Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sasaran pendidikan adalah manusia. Pendidikan bermaksud membantu peserta didik


untuk menumbuh kembangkan potensi-potensi kemanusiaannya. Potensi kemanusiaan
merupakan benih kemungkinan untuk menjadi manusia. Tugas mendidik hanya mungkin
dilakukan dengan benar dan tepat tujuan, jika pendidikan memiliki ciri khas yang secara
prinsip sipil berbeda dengan hewan.
Ciri khas manusia yang membedakannya dari hewan terbentuk dari kumpulan terpadu
dari apa yang disebut dengan hakikat manusia. Disebut sifat hakikat manusia karena
secara hakiki sifat tersebut hanya dimiliki oleh manusia dan tidak terdapat pada hewan.
Pemahaman pendidikan terhadap sifat hakikat manusia akan membentuk peta tentang
karakteristik manusia dalam bersikap, menyusun strategi, metode dan teknik serta
memilih pendekatan dan orientasi dalam merancang dan melaksanakan komunikasi
dalam interaksi edukatif.
Sebagai pendidik bangsa Indonesia, kita wajib memiliki kejelasan mengenai hakikat
manusia Indonesia seutuhnya. Sehingga dapat dengan tepat menyusun rancangan dan
pelaksaan usaha kependidikannya. Selain itu, seorang pendidik juga harus mampu
mengembangkan tiap dimensi hakikat manusia, sebagai pelaksanaan tugas
kependidikannya menjadi lebih profesional.

B. Rumusan Masalah

a. Bagaimana konsepsi manusia menurut alquran dan hadis?


b. Bagaimana proses penciptaan manusia?
c. Apa saja tujuan penciptaan manusia?
d. Apa saja peranan manusia sebagai khalifah di muka bumi?

C. Tujuan

a. Untuk mengetahui konsepsi manusia menurut alquran dan hadis


b. Untuk mengetahui proses penciptaan manusia
c. Untuk mengetahui tujuan penciptaan manusia
d. Untuk mengetahui peranan manusia sebagai khalifah di muka bumi

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsepsi Manusia menurut Al-Quran dan Hadis


Dalam alquran istilah manusia ditemukan 3 kosa kata yang berbeda dengan makna
manusia, akan tetapi memiliki substansi yang berbeda yaitu kata basyar, insan dan al-nas.
Kata basyar dalam al-quran6ada sifat-sifat biologis, seperti asalnya dari tanah liat, atau
lempung kering (al-hijr : 33 ; ar-ruum : 20), manusia makan dan minum (al-mu’minuun :
33).
Kata insan disebutkan dalam alquran sebanyak 65 kali, diantaranya (al-alaq : 5), yaitu
allamal insaana maa lam ya’ (dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya).
Konsep islam selalu dihubungkan pada sifat psikologis atau spiritual manusia sebagai
makhluk yang berpikir, diberi ilmu, dan memikul amanah (al-ahzab : 72).

“ Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-
gunung, Maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan
mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu
Amat zalim dan Amat bodoh,.”

Insan adalah makhluk yang menjadi dan terus bergerak maju ke arah kesempurnaan.
Kata al-nas disebut sebanyak 240 kali, seperti az-zumar : 27

(sesungguhnya telah kami buatkan bagi manusia dalam al-quran ini setiap macam
perumpamaan).

Konsep al-nas menunjuk pada semua manusia sebagai makhluk social atau secara
kolektif.
Dengan demikian Al-Quran memandang manusia sebagai makhluk biologis,
psikologis, dan social. Manusia sebagai basyar, diartikan sebagai makhluk social yang
tidak biasa hidup tanpa bantuan orang lain dan atau makhluk lain.
Menurut ilyas Mustawa, Manusia sebagai makhluk Allah memiliki dua dimensi.
Dimensi pertama adalah kelebihan, keagungan dan keutamaan Manusia. Dimensi kedua
adalah kelemahan-kelemahan dan kekurangan manusia.
Konsep manusia dalam perspektif ajaran Islam disebutkan dalam Al-Quran surat At-
Tiin ayat 4, "Manusia adalah makhluk terbaik." Oleh karena manusia harus selalu
melakukan kebaikan (amal Shaleh).
Menurut Al-Quran manusia terbagi dua. Pertama: sebagai makhluk Religi
sebagaimana disebutkan dalam surat Ar-Ruum ayat 30; "Maka hadapkanlah wajahmu
dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan
manusia menurut fitrah itu. tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang
lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui."
Manusia harus senantiasa menjalankan Dimensi Ubudiyah dalam arti seluruh aspek
kehidupan dan kegiatan manusia itu harus bernuansa ibadah (dilandaskan kepada Allah
SWT).
Kedua: Manusia sebagai makhluk sosial (Zoon Politicon). Jauh sebelum Aristoteles
memaparkan teori Zoon Politicon Allah sudah menjelaskan dalam Al-Quran sebagai
mana tertera dalam surat Ali Imran ayat 110; "kamu adalah umat yang terbaik yang
dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang
munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik
bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-
orang yang fasik."
Sebagai makhluk sosial seorang manusia harus mengutamakan kepentingan bersama
(masyarakat) di atas kepentingan pribadi. Sebagai Zoon Politicon manusia mempunyai
tugas "Ta'muruna bil ma'ruf watanhauna 'anil mungkar (Menyeru kepada kebaikan dan
mencegah dari kemungkaran).

2
B. Proses Penciptaan Manusia.

a. Dalam Perspektif Al-Qur’an


Pada penciptaan manusia, ada orientalitas yang bingung mengenai dengan
sejumlah rumusan yang berbeda-beda menyangkut penciptaan manusia didalam Al-
Qur’an. Ada ayat yang menyatakan bahwa manusia diciptakan dari tanah liat, tembikar,
saripati tanah, saripati air yang hina, air yang tertumpah dan mani yang terpancar.
Bila diamati lebih dalam dapat disimpulkan bahwa manusia berasal dari dua jenis
yaitu dari benda padat dan benda cair. Benda padat berbentuk tanah (turab), tanah yang
sudah mengandung air (thin), tanah liat (hama’), dan tembikar (shalshal). Benda cair
berbentuk air mani.
a) Penciptaan manusia dari tanah
 surat Ali Imran: 59

‫ِاَّن َم َثَل ِع ْيٰس ى ِع ْنَد ِهّٰللا َك َم َثِل ٰا َد َم ۗ َخ َلَقٗه ِم ْن ُتَر اٍب ُثَّم َقاَل َلٗه ُك ْن َفَيُك ْو ُن‬
“Sesungguhnya perumpamaan (penciptaan) ‘Isa bagi Allah, seperti (penciptaan) Adam.
Dia menciptakannya dari tanah, kemudian Dia berkata kepadanya, “Jadilah!” Maka
jadilah sesuatu itu”.
Pada ayat tersebut, Allah SWT menyatakan kepada nabi Muhammad Saw bahwa
penciptaan nabi Isa a.s. sama dengan penciptaan nabi Adam a.s yaitu sama-sama dari
tanah. Penciptaan nabi Isa a.s memang dari unsur sel telur yang berasal dari ibunya.
Tetapi perlu diingat bahwa sel telur itu berasal dari darah, sedangkan darah dari
makanan, dan makanan tumbuh dari tanah. Maka, nabi isa a.s juga berasal dari tanah.
(Salman Harun 2016).
 Surat al-Kahfi: 37
‫َقاَل َلٗه َص اِح ُبٗه َو ُهَو ُيَح اِوُر ٓٗه َاَكَفْر َت ِباَّلِذ ْي َخ َلَقَك ِم ْن ُتَر اٍب ُثَّم ِم ْن ُّنْط َفٍة ُثَّم َس ّٰو ىَك َر ُج ۗاًل‬
“Kawannya (yang beriman) berkata kepadanya sambil bercakap-cakap dengannya,
Apakah engkau ingkar kepada (Tuhan) yang menciptakan engkau dari tanah, kemudian
dari setetes air mani, lalu Dia menjadikan engkau seorang laki-laki yang sempurna?”
Allah memerintahkan kepada nabi Muhammad Saw untuk menceritakan kepada
kaum muslimin tentang kisah seorang yang sombong, pemilik pertanian yang hasilnya
melimpah ruah. Orang tersebut telah ditegur oleh kawannya dan diingatkan bahwa dia
diciptakan dari tanah dan pasti akan kembali kepadanya. Tetapi ia terus saja
membangkang. Dia baru sadar setelah seluruh kekayaannya sirna.
 Surat al-Hajj: 5

‫ٰٓيَاُّيَها الَّناُس ِاْن ُكْنُتْم ِفْي َر ْيٍب ِّم َن اْلَبْع ِث َفِاَّنا َخ َلْقٰن ُك ْم ِّم ْن ُتَر اٍب ُثَّم ِم ْن ُّنْط َفٍة ُثَّم ِم ْن َع َلَقٍة ُثَّم ِم ْن ُّم ْض َغ ٍة‬
‫ُّم َخ َّلَقٍة َّو َغْيِر ُم َخ َّلَقٍة ِّلُنَبِّيَن َلُك ْۗم َو ُنِقُّر ِفى اَاْلْر َح اِم َم ا َنَش ۤا ُء ِآٰلى َاَج ٍل ُّمَس ًّمى ُثَّم ُنْخ ِر ُج ُك ْم ِط ْفاًل ُثَّم ِلَتْبُلُغْٓو ا‬
‫ٰٓل‬
‫َاُش َّد ُك ْۚم َو ِم ْنُك ْم َّم ْن ُّيَتَو ّٰف ى َو ِم ْنُك ْم َّم ْن ُّيَر ُّد ِا ى َاْر َذ ِل اْلُع ُم ِر ِلَكْياَل َيْع َلَم ِم ْۢن َبْع ِد ِع ْلٍم َش ْئًـۗا َو َتَر ى اَاْلْر َض‬
‫ْۢن‬ ‫ۤا‬
‫َهاِم َد ًة َفِاَذ ٓا َاْنَز ْلَنا َع َلْيَها اْلَم َء اْهَتَّزْت َو َر َبْت َو َا َبَتْت ِم ْن ُك ِّل َز ْو ٍۢج َبِهْيٍج‬
“Wahai manusia! Jika kamu meragukan (hari) Kebangkitan, maka sesungguhnya Kami
telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal
darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak
sempurna agar Kami jelaskan kepada kamu; dan Kami tetapkan dalam rahim menurut
kehendak Kami sampai waktu yang sudah ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu
sebagai bayi, kemudian (dengan berangsur-angsur) kamu sampai kepada usia dewasa,
dan di antara kamu ada yang diwafatkan dan (ada pula) di antara kamu yang
dikembalikan sampai usia sangat tua (pikun), sehingga dia tidak mengetahui lagi sesuatu
yang telah diketahuinya. Dan kamu lihat bumi ini kering, kemudian apabila telah Kami

3
turunkan air (hujan) di atasnya, hiduplah bumi itu dan menjadi subur dan menumbuhkan
berbagai jenis pasangan tetumbuhan yang indah”.
Dalam ayat ini Allah menyapa Manusia dan menerangkan bahwa mereka
diciptakan dari tanah, kemudian berproses dari zigot sampai janin. Lalu Manusia lahir
menjadi kanak-kanak dan dewasa. Ada yang kemudian meninggal dan ada pula yang
diberi usia lanjut.
b) Penciptaan manusia dari thin
Menurut Al-Asfahani, kata thin bermakna tanah yang sudah bercampur air atau tanah
basah.
 surat al-An’am: 2

‫ُهَو اَّلِذ ْي َخ َلَقُك ْم ِّم ْن ِط ْيٍن ُثَّم َقٰٓض ى َاَج اًل ۗ َو َاَج ٌل ُّمَس ًّمى ِع ْنَدٗه ُثَّم َاْنُتْم َتْم َتُرْو َن‬
“Dialah yang menciptakan kamu dari tanah, kemudian Dia menetapkan ajal
(kematianmu), dan batas waktu tertentu yang hanya diketahui oleh-Nya. Namun
demikian kamu masih meragukannya”.
 surat al-‘Araf: 12

‫َقاَل َم ا َم َنَع َك َااَّل َتْس ُجَد ِاْذ َاَم ْر ُتَك ۗ َقاَل َاَن۠ا َخْيٌر ِّم ْنُۚه َخ َلْقَتِنْي ِم ْن َّناٍر َّو َخ َلْقَتٗه ِم ْن ِط ْيٍن‬
(Allah) berfirman, “Apakah yang menghalangimu (sehingga) kamu tidak bersujud
(kepada Adam) ketika Aku menyuruhmu?” (Iblis) menjawab, “Aku lebih baik daripada
dia. Engkau ciptakan aku dari api, sedangkan dia Engkau ciptakan dari tanah.”
 surat as-Sajadah: 7

‫اَّلِذ ْٓي َاْح َس َن ُك َّل َش ْي ٍء َخ َلَقٗه َو َبَد َا َخ ْلَق اِاْل ْنَس اِن ِم ْن ِط ْيٍن‬
“Yang memperindah segala sesuatu yang Dia ciptakan dan yang memulai penciptaan
manusia dari tanah”.
 surat ash-Shaffat: 11

‫َفاْسَتْفِتِهْم َاُهْم َاَشُّد َخ ْلًقا َاْم َّم ْن َخ َلْقَناۗ ِاَّنا َخ َلْقٰن ُهْم ِّم ْن ِط ْيٍن اَّل ِز ٍب‬
“Maka tanyakanlah kepada mereka (musyrik Mekah): ‘Apakah mereka yang lebih kukuh
kejadiannya ataukah apa yang telah Kami ciptakan itu?’ Sesungguhnya Kami telah
menciptakan mereka dari tanah liat”.
 surat Shad: 71 dan 76
‫ٰۤل‬
‫ِاذْ َقاَل َر ُّبَك ِلْلَم ِٕىَك ِة ِاِّنْي َخاِلٌۢق َبَش ًرا ِّم ْن ِط ْيٍن‬
“(Ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat, “Sesungguhnya Aku akan
menciptakan manusia dari tanah”.

‫َقاَل َاَن۠ا َخْيٌر ِّم ْنُه َخ َلْقَتِنْي ِم ْن َّناٍر َّو َخ َلْقَتٗه ِم ْن ِط ْيٍن‬
“(Iblis) berkata, “Aku lebih baik daripadanya, karena Engkau ciptakan aku dari api,
sedangkan dia Engkau ciptakan dari tanah.”
c) Penciptaan manusia dari shalshal
Shalshal adalah tembikar kering yang berongga yang dibuat dari tanah. Sehingga
mengeluarkan bunyi bila ditiup atau diayunkan. Benda itu menurut Al-Qur’an dibuat dari
hama’ yaitu tanah liat yang sedikit berbau. Tanah itu dibentuk (Masnun) menjadi
shalshal tersebut. Kata tersebut diulang tiga kali didalam Al-Qur’an.
 surat al-Hijr: 26, 28 dan 33
‫َو َلَقْد َخ َلْقَنا اِاْل ْنَس اَن ِم ْن َص ْلَص اٍل ِّم ْن َح َم ٍا َّم ْس ُنْو ٍۚن‬

4
“Dan sungguh, Kami telah menciptakan manusia (Adam) dari tanah liat kering dari
lumpur hitam yang diberi bentuk”.
‫َو ِاْذ َقاَل َر ُّبَك ِلْلَم ٰۤل ِٕىَك ِة ِاِّنْي َخ اِلٌۢق َبَش ًرا ِّم ْن َص ْلَص اٍل ِّم ْن َح َم ٍا َّم ْس ُنْو ٍۚن‬
“Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Sungguh, Aku akan
menciptakan seorang manusia dari tanah liat kering dari lumpur hitam yang diberi
bentuk”.

‫َقاَل َلْم َاُك ْن َاِّلْس ُجَد ِلَبَش ٍر َخ َلْقَتٗه ِم ْن َص ْلَص اٍل ِّم ْن َح َم ٍا َّم ْس ُنْو ٍن‬
“Ia (Iblis) berkata, “Aku sekali-kali tidak akan sujud kepada manusia yang Engkau telah
menciptakannya dari tanah liat kering dari lumpur hitam yang diberi bentuk.”
Isyarat tentang proses penciptaan manusia melalui satu tahapan ‘alaqah lebih jauh
dijabarkan dalam Q.S Al-Mu’minun ayat 12-14:
‫َو َلَقْد َخ َلْقَنا اِاْل ْنَس اَن ِم ْن ُس ٰل َلٍة ِّم ْن ِط ْيٍن ۚ ُثَّم َج َع ْلٰن ُه ُنْط َفًة ِفْي َقَر اٍر َّمِكْيٍن ۖ ُثَّم َخ َلْقَنا الُّنْط َفَة َع َلَقًة َفَخ َلْقَنا‬
‫اْلَع َلَقَة ُم ْض َغ ًة َفَخ َلْقَنا اْلُم ْض َغ َة ِع ٰظ ًم ا َفَك َس ْو َنا اْلِع ٰظ َم َلْح ًم ا ُثَّم َاْنَش ْأٰن ُه َخ ْلًقا ٰا َخ َۗر َفَتَباَر َك ُهّٰللا َاْح َس ُن اْلَخاِلِقْيَۗن‬
“Dan sungguh, Kami telah menciptakan manusia dari saripati (berasal) dari tanah.
Kemudian Kami menjadikannya air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kukuh
(rahim). Kemudian, air mani itu Kami jadikan sesuatu yang melekat, lalu sesuatu yang
melekat itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan
tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian, Kami
menjadikannya makhluk yang (berbentuk) lain. Mahasuci Allah, Pencipta yang paling
baik”.
Dalam ayat diatas jelas terlihat bagaimana proses penciptaan manusia dimulai
dari tahap sulalah (saripati makanan) kemudian nutfah (sperma) lalu terjadi konsepsi
(pembuahan) dan masuk kedalam rahim (menjadi embrio) kemudian berkembang
membentuk ‘alaqah kemudian berproses menjadi mudhghah, ‘izaman (tumbuh tulang
belulangnya) kemudian tulang-tulang itu dibungkus dengan daging.
Setelah terbentuk manusia yang utuh, kemudian Allah SWT meniupkan (nafakha)
kepadanya ruh nya kemudian jadilah ia makhluk yang unik (khalqan Akhar). Disebut
demikian karena manusia memiliki substansi psikis yang berasal dari substansi tuhan
sama sekali tidak dimiliki makhluk-makhluk lain.
b. Dalam Perspektif Sains
Kata sains dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah pengetahuan sistematis yang
diperoleh dari suatu observasi, penelitian dan uji coba yang mengarah pada penentuan
sifat dasar atau prinsip sesuatu yang sedang diselidiki dan dipelajari.
Secara etimologi, kata ilmu berasal dari bahasa Arab 'ilm yang berarti memahami,
mengerti atau mengetahui. Kata sains berasal dari kata berbahasa latin scientia yang
berarti sama dengan kata ilmu yaitu pengetahuan. Ilmu bukan hanya sekedar pengetahuan
(knowledge) tetapi merangkum sekumpulan pengetahuan berdasarkan teori-teori yang
disepakati dan dapat secara sistematis diuji dengan seperangkat metode yang diakui
dalam bidang ilmu tertentu.
Menurut perspektif sains modern, dijelaskan bahwa proses kejadian manusia juga terjadi
dalam tiga fase yaitu fase zigot yaitu sejak konsepsi hingga akhir minggu ke 2. Fase
embrio yaitu akhir minggu ke 2 hingga akhir bulan ke 2 dan fase janin yaitu akhir bulan
ke 2 hingga kelahiran. Sains modern mendapatkan informasi perkembangan manusia
dalam rahim setelah melakukan pengamatan dengan menggunakan peralatan modern.
Berdasarkan perspektif sains modern, pada usia 120 hari (sekitar Minggu ke 18), janin
sudah bisa mendengar. Ia pun bisa terkejut bila mendengar suara keras. Mata bayi pun
berkembang, ia akan mengetahui adanya cahaya jika kita menempelkan senter yang
menyala diperut. Bayi sudah bisa melihat cahaya yang masuk melalui dinding rahim ibu.

5
Sedangkan menurut teori biologi yang dikembangkan oleh Charles Robert Darwin (1800-
1882) ia mengemukakan bahwa manusia adalah hasil evolusi dari makhluk hidup yang
sangat sederhana (satu sel organisme) pada awal kehidupan di bumi yang secara
perlahan-lahan melalui proses penurunan dengan modifikasi yang akhirnya berkembang
menjadi berbagai spesies organisme di muka bumi sekarang ini termasuk kejadian
manusia.
Prinsip yang mendasar pada teori Darwin sebagai suatu hipotesis atau dugaan adalah
suatu spesies berevolusi menjadi spesies baru melalui bentuk-bentuk transisi. Proses
evolusi terjadi karena adanya seleksi alam dan bukti terjadinya evolusi karena adanya
kesamaan fungs, anatomi dan keragaman bentuk fisik organ dan adanya keragaman
tersebut terjadi masih dalam satu keturunan. Proses perubahan bentuk fisik organ
dibuktikan oleh Darwin adalah penemuan fosil-fosil makhluk hidup yang ditemukan
diberbagai lokasi permukaan bumi. Hipotesis praktisnya adalah manusia dan hewan
masih satu keturunan karena seleksi alam terjadi perubahan bentuk fisik organ tubuh.
Darwin memperlihatkan evolusi kera menjadi manusia dengan mengumpulkan dan
merangkai fosil-fosil temuan sehingga terkesan terjadi proses perubahan bentuk organ
kera secara bertahap sampai menuju manusia.
Evolusi suatu spesies menjadi spesies lain berlangsung secara bertahap selama jutaan
tahun, dan tentu diantara perubahan bertahap itu terjadi bentuk-bentuk transisi.
Menurut evolusi Darwin, manusia adalah hewan atau binatang yang sudah lebih maju.
Pokok pemikiran Darwin dan para pengikutnya (Darwinian) mengemukakan bahwa ada
sejumlah ras manusia yang berevolusi lebih cepat dan ada ras yang lambat berevolusi.
Ras yang cepat berevolusi akan maju, sedangkan ras yang lambat berevolusi akan
tertinggal jauh bahkan terlihat masih primitif setingkat kera.
Dalam tulisan Harun Yahya berjudul “Runtuhnya Teori Evolusi Darwin dalam 20
Pertanyaan” menjelaskan berbagai penemuan atau pendapat ilmiah yang akurat
merobohkan bangunan teori Darwinisme sampai ke akarnya dengan berlandaskan sains
yang bersesuaian dengan nilai-nilai agama. Menurutnya tidak mungkin semua bagian
penyusun sel itu berkembang secara kebetulan dalam membentuk struktur yang kompleks
dan rumit secara kebetulan dalam jutaan tahun. Oleh sebab itu, rancangan yang begitu
kompleks dan sistem rumit dari sebuah sel saja, sudah jelas menunjukkan suatu proses
penciptaan yang cerdas, yaitu Tuhan yang menciptakan makhluk.
C. Tujuan Penciptaan Manusia
Tujuan penciptaan manusia pastinya bukan sebuah kesia-siaan. Sebagai makhluk yang
diciptakan paling sempurna dibanding makhluk lain, sudah semestinya manusia
mengetahui tujuan penciptaan manusia. Memahami tujuan penciptaan manusia, akan
membuat manusia lebih bersyukur dan menghargai sesama makhluk hidup.

Dalam Islam, tujuan penciptaan manusia bisa dilihat dalam ayat-ayat Al Quran. Tujuan
penciptaan manusia merupakan tujuan yang mulia. Berikut tujuan penciptaan manusia
menurut Islam :

 Untuk beribadah kepada Allah Swt

Tujuan penciptaan manusia yang paling utama adalah untuk beribadah dan bertakwa
pada Allah. Manusia pada umumnya diciptakan untuk beribadah kepada Allah SWT. Hal
ini sesuai dengan ayat QS.Adz Dzariyat: 56 yang berbunyi:

“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi
kepada-Ku.” (QS. Al-Dzariyat: 56)

Telah dijelaskan dalam QS.Adz Dzariyat: 56, Allah berfirman Dia menciptakan manusia
dan jin semata-mata agar mereka beribadah kepada-Nya. Allah menciptakan manusia

6
bukan hanya untuk sekedar tidur, bekerja, makan maupun minum melainkan untuk
melengkapi bumi ini dan beribadah kepada-Nya.

Menurut tafsir Ibnu Qoyyim Al Jauziyah:

" bahwa tujuan Allah menciptakan kita manusia serta jin dan makhluk lainnya di bumi ini
adalah untuk beribadah kepada-Nya. Allah tidak mungkin menciptakan makhluk begitu
saja tanpa pelarangan atau perintah" .

Tujuan ini mendidik manusia untuk senantiasa meningkatkan keimanan dan ketakwaan
kepada Allah.

 Pengurus bumi atau Khalifah

Tujuan penciptaan manusia selanjutnya adalah sebagai pengurus bumi dan seisinya.
Khalifah adalah hamba Allah yang ditugaskan untuk menjaga kemaslahatan dan
kesejahteraan dunia. Hal ini tertuang dalam ayat Al Quran yang berbunyi:

” Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguh- Nya Aku
hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau
hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya
dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan
menyucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak
kamu ketahui."

Ayat 30 dari surat al-Baqarah adalah informasi bagi para malaikat bahwa Allah
menciptakan khalifah (Adam dan keturunannya) di muka bumi. Manusia diberi derajat
tinggi untuk mengatur, mengelola dan mengolah semua potensi yang ada di muka bumi.

Tujuan penciptaan manusia sebagai khalifah juga tertuang dalam QS. al-An’am ayat 165
yang berbunyi:

” Dan Dia lah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi dan dia meninggikan
sebahagian kamu atas sebahagian (yang lain) beberapa derajat, untuk mengujimu tentang
apa yang diberikan-Nya kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu amat cepat siksaan-Nya dan
Sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.

 Mengemban Amanah

Tujuan penciptaan manusia yang ketiga adalah mengemban amanah. Tujuan ini berupa
kesanggupan manusia memikul beban taklif yang diberikan oleh Allah SWT. Tujuan
penciptaan manusia ini mendidik orang-orang beriman supaya selalu memelihara amanah
dan mematuhi perintah tersebut.

Hal ini sesuai dengan QS al-Ahzab ayat 72 yang berbunyi:

” Sesungguhnya kami Telah menge- mukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-
gunung, Maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan
mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu
amat zalim dan amat bodoh”

Amanah yang sudah ditetapkan tersebut agar tidak dikhianati, baik amanah dari Allah
SWT dan Rasul-Nya maupun amanah antara sesama manusia.

7
 Agar Manusia mengetahui kebesaran Allah Swt.

Tujuan penciptaan manusia adalah agar manusia senantiasa mengetahui maha kuasanya
Allah SWT. Ini meliputi pemahaman bahwa seluruh alam semesta, termasuk bumi, tata
surya dan seisisnya terbentuk atas kuasa Allah SWT. Hal tersebut telah dijelaskan dalam
QS at-Thalaq: 12 yang berbunyi:

“Allah-lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi. Perintah Allah
berlaku padanya, agar kamu mengetahui bahwasanya Allah Maha-Kuasa atas segala
sesuatu, dan sesungguhnya Allah ilmu-Nya benar-benar meliputi segala sesuatu."

D. Peranan Manusia sebagai Khalifah di muka bumi


Berpedoman pada Al-Quran surah al-baqarah ayat 30-36, status dasar manusia yang
mempelopori oleh adam AS adalah sebagai khalifah. Jika khalifah diartikan sebagai
penerus ajaran Allah maka peran yang dilakukan adalah penerus pelaku ajaran Allah dan
sekaligus menjadi pelopor membudayakan ajaran Allah Swt.
Peran yang hendaknya dilakukan seorang khalifah sebagaimana yang ditetapkan oleh
Allah di antaranya adalah:
1. Belajar
2. Mengajarkan ilmu
3. Membudayakan ilmu
Oleh karena itu semua yang dilakukan harus untuk kebersamaan sesama umat
manusia dan hamba Allah, serta pertanggung jawabannya pada 3 instansi yaitu pada diri
sendiri, pada masyarakat, pada Allah SWT.

a. Tanggungjawab manusia sebagai seorang hamba dan khalifah Allah Swt.

1) Tanggung jawab manusia sebagai hamba Allah SWT


Makna yang esensial dari kata hamba adalah ketaatan, ketundukan, dan
kepatuhan manusia hanya layak diberikan kepada Allah SWT yang dicerminkan
dalam ketaatan, kepatuhan dan ketundukan pada kebenaran dan keadilan.
Oleh karena itu, dalam alquran dinyatakan dengan “quu anfusakun waahlikun
naran” (jagalah dirimu dan keluargamu dengan iman dari api neraka).

2) Tanggung Jawab Manusia sebagai Khalifah Allah SWT


Manusia diserahi tugas hidup yang merupakan amanat dan harus
dipertanggungjawabkan dihadapannya. Tugas hidup yang di muka bumi ini adalah
tugas kekhalifaan, yaitu tugas kepemimpinan, wakil Allah di muka bumi, serta
pengolaan dan pemeliharaan alam.
Khalifah berarti wakil atau pengganti yang memegang kekuasaan. Manusia
menjadi khalifah memegang mandat tuhan untuk mewujud kemakmuran di muka
bumi. Kekuasaan yang diberikan manusia bersifat kreatif yang memungkinkan
dirinya mengolah serta mendayagunakan apa yang ada di muka bumi untuk
kepentingan hidupnya.
Oleh karena itu hidup manusia, hidup seorang muslim akan dipenuhi dengan
amaliah. Kerja keras yang tiada henti sebab bekerja sebagai seorang muslim adalah
membentuk amal saleh.

b. Syarat menjadi seorang pemimpin menurut Al-Quran dan Hadis

a. Kepemimpinan Adil
Prinsip utama dalam Islam adalah keadilan. Seorang pemimpin dalam Islam diharapkan
untuk adil dalam segala aspek kepemimpinannya. Seorang pemimpin dalam Islam
diharapkan untuk menjalankan tugasnya dengan adil dan menghindari penyalahgunaan
kekuasaan.

8
Adil dalam konteks Islam, berarti memberikan hak-hak yang setara kepada semua warga
negara tanpa memandang suku, agama, ras, atau gender. Prinsip ini didasarkan pada
banyak ayat dalam Al-Qur’an dan hadis Nabi Muhammad SAW, di antaranya surah Al-
Hadid (57:25):
"Sesungguhnya kami telah mengutus rasul-rasul kami dengan membawa bukti-bukti yang
nyata dan telah kami turunkan bersama mereka kitab dan timbangan supaya manusia
dapat menjalani kehidupan dengan benar. Dan kami turunkan besi yang padanya terdapat
kekuatan dan banyak manfaat bagi manusia, serta agar Allah mengetahui siapa yang
menolong-Nya dan rasul-rasul-Nya, padahal dia (Allah) tidak terlihat oleh mata.
Sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi Maha Perkasa."

b. Kepemimpinan yang Dapat Dipercaya (Amanah)


Seorang pemimpin harus menjadi seseorang yang dipercayai, menjalankan tugas dan
tanggung jawabnya dengan integritas. Prinsip ini juga didasarkan pada ajaran Islam dan
banyak hadis yang menekankan pentingnya amanah.
Hadis Nabi Muhammad SAW: "Barangsiapa yang diberikan tanggung jawab atas urusan
umat, lalu dia tidur saat dia mengkhianati urusan-urusan mereka, maka dia tidak akan
mencium aroma surga."
Kepemimpinan yang Sesuai dengan Hukum Islam (Syariah)
Seorang pemimpin diharapkan untuk mematuhi hukum Islam dan prinsip-prinsip etika
dalam kepemimpinannya, terutama dalam hal yang berkaitan dengan syariah Islam.

Hal ini mencakup kepatuhan pada hukum Allah (syariah), keadilan dan kesetaraan dalam
penegakan syariah, amanah dalam penegakkan hukum, dan kepemimpinan yang
mencerminkan nilai-nilai Islam sebagaimana hadis berikut:
Hadis Nabi Muhammad: "Seorang pemimpin adalah penggembala dan ia bertanggung
jawab atas kawanan domba-Nya."

c. Kualifikasi dan Kemampuan


Seorang pemimpin harus memiliki pengetahuan, kebijaksanaan, dan kualifikasi yang
memadai untuk memimpin. Ini adalah prinsip praktis yang bisa disimpulkan dari prinsip-
prinsip Islam secara umum. Seorang pemimpin harus memiliki pengetahuan yang
memadai tentang masalah-masalah yang relevan untuk tugas kepemimpinannya.
Hal ini mencakup pemahaman tentang hukum Islam (syariah), etika, dan prinsip-prinsip
keadilan. Sumbernya bisa ditemukan dalam Al-Qu’ran dan hadis, yang memerintahkan
umat Muslim untuk mengejar ilmu pengetahuan:
Al-Qur'an, surah Al-Mujadila (58:11): "Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan
kepadamu: 'Berikanlah tempat pada majelis (majelis pertemuan)' maka hendaklah kamu
memberi tempat (yang cukup), maka Allah akan memberi tempat padamu (dalam surga-
Nya)."

d. Legitimasi Masyarakat
Seorang pemimpin harus mendapatkan dukungan dan legitimasi dari masyarakat yang
dipimpinnya. Ini bisa dilakukan melalui pemilihan, penunjukan, atau cara-cara lain yang
diterima oleh masyarakat.

9
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Manusia merupakan makhluk yang luar biasa kompleks. Sedemikian sempurna
manusia diciptakan oleh Sang Pencipta dan manusia tidak selalu diam karena dalam
setiap kehidupan manusia selalu ambil bagian. Kita sebagai manusia harus menjadi
individu yang berguna untuk diri sendiri dan orang lain.
Manusia itu tidak sepenuhnya sempurna, dalam kehidupan yang kita jalani pasti selalu
ada masalah yang tidak bisa kita selesaikan, oleh karena itu juga membutuhkan bantuan
dari orang lain, karena manusia adalah makhluk sosial sama seperti yang lain karena
manusia tidak bisa berdiri sendiri, dalam hal agama kita juga mempunyai banyak maka
dari itu kita harus saling menghargai dan mengasihi karena kita sama-sama makhluk
yang diciptakan tidak ada bedanya , selain itu dalam hidup manusia juga terdapat banyak
aturan yang harus kita patuhi sebagai umat manusia.
Adapun tujuan manusia itu sendiri yaitu untuk beribadah kepada Allah Swt., sebagai
pengurus bumi atau khalifah, untuk mengemban amanah, dan untuk mengetahui
kebesaran Allah Swt.

10
DAFTAR PUSTAKA

Abuddin Nata, AL-Qur’an dan Hadits (Dirasah Islamiyah, Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada, 1998
Departemen Agama RI, Pendidikan Agama Islam Pada Perguruan Tinggi Umum,
Jakarta : Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam, 2001
Hamdan Mansoer, dkk, Materi Instruksional Pendidikan Agama Islam, Jakarta :
Direktorat Perguruan Tinggi Agama Islam, 2004
Murthada Muthahhari, Perspektif Al-Qur’an Tentang Manusia dan Agama, Bandung :
Mizan, 1990
Nanih Machendrawaty & Agus Ahmad Safei, Pengembangan Masyarakat Islam,
Jakarta : Rineka Cipta, 2004
Muhammadong. 2009. Pendidikan Agama Islam. Makassar : Tim Dosen Pendidikan
Agama Islam Universitas Negeri Makassar.
Abdullah, Abd. Malik. 2009. Pendidikan Agama Islam. Makassar : Tim Dosen
Penididikan Agama Islam Universitas Negeri Makassar.
Agus Haryo Sudarmojo, Perjalanan Akbar Ras Adam, (PT Mizan Pustaka, Bandung:
2009)
Akmal Ridho Gunawan Hasibuan, Menyinari Kehidupan dengan Cahaya Al-Qur’an, (PT
Elex Media Komputindo, Jakarta: 2018)
Made Marthana Yusa, Sinergi Sains, Teknologi dan Seni dalam Proses Berkarya Kreatif
di Dunia Teknologi Informasi (STMIK STIKOM Indonesia, Denpasar: 2016).
Rosman Yunus, Bambang Haryanto, Choirul Abadi, Teori Darwin dalam Pandangan
Sains dan Islam, (Prestasi, Jakarta: 2006).
Rusyja Rustam, Zainal A. Harus, Buku Ajar Pendidikan Agama Islam di Perguruan
Tinggi, (CV Budi Utama, Yogyakarta: 2018)
Taufiqurrahman, Siti Musawwamah, Pendidikan Karakter Mahasiswa dalam Sistem
Pendidikan Tinggi Islam, (Duta Media Publishing, Pamekasan: 2017).

11

Anda mungkin juga menyukai