Anda di halaman 1dari 5

TUGAS 1 - Pendidikan Agama Islam MKWU4101.

379

NIM : RAUZAN NAUFAL


NAMA : 051610669
MATA KULIAH : Pendidikan Agama Islam MKWU4101.379
Kepada Yth Bapak / Ibu Tutor
Jawaban :
1. A. Ibadah mahdlah adalah ibadah yang di dalamnya apa yang digariskan tidak berubah, baik
berupa penambahan maupun pengurangan. Penambahan atau pengurangan dalam ibadah
Mahdhah merupakan bid'ah (menciptakan sesuatu), sesuatu yang haram. Ibadah mahdha
adalah ibadah dalam arti khusus, yaitu segala penyerahan diri seseorang (hamba) kepada
Allah secara langsung sesuai dengan perintah Allah dan Rasul-Nya, seperti shalat dan puasa.
Ibadah mahdhah juga disebut dengan muamalah ma’a al-khaliq (ibadah dalam arti
hubungan hamba dengan Allah) atau ibadah ghairu ma’qulati al-ma’na (ibadah yang
tidak dapat dipahami maknanya). Ibadah dalam arti khusus (ibadah mahdhah) adalah
termasuk bidang kajian fiqih al-nabawi, yang meliputi:
1. bersuci/berwudhu
2. shalat, termasuk doa, zikir, dan tilawatil Al Qur’an
3. puasa (termasuk ibadah badaniyyah atau ibadah dzatiyyah
4. zakat (termasuk ibadah maliyyah)
5. haji (termasuk ibadah ijtimaiyyah)
6. pengurusan jenazah (termasuk ibadah badaniyyah)
7. penyembelihan hewan
8. sumpah dan nazar
9. makanan dan minuman (termasuk ibadah maliyyah).
B. Ibadah ghairu mahdhah merupakan salah satu bentuk ibadah dalam Islam yang bukan
merupakan bagian dari ibadah pokok (sholat, puasa, zakat, haji) dan tidak mempunyai dalil
(nash) yang pasti untuk menentukan keefektifannya. Ibadah ini dilakukan tanpa perintah,
anjuran atau larangan terkait perbuatannya. Keistimewaan ibadah Ghairu mahdhah yang
paling utama adalah tidak ada dalil di dalamnya yang secara khusus memerintahkan atau
melarang suatu perbuatan, namun pelaksanaannya dibolehkan oleh Allah sepanjang tidak ada
larangan yang tegas. Dengan kata lain, contoh ibadah ghairu mahdhah adalah setiap
perbuatan yang dilakukan dengan niat baik dan tidak bertentangan dengan prinsip agama.
Ibadah Ghairu-mahdhah bukanlah ibadah dalam arti murni seperti shalat atau puasa. Namun
kegiatan tersebut dapat dikatakan sebagai ibadah apabila dilakukan dengan niat yang benar,
yaitu niat untuk mendekatkan diri kepada Tuhan, meskipun belum ada bukti yang secara
khusus menentukan bahwa kegiatan tersebut adalah ibadah. Dari rangkaian penjelasan
tersebut dapat dipahami bahwa seluruh aspek kehidupan, baik ritual, sosial, ekonomi, dan
moral, termasuk dalam ibadah, asalkan dilakukan dengan niat untuk mendekatkan diri kepada
Tuhan dan tidak ada unsur-unsurnya. mereka. tindakan yang bertentangan dengan hukum
Islam.
Contoh ibadah ghairu mahdhah:
1. Bekerja
2. Belajar
3. Saling menolong dalam kebaikan
4. Bersifat rasional
5. Tidur diawal malam untuk ibadah di akhir malam
6. Menikah dengan niat menjaga diri dari zina

Page1|5
2. Berikut adalah beberapa ayat Al-Qur'an yang menjelaskan tentang proses penciptaan
manusia:
a. Surah Al-Mu'minun (23:12-14):
‫س ٰللَة ِم ْن ِطيْن‬ ُ ‫سانَ ِم ْن‬ َ ‫اْل ْن‬ِ ْ ‫ۚ َولَقَ ْد َخلَ ْقنَا‬
‫طفَة فِ ْي قَ َرار َّم ِكيْن‬ ْ ُ‫ۖ ث ُ َّم َجعَ ْل ٰنهُ ن‬
‫س ْونَا ْال ِع ٰظ َم لَحْ ما‬
َ ‫ضغَةَ ِع ٰظما فَ َك‬ ْ ‫ضغَة فَ َخلَ ْقنَا ْال ُم‬ ْ ‫علَقَة فَ َخلَ ْقنَا ْال َعلَقَةَ ُم‬ ْ ُّ‫ث ُ َّم َخلَ ْقنَا الن‬
َ َ‫طفَة‬
َ‫س ُن ْالخَا ِل ِقيْن‬
َ ْ‫ّللاُ اَح‬
ٰ ‫ار َك‬ َ َ‫ث ُ َّم ا َ ْنشَأ ْ ٰنهُ خ َْلقا ٰاخ ََر فَتَب‬
Artinya:
"Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati
(berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang
disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami
jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging,
dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu
Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang
(berbentuk) lain. Maka Maha Suci Allah Pencipta yang Paling Baik."
Tafsir: Ayat ini menjelaskan bahwa manusia diciptakan dari tanah, kemudian menjadi
sperma yang disimpan di dalam rahim. Sperma kemudian berkembang menjadi
gumpalan, sepotong daging, tulang, dan akhirnya menjadi makhluk manusia.
b. Surah Al-Hajj (22:5):
‫ث فَاِّنا َخلَق ٰن ُكم ِّمن ت ُ َراب ثُم‬ ِّ ‫اس اِّن ُكنتُم فِّي َريب ِّمنَ ال َبع‬ ُ ‫ٰ ٰٓياَيُّ َها الن‬
‫ِّمن نُّطفَة ثُم ِّمن َعلَقَة ثُم ِّمن ُّمضغَة ُّمخَلقَة وغَي ِّر ُمخَلقَة‬
ٰٓ
‫س ًّمى ث ُم‬ َ ‫ِّلنُبَيِّنَ لَ ُكم َونُ ِّق ُّر فِّى اْلَر َح ِّام َما نَش َۤا ُء ا ِّٰلى ا َ َجل ُّم‬
‫شد ُكم َو ِّمن ُكم من يُّت َ َوفّٰى َو ِّمن ُكم من‬ ُ َ ‫نُخ ِّر ُج ُكم ِّطف ًل ثُم ِّلتَبلُغُ ٰٓوا ا‬
ٰٓ
‫ض‬ َ ‫ي َُّر ُّد ا ِّٰلى اَر َذ ِّل العُ ُم ِّر ِّل َكي َل َيعلَ َم ِّمن َبع ِّد ِّعلم شَيـًٔا َوت َ َرى اْلَر‬
‫َام َدة ً فَ ِّا َذآٰ اَنزَ لنَا َعلَي َها ال َم ۤا َء اهتَزت َو َربَت َواَنبَتَت ِّمن ُك ِّل‬ ِّ ‫ه‬
5 ‫ه يج‬ ِّ َ‫زَ وج ب‬
Artinya: "Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari
kematian), maka sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari tanah, kemudian
dari setetes air mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging
yang sempurna bentuknya dan yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepada
kamu. Dan Kami simpan dalam rahim apa yang Kami kehendaki sampai waktu yang
telah ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi, kemudian agar kamu
sampai kepada kematangan (pikiran). Dan di antara kamu ada yang diwafatkan dan
di antara kamu ada yang dibawa kembali kepada umur yang paling rendah, sehingga
dia tidak mengetahui lagi sesuatu apa pun setelah ilmu pengetahuannya. Dan kamu
lihat bumi yang kering, apabila Kami turunkan air di atasnya, ia bergoncang, dan
tumbuhlah dan menjadi berbagai macam tumbuhan yang indah."
Tafsir: Ayat ini menjelaskan bahwa manusia pada mulanya diciptakan dari debu dan
air mani. Manusia kemudian dilahirkan melalui tahapan perkembangan yang
digambarkan sebagai segumpal darah dan segumpal daging yang terbentuk
sempurna, dan tumbuh hingga dewasa.

Page2|5
Berdasarkan ayat-ayat di atas, tahapan penciptaan manusia menurut Al-Qur'an dapat dijelaskan
sebagai berikut:
1. Manusia diciptakan dari tanah.
2. Tanah tersebut menjadi air mani yang disimpan dalam rahim.
3. Air mani berkembang menjadi segumpal darah.
4. Segumpal darah tersebut berkembang menjadi segumpal daging.
5. Segumpal daging tersebut berkembang menjadi tulang belulang yang dilapisi dengan daging.
6. Manusia akhirnya menjadi makhluk yang berbentuk manusia.
7. Manusia lahir sebagai bayi dan tumbuh menjadi dewasa.
Tahapan ini menggambarkan proses penciptaan manusia yang berlangsung secara bertahap dan
kompleks. Hal ini menunjukkan kebesaran dan kekuasaan Allah sebagai Pencipta yang Maha Suci.

3. Istilah-istilah tentang manusia dalam Al-Qur'an Al-Qur'an menggunakan beberapa ungkapan


untuk menyebut manusia. Berikut penjelasan singkat mengenai istilah-istilah tersebut:
a. insan: Istilah ini digunakan untuk menyebut manusia secara umum. Insan berasal dari
akar kata "nasiya"; yang artinya “melupakan”. Hal ini menggambarkan sifat manusia
yang cenderung lupa akan tujuan hidupnya dan keberadaan Tuhan.
b. Bashar: Istilah ini menyebut manusia sebagai makhluk yang terbuat dari tanah.
Bashar menekankan sifat lemah dan rentan manusia serta ketergantungan manusia
kepada Allah. Ins : Istilah ini digunakan untuk menyebut manusia sebagai individu
yang mempunyai kecerdasan dan pengertian.
c. Ins berasal dari kata dasar “unsandquot; yang berarti “berbicara”. Artinya manusia
mempunyai kemampuan berkomunikasi dan berpikir.
d. Bani Adam : Istilah ini merujuk pada keturunan Adam yaitu seluruh umat manusia.
Bani Adam menekankan persaudaraan dan kesatuan manusia sebagai satu keluarga
yang bersumber dari Adam dan Hawa.
e. Khalifah: Istilah ini digunakan untuk menyebut orang sebagai khalifah atau
pemimpin di muka bumi. Manusia diberi tanggung jawab untuk menjaga alam
semesta dan mengaturnya sesuai kehendak Tuhan.
f. Abdullah: Istilah ini merujuk pada manusia sebagai hamba Tuhan. Abdullah
menekankan hubungan manusia dengan Allah sebagai pencipta dan pemilik segala
sesuatu.
g. Insanul Kamil: Istilah ini merujuk pada orang yang sempurna atau orang yang
mencapai tingkat kesempurnaan spiritual. Insanul Kamil merupakan tujuan akhir
manusia untuk mencapai kedekatan dengan Allah.
4. Sebagai khalifah, manusia memiliki tanggung jawab untuk menjalankan peran sebagai
pengelola bumi dan segala isinya dengan bijaksana. Berikut adalah langkah-langkah yang
dapat dilakukan manusia untuk merealisasikan peran sebagai khalifah:
a. Mengetahui Tugas dan Tanggung Jawab: Manusia perlu memahami tugas dan
tanggung jawabnya sebagai khalifah. Ini termasuk menjaga dan memelihara
lingkungan, menghormati hak-hak sesama makhluk, dan mengelola sumber daya
alam dengan berkelanjutan.
b. Pendidikan dan Kesadaran: Pendidikan dan kesadaran tentang pentingnya peran
sebagai khalifah sangat penting. Manusia perlu belajar tentang lingkungan,
keberlanjutan, dan cara-cara untuk melindungi dan memelihara alam.
c. Menerapkan Prinsip Kehidupan Berkelanjutan: Manusia perlu mengadopsi prinsip
kehidupan berkelanjutan dalam setiap aspek kehidupannya. Ini termasuk penggunaan
sumber daya alam secara bijaksana, pengurangan limbah, dan penggunaan energi
terbarukan.
d. Melakukan Tindakan Nyata: Merealisasikan peran sebagai khalifah melibatkan
tindakan nyata. Manusia dapat melakukan tindakan seperti daur ulang, mengurangi

Page3|5
penggunaan plastik sekali pakai, menanam pohon, dan mendukung inisiatif
lingkungan.
e. Berpartisipasi dalam Komunitas: Manusia dapat berpartisipasi dalam komunitas yang
peduli terhadap lingkungan dan keberlanjutan. Ini dapat dilakukan dengan bergabung
dengan kelompok lingkungan, mengikuti kampanye lingkungan, atau berkontribusi
pada proyek-proyek yang berfokus pada pelestarian alam.
f. Mengedukasi Orang Lain: Salah satu langkah penting dalam merealisasikan peran
sebagai khalifah adalah dengan mengedukasi orang lain tentang pentingnya menjaga
lingkungan dan keberlanjutan. Manusia dapat berbagi pengetahuan dan pengalaman
mereka dengan orang lain melalui diskusi, presentasi, atau media sosial.
g. Mendukung Kebijakan Lingkungan: Manusia dapat mendukung kebijakan
lingkungan yang bertujuan untuk melindungi alam dan menjaga keberlanjutan. Ini
dapat dilakukan dengan mendukung organisasi lingkungan, menandatangani petisi,
atau berpartisipasi dalam kampanye advokasi.
h. Menjadi Contoh Teladan: Manusia dapat menjadi contoh teladan dalam menjalankan
peran sebagai khalifah. Dengan mengadopsi gaya hidup yang ramah lingkungan dan
berkelanjutan, manusia dapat menginspirasi orang lain untuk mengikuti jejak mereka.
Dengan mengikuti langkah-langkah ini, manusia dapat merealisasikan peran sebagai
khalifah dan berkontribusi pada pelestarian alam dan keberlanjutan.
5. Dalam Islam, terdapat beberapa prinsip yang dapat digunakan untuk menegakkan masyarakat
yang beradab dan sejahtera. Berikut adalah beberapa prinsip tersebut:
a. Keadilan: Keadilan merupakan prinsip utama dalam Islam. Masyarakat yang beradab
dan sejahtera harus didasarkan pada prinsip keadilan yang merata bagi semua
individu tanpa memandang perbedaan suku, agama, atau status sosial. Keadilan ini
mencakup aspek hukum, ekonomi, dan sosial.
b. Keseimbangan: Islam mengajarkan pentingnya menjaga keseimbangan dalam
kehidupan. Masyarakat yang beradab dan sejahtera harus mencapai keseimbangan
antara kebutuhan materi dan spiritual, antara hak individu dan tanggung jawab sosial,
serta antara kepentingan pribadi dan kepentingan umum.
c. Kerjasama: Islam mendorong kerjasama dan solidaritas antara individu dalam
masyarakat. Masyarakat yang beradab dan sejahtera harus didasarkan pada prinsip
saling membantu dan bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama. Kerjasama ini
mencakup berbagi sumber daya, saling mendukung dalam kebaikan, dan mengatasi
perbedaan dengan dialog dan musyawarah.
d. Keteladanan: Masyarakat yang beradab dan sejahtera harus memiliki pemimpin dan
tokoh yang menjadi teladan dalam berperilaku dan berbuat baik. Pemimpin yang adil,
jujur, dan bertanggung jawab akan mempengaruhi masyarakat untuk mengikuti
jejaknya dalam menciptakan masyarakat yang beradab dan sejahtera.
e. Pendidikan: Pendidikan memiliki peran penting dalam menegakkan masyarakat yang
beradab dan sejahtera. Islam mendorong pendidikan yang holistik, yang mencakup
pendidikan agama, ilmu pengetahuan, dan keterampilan praktis. Pendidikan yang
baik akan membantu individu untuk berkembang secara pribadi dan berkontribusi
secara positif dalam masyarakat.
f. Kepedulian Sosial: Masyarakat yang beradab dan sejahtera harus memiliki rasa
peduli dan empati terhadap sesama. Islam mengajarkan pentingnya membantu orang
yang membutuhkan, memberikan sedekah, dan berbagi rezeki dengan yang lain.
Kepedulian sosial ini mencakup perhatian terhadap kaum miskin, yatim piatu, dan
orang-orang yang terpinggirkan dalam masyarakat.

Page4|5

Anda mungkin juga menyukai