PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
yang mulia itu Allah melengkapi manusia dengan akal dan perasaan yang
bebas mengikuti nalurinya berhubungan antara jantan dan betina secara anarki
dan tidak ada satu aturan. tetapi demi menjaga kehormatan dan martabat
secara terperinci, firman Allah Q.S. Al-Mu’minun (23): 12-14 sebagai berikut:
1
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Islam dalam Perspektif Islam, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 1994), h. 35.
2
Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah, (Bandung: PT. Ma’arif, 1980), h. 10.
1
2
Artinya: “Dan Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal)
dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang
disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim).Kemudian air mani itu
Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan
segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang
belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging.
kemudian Kami jadikan Dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka
Maha sucilah Allah, Pencipta yang paling baik.”3
berencana, tidak menginginkan kelahiran anak cacat atau karena perzinaan dan
pemerkosaan.4
dari pelanggaran hak asasi manusia yang berarti pula perampasan terhadap
perempuan bukan saja nama baiknya yang rusak, tetapi juga masa depannya
yang telah dirusak secara tidak langsung, misalnya kehamilan yang tidak
3
Departemen Agama RI, Ummul Mu’minin Al-Qur’an dan Terjemahannya untuk Wanita,
(Jakarta: Wali Oasis Terrace Recident, 2012), h. 342.
4
Wafa Binti Abdul Aziz As-Suwailim, Fikih Umamahat Himpunan Hukum Islam Khusus
Ibu, (Jakarta: Ummul Qura, 2013), h. 15.
3
bahasa juga dikatakan, lahirnya janin karena dipaksa atau karena lahir dengan
Seperti yang telah dikatakan oleh ilmuan atau dokter, di dalam perut
seorang wanita hamil itu terdapat janin, istilah janin dalam bahasa Arab berarti
sesuatu yang diselubungi atau ditutupi. Imam Syafi’i mengatakan bahwa tahap
(dalam rahim) yang dapat disebut janin adalah ketika tahap al-mudghah
dibedakan dalam tahapan ini janin dapat disebut generasi manusia.7 Dalam
Pertama, nuthfah yang berada dalam rahim yang telah bercampur dengan
indung telur wanita dan siap untuk hidup, dimana pengguguran terhadapnya
terhadapnya merupakan kejahatan yang lebih besar. Sedang tingkat yang ketiga
adalah apabila telah ditiupkan ruh dan telah sempurna menjadi bayi, dimana
berat.10 Diantara ayatnya terdapat dalam firman Allah : Q.S. Al-Hajj (22):
ayat 5.
ْ ُب ثُ َّم ِم ْن ن
طفَ ٍة ثُ َّم ِم ْن َعلَقَ ٍة ِ ب ِمنَ ْالبَ ْع
ٍ ث فَِإنَّا خَ لَ ْقنَا ُك ْم ِم ْن تُ َرا ٍ يَا َأيُّهَا النَّاسُ ِإ ْن ُك ْنتُ ْم فِي َر ْي
ثُ َّم ِم ْن ُمضْ َغ ٍة ُمخَ لَّقَ ٍة َو َغي ِْر ُم َخلَّقَ ٍة لِنُبَيِّنَ لَ ُك ْم ۚ َونُقِرُّ فِي اَأْلرْ َح ِام َما نَ َشا ُء ِإلَ ٰى َأ َج ٍل ُم َس ّمًى ثُ َّم
نُ ْخ ِر ُج ُك ْ†م ِط ْفاًل ثُ َّم لِتَ ْبلُ ُغوا َأ ُش َّد ُك ْ†م ۖ َو ِم ْن ُك ْم َم ْن يُت ََوفَّ ٰى َو ِم ْن ُك ْ†م َم ْن ي َُر ُّد ِإلَ ٰى َأرْ َذ ِل ْال ُع ُم ِر لِ َك ْياَل
ْ ت َوَأ ْنبَت
َت ْ ض هَا ِم َدةً فَِإ َذا َأ ْن َز ْلنَا َعلَ ْيهَا ْال َما َء ا ْهتَ َّز
ْ َت َو َرب َ ْيَ ْعلَ َم ِم ْن بَ ْع ِد ِع ْل ٍم َش ْيًئا ۚ َوت ََرى اَأْلر
10
Imam Al-Ghazali, Ihya’ Ulumuddin, (Semarang: C.V. Asy Syifa’, 2003), h. 167-168;
Kamil Muhammad ‘Uwaidah, Fikih Wanita Edisi Lengkap, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2009), h.
452.
11
Departemen Agama RI, Op. Cit., h. 332.
5
atau diakhirat. 12
ketentuan hukum pada poin b angka (2) bahwa keadaan uzur, dharurat dan
hajat yang berkaitan dengan kehamilan yang dapat membolehkan aborsi adalah
kehamilan akibat perkosaan yang ditetapkan oleh tim yang berwenang yang di
dalamnya terdapat antara lain keluarga korban, dokter, dan ulama.14 Kebolehan
aborsi sebagaimana dimaksud huruf (b) harus dilakukan sebelum janin berusia
40 hari. Dan juga beliau mengatakan, jika terjadi dua kemaslahatan, maka
dilaksanakan.15 Oleh karena itu perlu diketahui mashlahah yang terdapat dalam
12
Alaidin Koto, Ilmu Fiqih dan Ushul Fiqih, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2004), h.
121.
13
H.A. Djazuli, Kaidah-Kaidah Fiqih (Kaidah-Kaidah Hukum Islam Dalam Menyelesaikan
Masalah-Masalah yang Praktis), (Jakarta: Kencana, 2007), h. 9.
14
Fatwa MUI No. 4 Tahun 2005 Tentang Pengguguran Kandungan poin b angka (2).
15
Mardi Candra, Aspek Perlindungan Anak Indonesia Analisis Tentang Perkawinan di
Bawah Umur, (Jakarta: Kencana, 2018), h. 17.
6
Oleh sebab itu, penulis tertarik untuk meneliti dan membahas lebih dalam
penulis yang cukup besar untuk mengetahui mashlahah dari adanya fatwa
MUI, yang menuai perubahan hukum. Selain itu, fatwa MUI sangat dibutuhkan
B. Batasan Masalah
yang difokuskan pada maslahah dalam fatwa MUI Nomor 4 Tahun 2005
C. Rumusan Masalah
pemerkosaan?
1. Tujuan Penelitian
kasus pemerkosaan.
7
2. Kegunaan Penelitian
Studi Strata S1 pada Fakultas Syariah dan Hukum Keluarga (Ahwal Al-
Di antara para peneliti yang menulis berkaitan dengan aborsi antara lain
adalah Andi Mutia Pilka yang berjudul Analisis Fatwa Majlis Ulama Indonesia
bahwa yang melatar belakangi lahirnya fatwa MUI tentang aborsi akibat
ditanggung anak tersebut, aib yang harus diterima apa adanya dan tabu untuk
digunakan MUI untuk merumuskan fatwa tentang aborsi adalah Surat Al-Hajj:
8
Penulis kurang setuju bila aborsi dilegalkan. Tindakan aborsi itu dilarang,
tidak hanya menafikan hak hidup janin tapi juga kelangsungan hidup si ibu.
antara keduanya adalah dalam redaksi batas maksimal usia kandungan yang
usianya di bawah 40 hari karena berdasarkan hadis ruh itu ditiup pada kondisi
Tahun 2009 memakai redaksi 6 minggu (42) hari, tapi dihitung dari hari
16
Andi Mutia Pilka, Analisis Fatwa Majlis Ulama Indonesia (MUI) NO. 4 Tahun 2005
Tentang Aborsi Akibat Pemerkosaan, (Pekanbaru, Skripsi, 2012).
9
pertama dari haid terakhir. Perbedaan anatara keduanya berawal dari basis
2005. Akan tetapi masih banyak pembahasan lainnya yang jika dikaji akan
terdapat maslahah yang juga sangat perlu di bahas agar jelas perkara yang
maslahah dalam aborsi kasus pemerkosaan menurut Fatwa MUI No. 4 Tahun
F. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
baik berupa buku, ensiklopedi, jurnal, majalah, surat kabar, dan dokumen,
17
Fatmi, Aborsi Bagi Wanita Korban Perkosaan (Studi Komperasi antara Fatwa Majelis
Ulama Indonesia No. 4 Tahun 2005 Tentang Aborsi dan Undang-Undang Kesehatan No. 36
Tahun 2009), (Pekanbaru, Tesis, 2015).
10
pembahasan.18
2. Sumber Data
terdirir dari Fatwa MUI Nomor 4 Tahun 2005 tentang Aborsi kasus
Pemerkosaan.
bahan hukum primer atau bahan hukum sekunder yang berasal dari
analisis deskriptif . Untuk itu langkah yang diambil adalah mencari literatur
18
Sofyan A.P. Kau, Metode Penelitian Hukum Islam Penuntun Praktis untuk Penulisan
Skripsi dan Tesis, (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2013) Cet 1, h. 154-155.
19
Moh. Kasiram, Metodologi Penelitian Kuantitatif-Kualitatif, (Yogyakarta: Uin Maliki
Press, 2010), h. 352.
11
jalan menela’ah atau mempelajari kosakata, pola kalimat, atau situasi dan
5. Teknik Penulisan
a. Deduktif
khusus. 21
b. Induktif
G. Sistematika Penelitian
mengklarifikasikan penelitian ini yang terdiri dari 5 (lima) bab dan setiap bab
Adapun yang dibicarakan tentang Fatwa MUI Nomor 4 Tahun 2005 tentang
20
Ibid., h. 357.
21
Burhan Bungin, Peneltian Kualitatif: Komunikasi Ekonomi, Kebijakan Publik dan Sosial
Lainnya, (Jakarta: Kencana, 2008), h. 26.
22
Saifuddin Azwar, Metodologi Penelitian, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), h. 40.
12
tersebut. Gambaran umum tentang MUI akan dijelaskan pada bab II.
Majelis Ulama Indonesia. Pembahasan pada bab ini terdiri dari Latar
Belakang Berdirinya MUI, Sejarah Berdirinya MUI, Fungsi Serta Visi dan
Misi MUI, Program - program MUI, Fatwa dan Metode Istinbath Hukum
BAB IV pada bab ini akan membahas hasil penelitian tentang Fatwa
MUI Nomor 4 Tahun 2005 tentang aborsi kasus pemerkosaan dan maslahah
dalam Fatwa MUI Nomor 4 Tahun 2005 tentang aborsi kasus pemerkosaan