Anda di halaman 1dari 13

Pengertian Aborsi dan Pembagiannya

Aborsi menurut pengertian medis adalah mengeluarkan hasil konsepsi atau pembuahan, sebelum
janin dapat hidup di luar tubuh ibunya.
Sedang menurut bahasa Arab disebut dengan al-Ijhadh yang berasal dari kata ajhadha yajhidhu yang berarti wanita yang melahirkan anaknya secara paksa dalam keadaan belum
sempurna penciptaannya. Atau juga bisa berarti bayi yang lahir karena dipaksa atau bayi yang
lahir dengan sendirinya. Aborsi di dalam istilah fikih juga sering disebut dengan isqhoth
( menggugurkan ) atau ilqaa ( melempar ) atau tharhu ( membuang ) ( al Misbah al
Munir , hlm : 72 )
Aborsi tidak terbatas pada satu bentuk, tetapi aborsi mempunyai banyak macam dan bentuk,
sehingga untuk menghukuminya tidak bisa disamakan dan dipukul rata. Diantara pembagiaan
Aborsi adalah sebagai berikut :
Dalam Kamus Bahasa Indonesia disebutkan bahwa makna Aborsi adalah pengguguran. Aborsi
ini dibagi menjadi dua :
Pertama : Aborsi Kriminalitas adalah aborsi yang dilakukan dengan sengaja karena suatu alasan
dan bertentangan dengan undang-undang yang berlaku.
Kedua : Aborsi Legal, yaitu Aborsi yang dilaksanakan dengan sepengetahuan pihak yang
berwenang.
Menurut medis Aborsi dibagi menjadi dua juga :
1. Aborsi spontan ( Abortus Spontaneus ), yaitu aborsi secara secara tidak sengaja dan
berlangsung alami tanpa ada kehendak dari pihak-pihak tertentu. Masyarakat mengenalnya
dengan istilah keguguran.
2. Aborsi buatan ( Aborsi Provocatus ), yaitu aborsi yang dilakukan secara sengaja dengan
tujuan tertentu. Aborsi Provocatus ini dibagi menjadi dua :
a.
Jika bertujuan untuk kepentingan medis dan terapi serta pengobatan, maka disebut dengan
Abortus Profocatus Therapeuticum
b.
Jika dilakukan karena alasan yang bukan medis dan melanggar hukum yang berlak, maka
disebut Abortus Profocatus Criminalis
Yang dimaksud dengan Aborsi dalam pembahasan ini adalah : menggugurkan secara paksa janin
yang belum sempurna penciptaannya atas permintaan atau kerelaan ibu yang mengandungnya .
Pandangan Islam Terhadap Nyawa, Janin dan Pembunuhan

Sebelum menjelaskan secara mendetail tentan hukum Aborsi, lebih dahulu perlu dijelaskan
tentang pandangan umum ajaran Islam tentang nyawa, janin dan pembunuhan, yaitu sebagai
berikut :
Pertama: Manusia adalah ciptaan Allah yang mulia, tidak boleh dihinakan baik dengan
merubah ciptaan tersebut, maupun mengranginya dengan cara memotong sebagiananggota
tubuhnya, maupun dengan cara memperjual belikannya, maupun dengan cara menghilangkannya
sama sekali yaitu dengan membunuhnya, sebagaiman firman Allah swt : .

Dan sesungguhnya Kami telah memuliakan umat manusia ( Qs. al-Isra:70)
Kedua: Membunuh satu nyawa sama artinya dengan membunuh semua orang. Menyelamatkan
satu nyawa sama artinya dengan menyelamatkan semua orang.



Barang siapa yang membunuh seorang manusia, maka seakan-akan dia telah membunuh
manusia seluruhnya. Dan barang siapa yang memelihara keselamatan nyawa seorang manusia,
maka seolah-olah dia telah memelihara keselamatan nyawa manusia semuanya. (Qs. Al
Maidah:32)
Ketiga: Dilarang membunuh anak ( termasuk di dalamnya janin yang masih dalam kandungan ) ,
hanya karena takut miskin. Sebagaimana firman Allah swt :


Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut melarat. Kamilah yang memberi
rezeki kepada mereka dan kepadamu juga. Sesungguhnya membunuh mereka adalah dosa yang
besar. (Qs al Isra : 31)
Keempat : Setiap janin yang terbentuk adalah merupakan kehendak Allah swt, sebagaimana
firman Allah swt


Selanjutnya Kami dudukan janin itu dalam rahim menurut kehendak Kami selama umur
kandungan. Kemudian kami keluarkan kamu dari rahim ibumu sebagai bayi. (QS al Hajj : 5)
Kelima : Larangan membunuh jiwa tanpa hak, sebagaimana firman Allah swt :


Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah melainkan dengan alasan yang
benar ( Qs al Isra : 33 )
Hukum Aborsi Dalam Islam.

Di dalam teks-teks al Quran dan Hadist tidak didapati secara khusus hukum aborsi, tetapi yang
ada adalah larangan untuk membunuh jiwa orang tanpa hak, sebagaimana firman Allah swt :


Dan barang siapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja, maka balasannya
adalah neraka Jahanam, dan dia kekal di dalamnya,dan Allah murka kepadanya dan
melaknatnya serta menyediakan baginya adzab yang besar( Qs An Nisa : 93 )
Begitu juga hadist yang diriwayatkan oleh Ibnu Masud bahwasanya Rosulullah saw bersabda :


Sesungguhnya seseorang dari kamu dikumpulkan penciptaannya di dalam perut ibunya selama
empat puluh hari. Setelah genap empat puluh hari kedua, terbentuklah segumlah darah beku.
Ketika genap empat puluh hari ketiga , berubahlah menjadi segumpal daging. Kemudian Allah
mengutus malaikat untuk meniupkan roh, serta memerintahkan untuk menulis empat perkara,
yaitu penentuan rizki, waktu kematian, amal, serta nasibnya, baik yang celaka, maupun yang
bahagia. ( Bukhari dan Muslim )
Maka, untuk mempermudah pemahaman, pembahasan ini bisa dibagi menjadi dua bagian
sebagai berikut :
1. Menggugurkan Janin Sebelum Peniupan Roh
Dalam hal ini, para ulama berselisih tentang hukumnya dan terbagi menjadi tiga pendapat :
Pendapat Pertama :
Menggugurkan janin sebelum peniupan roh hukumnya boleh. Bahkan sebagian dari ulama
membolehkan menggugurkan janin tersebut dengan obat. ( Hasyiat Al Qalyubi : 3/159 )
Pendapat ini dianut oleh para ulama dari madzhab Hanafi, SyafiI, dan Hambali. Tetapi
kebolehan ini disyaratkan adanya ijin dari kedua orang tuanya,( Syareh Fathul Qadir : 2/495 )
Mereka berdalil dengan hadist Ibnu Masud di atas yang menunjukkan bahwa sebelum empat
bulan, roh belum ditiup ke janin dan penciptaan belum sempurna, serta dianggap benda mati,
sehingga boleh digugurkan.

Pendapat kedua :
Menggugurkan janin sebelum peniupan roh hukumnya makruh. Dan jika sampai pada waktu
peniupan ruh, maka hukumnya menjadi haram.
Dalilnya bahwa waktu peniupan ruh tidak diketahui secara pasti, maka tidak boleh
menggugurkan janin jika telah mendekati waktu peniupan ruh , demi untuk kehati-hatian .
Pendapat ini dianut oleh sebagian ulama madzhab Hanafi dan Imam Romli salah seorang ulama
dari madzhab SyafiI . ( Hasyiyah Ibnu Abidin : 6/591, Nihayatul Muhtaj : 7/416 )
Pendapat ketiga :
Menggugurkan janin sebelum peniupan roh hukumnya haram. Dalilnya bahwa air mani sudah
tertanam dalam rahim dan telah bercampur dengan ovum wanita sehingga siap menerima
kehidupan, maka merusak wujud ini adalah tindakan kejahatan . Pendapat ini dianut oleh Ahmad
Dardir , Imam Ghozali dan Ibnu Jauzi ( Syareh Kabir : 2/ 267, Ihya Ulumuddin : 2/53, Inshof :
1/386)
Adapun status janin yang gugur sebelum ditiup rohnya (empat bulan) , telah dianggap benda
mati, maka tidak perlu dimandikan, dikafani ataupun disholati. Sehingga bisa dikatakan bahwa
menggugurkan kandungan dalam fase ini tidak dikatagorikan pembunuhan, tapi hanya dianggap
merusak sesuatu yang bermanfaat.
Ketiga pendapat ulama di atas tentunya dalam batas-batas tertentu, yaitu jika di dalamnya ada
kemaslahatan, atau dalam istilah medis adalah salah satu bentuk Abortus Profocatus
Therapeuticum, yaitu jika bertujuan untuk kepentingan medis dan terapi serta pengobatan. Dan
bukan dalam katagori Abortus Profocatus Criminalis, yaitu yang dilakukan karena alasan yang
bukan medis dan melanggar hukum yang berlaku, sebagaimana yang telah dijelaskan di atas.
1. Menggugurkan Janin Setelah Peniupan Roh
Secara umum, para ulama telah sepakat bahwa menggugurkan janin setelah peniupan roh
hukumnya haram. Peniupan roh terjadi ketika janin sudah berumur empat bulan dalam perut ibu,
Ketentuan ini berdasarkan hadist Ibnu Masud di atas. Janin yang sudah ditiupkan roh dalam
dirinya, secara otomatis pada saat itu, dia telah menjadi seorang manusia, sehingga haram untuk
dibunuh. Hukum ini berlaku jika pengguguran tersebut dilakukan tanpa ada sebab yang darurat.
Namun jika disana ada sebab-sebab darurat, seperti jika sang janin nantinya akan membahayakan
ibunya jika lahir nanti, maka dalam hal ini, para ulama berbeda pendapat:
Pendapat Pertama :
Menyatakan bahwa menggugurkan janin setelah peniupan roh hukumnya tetap haram, walaupun
diperkirakan bahwa janin tersebut akan membahayakan keselamatan ibu yang mengandungnya.
Pendapat ini dianut oleh Mayoritas Ulama.

Dalilnya adalah firman Allah swt :





Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya), melainkan
dengan suatu (alasan) yang benar. ( Q.S. Al Israa: 33 )
Kelompok ini juga mengatakan bahwa kematian ibu masih diragukan, sedang
keberadaan janin merupakan sesuatu yang pasti dan yakin, maka sesuai dengan
kaidah fiqhiyah : Bahwa sesuatu yang yakin tidak boleh dihilanngkan dengan
sesuatu yang masih ragu., yaitu tidak boleh membunuh janin yang sudah ditiup
rohnya yang merupakan sesuatu yang pasti , hanya karena kawatir dengan
kematian ibunya yang merupakan sesuatu yang masih diragukan. ( Hasyiyah Ibnu
Abidin : 1/602 ).

Selain itu, mereka memberikan permitsalan bahwa jika sebuah perahu akan tenggelam,
sedangkan keselamatan semua perahu tersebut bisa terjadi jika sebagian penumpangnya dilempar
ke laut, maka hal itu juga tidak dibolehkan.
Pendapat Kedua :
Dibolehkan menggugurkan janin walaupun sudah ditiupkan roh kepadanya, jika hal itu
merupakan satu-satunya jalan untuk menyelamatkan ibu dari kematian. Karena menjaga
kehidupan ibu lebih diutamakan dari pada menjaga kehidupan janin, karena kehidupan ibu lebih
dahulu dan ada secara yakin, sedangkan kehidupan janin belum yakin dan keberadaannya
terakhir.( Mausuah Fiqhiyah : 2/57 )
Prediksi tentang keselamatan Ibu dan janin bisa dikembalikan kepada ilmu kedokteran, walaupun
hal itu tidak mutlak benarnya. Wallahu Alam.
Dari keterangan di atas, bisa diambil kesimpulan bahwa para ulama sepakat bahwa Abortus
Profocatus Criminalis, yaitu aborsi kriminal yang menggugurkan kandungan setelah ditiupkan
roh ke dalam janin tanpa suatu alasan syarI hukumnya adalah haram dan termasuk katagori
membunuh jiwa yang diharamkan Allah swt.

Adapun aborsi yang masih diperselisihkan oleh para ulama adalah Abortus Profocatus
Therapeuticum, yaitu aborsi yang bertujuan untuk penyelamatan jiwa, khususnya janin yang
belum ditiupkan roh di dalamnya.

Aborsi yang dikarenakan oleh diri sendiri merupakan aborsi yang dilakukan oleh wanita hamil
sendiri di luar sistem medis yang diakui, walaupun istilah dapat mencakup aborsi diinduksi
melalui hukum, obat yang dijual bebas, & juga mengacu pada upaya untuk mengakhiri
kehamilan melalui alternatif, berarti seringkali lebih berbahaya. Praktek semacam itu adalah
ilegal di sebagian besar yurisdiksi bahkan di mana aborsi itu sendiri adalah legal dan dapat
menimbulkan ancaman besar terhadap kehidupan seorang wanita. Aborsi bisa terjadi karena
banyak alasan.
Bisa jadi karena kehadiran bayi tersebut di luar pernikahan, masalah ekonomi, ataupun masalah
kesehatan ibu. Apapun alasannya, setelah melakukan ABORSI wanita pasti mengalami
perubahan tak hanya segi fisik namun juga secara psikis. Usaha yang gagal untuk menginduksi
seperti aborsi juga dapat menyebabkan kerusakan permanen pada janin.
Saat ini cukup umum di mana aborsi adalah ilegal atau tidak tersedia, tapi itu tidak terjadi di
negara-negara maju juga. Wanita yang melakukan aborsi akan mengalami permasalahan dalam
hal psikologis seperti di atas, baik yang melakukannya engan keinginan sendiri maupun karena
alasan medis. Wanita yang baru melakukan aborsi memerlukan dukungan moral & juga
dampingan. Mereka tak bisa dibiarkan sendiri karena bukan tak mungkin pikiran buruk dan
depresi bisa berujung pada hal yang tidak diinginkan seperti bunuh diri.
Berikut adalah beberapa efek buruk aborsi terhadap kesehatan mental wanita yang
melakukannya :
1.Rasa bersalah
Wanita yang melakukan aborsi pasti mengalami rasa bersalah, baik itu aborsi yang dilakukan
tanpa alasan ataupun aborsi karena alasan kesehatan. Bagi wanita yang melakukan aborsi dengan
keputusannya sendiri akan merasa bersalah karena merasa telah membunuh janin dan tidak
memberinya kesempatan hidup. Selain itu bagi wanita yang diharuskan aborsi karena masalah
kesehatan bisa jadi merasa bersalah karena tak bisa mempertahankan bayinya atau mulai
mempertanyakan apakah keputusannya tersebut tepat.
2.Kemarahan dan penyesalan
Seorang wanita harus memiliki mental yang kuat ketika mengambil keputusan untuk aborsi,
tetapi terkadang kekuatan ini bisa berubah menjadi kemarahan dan rasa penyesalan nantinya.
Kemarahan bisa ditujukan pada dirinya sendiri atau orang yang dianggap menyebabkan aborsi
tersebut, dia juga akan merasakan penyesalan setelah melakukan aborsi tersebut.
3.Kehilangan
Rasa kehilangan sedikit banyaknya dipengaruhi oleh keadaan emosi seseorang dan cara
pandangnya terhadap bayi yang sudah diaborsinya. Walaupun begitu, rasa kehilangan tentunya

akan muncul pada pikiran wanita yang sudah melakukan aborsi terutama bagi mereka yang
menganggap janin tersebut sudah seperti bayi.
4.Depresi
Wanita yang sedang hamil dan berharap memiliki bayi, namun pada akhirnya harus melakukan
aborsi untuk masalah kesehatan tentunya bisa merasakan depresi karena kehilangan bayinya. Di
beberapa kasus, depresi bisa sangat parah dan bisa berujung pada pikiran untuk bunuh diri.
Aborsi secara emosional dan psikologis bisa membuat wanita terus-menerus memikirkan hal
yang buruk.
Resiko kesehatan dan keselamatan fisik :
1.Kematian mendadak karena pendarahan hebat
2.Kematian mendadak karena pembiusan yang gagal
3.Kematian secara lambat akibat infeksi serius disekitar kandungan
4.Rahim yang sobek (Uterine Perforation)
5.Kerusakan leher rahim (Cervical Lacerations) yang akan menyebabkan cacat pada anak
6.Kanker payudara (karena ketidakseimbangan hormon estrogen pada wanita)
7.Kanker indung telur (Ovarian Cancer)
8.Kanker leher rahim (Cervical Cancer)
9.Kanker hati (Liver Cancer)
10.Kelainan pada placenta atau ari-ari (Placenta Previa) yang akan menyebabkan cacat pada
anak berikutnya dan pendarahan hebat pada saat kehamilan berikutnya
11.Menjadi mandul atau tidak mampu memiliki keturunan lagi
12.Infeksi rongga panggul
13.Infeksi pada lapisan rahim

17 Bahaya Aborsi Dengan Obat dan Secara


Umum
advertisement

Aborsi kini sudah semakin marak di Indonesia, bermunculan berita di media yang
mengungkapkan aborsi dilakukan oleh remaja lantaran cinta yang belum resmi. Bisa di katakana
mereka sudah melakukan hubungan intim di atas ranjang, namun belum siap resikonya. Wanita
ini tidak mengharapkan kehamilan setelah melakukan hubungan tersebut. Biasanya para korban
masih dalam usia sekolah antara SMA sampai kuliah. Namun beberapa korban adalah mereka
yang sudah kerja.
Kehamilan yang terjadi karena tidak di rencanakan memang menjadi beban mental berat. Baik
secara usia belum matang, secara financial belum mencukupi, serta tanggung jawab masih belum
penuh. Sebenarnya mereka belum siap, sehingga terpaksa harus membunuh bayi yang ada di
dalam kandungan.
Anda harus mengerti, melakukan aborsi tidak semudah membalikan telapak tangan. Operasi
aborsi memiliki prosedur rumit dan jika di lakukan sembarangan akan menimbulkan resiko
serius bagi kesehatan. Siapa pun wanita yang sudah melakukan aborsi, baik perkembangan
mental, spiritual, fisik, serta emosionalnya terpengaruh. Perasaan bersalah atas membunuh darah
dagingnya akan melekat seumur hidup. Sebaik apapun dan sejelek watak apapun wanita itu.
Aborsi sebenarnya juga tidak di lakukan karena terjadi hamil di luar nikah. Namun kala bayi
yang berada di dalam kandungan meninggal, wanita tersebut juga melakukan aborsi untuk
mengambil bayi yang ada di rahim. Biasanya hal ini di namakan keguguran. Selain itu alasan
lain yang mendasari wanita melakukan aborsi karena masalah kesehatan, seperti jika ia sudah di
diagnose kerusakan rahim. Akan sangat membahayakan kesehatan bayi dan ibu yang
mengandung jika proses kehamilan terus di lakukan. Untuk itu melakukan aborsi demi kesehatan
dan kesembuhan sang ibunda.
Cara melakukan aborsi

Aborsi bisa di lakukan oleh ibunda yang tengah hamil dengan beberapa cara. Meskipun cara
yang di lakukan cukup banyak varians, bukan berarti melakukan aborsi ini aman. Beberapa
contohnya adalah :

Metode manual vakum

Metode kuret

Pelebaran beserta evakuasi

Menggunakan pil

Bahaya Aborsi Sesuai Usia Kehamilam


Usia kehamilan juga menentukan tingkat berbahayanya melakukan aborsi. Ketika wanita yang
melakukan aborsi atas alasan medis, seperti keguguran akan melakukan aborsi dengan proses
yang aman dan melalui jalur medis. Rentang usia kehamilan tersebut adalah :

Kehamilan selama kurang dari 49 hari. Kehamilan muda seperti ini memerlukan
perawatan intensif dari medis 2% lebih lanjut untuk membantu kesembuhannya.

Kehamilan selama 40 63 hari.Sedangkan untuk kehamilan pada usia ini memerlukan


perawatan medis lanjut dengan presentase 2.5% untuk mempercepat kesembuhannya

Kehamilan selama 64 70 hari. Masa kehamilan selama ini memerlukan perawatan


intensif dari pihak medis 2.7% untuk membantu kesembuhannya

Kehamilan selama 71 77 hari. Untuk kehamilan lebih tua seperti ini lebih besar
presentasinya yakni selama 3.3% untuk membantu mempercepat dan memulihkan pasca
aborsi. Semakin lama usia kehamilan perawatan yang di butuhkan juga lebih lama.
Penyembuhan ini sesuai dengan tingkat keparahan organ reproduksi wanita.

Baca juga : Perkembangan Janin


Obat untuk melakukan aborsi
Aborsi yang menggunakan obat sudah cukup lama di gunakan di berbagai Negara di Amerika
dan kawasan Epora. Dua obat yang sangat terkenal adalah Mifepristone dan Misoprostol. Negara
Prancis sudah sejak tahun 1992 menggunakan dua obat tersebut (dalam kasus medis) untuk
menggugurkan kandungan. Hasilnya sekitar 1 juta orang kurang lebih berhasil dan kasus
kematian tidak di temukan. Sedangkan di Negara Amerika menggunakan Mifepristone dan
Misoprostol, hanya ada sekitar lima kasus kematian saja menggunakan Mifepristone. Untuk itu,
FDA menyarankan masyarakat menggunakan obat tersebut sebagai upaya melakukan aborsi
dengan tingkat kematian paling rendah

Sebelum menggunakan Mifepristone dan Misoprostol, biasanya masyarakat menggunakan obat


Viagra. Obat ini biasa di pakai pada pengobatan disfungsi ereksi. Hasilnya adalah sebanyak 564
pria meninggal di tahun 2000. Menurut penelitian yang sudah di lakukan dimana hasilnya di tulis
dalam Journal of American Medical Assocoation sebanyak 11 juta resep yang di tuliskan, ada
546 kasus kematian. Sehingga perbandingan kasus kematian tersebut adalah 1 dari 20.000
pengguna. Sayangnya obat ini masih beredar bebas di pasaran.
Kasus obat bukan hanya terpatok pada Mifepristone dan Misoprostol serta Viagra saja. Penisilin
juga sempat meraungi dunia sebagai salah satu obat aborsi. Dari tingkat keberhasilannya,
perbandingan angka kematian sebanyak 1 kasus tiap resep 50.000 sampai 100.000 pengguna

Bahaya Aborsi Dengan Obat


Aborsi yang di lakukan dengan bantuan obat biasanya menggunakan mifepristone yang sangat
manjur untuk menggugurkan kandungan. Tentu saja, karena reaksi yang di timbulkan kuat efek
samping dan resiko juga cukup menantang., yakni :
1. Pendarahan dalam kurun waktu lama
Melakukan aborsi menggunakan pil tentu saja efek pengeluarannya melalui vagina. Wajar terjadi
ketika anda mengonsumsi pil lalu terjadi pendarahan, sebab saat itu rahim sedang berusaha
membuang embrio. Namun beberapa wanita mengalami pendarahn sampai 12 hari. Bahkan yang
lebih parah sampai 6 minggu.
2. Terjadi kehamilan ektopik
Kehamilan yang di sebut ektopik terjadi ketika posisi janin berada di saluran tuba falopii.
Keberadaan pil mifepristone bisa membunuh janin yang ada di sana. Bahkan kasus parah yang
sudah terjadi, pil ini bisa menghancurkan saluran tuba falopii tersebut. Jika hal ini benar benar
terjadi, maka pasien harus segera di tangani secara singkat. Telat penanganan saja bisa berakibat
fatal untuk pasien.
3. Aborsi yang tidak sempurna
Kasus aborsi menggunakan metode dan alat apapun memang meninggalkan resiko yang salah
satunya adalah aborsi tidak sempurna. Untuk pasien yanh hendak melakukan aborsi dengan
bantuan pil memiliki tingkat kegagalan dari 5% sampai dengan 15%. Saat anda mengetahui ada
yang tidak beres dengan proses aborsi pil tersebut, harus segera konsultasi ke dokter.
Kemungkinan akan di lakukan operasi yang juga bisa berujung pada komplikasi penyakit lain.
Bahkan keadaan terburuk seperti kematian juga siap mengintai anda.
4. Tertular radang panggul
Pelvic inflammatory disease (PID) atau biasa di kenal dengan sebutan radang panggul sangat
rentan dengan wanita yang melakukan aborsi menggunakan pil. Presenatse tertularnya bahkan
sampai 5%. Pasien akan merasakan nyeri panggul yang sangat sakit, sebab ini merupakan

penyakit yang cukup kronis. Biasanya pasien yang sudah terkena penyakit ini memiliki masa
subur yang sudah berkurang.. ia juga sangat rentan dengan kehamilan ektopik. Resiko semakin
tinggi jika ia juga merupakan pasien yang dulunya menderita penyakit klamidia.
5. Efek psikologis pasien
Secara psikologis, wanita yang sudah melakukan aborsi lebih mudah depresi dan sangat
sensitive. Tak jarang dalam benaknya untuk berfikir bunuh diri ketika merasa masalah yang
menimpanya berat. Hal ini sangat mempengaruhi perasaan emosional yang tinggi bisa
membawanya pada penyalahgunaan obat obat terlarang. Menurut penelitian yang sudah di
lakukan, sangat sedikit wanita yang masih bisa berfikir positif setelah melakukan aborsi.
6. Resiko kematian tinggi
Kematian merupakan efek yang paling fatal bagi semua pasien. Begitu pula pasien yang
melakukan aborsi menggunakan obat mifeprestone. Penelitian yang di lakukan di Amerika
Serikat menyebutkan bahwa aborsi menjadi penyebab utama kelima atas kematian wanita.
Penelitian lain yang di lakukan di Denmark juga menyebutkan hal sama. Biasanya aborsi
menggunakan pil terkait pasca operasi akan terjadi pendarahan hebat, lalu terkena infeksi. Alasan
lai penyebab kematian tersebut adalah pasien terkena emboli, infeksi, emboli, anestesi bahkan
kehamilan ektopik yang tidak bisa terdiagnosis sebelumnya.

Bahaya Melakukan Aborsi Secara Umum


Tentu saja aborsi memberikan pengaruh dan efek samping setelah melakukannya. Dari beberapa
situs kesehatan menyebutkan bahayanya antara lain :
1. Pendarahan
Aborsi meskipun di lakukan untuk mengambil janin yang masih sangat kecil ukurannya juga
membutuhkan ruang longgar untuk keluar. Tidak di pungkiri nantinya leher rahim harus robek
agar bisa terbuka lebar. Hal ini memicu pendarahan hebat yang membahayakan kesehatan wanita
dan melemahkan daya sadarnya. Salah satu cara untuk menghentikan darah yang terus keluar itu
adalah melakukan pembedahan.
2. Terkena infeksi
Wanita yang melakukan aborsi bukan di rumah sakit resmi atau hanya di klinik illegal, biasanya
tidak terlalu memperdulikan kebersihan dan kesterilan alat alat kesehatan. Biasanya alat bedah
yang sudah di gunakan oleh orang lain, lalu di cuci namun tidak bersih atau dig anti akan
menyebarkan virus yang bisa menginfeksi pasien lain. Ketika alat tersebut masuk ke dalam
rahim, virus akan mulai menyebar dan menimbulkan penyakit baru bagi wanita tersebut. Selain
itu pengaruh aborsi yang tidak sempurna juga bisa memicu infeksi. Misalnya ketika dokter tidak
mengambil janin dengan bersih atau ada yang tertinggal juga bisa menimbulkan infeksi.
3. Rahim menjadi rusak

Melakukan aborsi memang tidak sederhana. Tidak jarang wanita yang usai melakukan aborsi
malah muncul gangguan baru. Salah satunya terkena kerusakan leher rahim. Hal ini terjadi ketika
alat alat aborsi yang di gunakan secara tidak sengaja memotong atau merobek leher rahim.
Sehingga membuatnya jadi rusak dan bisa berpotensi memicu penyakit baru.
4. Rusaknya organ tubuh lain
Rahim manusia memiliki ukuran yang tidak terlalu besar. Saat melakukan aborsi, alat yang di
gunakan untuk menyedot bisa saja melukai organ lain yang berada di dekatnya. Salah satu organ
yang biasanya menjadi korban saat aborsi adalah usus atau kandung kemih. Beberapa wanita
mengeluhkan sakit di ke dua bagian tersebut setelah melakukan aborsi.
5. Resiko bayi lahir prematur
Kelahiran prematur merupakan tanda bahwa bayi harus lahir sebelum waktunya lahir, gangguan
kehamilan. Secara normal, bayi berada di dalam perut ibunya selama 9 bulan 10 hari. Namun
karena kondisi bayi atau rahim yang sudah tidak memungkinkan untuk mempertahankannya
berada di satu tempat yang sama, akhirnya salah satu harus di keluarkan. Bayi yang lahir secara
premature kadang kala memiliki perbedaan bentuk tubuh (fisik) ataupun motorik dengan bayi
yang lahir normal. Salah satunya adalah jari yang tidak terlalu panjang, terlambat berbicara,
tubuh lemah, serta beberapa memiliki posture pendek. Wanita yang sudah pernah melakukan
aborsi juga memiliki resiko ini cukup tinggi. Sebab mereka yang melakukan aborsi organ
reproduksi wanitanya sudah rusak, seperti terjadinya trauma di leher rahim (Baca juga :
Penyebab bayi lahir prematur).
6. Resiko terkena kanker serviks
Wanita yang sudah pernah melakukan aborsi juga memiliki resiko tinggi terhadap komplikasi
penyakit di organ reproduksi. Salah satunya adalah kanker leher rahim atau biasa di kenal dengan
kanker serviks. Hal ini berkaitan erat dengan pengambilan embrio dari vagina yang
membutuhkan pelebaran. Sehingga kemungkinan leher rahim sobek lalu terinfeksi juga tinggi.
Tingkat resikonya bahkan sampai 2,3 kali lebih tinggi dari wanita normal.
7. Terjadi perubahan hormonal
Wanita yang sudah pernah melakukan operasi untuk aborsi, biasanya akan terjadi perubahan
hormonal pada dirinya. Tentu saja ini berkaitan dengan kerusakan leher rahim. Perubahan
hormonal ini juga bisa di sebabkan pengaruh stress yang semakin meningkat. Keadaan ini tentu
saka mempengaruhi sistem imunnitas diri mereka.
8. Resiko terkena perforasi uterus
Sebenarnya resiko tinggi terkena performasi uterus bukan bagi mereka yang mendapat anestesi
saat melakukan aborsi, namun juga bagi wanita yang sudah pernah melahirkan. Terjadinya
kerusakan uterus inilah yang menjadi komplikasi masalah kehamilan berikutnya. Jika sudah

parah, maka bisa berkembang menjadi lebih serius, seperti memerlukan histerektomi. Bahkan
jika terus berlanjut bisa menjalar terkena osteoporosis.
9. Meningkatkan resiko penyakit degeneratif
Wanita yang pernah melakukan aborsi juga sangat rentan degan penyakit degenerative (penyakit
yang mengenai pada usia tua nanti) seperti penyakit jantung, diabetes, hingga stroke.
10. kemungkinan mengalami sindrom metabolic
Wanita yang sudah pernah melakukan aborsi memiliki kemungkinan peningkatan sindrom
metabolic 1,25 kali lebih tinggi. Hal ini sudah di teliti di China bahwa mereka yang melakukan
aborsi pada usia dini atau remaja memiliki peningkatan sistem metabolic setiap kali melakukan
aborsi lagi. Penelitian yang menggunakan metode kuosioner ini mengambil sampel sebanyak
6.302 perempuan di china yang sudah berusia 40 tahun. Dan hasilnya positif.
11. Timbul rasa bersalah dan penyesalan
Umumnya bagi wanita yang melakukan aborsi akan merasa bersalah dan penuh penyesalan.
Entah mereka yang secara sengaja melakukan itu demi menutupi keburukannya (hamil di luar
nikah) atau terpaksa melakukannya karena masalah penyakit yang akan mempengaruhi kualitas
kesehatannya. Secara fitroh, seorang ibu akan mencintai anaknya yang baru sekecil jempol.
Kehamilan memang menjadikan pertalian antara ibu dan anak kuat. Untuk itu mereka akan
terlihat sangat emosional jika di singgung tentang anak, bayi, maupun kehamilan.
Aborsi menjadi berita miring jika terdengar oleh masyarakat. Ini semua karena kaitannya
dengan pergaulan bebas yang berujung pada kehamilan. Karena belum mampu
bertanggung jawab, akhirnya jalan keluar yang di tempuh adalah melakukan aborsi.
Padahal penyebab aborsi bukan hanya gara gara masalah tersebut. Bisa saja karena penyakit,
atau karena kondisi kedua nyawa yang beresiko tidak tertolong. Kesehatan memang nomor satu.
Ini merupakan salah satu paparan bahayanya melakukan aborsi di tempat yang tidak seharusnya.
Meskipun tidak menutup kemungkinan melakukan aborsi di tempat medis dan legal, resikonya
lebih menurun. Namun setidaknya bisa di bilang lebih aman dan bisa di pertanggung jawabkan.
Untuk itu lakukanlah sesuai prosedur, di tempat legal, dan peralatan medis yang lengkap dan
memadai.
Baca Juga : Makanan yang menyebabkan keguguran & Minuman yang menyebabkan keguguran
advertisement

Anda mungkin juga menyukai