Anda di halaman 1dari 8

I.

PENGERTIAN

1) KAMUS BESAR BAHASA INDONESIA


aborsi/abor·si/ n pengguguran kandungan;
-- kriminalis aborsi yang dilakukan dengan sengaja karena suatu alasan dan bertentangan dengan
undang-undang yang berlaku;
-- legal aborsi yang dilaksanakan dengan sepengetahuan pihak yang berwenang
2) MENURUT AHLI

1. H. Holmer

Menurut H. Holmer, pengertian aborsi adalah terputusnya kehamilan sebelum


minggu ke 16, dimana proses plasentasi belum selesai.

2. Marjorie Jeffcoat

Menurut Marjorie Jeffcoat, pengertian aborsi adalah pengeluaran dari hasil


konsepsi sebelum usia kehamilan 28 minggu, yaitu fetus belum viable by law.

3. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP)

Menurut KUHP, pengertian aborsi adalah pengeluaran hasil konsepsi pada setiap
stadium perkembangannya sebelum masa kehamilan yang lengkap tercapai (38-40
minggu). Pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar kandungan,
dimana berat kurang dari 500 gram atau kurang dari 20 minggu. Dari segi
medikolegal maka istilah abortus, keguguran, dan kelahiran prematur mempunyai
arti yang sama dan menunjukkan pengeluaran janin sebelum usia kehamilan yang
cukup.

2) SECARA UMUM

pengertian aborsi adalah suatu tindakan yang bertujuan untuk mengakhiri masa


kehamilan atau pengguguran kandungan dengan cara mengeluarkan janin (embrio)
sebelum memiliki kemampuan untuk bertahan hidup di luar rahim.

II. JENIS JENIS

Dalam ilmu kedokteran atau medis, aborsi dibedakan menjadi Spontaneous


Abortion dan Induced Abortion. Berikut masing-masing penjelasannya:

1. Spontaneous abortion

Disebut juga sebagai aborsi spontan yaitu terjadinya keguguran kandungan yang
disebabkan oleh trauma kecelakaan atau sebab-sebab secara alamiah atau tidak
sengaja.
2. Induced Abortion

Merupakan pengguguran kandungan secara disengaja dimana di dalamnya


termasuk;

 Therapeutic abortion; tindakan aborsi karena kehamilan mengancam


kesehatan jasmani dan rohani sang ibu. Misalnya kehamilan akibat
perkosaan.
 Eugenic abortion; tindakan aborsi karena diketahui kondisi janin cacat.
 Elective Abortion; tindakan aborsi karena berbagai alasan lain.

Penyebab Tindakan Aborsi


Tindakan aborsi dilakukan karena adanya beberapa faktor. Adapun beberapa faktor
penyebab wanita melakukan aborsi adalah sebagai berikut:

III. PENYEBAB
1. Faktor Janin

Kondisi janin yang mengalami kelainan saat berada dalam kandungan


merupakan salah satu faktor penyebab mengapa seseorang melakukan abortus.
Kelainan tersebut dianggap akan mengganggu hidup sang anak, misalnya
kelainan genetik pada anak, cacat fisik, dan lain-lain.

2. Faktor Kesehatan Ibu Hamil

Kondisi kesehatan ibu hamil juga merupakan faktor penyebab dilakukannya


tindakan abortus. Misalnya ibu hamil memiliki penyakit kandungan yang
membahayakan nyawanya.

3. Faktor Lainnya

Selain faktor kesehatan ibu dan anak, ada faktor lain yang menjadi penyebab
dilakukannya tindakan abortus. Misalnya faktor ekonomi, faktor sosial, faktor
psikologis ibu hamil akibat perkosaan, dan lain sebagainya.

DAMPAK

1. Pendarahan vagina berat; salah satu dampak buruk dari aborsi yaitu
terjadi pendarahan vagina berat yang disertai dengan demam tinggi
beserta gumpalan jaringan janin dari rahim. 1 dari 1000 kejadian aborsi
mengalami pendarahan berat.
2. Infeksi; selain pendarahan, wanita yang melakukan aborsi juga dapat terjadi
infeksi dengan peluang yang lebih tinggi. Infeksi ini terjadi di leher rahim
karena leher rahim yang melebar selama proses aborsi akibat penggunaan
obat yang diinduksi. Gejala infeksi setelah aborsi ini dirasakan seperti sakit
kepala, nyeri otot, pusing dan adanya sensasi tidak enak badan.
3. Sepsis; ini merupakan kondisi medis serius di mana terjadi peradangan di
seluruh tubuh yang disebabkan oleh infeksi. Sepsis
atau septicaemia adalah penyakit yang mengancam kehidupan yang dapat
terjadi ketika seluruh tubuh bereaksi terhadap infeksi..
4. Endometritis; ini merupakan kondisi dimana terjadi peradangan pada
lapisan rahim yang juga diakibatkan karena infeksi. Wanita yang masih
berada di usia remaja dan melakukan aborsi akan lebih rentan terserang
endometritis.
5. Infeksi peradangan panggul; ini merupakan masalah yang dapat
meningkatkan resiko kehamilan ektopik atau mengurangi kesuburan
seorang perempuan di masa depan setelah melakukan aborsi. Kondisi ini
juga dapat berpotensi mengancam nyawa. Gejala dari infeksi peradangan
panggul juga dapat dirasakan dalam waktu 4 minggu setelah melakukan
aborsi di trimester pertama.

ABORSI DALAM ISLAM

Namun, ada pula pasangan yang terpaksa melakukan aborsi karena


adanya risiko buruk bagi ibu atau janin. Keadaan perekonomian keluarga
juga dapat menjadi alasan untuk melakukan praktik aborsi. Alasan-alasan
ini yang membuat pembahasan mengenai aborsi menjadi hal yang banyak
di singgung di beberapa negara. Ada yang mela rangnya secara mutlak,
dan ada yang membolehkannya secara mutlak.

Prof Quraish Shihab dalam bukunya berjudul Perempuan


menggarisbawahi bahwa seseorang yang hamil tanpa didahului
pernikahan yang sah, lalu menggugurkan kandungannya maka dosanya
dianggap berganda. Menurut dia, para ulama hanya fokus membahas
perempuan yang telah sah menikah dan melakukan aborsi karena alasan
tertentu.

Dalam pandangan Mazhab Hanafi, aborsi hanya dibolehkan sebelum


empat bulan usia kandungan. Akan tetapi, bukan berarti pengguguran
tersebut tidak mengakibatkan dosa, tetapi dosanya tidak sebesar dosa
membunuh manusia. Alasan dilakukannya aborsi yang dapat diterima,
antara lain, apabila sang ibu merasa tak kuat mengandung terlebih
melahirkan, baik karena alasan sakit atau lainnya.
Sedangkan, dalam pandangan Mazhab Maliki, aborsi sangat jelas dilarang.
Bahkan, mazhab ini melarang dilakukannya aborsi meski umur janin
masih kurang dari 40 hari setelah bertemunya sperma dan ovum. Berbeda
dengan mazhab Maliki, ulama mazhab Syafi'i memiliki pendapat yang
berbeda-beda tentang boleh tidaknya menggugurkan kandungan setelah
pertemuan sperma dan ovum dalam batas 40 hari.

"Namun, ulama Mazhab Syafi'i sepakat tentang haramnya aborsi setelah


empat bulan masa kandungan," tulis Quraish Shihab dalam bab Aborsi.

Di lain sisi, Mazhab Hanbali menilai, aborsi mubah (dibolehkan) selama


kandungan belum berlaku 40 hari dan dilakukan dengan obat yang
dibenarkan. Meski berbeda-beda, seluruh mazhab sepakat bahwa haram
menggugurkan kandungan setelah empat bulan kehamilan. Jika dilakukan
maka yang bersangkutan dinilai berdosa dan wajib membayar diyah
(denda) sebesar seperdua puluh dari diyah pembunuhan.

Walau demikian, ulama juga menyepakati dibolehkannya aborsi jika


dokter yang terpercaya menyatakan bahwa janin yang dikandung dapat
membahayakan nyawa sang ibu. Beberapa ulama bahkan menilai kasus
semacam ini wajib hukumnya.

Melalui perbincangan Quraish Shihab dengan mufti Mesir yang menjabat


sebagai pimpinan tertinggi lembaga Al-Azhar Mesir, Syekh Muhammad
Thanthawi, beliau mengatakan, "Jika memang dokter yang terpercaya
menilai bahwa kualitas hidup janin itu (setelah kelahirannya) akan sangat
rendah akibat cacat bawaan atau penyakit yang diderita maka aborsi
dapat dipertimbangkan," ungkapnya.

"Di sini, beliau (Syekh) tidak mempersoalkan usia janin," tambah Quraish
Shihab. Sedangkan, pelaku aborsi yang disebabkan akibat 'kecelakaan'
atau tidak didasari ikatan pernikahan maka pelaku dinilai melakukan dua
kesalahan. Pertama, hubungan seks di luar nikah. Kedua, aborsi di luar
yang telah ditentukan oleh para ulama. "Siapa pun yang melakukannya
maka dapat dikategorikan sebagai pembunuh," tulis Quraish Shihab.

Berikut pemaparan lengkap Juraidi terkait praktik aborsi seperti yang dilakukan Mbah
Yam:

Aborsi dalam bahasa Arab disebut juga dengan Al-ijhadh; Isqath ( ‫; اإلجهاض ؛ إسقاط‬
Abortion). Sepakat seluruh ulama menggugurkan kandungan (Aborsi) tanpa sebab
'Udzur ( ‫ ذريعة‬، ‫ حجة‬،‫ ; العذر‬excuse; pretext, pretense, plea), jika usia kandungan sudah
mencapai setelah umur 120 hari dari awal kehamilannya maka hukumnya adalah
"Haram". Bagi pelakunya yang menggugurkan dan yang meminta digugurkan dapat
dijerat dengan hukum pidana, sama hukumnya seperti pelaku pembunuhan
(menghilangkan nyawa orang lain). Allah Swt berfirman,

..... }٣٢ : ]٥ [ ‫ {المائدة‬...... ‫اس َجمِي ًعا‬ ِ ْ‫س أَ ْو َف َسا ٍد فِي ْاألَر‬
َ ‫ض َف َكأ َ َّن َما َق َت َل ال َّن‬ ٍ ‫َمنْ َق َت َل َن ْف ًسا ِب َغي ِْر َن ْف‬

" ......Barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu
(membunuh) orang lain (bukan karena Qishash) atau bukan karena membuat
kerusakan dimuka bumi (pelaku zinah yang sudah menikah, Teroris, Begal [Mafia],
gembong Narkoba, dll), maka seakan-akan dia telah membunuh manusia
seluruhnya...." (QS. Al-maidah [5] : 32)

Jangankan membunuh manusia yang sangat diharamkan, merubah ciptaan Allah saja
seperti operasi pelastik (kecantikan) pada manusia tanpa sebab 'udzur Syar'i, adalah
diantara perbuatan yang di laknat oleh Allah Swt, sebagaimana Firman-Nya,

َ ‫} َوألُضِ لَّ َّن ُه ْم َوأل ُ َم ِّن َي َّن ُه ْم َوألَم َُر َّن ُه ْم َفلَ ُي َب ِّت ُكنَّ َءا َذ‬١١٨ { ‫ضا‬
‫ان ْاألَ ْن َع ِام َوألَم َُر َّن ُه ْم‬ ً ‫لَ َع َن ُه هللاُ َو َقا َل ألَ َّت ِخ َذنَّ مِنْ عِ َبا َد َك َنصِ يبًا َّم ْفرُو‬
َّ‫يه ْم َو َما َي ِع ُد ُه ُم ال َّش ْي َطانُ إِال‬
ِ ‫} َي ِع ُد ُه ْم َو ُي َم ِّن‬١١٩ { ‫هللا َف َق ْد َخسِ َر ُخسْ َرا ًنا ُّم َبي ًنا‬ ِ ‫ون‬ِ ‫ان َولِ ًّيا مِّن ُد‬ ِ ‫َفلَ ُي َغ ِّيرُنَّ َخ ْل َق‬
َ ‫هللا َو َمن َي َّت ِخ ِذ ال َّش ْي َط‬
)١٢١ -١١٨ : ]٤ [ ‫} (النسآء‬١٢١ { ‫ون َعن َها َمحِيصًا‬ ْ َ َّ ْ َ ُ
َ ‫} أ ْوال ِئ َك َمأ َوا ُه ْم َج َهن ُم َوال َي ِج ُد‬١٢٠ { ‫ُغرُورً ا‬

" (perbuatan)yang dila'nati Allah dan syaitan itu mengatakan (mengajak manusia):
"Saya benar-benar akan mengambil dari hamba-hamba Engkau bahagian yang sudah
ditentukan (untuk saya), dan aku benar-benar akan menyesatkan mereka, dan akan
membangkitkan angan-angan kosong pada mereka dan menyuruh mereka (memotong
telinga-telinga binatang ternak), lalu mereka benar-benar memotongnya, dan akan aku
suruh mereka (mengubah ciptaan Allah), lalu benar-benar mereka meubahnya".
Barangsiapa yang menjadikan syaitan menjadi pelindung selain Allah, maka
sesungguhnya ia menderita kerugian yang nyata. Syaitan itu memberikan janji-janji
kepada mereka dan membangkitkan angan-angan kosong pada mereka, padahal
syaitan itu tidak menjanjikan kepada mereka selain dari tipuan belaka. Mereka itu
tempatnya Jahannam dan mereka tidak memperoleh tempat lari dari padanya" (QS. An-
Nisa' [4] : 118-121)

Hukum aborsi menurut Madzhab Ahlussunnah Wal jamaah

1.Madzhab Imam Hanafi:

Hukumnya adalah "Mubah;boleh" yaitu diperbolehkan menggugurkan kandungan (tanpa


sebab ada 'udzur) selagi belum ada tanda-tanda kehidupan, dan belum mencapai usia
kandungan setelah berumur 120 hari, sebab janin yang belum mencapai usia ini belum
dikatakan manusia, karena belum adanya ruh pada janin. Ada pendapat sebahagian
ulama Madzhab ini hukumnya adalah "Makruh" jika menggugurkannya tanpa sebab ada
'udzur. Namun jika dalam penggugurannya tanpa sebab 'udzur malah mendatangkan
mudorat maka hukumnya adalah berdosa.

Sebab-sebab 'udzur diantaranya, dikhawatirkan karena mengancam kesehatan ibu


sebab penyakit yang ganas, atau dapat menyebabkan janin cacat, dan sebagainya.
Sebagian ulama ini pula menyatakan mutlak hukumnya adalah "Mubah ; boleh" jika
menggugurkan kandungan karena sebab 'udzur (darurat).

2.Madzhab Imam Malik

Menggugurkan kandungan menurut pendapat yang mu'tamad ( ‫ ; المعتمد‬reliable,


trustworthy; authentic) dalam madzhab ini hukumnya adalah "Haram" meskipun usia
kandungan belum mencapai 40 hari. Karena seperma yang sudah masuk kedalam
rahim wanita tidak boleh dikeluarkan. Sebahagian kecil ulama Madzhab ini
memandangnya hanya "Makruh" saja. Namun mereka semua sepakat secara Ijma' (
‫ ; اإلجماع‬consensus [of Moslem legal scholars on a legal question]) jika kandungan yang
digugurkan sudah ada ruh, maka mutlak hukumnya adalah "Haram". Pendapat ini juga
didukung oleh Imam Al-Ghazali dan Madzhab Zhahiriyah (Imam Dawud Zhahiri; w,
270H-883M).

3.Madzhab Imam Syafi'i

Diperbolehkan namun hukumnya adalah "Makruh" menggugurkan kandungan apabila


sudah mencapai pada usia antara 40, 42, dan 45 hari dari awal kehamilannya, dengan
syarat jika ada persetujuan dari suami dan isteri, dan jika tidak mendatangkan
kemudoratan dalam penggugurannya. Namun jika usia kandungan seteleh diatas empat
puluh harian (antara 40, 42, dan 45 hari dari awal kehamilan) digugurkan, maka mutlak
hukumnya adalah "Haram".

Menurut Imam Ar-Ramli (Imam Syamsuddin Ar-Ramli ulama Madzhab Imam Syafi'I asal
Mesir, w: 1004H/1596M, diantara karya beliau "Nihayah Aalmuhtaj Ila Syarh Almuhtaj"):
"Boleh menggugurkan kandungan selama janin belum ada ruh. Dan mutlak hukumnya
adalah "Haram" jika menggugurkan janin yang sudah memiliki ruh". Pendapat ini sama
dengan Madzhab Imam Hanafi.
Menurut Imam Al Ghazali (Abu Hamid Muhammad Alghazali ulama Madzhab Imam
Syafi'I, W: 505H/1111M): "Menggugurkan kandungan mutlak hukumnya adalah
"Haram", ini sama dengan perbuatan pidana pembunuhan terhadap bakal calon janin
manusia"

4.Madzhab Imam Ahmad bin Hanbam (Hanabilah)

Pendapat madzhab Hanabilah sama dengan pendapat Madzhab Imam Hanafi. Mereka
perpegang bolehnya menggugurkan kandungan selama masa 4 bulan pertama (120
hari) dari awal kehamilan. Namun jika janin berusia sudah mencapai lebih dari 120 hari
atau sudah ada ruh (tanda-tanda kehidupan) hukumnya adalah "Haram". (lihat dalam
kitab, Bujairimi Alkhatib, Syarah Shahih Muslim, Nihayah Almutaj, Tuhfatul Muhtaj Ibnu
Hajar, Ihya' Ulumuddin Imam Al-Ghazali, Alfiqhu Alislami Wa-Adillatuhu, dll)

Syarat Bolehnya Aborsi (Menggugurkan Kandungan)

Otoritas Negara harus dapat menjamin perlindungan dan kemaslahatan bagi rakyatnya.
Dan rakyat harus patuh terhadap Negara dan seluruh perangkat undang-undang yang
telah ditetapkan yang tidak bertentangan dengan hukum syari'at Islam yang telah
disepakati oleh lembaga ulama yang berkompeten. Allah Swt mengisyaratkan didalam
firman-Nya,

‫ُول إِن ُكن ُت ْم‬ َ ‫هللا َوأَطِ يعُوا الرَّ سُو َل َو أ ُ ْولِى ْاألَ ْم ِر مِن ُك ْم َفإِن َت َن‬
ِ ‫ازعْ ُت ْم فِي َشىْ ٍء َف ُردُّوهُ إِلَى‬
ِ ‫هللا َوالرَّ س‬ َ ‫ِين َءا َم ُنوا أَطِ يعُوا‬
َ ‫َياأَ ُّي َها الَّذ‬
ً ْ َ ُ َ َ ْ
}٥٩ : ]٤ [ ‫هلل َوال َي ْو ِم األخ ِِر ذلِ َك َخ ْي ُر َوأحْ َسنُ َتأ ِويال {النسآء‬ ْ ِ ‫ون ِبا‬َ ‫ُت ْؤ ِم ُن‬

"Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri
(para ulama & pemerintah) di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat
tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul
(sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang
demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya" (QS. Annisa' [4] : 59)

Begitu juga di dalam Ayat lain diwajibkannya rakyat untuk patuh terhadap keputusan
ulama dan pemerintah, sebagaimana Firman Allah Swt sebagai berikut,

َ ‫ُول َوإِلَى أ ُ ْولِى ْاألَ ْم ِر ِم ْن ُه ْم َل َعلِ َم ُه الَّذ‬


َ‫ِين َيسْ َت ِنب ُطو َن ُه ِم ْن ُه ْم َولَ ْوال‬ ِ ‫ْن أَ ْو ْال َخ ْوفِ أَ َذاعُوا ِب ِه َولَ ْو َردُّوهُ إِلَى الرَّ س‬ ِ ‫َوإِ َذا َجآ َء ُه ْم أَ ْم ُُر م َِّن ْاألَم‬
}٨٣ : ]٤ [ ‫ان إِالَّ َقلِيالً {النسآء‬ َ ‫هللا َعلَ ْي ُك ْم َو َرحْ َم ُت ُه الَ َّت َبعْ ُت ُ…م ال َّش ْي َط‬
ِ ‫َفضْ ُل‬
"Dan apabila datang kepada mereka suatu berita tentang keamanan ataupun ketakutan,
mereka lalu menyiarkannya. Dan kalau mereka menyerahkannya kepada Rasul dan Ulil
Amri (Para ulama & pemerintah) di antara mereka, tentulah orang-orang yang ingin
mengetahui kebenarannya (akan dapat) mengetahuinya dari mereka (Rasul dan para
ulama & pemerintah]). Kalau tidaklah karena karunia dan rahmat Allah kepada kamu,
tentulah kamu mengikut syaitan, kecuali sebahagian kecil saja (di antaramu)" (QS.
Annisa'[4]83)

Dari Ayat Alqur'an di atas maka jelaslah, diantara syarat diperbolehkannya


menggugurkan kehamilan jika undang-undang Negara (undang-undang kesehatan)
yang membolehkan aborsi tidak bertentangan dengan keputusan dari kesepakatan
fatwa ulama yaitu dari lembaga ulama yang berkompeten. Jika undang-undang Negara
(undang-undang kesehatan) bertentangan dengan hasil keputusan lembaga ulama
yang berkompetenmakamutlak hukumnya adalah "Haram".

Aborsi yang diperbolehkan selagi usia kandungan belum mencapai setelah umur 120
hari dari awal kehamilannya (sebelum adanya ruh pada janin), dan menggugurkan
setelah janin berusia diatas 120 hari (sudah adanya ruh), maka hukumnya adalah
'Haram'.

Bagi pelakunya yang menggugurkan dan yang meminta digugurkan dapat dijerat
dengan hukum pidana, sama hukumnya seperti pelaku pembunuhan (menghilangkan
nyawa orang lain). Di antara Aborsi yang boleh atau tidak boleh dilakukan diantaranya
sebagai berikut:

1. Malu karena hamil di luar nikah sebab perzinahan, meskipun usia wanita yang hamil
masih anak di bawah umur. Maka hukumnya mutlak adalah "Haram". Jika alasannya
karena usia anak masih di bawah umur, masih sekolah, masih labil, dan lain
sebagainya. Kondisi seperti ini, maka kedua orang tua baik dari pihak laki-laki dan
wanita harus ikut bertanggung jawab menjaga, memelihara dan melindunginya. Jika
kedua orang tua mereka wafat atau tidak ada, maka pemerintah wajib memberikan
perlindungan kepada mereka sampai mereka bisa mandiri. Jadi hamil sebab karena
pezinahan (suka sama suka) sama ada usianya masih di bawah umur apalagi usia
sudah dewasa (apapun alasannya), maka Haram hukumnya digugurkan. Tentang
status anak hamil di luar nikah dapat dilihat tulisan KH.Ovied. R dengan judul "Hukum
Nikah Hamil di Luar Nikah/tahun 2005"

2. Malu hamil karena sebab pemerkosaan dan usia wanita yang hamil masih di bawah
umur atau sudah dewasa, maka menggugurkan kandungannya diperbolehkan dengan
syarat:

a. Sebagaimana pendapat mayoritas Ulama, boleh menggugurkan kandungan selama


janin belum ada ruh (sebelum usia janin mencapai lebih 120 hari dari awal kehamilan),
dan mutlak hukumnya adalah "Haram" jika menggugurkan janin yang sudah memiliki
ruh".
b. Bagi yang ingin menggugurkan kehamilannya harus ada izin dari lembaga yang
berkompeten dan payung hukum undang-undang Negara yang membolehkannya.

c. Tempat menggugurkannya (rumah sakit atau tempat bersalin) harus yang sudah
mendapat izin dan payung hukum dari pemerintah.

3. Sebab penyakit ganas (seperti penyakit HIV/AIDS, kanker, dan penyakit ganas
lainnya). Namun jika usia janin sudah berusia di atas 120 hari (sudah adanya ruh),
maka tidak boleh digugurkan dan hukumnya adalah tetap "Haram".

4. Bolehnya menggugurkan kandungan karena udzur yaitu karena alasan kesehatan,


seperti dapat menyebabkan kematian sang Ibu, jika janin yang dikandung tidak
digugurkan malah keduanya akan mati (anak dan ibunya). Kondisi ini berlaku Kidah
"I'tibar Almashalih Wa Dar-ull Mafasid; mendahulukan kemaslahatan, dan meninggalkan
kerusakan". Sebab 'udzur Syar'I, maka boleh digugurkan meskipun janin sudah ada ruh
(usia janin di atas 120 hari).

Anda mungkin juga menyukai