Anda di halaman 1dari 18

Transplantasi

Organ Tubuh
Di Susun Oleh : Aulia Kholifatul
Transplan Organ dalam Dunia Kedokteran

Pengertian Transplan Organ

Transplan berasal dari bahasa Ingris yaitu kata transplantation (trans +


plantare : menanam), maksudnya penanaman jaringan yang diambil dari
tubuh yang sama atau dari individu lain. Dalam bahasa Arab transplantasi
juga dikenal dengan Naqlu Al-A’da zira’a al-a’dai’i. Transplan ialah
mentransfer jaringan dari bagian satu ke bagian yang lain, dan organ atau
jaringan yang diambil dari badan untuk ditanam ke daerah lain pada
badan yang sama atau individu lainnya. Adapun di dunia kedokteran
organ yang dipindah disebut dengan graft atau transplant ,pemberi
transplan dinamakan donor, penerima transplan disebut kost atau
resipien.Pada kamus bahasa Indonesia, pengertian transplantasi organ
meupakan penggantian organ tubuh yang tidak normal supaya dapat
berfungsi kembali sesuai dengan fungsinya masing-masing.
Jenis-Jenis Transplantasi
Ada beberapa jenis tranplantasi, baik berupa sel, jaringan maupun organ tubuh ialah :

- Pertama, Autograft ialah pemindahan dari suatu tempat ke tempat lainnya dalam tubuh itu sendiri.
- Kedua, Allograft ialah pemindahan dari suatu tubuh ke tubuh lain yang sama spesies.
- Ketiga, Isograft ialah pemindahan dari satu tubuh ke tubuh lainnya yang identik, seperti pada kembar
identik.
- Keempat, Xenograft ialah pemindahan dari suatu badan ke tubuh yang tidak sama spesiesnya.

Sedangkan menurut Kutbuddin Aibak, dilihat dari hubungan genetik antara donor dan resepien ada 3
macam transplantasi :
● Pertama, Auto transplantasi, yaitu transplantasi yang memberi dan menerima dalam organ tubuh
seseorang dengan organ tubuh seseorang yang lainnya , transplantasi dimana donor dan resepiennya
dalam satu individu.
● Kedua, Homo transplantasi, yaitu transplantasi pada satu jenis (spesies) yang sama , dimana antara
donor dan resepiennya merupakan individu yang sama manusia dan manusia.
● Ketiga, Hetero Transplantasi, yaitu transplantasi yang menerima dan donornya berbeda jenis :
seperti transplantasi satu organ tubuh manusia dengan organ tubuh binatang , donor dan resepiennya
adalah hewan dan resipiennya manusia.
Transplantasi Organ dalam Tafsir Maqasidi

Transplantasi dalam Islam

Terkait transplantasi organ, terdapat beberapa pendapat antara ulama klasik dan
modern. Ulama klasik membolehkan transplantasi selama tidak mendapatkan organ
lainnya dan tidak menimbulkan mudharat. Sebagian dari ulama memperbolehkannya
transplantasi organ.Yusuf Qardhawi membolehkan, akan tetapi sifatnya tidak mutlak
melainkan bersyarat.

Maka dari itu, tidak dibenarkan mendonorkan sebagian tubuh yang akan meninggalkan
darar atasnya, tidak pula mendonorkan organ tubuh yang hanya satu-satunya dalam
tubuh, seperti hati dan jantung.
Mayoritas ulama memperbolehkan tranplantasi berdasarkan argumen
berikut :
● Transplantasi yang bertujuan perbaikan (Qs. An-Nisa ayat 29)

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan


hartasesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang
berlaku dengansuka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu
membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.”
● Transplantasi yang didasari pada kedaruratan (Al-an’am ayat 119)

Artinya : “Mengapa kamu tidak mau memakan (binatang-binatang yang halal)


yang disebut nama Allah ketika menyembelihnya, padahal sesungguhnya Allah
telah menjelaskan kepada kamu apa yang diharamkan-Nya atasmu, kecuali apa
yang terpaksa kamu memakannya. Dan sesungguhnya kebanyakan (dari manusia)
benar benar hendak menyesatkan (orang lain) dengan hawa nafsu mereka tanpa
pengetahuan. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui orang-
orang yang melampaui batas.”
● Transplantasi didasari pada kebutuhan (Al-Maidah ayat 2)

Artinya : tolong-menolonglah kamu dalam ( mengerjakan ) kebajikan dan takwa, dan


jangan tolong – menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran . Dan bertakwalah
kamu kepada Allah , sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.
Tafsir Maqasidi: Transplantasi Organ

Tafsir maqasidi bertujuan membuat tafsir sesuai dengan perkembangan zaman dengan sekaligus
menjawab persoalan-persoalan zaman. Karena tidak dapat dipungkiri bahwa problematika dan
masalah kehidupan terus berkembang secara dinamis dan al-Quran hadis tetap statis tidak
berubah dan tidak pula bertambah. Maka daripada itu, hal yang dapat diupayakan melakukan
interpretasi ulang. Abdul Mustaqim merumuskan kaidah Jalbu al- masalih wa dar’u al-mafasid
(yaitu merealisasikan kebaikan sekaligus menghilangkan kerusakan). Kaidah ini digunakan
sebagai basis maupun pijakan pemahaman keberagaman yang relevan dizaman modern
ini.Tidak terkecuali tafsir maqasidi juga merupakan sebuah usaha merumuskan solusi atas isu-
isu yang berkembang seperti transplantasi organ.
Mufti Muhammad Syafi’i dari Pakistan mengatakan bahwasanya transplantasi organ tidak
boleh dilakukan berdasarkan tiga prinsip yaitu :
1. Kesucian hidup manusia.
2. Tubuh manusia adalah amanah.
3. Transplantasi juga dapat dikategorikan sebagai sikap yang memberlakukan tubuh manusia
sebagai bahan material.
Beberapa pandangan hukum Islam mengenai halal haramnya transplantasi
organ ini sendiri , Seperti Qs. Al-Isra’ ayat 70 :

Artinya : “Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut
mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan
Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk
yang telah Kami ciptakan”.
Pada ayat diatas, Allah mengingatkan bahwa umat manusia akan nikmat atas karunia
khusus yang telah Allah berikan dan dimuliakan karena berbeda dengan makhluk lainnya.
Sebab manusia adalah makhluk yang unik yang mana memiliki kehormatan dan
kedudukan sebagai manusia, baik itu yang taat atau tidak.Dipahami dari ayat tersebut,
anugerah Allah dari kata karramna / kami memuliakan maka dari tu tidak dibenarkan
bertentangan dengan hak-hak Allah dan selalu patuh dalam koridor-Nya.Tidak
dibolehkannya seseorang mendonorkan organ kepaada orang lain juga dinyatakan Allah
dalam , Qs. Al-Baqarah ayat 195 :

Artinya : “ Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu
menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena
sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.”
Kriteria Transplantasi untuk Donor Organ Tubuh

Kriteria umum untuk donor organ tubuh, di antaranya adalah sebagai


berikut :
● Usia dan ukuran yang tepat
● Kematian otak
● Sistem kardiovaskular cukup stabil
● Tidak adanya sepsis sistematik Tidak adanya kontaminasi abdomen
untuk transplantasi ginjal, hati atau pancreas Tidak adanya
keganasan, kecuali kanker otak primer atau kanker kulit
● Tidak adanya hipertensi menahun
● Tidak adanya antigenemia hepatitis
● Tidak adanya diabetes melitus (diabetes melitus hanya bersifat
kontraindikasi relatif. Sejumlah kelompok akan menggunakan ginjal
atau hati pada pasien yang menderita diabetes jika fungsi atau
hatinya masih normal).
Hukum Transplantasi Organ Tubuh Pendonor dalam Keadaan Hidup

Ibnu Nujaim (w. 970 H/1563 M) dan Ibnu Abidin (1198 H/1784 M- 1252 H/1836 M),
dua tokoh fiqih mazhab Hanȃfiyyah, menyatakan bahwa organ tubuh manusia yang
masih hidup tidak boleh dimanfaatkan untuk pengobatan lainnya, karena kaidah fiqih
menyatakan: “suatu kemudaratan tidak bisa dihilangkan dengan kemudaratan lainnya.”
Pernyataan senada juga muncul dari Ibnu Qudamah, tokoh fiqih mazhab Hanbali, dan
Imam an-Nawawi, tokoh fiqih Mazhab Syȃfi‘iyah.

Sebagaimana seseorang tidak boleh memperlakukan tubuhnya dengan semaunya sendiri


pada waktu dia hidup dengan melenyapkannya dan membunuh dirinya sendiri (bunuh
diri), maka dia juga tidak boleh mempergunakan sebagian tubuhnya jika sekiranya
menimbulkan muḍarat bagi dirinya. Oleh sebab itu, tidak diperkenankan seseorang
mendonorkan organ tubuh yang cuma satu-satunya dalam tubuhnya, misalnya hati,
kornea mata, jantung, dan ginjal. Dikarenakan dia tidak mungkin dapat hidup tanpa
adanya organ tersebut, dan tidak dibolehkan menghilangkan ḍarȃr orang lain dengan
menimbulkan ḍarȃr pada dirinya.
Maka kaidah syar’iyah yang berbunyi :

(bahaya, kemudaratan, kesengsaraan, nestapa) itu harus dihilangkan”, dibatasi oleh


kaidah lain yang berbunyi :

itu tidak boleh dihilangkan dengan menimbulkan ḍarȃr pula. Oleh karena itu, tidak
boleh mendermakan organ tubuh bagian luar, seperti mata, tangan, dan kaki.
Hukum Transplantasi Organ Tubuh Pendonor dalam Keadaan Koma

Melakukan transplantasi organ tubuh donor dalam keadaan masih hidup, meskipun dalam
keadaan koma, hukumnya tetap haram walaupun menurut dokter bahwa si donor itu akan
segera meninggal, karena hal itu dapat mempercepat kematiaannya dan mendahului kehendak
Allah. Hal tersebut dapat dikatakan seperti euthanasia yaitu mempercepat kematian. Tidak etis
melakukan transplantasi dengan mengambil organ tubuh dalam keadaan sekarat. Orang yang
sehat, seharusnya berusaha untuk menyembuhkan orang yang sedang koma tersebut, walaupun
menurut dokter, kesembuhan terhadap orang yang sedang koma, sudah tidak ada harapan untuk
hidup lagi, sebab ada juga orang yang dapat sembuh kembali walaupun sebagian kecil . Oleh
sebab itu, di dalam kedokteran medis, menurut hukum Islam, tidak dibolehkan mengambil
organ tubuh donor dalam keadaan koma dengan adanya hadits Nabi SAW,
● Hadits Nabi SAW: “Tidak dibolehkan membuat muḍarat pada dirinya sendiri
dan tidak boleh pula membuat muḍarat pada orang lain”. Berdasarkan hadits
tersebut, mengambil organ tubuh dari orang dalam keadaan sekarat/koma,
hukumnya haram dikarenakan menimbulkan muḍarat kepada donor tersebut
yang berakibat dapat mempercepat kematiannya, yang disebut dengan
euthanasia.

● Manusia wajib berusaha untuk menyembuhkan penyakit demi


mempertahankan hidupnya, karena hidup dan meninggal dunia berada di
tangan Allah. Oleh sebab itu, manusia tidak boleh mencabut nyawanya
sendiri, mendahului kehendak Allah, juga tidak etis memperlakukan orang
yang sudah koma (sekarat), dengan cara mempercepat kematian orang lain,
selama masih ada nyawanya. Orang yang sehat, wajib berikhtiar untuk
menyembuhkan orang yang sedang koma tersebut.
Hukum Transplantasi Organ Tubuh Pendonor dalam Keadaan
Telah Meninggal Dunia

Mengambil organ tubuh donor (kornea mata, jantung dan ginjal) yang sudah meninggal
secara yuridis dan medis, menurut pandangan hukum Islam, hukumnya mubah, yaitu
dibolehkan, dengan syarat bahwa resipien (penerima sumbangan organ tubuh), bila
dalam keadaan ḍarȗrat- nya, apabila organ tubuhnya tidak disumbangkan kepada
orang lain yang membutuhkannya, dapat mengancam jiwanya bila tidak dilakukan
transplantasi tersebut, sedangkan ia sudah berobat secara optimal, tetapi tidak berhasil.
Hal ini berdasarkan qaidah fiqhiyah: “ḍarȗrat akan membolehkan yang diharamkan.”
Juga berdasarkan qaidah fiqhiyah: ”Bahaya itu harus dihilangkan”. Dengan catatan
bahwa pencangkokan juga cocok dengan organ resipien dan tidak menimbulkan
komplikasi penyakit yang lebih gawat baginya dibandingkan dengan keadaan
sebelumnya.
Syekh Jad al-Haqq, dalam bukunya Qadaya Mu’asirah: al-Fiqh al- Islami Murunatuh
wa Tatawwuruh, mengenai permasalahan kontemporer : fiqih Islam, fleksibilitas dan
perkembangannya, menguraikan pendapatnya secara lebih luas dan terperinci. Apabila
organ tubuh yang akan di transplantasi berasal dari organ tubuh orang yang telah
meninggal dunia, menurut pendapat Jad al-Haqq, harus dibedakan lebih awal antara
mayat yang diketahui ahli warisnya dan mayat yang tidak diketahui ahli warisnya. Jika
ahli warisnya ada, maka pihak yang berwenang harus meminta izin terlebih dahulu
kepada ahli warisnya untuk mentransplantasi organ tubuh mayat tersebut. Jika
diizinkan, maka hukumnya dibolehkan; jika tidak diizinkan, maka pihak berwenang
tidak dibolehkan melakukan transplantasi organ tubuh mayat tersebut.

Kebolehan transplantasi ini terkait dengan izin ahli waris mayat. Menurut Syekh Jad al-
Haqq, karena mayat dengan segala peninggalannya menjadi milik ahli waris. Oleh sebab
itu, untuk mendapatkan milik ahli warisnya, terlebih dahulu harus ada izin ahli
warisnya. Apabila mayatnya tidak dikenal dan ahli warisnya pun tidak diketahui, maka
pihak yang berwenang dibolehkan langsung untuk melakukan transplantasi organ tubuh
mayat tersebut, sesuai dengan kepentingan yang ada.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai