Anda di halaman 1dari 5

SOAL LATIHAN - PERTEMUAN KE 10 –

 HUKUM OTOPSI JENAZAH


 HUKUM IMUNISASI POLIO

JAWABLAH PERTANYAAN INI DENGAN MENGANGKAT DALIL!!


PERHATIAN!!!
Hati-hati dalam mencari/menggunakan sumber jawaban, jangan asal ambil
baik dari buku atau internet. Pilihlah yang SYARÍ, yang sesuai dengan
ALQURAN dan SUNNAH/HADIS SHAHIH.

SOAL:

1) Apa pengertian otopsi jenazah? Apa saja macam-macam otopsi?


2) Asal otopsi jenazah haram. Jelaskan dalil AlQuran, Hadis, Qiyas dan Kaidah Fiqih yang
melarang mayat diotopsi?
3) Kapan otopsi jenazah dibolehkan? Jelaskan dengan mengangkat dalil!!
4) Kemukakan dalil-dalil: AlQuran, Hadis, Ijma’, dan Kaidah Fiqih yang membolehkan
donor darah.
5) Apa pendapat anda tentang kontroversi imunisasi polio? Berikan analisa anda berdasarkan
dalil!
6) Apa definisi imunisasi?
7) Jelaskan hadis Rasulullah Saw yang membolehkan imunisasi!!
JAWABAN

1. Otopsi adalah pembedahan dan pemeriksaan organ-organ dan jaringan mayat untuk
menemukan penyakit dan cedera yang menyebabkan atau berkontribusi terhadap
kematian.

Macam -Macam nya :

- Otopsi anatomi
otopsi yang dilakukan mahasiswa kedokteran atau dokter untuk mempelajari ilmu
anatomi

- Otopsi keilmuan/klinik
otopsi untuk mengetahui berbagai hal yang terkait dengan penyakit (misal jenis penyakit) sebelum
mayat meninggal.

- Otopsi forensic
otopsi yang dilakukan oleh penegak hukum terhadap korban pembunuhan atau
kematian yang mencurigakan, untuk mengetahui sebab kematian, menentukan
identitasnya, dan sebagainya.

2. mengotopsi mayit adalah haram hukumnya dalam pandangan syari’at Islam karena
kehormatan seorang muslim yang sudah meninggal sama seperti halnya ketika hidup.

a. Dalil Al-Qur’an
Allah Swt berfirman:
ُ َ ْ َّ َ َّ َ ِّ ْ ُ َ ْ َ َ َ ْ َ ْ َ ِّ َ ْ ِ ْ ُ َ ْ َ َ َ َ َ َ ِ َ َ ْ َّ َ ْ َ َ َ
‫ات َوفضلناه ْم‬‫ى‬
َ ‫الط ِّي‬
‫ب‬ ‫ولقد كرمنا ب ىن ءادم وحملناهم ىف ال َب والبح ِر ورزقناهم من‬
‫ا‬ َْ َ َْ َ ْ َ ََ
‫عَل ك ىث ْْ ٍب ِّم َّمن خلقنا تف ىض ْيل‬

“Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan
di lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan
kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan. (QS. Al-Isra’ [17]:
70) ”

“Ayat tersebut menunjukkan bahwa Allah SwT memuliakan anak Adam dan ini mencakup saat
mereka masih hidup dan setelah meninggal dunia. Sementara itu, otopsi jenazah berarti
menghinakan anak Adam sebab pada otopsi terdapat memotong anggota tubuh mayat dan
membedah perutnya dan sebagainya dari hal-hal yang bertentangan dengan ayat ini. Oleh
karenanya, otopsi hukumnya terlarang”.

b. Dalil Hadits

.) ‫ْسِه َح َّيا‬ْ َ َ ِّ َ ْ ْ َ ُ ْ َ َ َ َ ‫ُ َ َ ْ َ َ ى‬ ‫َ ى‬ َ ْ ُ َ َّ َ َ ْ َ ُ َ ‫َع ْن َعائ َش َة َر‬


ِ ‫ (كْس عظ ِم المي ِت كك‬: ‫هللا صَّل هللا علي ِه وسلم قال‬
ِ ‫ض هللا عنها أن رسول‬ ‫ِ ي‬ ِ
ََْ ُ َ َ
Dari Aisyah ‫هللا عنها‬ ‫ض‬
‫ ر ِ ي‬dari Nabi SAW bahwa beliau bersabda:
“Sesungguhnya memecahkan tulang seorang mukmin tatkala mati seperti halnya memecahkan
tulangnya saat hidup”

Hadits ini menunjukkan haramnya memecahkan tulang mayat seorang mukmin, sedangkan otopsi
mengandung hal itu sehingga termasuk dalam larangan hadits ini.

c. Dalil Qiyas
Dalam beberapa hadits disebutkan larangan duduk di atas kuburan dan bahwasanya penghuni kubur
tersebut merasa tersakiti oleh perbuatan tersebut, padahal duduk di atas kuburan tidak secara langsung
mengena badan mayat. Maka, tentu saja bedah mayat dan otopsi jauh lebih terlarang karena langsung
berkaitan dengan badan mayat.

d. Kaidah Fiqih
Di antara kaidah fiqih yang penting dan agung adalah kaidah yang diambil dari sebuah hadits yaitu:

َ َ ‫ض َر َو َال ر‬
.)) ‫ض َار‬ َ َ ‫(( َال‬
“Tidak boleh memudharatkan diri sendiri dan orang lain.”

Kaidah ini menunjukkan haramnya memudharatkan orang lain, sedangkan otopsi berarti
memudharatkan mayat sehingga hukumnya tidak boleh.

3. Sekalipun hukum asalnya adalah terlarang, hanya saja, terkadang terdapat beberapa kondisi yang
mengharuskan untuk otopsi sehingga keluar dari kaidah asal tadi, sebab saat ini otopsi sering
digunakan sebagai salah satu bagian dari proses hukum, untuk mencari atau menguatkan bukti.
Tujuan untuk dilakukannya otopsi :
 Untuk penelitian kasus kriminal
 Untuk penelitian sebuah penyakit wabah guna dicarikan solusi dan antisipasinya
 Untuk keperluan penelitian ilmiyyah baik belajar atau mengajarkannya.

Untuk alasan pertama dan kedua, maka jelas hukumnya adalah boleh berdasarkan kaidah:
‫ات‬ ‫ر‬َ ‫ات ُتب ْي ُح ْال َم ْح ُظ ْو‬
ُ َ ْ ُ َِّ
‫الّضور‬
‫ى‬ ‫ى‬
“Keadaan darurat itu membolehkan sesuatu yang terlarang.“

Hanya, harus diterapkan kaidah lainnya juga:


َ ْ َ َّ َ ُ ُ ُ َِّ
‫الّض ْو َرات تقد ُر ىبقد ِرها‬
"Darurat itu sekadarnya saja.“

Oleh karenanya, jika memang bisa dicari cara lain tanpa otopsi maka otopsi kembali kepada hukum
asalnya yaitu haram.

4. Dalil Al-Qur’an :Karena ketika mendonorkan darah, kita berpotensi menyelamatkan nyawa
orang lain. Dan hal ini tentunya adalah sebuah kebaikan.
َ َّ‫ۗ َو َم ْن اَحْ يَا َها فَ َكاَنَّ َما ٓ اَحْ يَا الن‬
‫اس َج ِم ْيعًا‬
Dan siapa yang menyelamatkan satu manusia, maka seakan-akan ia telah menyelamatkan
seluruh manusia .(QS. Al-Maidah[5]:32).

Dalil Hadist :
5. Pendapat yang kuat : Pada asalnya tidak boleh berobat dengan benda-benda haram kecuali
dalam kondisi darurat, yaitu apabila penyakit dan obatnya memenuhi kriteria sebagai berikut:
 Penyakit tersebut termasuk penyakit yang harus diobati.
 Benar-benar yakin bahwa obat ini sangat bermanfaat pada penyakit tersebut.
 Tidak ada pengganti lainnya yang mubah.

6. Imunisasi diartikan pengebalan (terhadap penyakit). Kalau dalam istilah


kesehatan,imunisasi diartikan pemberian vaksin untuk mencegah terjadinya penyakit
tertentu.
7. ‫ال بأس بالتداوي إذا خشي وقوع الداء لوجود وباء أو أسباب أخرى يخشى من‬
‫وقوع الداء بسببها فال بأس بتعاطي الدواء لدفع البالء الذي يخشى منه لقول‬
‫ «من تصبح بسبع تمرات‬:‫النبي صلى هللا عليه وسلم في الحديث الصحيح‬
‫) » وهذا من باب دفع البالء قبل‬1( ‫من تمر المدينة لم يضره سحر وال سم‬
‫وقوعه فهكذا إذا خشي من مرض وطعم ضد الوباء الواقع في البلد أو في أي‬
‫ يعالج بالدواء‬،‫ كما يعالج المرض النازل‬،‫مكان ال بأس بذلك من باب الدفاع‬
‫المرض الذي يخشى منه‬.
La ba’sa (tidak masalah) berobat dengan cara seperti itu jika dikhawatirkan tertimpa penyakit
karena adanya wabah atau sebab-sebab lainnya. Dan tidak masalah menggunakan obat untuk
menolak atau menghindari wabah yang dikhawatirkan. Hal ini berdasarkan sabda Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits shahih (yang artinya),“Barangsiapa makan tujuh butir
kurma Madinah pada pagi hari, ia tidak akan terkena pengaruh buruk sihir atau racun”

Ini termasuk tindakan menghindari penyakit sebelum terjadi. Demikian juga jika dikhawatirkan
timbulnya suatu penyakit dan dilakukan immunisasi untuk melawan penyakit yang muncul di
suatu tempat atau di mana saja, maka hal itu tidak masalah, karena hal itu termasuk tindakan
pencegahan. Sebagaimana penyakit yang datang diobati, demikian juga penyakit yang
dikhawatirkan kemunculannya.

Anda mungkin juga menyukai