2007), 279.
6
Muhammad Arif, Filsafat Ekonomi Islam,(Medan: Merdeka Kreasi Grup, 2022), 54.
7
Dwi Fajrul Toyyibin, Penciptaan Manusia Dalam Al-Qur’an Surat Al-Haj Ayat 5, (Skripsi. UIN
Kiai Haji Achmad Siddiq Jember, 2022), 43.
8
Ibid., 41.
3
ٍ آدم َخلَ َقهُ ِمن تُر َِّ إِ َّن مثل ِعيسى ِعْن َد
)59( اب ُُثَّ قَا َ لَهُ ُك ْن فَيَ ُكو ُنَ ْ َ َ اَّلل َك َمثَ ِل َ َ ََ
“Sesungguhnya misal (penciptaan) Isa di sisi Allah adalah
seperti (penciptaan) Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah,
kemudian Allah berfirman kepadanya, "Jadilah" (seorang
manusia), maka jadilah dia.” (QS. Al-Imran [3]: 59).
Lafadz ُك ْن فَيَ ُكو ُن yang terdapat pada ayat tersebut menunjukkan
bahwasannya Nabi Isa as. dari ruh tuhan, maksudnya Allah SWT meniupkan
ruh Nabi Isa as ke dalam rahim Maryam.9 Di dalam QS. Al-Hijr [15]: Ayat 29.
4
“Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan Kalian yang
telah menciptakan kalian dari seorang diri, dan darinya Allah
menciptakan istrinya; dan dari keduanya Allah
memperkembang-biakkan laki-laki dan perempuan yang
banyak. Dan bertakwalah. kepada Allah yang dengan
(mempergunakan) nama-Nya kalian saling meminta satu sama
lain, dan peliharalah hubungan silaturahmi. Sesungguhnya Allah
selalu menjaga dan mengawasi kalian.” (QS. An-Nisa’ [4]: Ayat
1).
Menurut Al-Zuhaili, Allah SWT menciptakan pasangannya, yaitu Hawa
diciptakan dari salah satu tulang rusuk Adam sebelah kiri.11 Arti diciptakan
tulang rusuk adalah suatu kiasan saja. Dari kiasan tulang rusuk itu tentang
seseorang yang kaku dan keras kepala. Artinya ini bukan soal penciptaan akan
tetapi persoalan karekteristik perempuan (istri) terhadap laki-laki/suami. Karna
terkadang dalam kehidupan rumah tangga terjadi percekcokan sehingga Allah
SWT mengingatkan mereka dalam firman-Nya:
اح َد ٍة
ِسو ِ ِ َّ
َ ٍ َّاس اتَّ ُقوا َربَّ ُك ُم الذي َخلَ َق ُك ْم م ْن نَ ْف
ُ ََي أَيُّ َها الن
“Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan Kalian yang
telah menciptakan kalian dari seorang diri.” (QS. An-Nisa’ [5]:
Ayat 1).
Mengingatkan akan kekuasaan-Nya. Yang telah menciptakan mereka jiwa
yang satu. Yakni Mereka semua berasal dari keturunan Adam as. dan ia
diciptakan dari tanah, baik laki-laki maupun perempuan. Dan Allah
menciptakan jiwa pasangan agar keduanya berkembang biak dan mempunyai
keturunan yang banyak. Dan ketika mereka menghadapi masalah dalam rumah
tangga, maka untuk menyelesaikan hal itu ialah harus memiliki sifat tenang
dan serahkan kepada Allah SWT.
11
Wahbah az-Zuhaili, Tafsir Al-Munir, Jilid 2, terj. Abdul Hayyie al-Kattani, dkk (Jakarta, Gema Insani
Press, 2013), 560.
5
Apabila kita amati keterangan diatas, alasan kenapa Allah menciptakan
perempuan dari tulang rusuk laki-laki karna memang dijadikan sebagai
pendamping laki-laki melalui pernikahan adalah berusaha menyatukan
kembali tulang rusuk yang telah dipisahkan dari tempat semula dalam bentuk
yang lain. Dengan pernikahan ini, lahirlah keturunan yang akan meneruskan
generasi berikutnya.
Dan terlahir sebagai perempuan merupakan anugrah yang patut kita
syukuri, karena islam memberikan keistemewaan pada peran perempuan.
Maka salah besar jika ada rasa penyesalan sebab terlahir menjadi perempuan.
Ayat ini juga menegaskan untuk menjaga silahturahim antar saudara,
bahwa ikatan ukhuwah atau persaudaraan menuntut kita untuk bersikap saling
mengasihi, tolong menolong, menghilangkan kebencian. Sebagaimana dalam
firman-Nya:
6
ض َه ِام َد ًة فَِإ َذا ِ ِ ِ ِ ِ ِ
ْ َم ْن يَُرُّد إ ََل أ َْرَذ الْعُ ُم ِر ل َكْيال يَ ْعلَ َم م ْن بَ ْعد ع ْل ٍم َفْي ئًا َوتَ َرى
َ األر
ٍ ِت ِم ْن ُك ِل َزْو ٍج ََب
)5( يج ْ َت َوأَنْاَبَ ت
ْ َت َوَرب
ْ أَنزلْنَا َعلَْي َها الْ َماءَ ْاهتَ َّز
“Hai manusia, jika kalian dalam keraguan tentang kebangkitan
(dari kubur), maka (ketahuilah) sesungguhnya Kami telah
menjadi-kan kalian dari tanah; kemudian dari setetes mani,
kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging
yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar
Kami jelaskan kepada kalian dan Kami tetapkan dalam rahim,
apa yang Kami kehendaki sampai waktu yang telah ditentukan,
kemudian Kami keluarkan kalian sebagai bayi, kemudian
(dengan berangsur-angsur) kalian sampailah kepada
kedewasaan, dan di antara kalian ada yang diwafatkan dan (ada
pula) di antara kalian yang dipanjang-kan umurnya sampai
pikun, supaya dia tidak mengetahui lagi sesuatu pun yang
dahulunya telah diketahuinya. Dan kalian lihat bumi ini kering,
kemudian apabila telah Kami turunkan air di atasnya, hiduplah
bumi itu dan suburlah dan menumbuhkan berbagai macam
tumbuh-tumbuhan yang indah.” (QS. Al-Hajj [22]: Ayat 5).
Mengutip dari pendapat Thantowi Jauhari, bahwa manusia memiliki
keraguan terhadap hari kebangkitan, dari ayat ini menjawab keraguan tersebut
dengan cara mengambarkan proses penciptaan manusia. Menurutnya, manusia
pertama diciptakan langsung dari tanah yakni Nabi Adam as,. Kemudian,
Allah SWT menciptakan manusia berikutnya dari air mani. Air mani berasal
dari intisari tanah. Allah meletakkan unsur mani atau ( نُطْ َف ٍةair mani) ke dalam
rahim ibu,12 kemudian nuthfah seiring berubah darah menjadi َعلَ َق ٍة (segumpal
12
Dwi Fajrul Toyyibin, Penciptaan Manusia Dalam Al-Qur’an Surat Al-Haj Ayat 5, (Skripsi.
UIN Kiai Haji Achmad Siddiq Jember, 2022), 44.
7
segar (yang tidak bercampur dengan yang lain).13 Dan Maksud dari darah
keras ialah darah seiring waktu berubah menjadi kental. Kemudian menjadi
ضغَ ٍة
ْ ُم (segumpal daging), hal ini dalam fase-fase pembentukan berlangsung
empat bulan, pendapat dari ibnu abbas bahwa selepas empat bulan ruh
ditiupkan.14
Dari keraguan kita pada hari kebangkitan dengan mempelajari lebih dalam
tentang proses penciptaan manusia. Agar kita menyadari bahwa al-Qur’an adalah
jawaban atas keraguan tersebut. Maka Allah SWT menganjurkan kita untuk
menuntut ilmu sejak kita masih kecil. Dengan akal sempurna menjadikan manusia
mempunyai berbagai petunjuk yang mereka tidak ketahui. Dan banyak belajar,
tentu pengalaman dari sekian umat manusia telah usai waktu nya kembali kepada
Allah SWT. Demikian pula bagi yang masih lanjut usia, keadaan sudah mulai
melemah, sebagaimana ketika kita dilahirkan dalam keadaan lemah akan
dikembalikan kembali. Yakni lemahnya pikiran atau akal, minimnya pengetahuan
13
Abu Abdullah Muhammad, Tafsir Al Qurtubi, Jilid 12, terj. Fathurrahman, Ahmad Hotib
(Jakarta: Pustaka azzam, 2007), 16.
14
Ibid., 17.
15
Ibid., 18.
8
dan pemahaman serta akan lupa terhadap ilmu. Hal ini semua, yang kita lakukan
didunia akan ditunjukkan pada hari kebangkitan.
Asal-Usul Manusia dari proses kejadian penciptaan Nabi Adam as, Siti
Hawa dan Nabi Isa as. meskipun kita diciptakan agak berbeda dengan mereka.
Akan tetapi sama-sama diciptakan dari tanah. Mereka dan kita sama-sama
memiliki tugas yang harus dilaksanakan yakni beribadah kepada Allah SWT.
Karna Allah SWT menciptakan kita untuk beribadah. Sebagaimana Nabi Adam
as, menerima tawaran dari Allah SWT dalam memikul amanah yang harus kita
laksanakan. Terkadang manusia mengingkari karna kecerobohan mereka
(manusia). Jadi, kesamaan dan kesatuan kita sebagai umat manusia harus saling
membantu, mengasihi dan saling mencintai. Tentu tidak boleh ada sikap saling
membenci dan saling memusuhi.
Pandangan Islam, tidak menggolongkan manusia ke dalam kelompok
hewan selama manusia mempergunakan akal dan karunia dari Tuhan. Apabila
mereka tidak mempergunakan akal atau berbagai potensi pemberian dari Allah
SWT, baik berupa pemikiran, kalbu, jiwa, raga serta panca indera secara baik,
maka ia sama seperti menurunkan derajatnya sendiri menjadi hewan.
Sebagaimana dalam firman-Nya:
9
bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang
lalai.” (QS. Al A’raaf [7] Ayat 179).
10
KESIMPULAN
11
DAFTAR PUSTAKA
12