A. Gambaran Kasus
Menurut istilah medis, aborsi merupakan terhentinya kehamilan yang
disebabkan kematian dan pengeluaran janin pada usia kurang dari 20 minggu
dengan berat janin kurang dari 500 gram (sebelum janin dapat hidup secara
mandiri di luar kandungan). Pada dasarnya, aborsi dari segi medis terdapat dua
macam, yakni Abortus Spontaneous dan Abortus Provokatus. Abortus
Spontaneous merupakan aborsi yang terjadi secara alamiah, atau biasa disebut
dengan keguguran. Sementara itu, Abortus Provokatus merupakan aborsi yang
disengaja dengan menggunakan obat-obatan atau alat-alat. Dalam tulisan ini,
pembahasan akan berfokus pada jenis aborsi Abortus Provokatus.1
Abortus Provokatus atau aborsi yang disengaja, terbagi menjadi dua, yakni
abortus provokatus medicinalis dan abortus provokatus criminalis. Adapun
abortus provokatus medicinalis adalah aborsi yang dilakukan atas dasar indikasi
medis dan dilakukan oleh dokter. Sementara itu, abortus provokatus criminalis
merupakan aborsi yang dilakukan tanpa dasar indikasi medis.2
Dalam abortus provokatus medicinalis terdapat beberapa indikator untuk
menentukan bahwa aborsi yang dilakukan termasuk dalam indikasi medis, yakni:3
1. Dilakukan oleh tenaga kesehatan yang memiliki keahlian dan
kewenangan untuk melakukan aborsi;
1
Yuli Susanti, “Perlindungan Hukum Bagi Pelaku Tindak Pidana Aborsi (Abortus Provocatus)
Korban Perkosaan,” Mizan: Jurnal Ilmu Hukum 9, no. 1 (2020): 51,
2
Bahrul Rozi, “Aborsi Korban Perkosaan Menurut Hukum Islam (Analisis PP No. 61 Tahun
2014)” (UIN Syarif Hidayatullah, 2017).
3
Susanti, “Perlindungan Hukum Bagi Pelaku Tindak Pidana Aborsi (Abortus Provocatus)
Korban Perkosaan.”
1
2. Harus meminta pertimbangan tim ahli (ahli medis, agama, hukum,
psikologi);
3. Harus ada persetujuan tertulis dari penderita, atau suami, atau keluarga
terdekat;
4. Dilakukan di sarana kesehatan yang memiliki fasilitas memadai dan
ditunjuk oleh pemerintah;
5. Prosedur pelaksanaan tidak dirahasiakan;
6. Dokumen medis harus lengkap.
B. Definisi Kasus
4
Rozi, “Aborsi Korban Perkosaan Menurut Hukum Islam (Analisis PP No. 61 Tahun 2014).”
5
Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap Perempuan, “Catatan Tahunan Komnas
Perempuan,” 2023.
6
Cindy Mutia Annur, “Jumlah Kasus Perkosaan Dan Pencabulan RI Meningkat Selama
Pandemi,” databoks.katadata.co.id, accessed September 20, 2023,
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2022/12/22/jumlah-kasus-perkosaan-dan-
pencabulan-ri-meningkat-selama-pandemi.
2
Tingginya kasus pemerkosaan tersebut juga berpengaruh pada fenomena
aborsi ilegal di Indonesia. Terdapat beberapa kasus kriminalisasi korban
pemerkosaan dikarenakan korban tersebut melakukan aborsi, di antaranya kasus
seorang anak perempuan di Jambi berusia 15 tahun yang diperkosa oleh kakak
kandungnya, anak perempuan tersebut lantas melakukan aborsi, kemudian
dijatuhi hukuman 6 bulan.7 Selain itu, terdapat juga kasus seorang Ibu tunggal
yang diperkosa di panti pijat refleksi tempat kerjanya. Ibu tersebut kemudian
hamil, lantas melakukan aborsi menggunakan obat-obatan. Namun, tindakan Ibu
tersebut diketahui oleh teman kerjanya dan lantas dilaporkan ke polisi, Ibu
tersebut pun dijatuhi hukuman pidana 6 tahun penjara.8
۞ َو َلَقْد َكَّر ْم َنا َبِنٓى َء اَد َم َو َح َم ْلَنٰـ ُهْم ِفى ٱْلَبِّر َو ٱْلَبْح ِر َو َر َز ْقَنٰـ ُهم ِّم َن ٱلَّطِّيَبٰـِت َو َفَّض ْلَنٰـ ُهْم َع َلٰى َك ِثيٍۢر
٧٠ ِّمَّم ْن َخ َلْقَنا َتْفِض ياًۭل
Artinya: Dan sungguh, Kami telah memuliakan anak cucu Adam, dan
Kami angkut mereka di darat dan di laut, dan Kami beri mereka rezeki dari yang
baik-baik dan Kami lebihkan mereka di atas banyak makhluk yang Kami ciptakan
dengan kelebihan yang sempurna. (QS. Al Isra: 70)
Dalam Tafsir Al-Mishbah, dijelaskan terkait ayat di atas yang
menyatakan bahwa Kami yakni Allah bersumpah bahwa sesungguhnya telah
kami nuliakan anak cucu Adam dengan wujud yang bagus, kepemilikan atas akal,
7
Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap Perempuan, “Mewujudkan Akses Dan Layanan
Aborsi Aman Legal Bagi Perempuan Korban Perkosaan Sebagai Upaya Pemenuhan HAM
Perempuan,” komnasperempuan.go.id, 2021, https://komnasperempuan.go.id/siaran-pers-
detail/siaran-pers-komnas-perempuan-memperingati-hari-aborsi-aman-internasional-28-
september-jakarta-29-september-2021.
8
Susana Rita, “Menyoal Aborsi Bagi Kehamilan Akibat Perkosaan,” kompas.id, 2021,
https://www.kompas.id/baca/polhuk/2021/07/26/menyoal-aborsi-bagi-kehamilan-akibat-
perkosaan?status=sukses_login&status_login=login.
3
serta kebebasan memilah dan memilih. Selain itu, konteks ayat ini juga
menyatakan bahwa seluruh manusia, tanpa membedakan satu sama lain, sejak
penciptaannya telah dianugerahi Allah keistimewaan atau kemuliaan yang tidak
dianugerahkan-Nya kepada selainnya, sehingga harus dihormati dalam
kedudukannya sebagai manusia.9
١٢ َو َلَقْد َخ َلْقَنا ٱِإْل نَس ٰـَن ِم ن ُس َلٰـ َلٍۢة ِّم ن ِط يٍۢن
ۚ ُثَّم َخ َلْقَنا ٱلُّنْطَفَة َع َلَقًۭة َفَخ َلْقَنا ٱْلَع َلَقَة ُم ْض َغ ًۭة َفَخ َلْقَنا ٱْلُم ْض َغ َة ِع َظٰـ ًۭم ا َفَك َس ْو َنا ٱْلِع َظٰـ َم َلْح ًۭم ا ُثَّم َأنَش ْأَنٰـ ُه َخ ْلًقا َء اَخ َر
١٤ َفَتَباَر َك ٱُهَّلل َأْح َس ُن ٱْلَخ ٰـِلِقيَن
Manusia dengan
Dibungkus Daging Tulang-Belulang
Ruh
َيٰٓـَأُّيَها ٱلَّناُس ِإن ُك نُتْم ِفى َر ْيٍۢب ِّم َن ٱْلَبْع ِث َفِإَّنا َخ َلْقَنٰـ ُك م ِّم ن ُتَر اٍۢب ُثَّم ِم ن ُّنْطَفٍۢة ُثَّم ِم ْن َع َلَقٍۢة ُثَّم ِم ن ُّم ْض َغ ٍۢة ُّم َخ َّلَقٍۢة
َو َغْيِر ُم َخ َّلَقٍۢة ِّلُنَبِّيَن َلُك ْم ۚ َو ُنِقُّر ِفى ٱَأْلْر َح اِم َم ا َنَش ٓاُء ِإَلٰٓى َأَج ٍۢل ُّم َس ًّۭم ى ُثَّم ُنْخ ِر ُج ُك ْم ِط ْفاًۭل ُثَّم ِلَتْبُلُغ ٓو ۟ا َأُش َّد ُك ْم ۖ َوِم نُك م
9
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah Volume 7 (Tangerang: Lentera Hati, 2001).
10
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah Volume 9 (Tangerang: Lentera Hati, 2001).
4
ٱْلُع ُم ِر ِلَكْياَل َيْع َلَم ِم ۢن َبْع ِد ِع ْلٍۢم َش ْئًۭـ اۚ َو َتَر ى ٱَأْلْر َض َهاِم َد ًۭة َفِإَذ ٓا َأنَز ْلَنا َع َلْيَها َّم ن ُيَتَو َّفٰى َوِم نُك م َّم ن ُيَر ُّد ِإَلٰٓى َأْر َذ ِل
٥ َز ْو ٍۭج َبِهيٍۢج ٱْلَم ٓاَء ٱْهَتَّزْت َو َرَبْت َو َأۢن َبَتْت ِم ن ُك ِّل
َح َّد َث َن ا اْلَقْع َن ِبُّي َع ْن َم اِلٍك َع ْن َأِبي الِّز َن اِد َع ْن اَأْلْع َر ِج َع ْن َأِبي ُه َر ْي َر َة َق اَل َق اَل َر ُسوُل ِهَّللا َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم ُك ُّل
َم ْو ُلوٍد ُيوَلُد َع َلى اْلِفْط َر ِة َف َأَبَو اُه ُيَه ِّو َد اِنِه َو ُيَن ِّص َر اِنِه
Artinya: Telah menceritakan kepada kami [Al Qa'nabi] dari [Malik] dari
[Abu Az Zinad] dari [Al A'raj] dari [Abu Hurairah] ia berkata, "Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Setiap bayi dilahirkan dalam keadaan
fitrah, maka kedua orang tuannya-lah yang menjadikan ia yahudi atau nashrani.
Hadis di atas menegaskan status manusia ketika lahir adalah fitrah (suci).
Kemudian, terdapat hadis lain yang memaparkan mengenai proses penciptaan
manusia, yakni:
5
menjadi mutgah (gumpalan daging) seperti itu. Kemudian malaikat diutus
kepadanya, lalu ia meniupkan ruh padanya. Dan ia diperintahkan kepada empat
kalimat, rizqinya, ajalnya, amalnya, dan apakah ia seorang yang celaka atau
bahagia. Demi Dzat yang tidak ada Tuhan selain-Nya, sesungguhnya seseorang
diantara kamu beramal pengalaman penghuni surga, sehingga antara dia dan
surga hanya hanya tinggal satu hasta saja, namun dia sudah tercatat sebagai
penghuni neraka, maka ia mengakhiri amalnya dengan amalan penghuni neraka,
sehingga ia masuk neraka. Dan sesungguhnya seseorang diantara kamu beramal
amalan penghuni neraka, sehingga antara dia dengan neraka hanya tinggal satu
hasta saja. Namun ia sudah tercatat sebagai penghuni surga, maka ia mengakhiri
amalnya dengan amalan penghuni surga, sehingga ia masuk surga. (HR. Bukhari
dan Muslim)12
Pemaparan yang menarik dari hadis di atas adalah proses penciptaan
manusia hingga ditiupkan ruh, yakni berawal dari nutfah, kemudian 40 hari
menjadi ‘alaqah, kemudian 40 hari menjadi mudghah, lantas, 40 hari kemudian,
yakni hari ke-120, Allah SWT. memberikan ruh kepada manusia tersebut.13
D. Dasar Hukum
Pasal 75
(1) Setiap orang dilarang melakukan aborsi.
(2) Larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dikecualikan
berdasarkan:
a. indikasi kedaruratan medis yang dideteksi sejak usia dini kehamilan,
baik yang mengancam nyawa ibu dan/atau janin, yang menderita
penyakit genetik berat dan/atau cacat bawaan, maupun yang tidak
12
Riza Yuniar Sari, “Aborsi Korban Perkosaan Perspektif Hukum Islam Dan Hak Asasi Manusia,”
Al-Hukama 3 (2013).
13
Sari.
6
dapat diperbaiki sehingga menyulitkan bayi tersebut hidup di luar
kandungan; atau
b. kehamilan akibat perkosaan yang dapat menyebabkan trauma
psikologis bagi korban perkosaan.
(3) Tindakan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) hanya dapat dilakukan
setelah melalui konseling dan/atau penasehatan pra tindakan dan diakhiri
dengan konseling pasca tindakan yang dilakukan oleh konselor yang kompeten
dan berwenang.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai indikasi kedaruratan medis dan perkosaan,
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) diatur dengan Peraturan
Pemerintah.
Pasal 76
Aborsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 hanya dapat dilakukan:
sebelum kehamilan berumur 6 (enam) minggu dihitung dari hari pertama haid
terakhir, kecuali dalam hal kedaruratan medis;
b. oleh tenaga kesehatan yang memiliki keterampilan dan kewenangan yang
memiliki sertifikat yang ditetapkan oleh menteri;
c. dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutan;
d. dengan izin suami, kecuali korban perkosaan; dan
e. penyedia layanan kesehatan yang memenuhi syarat yang ditetapkan oleh
Menteri.
Pasal 77
Pemerintah wajib melindungi dan mencegah perempuan dari aborsi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 ayat (2) dan ayat (3) yang tidak bermutu,
tidak aman, dan tidak bertanggung jawab serta bertentangan dengan norma
agama dan ketentuan peraturan perundang-undangan.
7
Kesimpulan
Penulis menyimpulkan bahwa telah ditemukan relevansi antara penolakan
risalah kenabian oleh umat dengan alasan penolakan masyarakat Indonesia
terhadap UUP dan peraturan terkait. Relevansi tersebut adalah keduanya ditolak
karena mengusung perubahan. Umat serta masyarakat lebih bersifat stagnan dan
memilih kemapanan. Sikap tersebut juga karena dilatarbelakangi oleh
ketidakpahaman akan perubahan yang dibawa.
8
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an Al-Karim
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, “KBBI Daring”,
https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/risalah, akses 22 Februari 2023.
Dainori, “Ijtihad Profetik Kuntowijoyo dalam Khazanah Pembaharuan Hukum
Keluarga Islam di Indonesia,” Jurnal Keislaman Terateks, Vol. 7:1 (April
2022).
Fitra Mulyawan, Kiki Yulinda, Dora Tiara, “Politik Hukum Dalam Bidang Hukum
Keluarga Islam Di Indonesia,” Ensiklopedia Social Review, Vol. 3:2 (Juni
2021)
Hakam al-Ma’mun, “Filsafat Kenabian Muhammad Saw. di dalam al-Qur’an;
Penafsiran Terhadap QS. Al-Ahzab 45-46,” MAGHZA, Vol. 6:2 (Juli –
Desember 2021).
Holan Riadi, “Pembaharuan Hukum Keluarga Islam di Indonesia (Ditinjau dalam
Undang-Undang No. 1 Tahun 1974),” SCHOLASTICA, Vol. 3:1 (Mei 2021).
I’anatus Zulfa, Skripsi, Pembaharuan Hukum Perkawinan di Indonesia dan
Singapura, Jakarta; UIN Syarif Hidayatullah, 2022.
Khoiruddin Nasution, “Penolakan Umat Terhadap Risalah Kenabian dan
Relevansinya dengan Penolakan Muslim Terhadap Undang-Undang
Perkawinan,” ADHKI, Vol. 2:1 (Juni 2020).
Khoiruddin Nasution. Pengantar dan Pemikiran Hukum Keluarga (Perdata) Islam
Indonesia, Yogyakarta; ACAdeMIA + TAZZAFA, 2010.
Khoiruddin Nasution. Status Wanita di Asia Tenggara: Studi Terhadap Perundang-
undangan Perkawinan Muslim Kontemporer di indonesia dan Malaysia,
Jakarta; INIS, 2002.
Lilis Hidayati Yuli Astutik, Muhammad Ngizzul Muttaqin “Positifikasi Hukum
Keluarga di Dunia Muslim melalui Pembaruan Hukum Keluarga,” Islamika,
Vol. 20:1 (Juli 2020).
Lukman Hakim, Dani Ramdani, “Implementasi Pesan Moral Misi Profetik
Muhammad Menurut Fazlur Rahman,” Mimbar, Vol. 36:1 (2019).
9
Musafir, dkk, “Kausa Penolakan Masyarakat Terhadap Peraturan Perundang-
Undangan Bidang Hukum Keluarga,” Al-Hukama’. Vol. 12:1 (Juni 2022).
Nurrohman Syarif, “The Discourse and Practice of Islamic Family Law in Indonesia,”
Psychology and Education, Vol. 58:1 (2021).
Qois Azizah Bin Has, “Rasionalitas Kenabian Menurut Fakhrudin al-Razi,” Tasfiyah,
Vol. 3:2 (Agustus 2019).
Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, Malang; Lentera Hati, 2001.
Shohibul Adib, “Al-Risalah fi Al-Qur’an,” Al-Riwayah, Vol. 11: 1 (April 2019).
Wazni Azwar, dkk, “Latar Belakang Lahirnya undang-Undang Perkawinan Indonesia
Nomor 1 Tahun 1974 (UUP),” Hukum Islam, Vol. 21:1 (Juni 2021).
10