Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

AGAMA ISLAM
“TRANSPLANTASI ORGAN TUBUH MANUSIA”

DOSEN : Muhammad Ansori,S.Sos

DISUSUN OLEH:
NORHIKMAH
(2015.C.07a.0664)

YAYASAN EKA HARAP

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

PALANGKA RAYA

2015

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Seiring perkembangan zaman yang semakin lama semakin pesat, serta
penelitian-penelitian yang didasari ilmu pengetahuan yang memadai dibidang
kedokteran pada masa kini telah ditemukan upaya-upaya memberikan dan menerima
organ tubuh dari orang lain. Transplantasi organ tubuh merupakan masalah baru
akibat dari kemajuan ilmiah dalam pencangkokan organ tubuh. Dokter selaku
pelaksana tindakan bisa mendatangkan hasil yang memuaskan jika operasi
transplantasi yang dijalani berhasil dan sukses. Namun, bisa juga mendatangkan hasil
yang buruk jika operasi nya gagal dan melayangkan nyawa orang lain.
Lalu bagaimana islam sebagai agama menyikapi masalah ini,bagaimana
pandangan islam tentang transplantasi organ tubuh, transplantasi organ tubuh yang
seperti apa yang diperbolehkan dan yang tidak diperbolehkan.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan transplantasi ?
2. Bagaimana pandangan islam tentang transplantasi organ tubuh ?
3. Transplantasi seperti apa yang diperbolehkan dalam islam ?
4. Transplantasi seperti apa yang tidak diperbolehkan dalam islam ?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan transplantasi.
2. Untuk mengetahui bagaimana pandangan islam tentang transplantasi organ tubuh.
3. Untuk mengetahui transplantasi seperti apa yang diperbolehkan dalam islam.
4. Untuk mengetahui transplantasi seperti apa yang tidak diperbolehkan dalam islam.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Transplantasi
Transplantasi ialah pemindahan organ tubuh yang masih mempunyai daya hidup sehat
untuk menggantikan organ tubuh yang tidak sehat dan tidak berfungsi lagi dengan
baik . pada saat ini juga, ada upaya untuk memberikan organ tubuh kepada orang yang
memerlukan, walaupun orang itu tidak menjalani pengobatan, yaitu untuk orang yang
buta.

Pencangkokan organ tubuh yang menjadi pembicaraan pada waktu ini


adalah:Mata, Ginjal,dan jantung. Karena ketiga organ tubuh tersebut sangat penting
fungsinya untuk manusia, terutama sekali ginjal dan jantung. Mengenai donor mata
pada dasarnya dilakukan, karena ingin membagi kebahagiaan kepada orang yang
belum pernah melihat keinadahan alam ciptaan Allah ini ataupun orang yang menjadi
buta karena penyakit.

Ada 3 (tiga) tipe donor organ tubuh, dan setiap tipe mempunyai
permasalahan sendiri—sendiri, yaitu;

a. Donor dalam keadaan hidup sehat. Tipe ini memerlukan seleksi cermat dan
general check up, baik terhadap donor maupun terhadap penerima (resepient), demi
menghindari kegagalan transplantasi yang disebabkan oleh karena penolakan tubuh
resepien, dan sekaligus mencegah resiko bagi donor.

b. Donor dalam hidup koma atau di duga akan meninggal segera. Untuk tipe ini,
pengambilan organ tubuh donor memerlukan alat control dan penunjang kehidupan,
misalnya dengan bantuan alat pernapasan khusus. Kemudian alat-alat tersebut di cabut
setelah pengambilan organ tersebut selesai.

c. Donor dalam keadaan mati. Tipe ini merupakan tipe yang ideal, sebab secara
medis tinggal menunggu penentuan kapan donor dianggap meninggal secara medis
dan yudiris dan harus diperhatikan pula daya tahan organ tubuh yang mau di
transplantasi.

B. Pandangan Islam tentang Transplantasi Organ Tubuh


Dalam islam transplantasi bisa dikategorikan sebagai urusan duniawi. Karena
jika diamati, tidak ada dalil baik dari Al-Qur’an maupun hadits. Lalu bagaimana
hukum mendonorkan organ tubuh untuk ditransplantasi ?

Allah berfirman :

“Dan tolong menolonglah kamu dalam berbuat kebajikan dan taqwa, dan jangan
tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.” (Q.S Al-Maidah 5 : 2)
Dari firman tersebut maka mendonorkan organ tubuh untuk ditransplantasi itu boleh.
Namun perlu diperhatikan, dalam mendonorkan organ, organ tersebut bukanlah organ
vital yang jika organ tersebut diambil maka akan menimbulkan kematian bagi
pendonor. Ada dua jenis donor organ tubuh :

1. Donor organ ketika pendonor masih hidup


Donor seperti ini dibokehkan dengan syarat donor tersebut tidak
mengakibatkan pendonor mengalami kematian. Misalnya, dia mendonorkan
jantung atau paru-paru nya tentu saja dengan hal ini akan mengakibatkan kematian
pada dirinya padahal manusia tidak boleh membunuh dirinya sendiri atau
membiarkan orang lain membunuhnya meski dengan kerelaannya.
Allah swt berfirman :
“Dan janganlah kamu membunuh dirimu.” (Q.S an-Nisa 4 : 29)
Selanjutnya Allah swt berfirman :
“Dan janganlah kamu mendekati perbuatan-perbuatan yang keji, baik yang
nampak diantaranya maupun yang tersembunyi, dan janganlah kamu membunuh
jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) melainkan dengan suatu sebab yang
benar.” (Q.S al-An’am 6:151)
Imam Bukhari dan Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah RA yang
mengatakan bahwa Rasulullah saw bersabda :
“Siapa saja yang menjatuhkan diri dari sebuah gunung dan membunuh dirinya
sendiri, maka ia akan dimasukan ke dalam neraka Jahannam”
2. Donor organ ketika pendonor telah meninggal
Dalam hal ini terdapat perbedaan pendapat para ulama fiqih. Sebagian ulama
madzhab Maliki dan Adz-Dzahiri yang berpendapat bahwa pemanfaatan tubuh
mayat tidak boleh dilakukan dengan landasan sabda Rasulullah saw berikut :
“Memotong tulang mayat sama dengan memotong tulang manusia ketika masih
hidup.” (HR.Abu Dawud). Jadi, mayat harus dihormati sebagaimana ia dihormati
ketika masih hidup.
Jumhur ulama fiqih yang terdiri dari sebagian ulama madzhab Hanafi, Maliki,
Syafii, dan Hambali berpendapat bahwa memanfaatkan organ tubuh manusia
sebagai pengobatan dibolehkan dalam keadaan darurat. Menurut mereka, hadits
riwayat Abu Dawud tersebut berlaku jika dilakukan semena-mena tanpa manfaat.
Apabila digunakan untuk pengobatan itu tidak dilarang karena hadits yang
memerintahkan seseorang untuk mengobati penyakitnya lebih baik banyak dan
lebih meyakinkan daripada hadits Abu Dawud tersebut.
Transplantasi ini dapat dilakukan dengan syarat si pendonor telah mewariskan
sebelum ia meninggal atau dari ahli warisnya (jika sudah wafat).
Namun, ada pula yang berpendapat nahwa hukum pemilikan terhadap anggota
tubuh manusia setelah ia mati, merupakan suatu hal yang tidak diragukan lagi
bahwa setelah kematiannya manusia telah keluar dari kepemilikan serta
kekuasaannya terhadap semua hal termasuk anggota tubuhnya. Dengan demikian
dia tidak lagi memiliki hak terhadap tubuhnya.
Sebenarnya transplantasi dalam keadaan darurat dan dalam tujuan pengobatan
diperbolehkan. Hal ini dikarenakan demi menyembuhkan penyakit, karena Allah
menurunkan suatu penyakit beserta obatnya. Dan dalam syariat islam menuntut
umatnya agar segala penyakitnya diobati. Jangan membiarkan suatu penyakit
bersarang ditubuhnya tanpa ada niat mengobatinya yang akibatnya fatal dan dapat
mendatangkan kematian. Sesuai dengan firman Allah swt :
“Dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sesungguhnya Allah sangat belas
kasihan padamu. “ (Q.S an-Nisa 4:29)
Berikut merupakan transplantasi beberapa organ tubuh serta hukumnya dalam
islam :
a. Donor mata
Donor mata diartikan dengan pemberian kornea mata kepada orang
yang membutuhkannya. Kornea mata tersebut berasal dari mayat yang telah
diupayakan oleh dokter ahli, sehingga dapat digunakan oleh orang yang sangat
membutuhkannya.
Masalah donor mata, termasuk salah satu keberhasilan teknologi
dalam ilmu kedokteran, yang dapat mengatasi salah satu kesulitan yang
dialami oleh orang buta. Dan yang terjadi masalah dalam hukum islam, karena
kornea mata yang dipindahkan kepada orang buta, adalah berasal dari mayat,
sehingga terjadi dua pendapat di kalangan Fuqaha. Seperti yang telah
dijelaskan sebelumnya sebagian ulama madzhab Maliki dan Adz-Dzahiri
berpendapat tidak boleh dengan dasar HR. Abu Dawud dan sebagian ulama
madzhab Hanafi, Maliki, Syafii, dan Hambali memperbolehkan asal dengan
tujuan mengobati dan dalam keadaan yang darurat.
b. Pencangkokan Jantung dalam hukum islam
Jantung adalah organ utama sirkulasi darah; karena dialah yang
memompa darah dari ventrikel kiri melalui arteri, arteriola dan kapiler, lalu
kembali ke atrium kanan melalui vena yang disebut peredaran darah besar atau
sirkulasi sistematik. Dan aliran dari ventrikel kanan melalui paru-paru, ke
atrium kiri yang disebut peredaran darah kecil atas sirkulasi pulmonal. Maka
apabila terjadi kelainan-kelainan jantung dapat mengganggu sirkulasi darah
yang mengakibatkan maut.
Pada dasarnya hukum islam membolehkan pencangkokan jantung
pada pasien sebagai salah satu upaya pengobatan suatu penyakit, yang
sebenarnya sangat di anjurkan dalam islam. Hanya yang menjadi persoalan,
karena katup jantung yang dipindahkan kedalam jantung pasien, berasal dari
mayat atau bianatang yang sudah mati. Tetapi sepanjang pencangkokan
jantung ini sifatnya untuk menyembuhkan dan mayat yang memberikan
jantungnya untuk didonorkan telah memberikan wasiat sewaktu ia hidup
bahwa kelak jika ia wafat dia akan memberikan jantungnya kepada orang lain
maka pencangkokan jantung jenis ini diperbolehkan.
c. Pencangkokan Ginjal dalam hukum islam
Ginjal adalah salah satu organ tubuh yang terletak pada dinding
posterior abdomen, terutama di daerah lumbal di sebelah kanan dan kiri tulang
belakang, yang berfungsi untuk mengatur keseimbangan air didalam tubuh,
mengantur konsentrasi garam dalam darah, mengatur keseimbangan asam-basa
darah, mengatur eksktesi bahan buangan dan kelebihan garam dalam tubuh.
Dan apabila terjadi gangguan pada organ tersebut, maka organ-organ lainnya
juga akan ikut terganggu.
Pencangkokan ginjal adalah pengoperasian dan pemindahan ginjal
dari orang lain atau binatang yang sesuai dengan struktur anatominya,
kepadapasien yang membutuhkan. Pengoperasian tersebut dilakukan oleh tim
dokter ahli, yang dilengkapi dengan peralatan medis yang memadai untuk
upaya tersebut yang didahului oleh berbagai macam pemeriksaan dan
pengobatan serta cuci darah. Dalam hal ini juga sama seperti penjelasan dalam
pencangkokan jantung, dimana jika dengan tujuan menyembuhkan maka
boleh-boleh saja.

C. Transplantasi Organ Tubuh yang Diperbolehkan dalam Islam

Hadis Nabi SAW : “Berobatlah kamu hai hamba-hamba Allah, karena


sesungguhya Allah tidak meletakkan suatu pentakit, kecuali dia juga meletakkan obat
penyembuhnya,selain penyakit yang satu, yaitu penyakit tua.”(H.R. Ahmad, Ibnu
Hibban dan Al-Hakim dari Usamah Ibnu Syuraih)
Hadist tersebut menunjukkan, bahwa wajib hukumnya berobat bila sakit,
apapun jenis dan macam penyakitnya, kecuali penyakit tua. Oleh sebab itu,
melakukan transplantasi sebagai upaya untuk menghilangkan penyakit hukumnya
mubah, asalkan tidak melanggar norma ajaran islam.
Dari dalil-dalil diatas maka dapat diambil hukum mengenai transplantasi
organ yaitu:
Mengambil organ tubuh donor (jantung, mata, ginjal) yang sudah
meninggal secara yuridis dan medis hukumnya mubah, yaitu dibolehkan menurut
pandangan islam, dengan syarat bahwa resipien dalam keadaan darurat yang
mengancam jiwanya bila tidak dilakukan transplantasi itu, sedangkan ia sudah berobat
secara optimal, tetapi tidak berhasil.
Hingga kini, tidak ada ulama yang mengajukan argumen tertulis yang
secara terang-terangan mendukung transplantasi organ. Namun demikian, ulama di
berbagai belahan dunia telah menulis argumen-argumen yang mendukung maupun
mengeluarkan fatwa-fatwa keagamaan tengtang transplantasi organ.
Para ulama yang mendukung pembolehan transplantasi organ berpendapat
bahwa transplantasi organ harus dipahami sebagai satu bentuk layanan altruistik bagi
sesama muslim. Pendirian mereka tentang transplantasi organ dapat diringkas sebagai
berikut:
a) Kesejahteraan publik (al-Mashlahah)
Kebolehan transplantasi organ harus dibatasi dengan ketentuan-ketentuan
berikut:
1. Transplantasi organ tersebut adalah satu-satunya bentuk (cara) penyembuhan
yang bisa ditempuh.
2. Derajat keberhasilan dari prosedur ini diperkirakan tinggi.
3. Ada persetujuan dari pemilik organ yang akan ditransplantasikan atau dari ahli
warisnya.
4. Kematian orang yang organnya akan diambil itu telah benar-benar diakui oleh
dokter yang reputasinya terjamin, sebelum diadakan operasi pengambilan organ.
5. Resipien organ tersebut sudah diberitahu tentang operasi transplantasi berikut
implikasnya.
b) Altruisme (al-Itsar)
Dalam surat Al-maidah ayat 2 telah menganjurkan bahwa umat islam
untuk bekerja sama satu sama lain dan memperkuat ikatan persaudaraan mereka.
Dengan demikian, berdasarkan ajaran diatas, tindakan seseorang yang masih hidup
untuk mendonorka salah satu organ tubuhnya kepada saudara kandungnya atau orang
lain yang sangat membutuhkan harus dipandang sebagai tindakan altruisme dari
orang-orang yang menyadari bahwa mereka memiliki sesuatu yang bermanfaat bagi
orang lain.
c) Organ Tubuh Non muslim
Kebolehan bagi seorang muslim untuk menerima organ tubuh nonmuslim
didasarkan pada dua syarat berikut ;
1. Organ yang dibutuhkan tidak bisa diperoleh dari tubuh seorang muslim.
2. Nyawa muslim itu bisa melayang jika transplantasi tidak segera dilakukan.

D. Transplantasi Organ Tubuh yang tidak Diperbolehkan dalam Islam

Akan tetapi Mendonorkan Organ tubuh dapat menjadi haram hukumya apabila :
1. Transplantasi organ tubuh diambil dari orang yang masih dalam keadaan hidup
sehat, dengan alasan :
Firman Allah dalam Alqur’an S. Al-Baqarah ayat 195, bahwa ayat tersebut
mengingatkan , agar jangan gegabah dan ceroboh dalam melakukan sesuatu, tetapi
harus memperhatikan akibatnya, yang kemungkinan bisa berakibat fatal bagi diri
donor, meskipun perbuatan itu mempunyai tujuan kemanusiaan yang baik dan luhur.
Melakukan transplantasi dalam keadaan dalam keadaan koma.
Walaupun menurut dokter bahwa si donor itu akan segera meninggal maka
transplantasi tetap haram hukumnya karena hal itu dapat mempercepat kematiannya
dan mendahului kehendak Allah. Dalam hadis nabi dikatakan :
“ Tidak boleh membuat madharat pada diri sendiri dan tidak boleh pula
membuat madharat pada orang lain.”(HR. Ibnu Majah, No.2331)
2. Penjualan Organ Tubuh Sejauh mengenai praktik penjualan organ tubuh
manusia, ulama sepakat bahwa praktik seperti itu hukumnya haram berdasarkan
pertimbangan-pertimbangan berikut[7] :
Seseorang tidak boleh menjual benda-benda yang bukan miliknya.
Sebuah hadis menyatakan, “ Diantara orang-orang yang akan dimintai
pertanggungjawaban di akhirat adalah mereka yang menjual manusia merdeka dan
memakan hasilnya.”
Dengan demikian , jika seseorang menjual manusia merdeka, maka selamanya
si pembeli tidak memiliki hak apapun atas diri manusia itu, karena sejak awal hukum
transaksi itu sendiri adalah haram. Penjualan organ manusia bisa mendatangkan
penyimpangan, dalam arti bahwa hal tersebut dapat mengakibatkan
diperdagangkannya organ-organ tubuh orang miskin dipasaran layaknya komoditi
lain.
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN

Dari uraian di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa Transplantasi organ
hukumnya mubah dan dapat berubah hukumnya sesuai dengan situasi dan kondisi yang
dihadapi. Transplantasi ini dapat di qiyaskan dengan donor darah dengan illat bahwa donor
darah dan organ tubuh dapat dipindahkan tempatnya, keduannya suci dan tidak dapat
diperjual belikan. Tentu saja setelah perpindahan itu terjadi maka tanggungjawab atas organ
itu menjadi tanggungan orang yang menyandangnya. Kaidah-kaidah hukum wajib dijunjung
dalam melakukan trasnplantasi ini antaranya :

Tidak boleh menghilangkan bahaya dengan menimbulkan bahaya lainnya artinya:

a. organ tidak boleh diambil dari orang yang masih memerlukannnya

b. Sumber organ harus memiliki kepemilikan yang penuh atas organ yang diberikannnya,
berakal, baligh, ridho dan ikhlas dan tidak mudharat bagi dirinya.

c. Tindakan transplantasi mengandung kemungkinan sukses yang lebih besar dari


kemungkinan gagal.

d. Organ manusia tidak boleh diperjualbelikan sebab manusia hanya memperoleh hak
memanfaatkan dan tidak sampai memiliki secara mutlak.
DAFTAR PUSTAKA
Syekh Yusuf al-Hajj Ahmad.2006.Al-Quran Kitab Sains dan Medis. Jakarta selatan :
Grafindo Khazanah Ilmu Jakarta

Abul Fadl Mohsin Ebrahim.2004.Telaah Fikih dan Bioetika Islam. Jakarta : PT. Serambi
Ilmu Semesta

Mahjuddin.1997.Masailul Fiqhiyah Berbagai Kasus yang Dihadapi ‘hukum islam’ Masa


Kini. Jakarta : Kalam Mulia
DAFTAR ISI
Halaman Judul

Kata Pengantar

Daftar Isi

BAB I Pendahuluan

A. Latar Belakang

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan Penulisan

BAB II Pembahasan

A. Pengertian Transplantasi

B. Pandangan Islam tetang Transplantasi Organ Tubuh

C. Transplantasi Organ Tubuh yang Diperbolehkan dalam Islam

D. Transplantasi Organ Tubuh yang Tidak Diperbolehkan dalam Islam

BAB III Penutup

Kesimpulan

Daftar Pustaka

Anda mungkin juga menyukai