Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia diciptakan oleh Allah dalam bentuk yang sebaik-baiknya, dan

ditempatkan pada kedudukan yang mulia. Untuk mempertahankan kedudukan

yang mulia itu Allah melengkapi manusia dengan akal dan perasaan yang

memungkinkannya dapat menerima dan mengembangkan ilmu pengetahuan,

sekaligus mampu membudayakan dan mengamalkan ilmu yang dimilikinya.

Manusia adalah makhluk yang berkembang karena dipengaruhi

pembawaan dan lingkungan. Selain itu, manusia mempunyai banyak

kecenderungan lantaran banyaknya potensi yang dibawanya sejak lahir.1

Allah tidak menjadikan manusia seperti makhluk lainnya, yang hidup

bebas mengikuti nalurinya berhubungan antara jantan dan betina secara anarki

dan tidak ada satu aturan. tetapi demi menjaga kehormatan dan martabat

kemuliaan manusia, Allah membuat hukum sesuai martabatnya.2

Allah telah menjelaskan proses penciptaan manusia dalam Al-Qur’an

secara terperinci, firman Allah Q.S. Al-Mu’minun (23): 12-14 sebagai berikut:

          
         
       
        

1
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Islam dalam Perspektif Islam, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 1994), h. 35.
2
Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah, (Bandung: PT. Ma’arif, 1980), h. 10.

1
2

Artinya: “Dan Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal)
dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang
disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim).Kemudian air mani itu
Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan
segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang
belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging.
kemudian Kami jadikan Dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka
Maha sucilah Allah, Pencipta yang paling baik.”3

Fikih sebagai produk hukum menjadi rujukan hampir setiap persoalan

umat Islam. Dalam realita yang ditemukan dalam kehidupan masyarakat,

banyak sekali yang melakukan tindakan pengguguran kandungan atau sering

disebut dengan istilah aborsi. Bermacam-macam alasan dikemukakan untuk

melakukan tindakan tersebut, baik karena alasan mengikuti program keluarga

berencana, tidak menginginkan kelahiran anak cacat atau karena perzinaan dan

pemerkosaan.4

Seiring terjadinya kasus kejahatan pemerkosaan yang merupakan bentuk

dari pelanggaran hak asasi manusia yang berarti pula perampasan terhadap

kehormatan orang lain. Pemerkosaan menjadi sebab akibat seseorang

perempuan bukan saja nama baiknya yang rusak, tetapi juga masa depannya

yang telah dirusak secara tidak langsung, misalnya kehamilan yang tidak

dikehendaki. Korban pemerkosaan yang mengalami kehamilan seringkali

berniat untuk menggugurkan kandungannya.

Dalam bahasa Arab menggugurkan kandungan disebut ijhaadh yang

merupakan bentuk masdar ajhadha, yang artinya wanita yang melahirkan

3
Departemen Agama RI, Ummul Mu’minin Al-Qur’an dan Terjemahannya untuk Wanita,
(Jakarta: Wali Oasis Terrace Recident, 2012), h. 342.
4
Wafa Binti Abdul Aziz As-Suwailim, Fikih Umamahat Himpunan Hukum Islam Khusus
Ibu, (Jakarta: Ummul Qura, 2013), h. 15.
3

anaknya secara paksa dalam keadaan belum sempurna penciptaannya. Secara

bahasa juga dikatakan, lahirnya janin karena dipaksa atau karena lahir dengan

sendirinya.5 Fuqaha mengungkapkan istilah ini beberapa tempat dengan istilah

Arab, yaitu isqath (menjatuhkan), tharh (membuang), ilqaa’ (melempar), dan

imlaash (melahirkan dalam keadaan mati). 6

Seperti yang telah dikatakan oleh ilmuan atau dokter, di dalam perut

seorang wanita hamil itu terdapat janin, istilah janin dalam bahasa Arab berarti

sesuatu yang diselubungi atau ditutupi. Imam Syafi’i mengatakan bahwa tahap

(dalam rahim) yang dapat disebut janin adalah ketika tahap al-mudghah

(gumpalan daging) dan al-‘alaqah (sesuatu yang melekat) telah dapat

dibedakan dalam tahapan ini janin dapat disebut generasi manusia.7 Dalam

bahasa Inggris pengguguran kandungan disebut abortion,8 yang berasal dari

bahasa latin yang berarti gugur kandungan atau keguguran. 9

Dikatakan oleh Imam Ghazali bahwa menggugurkan kandungan

merupakan tindak kejahatan terhadap bayi yang berada dalam kandungan.

Adapun mengenai pengguguran kandungan ini terdapat beberapa tingkatan.

Pertama, nuthfah yang berada dalam rahim yang telah bercampur dengan

indung telur wanita dan siap untuk hidup, dimana pengguguran terhadapnya

dianggap sebagai tindak kejahatan. Kedua, nuthfah tersebut telah menjadi

segumpal darah, lalu menjadi segumpal daging, dimana pengguguran


5
K.H. Adib Bisri dan K.H Munawir af, Kamus Al Bisri Indonesia Arab Arab Indonesia,
(Surabaya: Pustaka Progresif, 1999), h. 89.
6
Muhammad Nu’aim Yasin, Fiqih Kedokteran, (Bandung: Mizan, 1997), h. 230.
7
Abu Fadl Mohsin Ebarahim, Aborsi Kontasepsi dan Mengatasi Kemandulan, (Jakarta:
Pustaka Al-Kautsar, 2008) Cet Ke-5, h. 229.
8
John M. Echols dan Hasan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, (Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama, 2014), h. 3.
9
Muhammad Nu’aim Yasin, Op. Cit., h. 136.
4

terhadapnya merupakan kejahatan yang lebih besar. Sedang tingkat yang ketiga

adalah apabila telah ditiupkan ruh dan telah sempurna menjadi bayi, dimana

pengguguran terhadapnya merupakan kejahatan yang nilainya jauh lebih

berat.10 Diantara ayatnya terdapat dalam firman Allah : Q.S. Al-Hajj (22):

ayat 5.

ْ ُ‫ب ثُ َّم ِم ْن ن‬
‫طفَ ٍة ثُ َّم ِم ْن َعلَقَ ٍة‬ ِ ‫ب ِمنَ ْالبَ ْع‬
ٍ ‫ث فَِإنَّا خَ لَ ْقنَا ُك ْم ِم ْن تُ َرا‬ ٍ ‫يَا َأيُّهَا النَّاسُ ِإ ْن ُك ْنتُ ْم فِي َر ْي‬

‫ثُ َّم ِم ْن ُمضْ َغ ٍة ُمخَ لَّقَ ٍة َو َغي ِْر ُم َخلَّقَ ٍة لِنُبَيِّنَ لَ ُك ْم ۚ َونُقِرُّ فِي اَأْلرْ َح ِام َما نَ َشا ُء ِإلَ ٰى َأ َج ٍل ُم َس ّمًى ثُ َّم‬

‫نُ ْخ ِر ُج ُك ْ†م ِط ْفاًل ثُ َّم لِتَ ْبلُ ُغوا َأ ُش َّد ُك ْ†م ۖ َو ِم ْن ُك ْم َم ْن يُت ََوفَّ ٰى َو ِم ْن ُك ْ†م َم ْن ي َُر ُّد ِإلَ ٰى َأرْ َذ ِل ْال ُع ُم ِر لِ َك ْياَل‬

ْ ‫ت َوَأ ْنبَت‬
‫َت‬ ْ ‫ض هَا ِم َدةً فَِإ َذا َأ ْن َز ْلنَا َعلَ ْيهَا ْال َما َء ا ْهتَ َّز‬
ْ َ‫ت َو َرب‬ َ ْ‫يَ ْعلَ َم ِم ْن بَ ْع ِد ِع ْل ٍم َش ْيًئا ۚ َوت ََرى اَأْلر‬

‫يج‬ ٍ ْ‫ِم ْن ُك ِّل زَ و‬


ٍ ‫ج بَ ِه‬
Artinya: “Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari
kubur), Maka (ketahuilah) Sesungguhnya Kami telah menjadikan
kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari
segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna
kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepada
kamu dan Kami tetapkan dalam rahim, apa yang Kami kehendaki
sampai waktu yang sudah ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu
sebagai bayi, kemudian (dengan berangsur- angsur) kamu sampailah
kepada kedewasaan, dan di antara kamu ada yang diwafatkan dan
(adapula) di antara kamu yang dipanjangkan umurnya sampai pikun,
supaya Dia tidak mengetahui lagi sesuatupun yang dahulunya telah
diketahuinya. dan kamu Lihat bumi ini kering, kemudian apabila telah
Kami turunkan air di atasnya, hiduplah bumi itu dan suburlah dan
menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang indah.” 11

Dalam kasus aborsi terjadi karena kasus pemerkosaan sering kali

menimbulkan kasus trauma psikologis luar biasa pada sang korban.

10
Imam Al-Ghazali, Ihya’ Ulumuddin, (Semarang: C.V. Asy Syifa’, 2003), h. 167-168;
Kamil Muhammad ‘Uwaidah, Fikih Wanita Edisi Lengkap, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2009), h.
452.
11
Departemen Agama RI, Op. Cit., h. 332.
5

Sebagaimana dikutip Alaidin Koto, Al-Syatiby dalam kitabnya al-

Muwafaqat fi Ushul al-Syari’ah mengemukakan bahwa tujuan pokok

disyariatkan hukum Islam adalah untuk kemaslahatan manusia baik di dunia

atau diakhirat. 12

Menurut kaidah fiqih,

َ ُ‫ات تَبِي ُح ال َمحْ ظ‬


‫ورات‬ ُ ‫ُور‬ َّ ‫ال‬
َ ‫ضر‬

“Keadaan darurat itu membolehkan sesuatu yang dilarang”13

Fatwa Majelis Ulama Indonesia No. 4 Tahun 2005 menerangkan

bolehnya aborsi karena keadaan uzur, dharurat dan hajat. Sebagaimana

ketentuan hukum pada poin b angka (2) bahwa keadaan uzur, dharurat dan

hajat yang berkaitan dengan kehamilan yang dapat membolehkan aborsi adalah

kehamilan akibat perkosaan yang ditetapkan oleh tim yang berwenang yang di

dalamnya terdapat antara lain keluarga korban, dokter, dan ulama.14 Kebolehan

aborsi sebagaimana dimaksud huruf (b) harus dilakukan sebelum janin berusia

40 hari. Dan juga beliau mengatakan, jika terjadi dua kemaslahatan, maka

seseorang dituntut untuk menakar mana maslahat yang diutama untuk

dilaksanakan.15 Oleh karena itu perlu diketahui mashlahah yang terdapat dalam

fatwa MUI tersebut.

12
Alaidin Koto, Ilmu Fiqih dan Ushul Fiqih, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2004), h.
121.
13
H.A. Djazuli, Kaidah-Kaidah Fiqih (Kaidah-Kaidah Hukum Islam Dalam Menyelesaikan
Masalah-Masalah yang Praktis), (Jakarta: Kencana, 2007), h. 9.
14
Fatwa MUI No. 4 Tahun 2005 Tentang Pengguguran Kandungan poin b angka (2).
15
Mardi Candra, Aspek Perlindungan Anak Indonesia Analisis Tentang Perkawinan di
Bawah Umur, (Jakarta: Kencana, 2018), h. 17.
6

Oleh sebab itu, penulis tertarik untuk meneliti dan membahas lebih dalam

tentang “MASLAHAH DALAM FATWA MUI NOMOR 4 TAHUN 2005

TENTANG ABORSI KASUS PEMERKOSAAN ”

Penelahaan tentang fatwa MUI dirasakan penting, berawal dari keinginan

penulis yang cukup besar untuk mengetahui mashlahah dari adanya fatwa

MUI, yang menuai perubahan hukum. Selain itu, fatwa MUI sangat dibutuhkan

sebagai sumber hukum dalam masyarakat.

B. Batasan Masalah

Untuk lebih terarahnya penelitian ini, maka penulis memberikan batasan

yang difokuskan pada maslahah dalam fatwa MUI Nomor 4 Tahun 2005

tentang aborsi kasus pemerkosaan.

C. Rumusan Masalah

Permasalahan yang pokok dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaiman Fatwa MUI Nomor 4 Tahun 2005 tentang aborsi kasus

pemerkosaan?

2. Bagaimana maslahah dalam Fatwa MUI Nomor 4 Tahun 2005 tentang

aborsi kasus pemerkosaan?

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui Fatwa MUI Nomor 4 Tahun 2005 tentang aborsi

kasus pemerkosaan.
7

b. Untuk mengetahui maslahah dalam Fatwa MUI Nomor 4 Tahun 2005

tentang aborsi kasus pemerkosaan.

2. Kegunaan Penelitian

Adapun tujuan yang akan dicapai dalam penulisan penelitian ini

adalah sebagi berikut:

a. Untuk mendapatkan pengetahuan tentang Fatwa MUI Nomor 4 Tahun

2005 tentang aborsi kasus pemerkosaan.

b. Untuk mendapatkan pengetahuan tentang maslahah dalam Fatwa MUI

Nomor 4 Tahun 2005 tentang aborsi kasus pemerkosaan.

c. Diajukan sebagai salah satu syarat bagi penulis untuk menyelesaikan

Studi Strata S1 pada Fakultas Syariah dan Hukum Keluarga (Ahwal Al-

Syakhsiyah) di Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.

E. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Di antara para peneliti yang menulis berkaitan dengan aborsi antara lain

adalah Andi Mutia Pilka yang berjudul Analisis Fatwa Majlis Ulama Indonesia

(MUI) NO. 4 Tahun 2005 Tentang Aborsi Akibat Pemerkosaan dijelaskan

bahwa yang melatar belakangi lahirnya fatwa MUI tentang aborsi akibat

pemerkoasaan adalah kekhawatiran akan munculnya penderitaan yang akan

ditanggung anak tersebut, aib yang harus diterima apa adanya dan tabu untuk

dipublikasikan, dan sikap masyarakat yang memposisikan wanita yang hamil

akibat perkosaan sebagai pihak yang dipersalahkan. Kedua, Dalil yang

digunakan MUI untuk merumuskan fatwa tentang aborsi adalah Surat Al-Hajj:
8

5; Surat Al-Mu’minun: 12-14; Surat Al-Furqan: 68-69; Surat Al-An’am: 151,

sedangkan kaidah fiqh yang digunakan adalah “Menolak kemafsadatan

didahulukan daripada mengambil kemaslahatan”, “Kebutuhan terkadang dapat

menduduki keadaan darurat”, dan “Kemudaratan membolehkan yang mudarat

(dilarang)”; Ketiga, Berdasarkan prinsip-prinsip kemashlahatan dan

dhoruriyyah, maka Ulama sepakat untuk membolehkan melakukan aborsi bagi

korban perkosaan sebelum usia kandungan 40 hari. 16 Dalam penulisan tersebut,

Penulis kurang setuju bila aborsi dilegalkan. Tindakan aborsi itu dilarang,

didasarkan pada undang-undang No. 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak,

maka kegiatan (praktek aborsi) merupakan suatu pelanggaran atau

penyimpangan terhadap pasal diatas. Dengan pertimbangan, ketentuan tersebut

tidak hanya menafikan hak hidup janin tapi juga kelangsungan hidup si ibu.

Adapun dalam penelitian ilmiah Fatmi dengan Aborsi Bagi Wanita

Korban Perkosaan (Studi Komperasi antara Fatwa Majelis Ulama Indonesia

No. 4 Tahun 2005 Tentang Aborsi dan Undang-Undang Kesehatan No. 36

Tahun 2009) menjelaskan tentang menurut pasal tersebut sama-sama tidak

dibolehkannya aborsi, kecuali dalam keadaan darurat. Adapun perbedaan

antara keduanya adalah dalam redaksi batas maksimal usia kandungan yang

usianya di bawah 40 hari karena berdasarkan hadis ruh itu ditiup pada kondisi

kandungan 40 hari. Sedangkan dalam Undang-Undang Kesehatan No. 36

Tahun 2009 memakai redaksi 6 minggu (42) hari, tapi dihitung dari hari

16
Andi Mutia Pilka, Analisis Fatwa Majlis Ulama Indonesia (MUI) NO. 4 Tahun 2005
Tentang Aborsi Akibat Pemerkosaan, (Pekanbaru, Skripsi, 2012).
9

pertama dari haid terakhir. Perbedaan anatara keduanya berawal dari basis

hitungan waktu yang berbeda.17

Dari penelaahan terhadap karya-karya diatas, terlihat bahwa penulis telah

berusaha untuk mengungkapkan berbagai hal yang berkaitan dengan aborsi

kasus pemerkosaan yaitu dengan mengambil spesifikasi MUI Nomor 4 tahun

2005. Akan tetapi masih banyak pembahasan lainnya yang jika dikaji akan

menempati aborsi kasus pemerkosaan sebagian dari kemaslahatan. Selain itu

terdapat maslahah yang juga sangat perlu di bahas agar jelas perkara yang

memberikan kemanfaatan dan kemudharatan dari adanya aborsi kasus

pemerkosaan. Hal yang telah penulis sebutkan diatas persoalan terkait

maslahah dalam aborsi kasus pemerkosaan menurut Fatwa MUI No. 4 Tahun

2005 sepanjang pengetahuan penulis, belum diteliti orang. Berdasarkan fakta-

fakta itulah dilakukan penelitian tersebut.

F. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kepustakaan

(library research) yang menggunakan literasi (kepustakaan), maka data dan

bahan kajian yang dipergunakan berasal dari sumber-sumber kepustakaan

baik berupa buku, ensiklopedi, jurnal, majalah, surat kabar, dan dokumen,

17
Fatmi, Aborsi Bagi Wanita Korban Perkosaan (Studi Komperasi antara Fatwa Majelis
Ulama Indonesia No. 4 Tahun 2005 Tentang Aborsi dan Undang-Undang Kesehatan No. 36
Tahun 2009), (Pekanbaru, Tesis, 2015).
10

maupun informasi lainnya yang ada relevansinya dengan ruang lingkup

pembahasan.18

2. Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini bersumber dari

literatur, meliputi data sekunder, yaitu:

a. Bahan Hukum primer, yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat yang

terdirir dari Fatwa MUI Nomor 4 Tahun 2005 tentang Aborsi kasus

Pemerkosaan.

b. Bahan Hukum sekunder, yaitu buku-buku, maupun tulisan-tulisan

ilmiah yang terkait dengan penelitian ini.

c. Bahan Hukum tersier, yaitu berupa petunjuk atau penjelasan mengenai

bahan hukum primer atau bahan hukum sekunder yang berasal dari

kamus, ensiklopedia, jurnal, majalah, surat kabar dan sebagainya.

3. Teknik Pengumpulan Data

Sebagaimana telah dikemukakan di atas bahwa sumber data berasal

dari literatur perpustakaan. Dalam penelitian ini penulis menggunakan

analisis deskriptif . Untuk itu langkah yang diambil adalah mencari literatur

yang berhubungan dengan pokok masalah, kemudian dibaca, dianalisa, dan

disesuaikan dengan penelitian. Selain itu, klasifikasikan sesuai kebutuhan

dan menurut kelompoknya masing-masing secara sistematis, sehingga

mudah memberikan penganalisaan.19

18
Sofyan A.P. Kau, Metode Penelitian Hukum Islam Penuntun Praktis untuk Penulisan
Skripsi dan Tesis, (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2013) Cet 1, h. 154-155.
19
Moh. Kasiram, Metodologi Penelitian Kuantitatif-Kualitatif, (Yogyakarta: Uin Maliki
Press, 2010), h. 352.
11

4. Teknis Analisis Data

Dengan menggunakan content analysis atau analisis isi yakni dengan

jalan menela’ah atau mempelajari kosakata, pola kalimat, atau situasi dan

latar belakang budaya penulisan.20

5. Teknik Penulisan

a. Deduktif

Dengan metode ini penulis memaparkan data-data yang bersifat

umum dan kemudian ditarik kesimpulan menjadi data yang bersifat

khusus. 21

b. Induktif

Dengan metode ini penulis juga memaparkan dari data-data yang

bersifat khusus untuk selanjutnya dianalisa dan disimpulkan dalam

rumusan yang bersifat umum. 22

G. Sistematika Penelitian

Untuk memperoleh kemudahan dalam penelitian ini penulis

mengklarifikasikan penelitian ini yang terdiri dari 5 (lima) bab dan setiap bab

terdapat beberapa sub bagian, yaitu:

BAB I merupakan Bab pendahuluan yang meliputi latar belakang

masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian,

Tinjauan Penelitian Terdahulu, metode penelitian, dan sistematika penelitian.

Adapun yang dibicarakan tentang Fatwa MUI Nomor 4 Tahun 2005 tentang

20
Ibid., h. 357.
21
Burhan Bungin, Peneltian Kualitatif: Komunikasi Ekonomi, Kebijakan Publik dan Sosial
Lainnya, (Jakarta: Kencana, 2008), h. 26.
22
Saifuddin Azwar, Metodologi Penelitian, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), h. 40.
12

aborsi kasus pemerkosaan, serta mashlahah yang ditimbulkan dari fatwa

tersebut. Gambaran umum tentang MUI akan dijelaskan pada bab II.

BAB II merupakan bab yang menjelaskan Tinjauan Umum Tentang

Majelis Ulama Indonesia. Pembahasan pada bab ini terdiri dari Latar

Belakang Berdirinya MUI, Sejarah Berdirinya MUI, Fungsi Serta Visi dan

Misi MUI, Program - program MUI, Fatwa dan Metode Istinbath Hukum

Majelis Ulama Indonesia (MUI).

BAB III merupakan landasan teori yang menjelaskan tentang definisi

aborsi, Aborsi Menurut Hukum Islam, Macam-macam Aborsi, Faktor dan

dampak terjadinya aborsi, Pengertian Pemerkosaan, Pemerkosaan Menurut

Hukum Islam, Macam- macam Pemerkosaan, Jenis- jenis pemerkosaan,

Dampak terjadinya aborsi akibat pemerkosaan, dan Teori Mashlahah

BAB IV pada bab ini akan membahas hasil penelitian tentang Fatwa

MUI Nomor 4 Tahun 2005 tentang aborsi kasus pemerkosaan dan maslahah

dalam Fatwa MUI Nomor 4 Tahun 2005 tentang aborsi kasus pemerkosaan

BAB V kesimpulan dan saran Bab ini berisi kesimpulan dari

pembahasan pada bab-bab sebelumnya yang diperoleh berdasarkan dari hasil

penelitian serta saran-saran yang diperlukan dalam upaya kesempurnaannya.

Selanjutnya diikuti oleh daftar kepustakaan yang dijadikan sumber dalam

pembahasan ini dan juga beberapa lampiran.

Anda mungkin juga menyukai