secara alamiah). Meskipun istilah ini tentunya memerlukan penjelasan yang lebih
terinci lagi, utamanya dalam relatifitas batas terhentinya kehamilan dan terkait dengan
proses yang melatarbelakangi pengguguran dan/atau keguguran kandungan, namun
data dipastikan bahwa pada umumnya memiliki substansi pemaknaan yang hampir
sama.
Definisi senada diungkapkan oleh Sardikin Ginaputra (Fakultas Kedokteran
UI), abortus ialah pengakhiran kehamilan atau hasil konsepsi sebelum janin dapat
haruslah sesuai dengan runtutan atau urutan dasar hukum Islam. Hal ini menjadi
sebuah keharusan bagi seorang mujtahid yang betul-betul ingin mengkaji Alquran
dengan tetap menjadikan Alquran dan Hadis sebagai acuan dan rujukan. Sebab,
sangatlah naif kiranya seorang yang ingin mengkaji dan menggali makna atau
kandungan Alquran kemudian tidak kembali merujuk pada sumber utama dan paling
utama tersebut.
1. Uraian Alquran tentang Aborsi
Uraian Alquran tentang proses pembuahan tidak diungkapkan secar terinci,
mulai dari awal sampai akhir, melainkan dikemukakan secara umum dan global. Ayat
yang biasa dijadikan acuan ketika berbicara mengenai aborsi antara lain, sebagai
berikut :
a. Redaksi ayat dalam QS. al-Isra’ (17): 31 dan 33, dikemukakan:
َو اَل َتْقُتُلوا َأْو اَل َد ُك ْم َخ ْش َيَة ِإْم اَل ٍقۖ َنْح ُن َنْر ُز ُقُهْم َو ِإَّياُك ْم ۚ ِإَّن َقْتَلُهْم َك اَن ِخ ْطًئا َك ِبيًرا
َو اَل َتْقُتُلوا الَّنْفَس اَّلِتي َح َّر َم ُهَّللا ِإاَّل ِباْلَح ِّقۗ َو َم ْن ُقِتَل َم ْظُلوًم ا َفَقْد َجَع ْلَنا ِلَو ِلِّيِه ُس ْلَطاًنا َفاَل ُيْس ِر ْف ِفي اْلَقْتِل ۖ ِإَّنُه َك اَن
َم ْنُصوًرا
ُقْل َتَع اَلْو ا َاْتُل َم ا َح َّر َم َر ُّبُك ْم َع َلْيُك ْم َااَّل ُتْش ِرُك ْو ا ِبٖه َش ْئًـا َّو ِباْلَو اِلَد ْيِن ِاْح َس اًنۚا َو اَل َتْقُتُلْٓو ا َاْو اَل َد ُك ْم ِّم ْن ِاْم اَل ٍۗق َنْح ُن َنْر ُزُقُك ْم
َو ِاَّياُهْم ۚ َو اَل َتْقَر ُبوا اْلَفَو اِحَش َم ا َظَهَر ِم ْنَها َو َم ا َبَطَۚن َو اَل َتْقُتُلوا الَّنْفَس اَّلِتْي َح َّر َم ُهّٰللا ِااَّل ِباْلَح ِّۗق ٰذ ِلُك ْم َو ّٰص ىُك ْم ِبٖه َلَع َّلُك ْم
َتْع ِقُلْو َن
Terjemahan
Aborsi
dibiarkan tumbuh dalam rahim akan berakibat kematian ibu. Ulama sepakat bahwa
aborsi dalam hal ini hukumnya mubah. Kebolehannya ini guna menyelamatkan
nyawa sang ibu.
Pendapat ini didasarkan pada sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam
Ahmad bin Hanbal dan Ibnu Majah, bahwa Rasulullah Saw., menganjurkan agar
orang jangan berbuat sesuatu yang membahayakan diri sendiri atau orang lain.
Kaidah fiqhi juga mengatakan bahwa apabila terdapat dua hal yang merugikan,
padahal tidak mungkin dihindari keduanya, maka harus ditentukan pilihan kepada
yang lebih ringan kerugiannya.
Apabila aborsi dilakukan karena sebab-sebab lain yang sama sekali tidak
terkait dengan keadaan darurat, seperti untuk menghindarkan rasa malu atau karena
faktor ekonomi, maka hukumnya haram. Betapapun aborsi seringkali dipandang
sebagai sesuatu yang sudah menjadi lazim atau sudah tidak dianggap sebagai sesuatu
yang tabuh di tengah-tengah masyarakat, maka tetap hukum keharamannya tidak
dapat ditolerir. Persoalannya adalah terletak pada faktor adanya unsur kesengajaan,
sementara unsur kesengajaan ini seringkali diselubungkan dengan alasan “kedok”
darurat. Misalnya dengan alasan jatuh, kecelakaan, pendarahan, dan semacamnya.
Dengan demikian, apabila terdapat alasan yang menyertakan “berupa motivasi-
akibat” sehingga terjadi unsur “keadaan darurat” maka tetap hukumnya
adalah haram.
Hasil dari beberapa uraian dasar hukum yang telah dikemukakan di atas,
penulis menyimpulkan pandangan mengenai hukum aborsi sebagai berikut:
a. Aborsi tanpa sengaja, maka tidak dikenakan hukum. Dasar hukum yang penulis
jadikan rujukan adalah QS. al-Thagabun (64):11 bahwa segala yang menimpa
manusia itu adalah seizin Allah SWT. Redaksi ayat yang dimaksud, sebagai
berikut:
b. Aborsi yang disengaja:
- Aborsi tanpa uzur sama sekali, haram hukumnya. Apakah aborsi itu sebelum atau
sesudah ditiupkannya roh pada janin. Dasar hukum keharamannya adalah QS. al-
Isra’ (17): 31 dan 33, serta QS. al-An’am (6):151. Hal ini ditunjang pula oleh hadis
Rasulullah Saw., sebagaimana telah disebutkan di atas. Selanjutnya, penulis pun
beralasan adalah dalam kondisi kekinian, aborsi sudah seharusnya dipertegas
keharamannya, karena hal yang sudah diharamkan saja masih sering dilakukan,
apatah lagi hal-hal yang masih ditolerir keharamannya. Aborsi dalam keumuman
Aborsi
makna lafal ayat tersebut berarti membunuh atau menghilangkan nyawa orang lain
secara sengaja, dan hal itu hukumnya adalah haram.
- Aborsi karena kondisi tertentu/darurat, hukumnya mubah.
Rujukanya adalah QS. al-Baqarah (2): 195, sebagai berikut:
Penulis maknai bahwa apabila dalam kondisi tertentu/darurat yang berakibat
fatal pada sang ibu dan janin, maka hukum haram menjadi mubah karenanya.
Demikian pula prinsip hukum Islam adalah: ضرر اخف ارركبة
ٌٍ ( واجت انMenempuh salah
satu tindakan yang lebih ringan dari dua hal yang berbahaya adalah wajib). Dan
kaidah fiqhi mengatakan bahwa : apabila terdapat dua hal yang merugikan, padahal
tidak mungkin dihindari keduanya, maka harus ditentukan pilihan kepada yang lebih
ringan kerugiannya.