Anda di halaman 1dari 20

KASHANAH ILMIAH

Santoso Waskito Adhi : 1625011029

Sarining Setyo Prastowo : 1625011030

Randy Setiawan : 1625011023


TEORI
Denny Fathurahman : 1625011019

P.S. : Magister Teknik Sipil HUKUM,


POSTULA
T

DALIL

ASUMSI
I PENDAHULUAN

Berbicara tentang ilmiah memang tidak bisa dilepaskan dari makna


dan fungsi ilmu itu sendiri, sejauh mana ilmu itu dapat digunakan
dan dimanfaatkan oleh manusia. Untuk mendapatkan ilmu sendiri
diperlukan berbagai tahapan dalam metode ilmiah. Kriteria ilmiah
dari suatu ilmu memang tidak dapat menjelaskan fakta dan realitas
yang ada. Terutama terhadap fakta dan realitas yang berada dalam
lingkungan non ilmiah.
Penegasan di atas dapat kita pahami karena apa yang disebut dengan
ilmu pengetahuan diletakkan dengan ukuran, baik pada:
1. Dimensi fenomenalnya yaitu bahwa ilmu pengetahuan
menampakkan diri sebagai masyarakat, sebagai proses dan produk.
2. Dimensi strukturalnya yaitu bahwa ilmu pengetahuan harus
terstruktur atas komponen-komponen, obyek sasaran yang hendak
diteliti atau dipertanyakan tanpa mengenal titik henti atas dasar motif
dan tata cara tertentu, sedang hasil temuannya diletakkan dalam satu
kesatuan system.

Khasanah ilmiah adalah hal-hal yang terkait dengan tahapan dalam


metode ilmiah untuk menghasilkan suatu ilmu, yaitu antara lain teori,
hukum, postulat, dalil dan asumsi. Apa hubungan dari khasanah
ilmiah tersebut?
II PEMBAHASAN

II.a. Teori
II.a.1 Manusia dan kebenaran
Teori adalah serangkaian bagian atau variable, definisi, dan dalil yang saling
berhubungan yang menghadirkan sebuah pandangan sistematis mengenai
fenomena dengan menentukan hubungan antar variable dengan maksud
menjelaskan fenomena ilmiah. Secara umum teori merupakan analisis hubungan
antara fakta yang satu dengan yang lainnya pada sekumpulan fakta-fakta. Tetapi
berbeda pada teorema, pernyataan teori hanya diterima secara sementara dan
bukan merupakan pernyataan akhir yang konklusif. Hal ini mengindentifikasikan
bahwa teori berdasarkan hasil penarikan kesimpulan yang memiliki potensi
kesalahan, berbeda pada penarikan kesimpulan pada pembuktian matematika.
Menurut Suaedi (2016), manusia memiliki sifat yang senantiasa
mencari jawaban atas pertanyaan yang timbul dalam
keokumidupannya. Dalam mencari ilmu pengetahuan, manusia
melakukan telaah yang mencakup 3 hal, antara lain 1) objek yang
dikaji; 2) proses menemukan ilmu; dan 3) manfaat atau kegunaan ilmu
tersebut. Untuk itu, manusia akan selalu berpikir, dengan berpikir
akan muncul pertanyaan, dan dengan bertanya maka akan ditemukan
jawaban yang mana jawaban tersebutadalah suatu kebenaran.
Menurut Ford (2006), kebenaran atau truth dapat dibedakan atas 4
macam :
a. Kebenaran metafisik (T1). Sesungguhnya kebenaran ini tidak bisa
diuji kebenarannya (baik melalui justifikasi maupun falsifikasi/kritik)
berdasarkan norma eksternal seperti kesesuaian dengan alam, logika
deduktif, atau standar-standar perilaku profesional. Kebenaran
metafisik merupakan kebenaran yang paling mendasar dan puncak
dari seluruh kebenaran
b. Kebenaran etik (T2). Kebenaran etik merujuk pada perangkat
standar moral atau profesionaltentang perilaku yang pantas
dilakukan. Seseorang dikatakan benar secara etik bila ia
berperilaku sesuai dengan standar perilaku itu. Sumber kebenaran
etik bisa berasal dari kebenaran metafisik atau dari norma sosial-
budaya suatu kelompok masyarakat atau komunitas profesi tertentu.
c. Kebenaran logika (T3). Sesuatu dianggap benar apabila secara
logik atau matematis konsisten dan koheren dengan apa yang telah
diakui sebagai benar atau sesuai dengan apa yang benar menurut
kepercayaan metafisik. Aksioma metafisik yang menyatakan bahwa
1+1= 2 maka secara logikadapat dianggap benar.
d. Kebenaran empirik (T4). Kebenaran ini yang lazimnya dipercayai
melandasi pekerjaan ilmuwan dalam melakukan penelitian. Sesuai
(kepercayaan asumsi, dalil, hipotesis, proposisi) dianggap benar
apabila konsisten dengan kenyataan alam, dalam arti dapat
diverifikasi, dijustifikasi, atau kritik.
II.a.2 Teori Kebenaran

Dalam studi Filsafat Ilmu, pandangan tentang suatu kebenaran itu sangat
tergantung dari sudut pandang filosofis dan teoritis yang dijadikan
pijakannya. Ada tujuh teori kebenaran yang paralel dengan teori
pengetahuan yang dibangunnya, (Sahaja, 2015), yaitu:
a. Teori Korespondensi (Bertand Russel 1872-1970)
Teori ini menganggap. Teori kebenaran korespondensi adalah teori
kebenaran yang menyatakan bahwa suatu pernyataan itu benar kalau isi
pengetahuan yang terkandung dalam pernyataan tersebut
berkorespondensi (sesuai) dengan objek yang dirujuk oleh pernyataan
tersebut.
b. Teori Koherensi tentang kebenaran (konsistensi)
Teori kebenaran Koherensi. Tokoh teori ini adalah Spinosa, Hegel dan
Bradley. Suatu pengetahuan dianggap benar menurut teori ini adalah
bila suatu proposisi itu mempunyai hubungan dengan ide-ide dari
proposisi yang terdahulu yang bernilai benar. Jadi, kebenaran dari
pengetahuan itu dapat diuji melalui kejadian-kejadian sejarah, atau
melalui pembuktian logis atau matematis.
c. Teori Pragmatis (Charles S 1839-1914)
Teori kebenaran Pragmatis. Tokohnya adalah William James dan
John Dewey. Suatu pengetahuan atau proposisi dianggap benar
menurut teori ini adalah bila proposisi itu mempunyai konsekwensi-
konsekwensi praktis (ada manfaat secara praktis) seperti yang
terdapat secara inheren dalam pernyataan itu sendiri, maka
menurut teori ini, tidak ada kebenaran mutlak, universal, berdiri
sendiri dan tetap. Kebenaran selalu berubah dan tergantung serta
dapat diroreksi oleh pengamalan berikutnya
d. Teori Kebenaran Sintaksis
Teori Kebenaran Sintaksis. Teori ini berkembang diantara para filsuf
analisa bahasa, seperti Friederich Schleiermacher. Menurut teori ini,
suatu pernyataan dianggap benar bila pernyataan itu mengikuti
aturan sintaksis (gramatika) yang baku
e. Teori Kebenaran Semantis
Teori kebenaran Semantis. Menurut teori kebenaran semantik, suatu
proposisi memiliki nilai benar ditinjau dari segi arti atau makna.
Apakah proposisi itu pangkal tumpuannya pengacu (referent) yang
jelas?. Jadi, memiliki arti maksudnya menunjuk pada referensi atau
kenyataan, juga memiliki arti yang bersifat definitive
f. Teori Kebenaran Non- Deskripsi
Teori Kebenaran Non-Deskripsi. Teori ini dikembangkan oleh
penganut filsafat fungsionalisme. Jadi, menurut teori ini suatu
statemen atau pernyataan itu akan mempunyai nilai benar ditentukan
(tergantung) peran dan fungsi pernyataan itu (mempunyai fungsi yang
amat praktis dalam kehidupan sehari-hari).
g. Teori Kebenaran Logik

Teori Kebenaran Logik. Teori ini dikembangkan oleh kaum


positivistik. Menurut teori ini, bahwa problema kebenaran hanya
merupakan kekacauan bahasa saja dan hal ini akibatnya
merupakan suatu pemborosan, karena pada dasarnya apa
pernyataanyang hendak dibuktikan kebenarannya memiliki
derajat logik yang sama yang masing-masing saling
melingkupinya.

h.Agama sebagai teori kebenaran

Manusia adalah makhluk pencari kebenaran, salah satu cara untuk


menemukan suatu kebenaran adalah melalui agama. Agama
dengan karakteristiknya sendiri memberikan jawaban atas segala
persoalan asasi yang dipertanyakan manusia, baik tentang alam,
II.b. Hukum
Hukum merupakan unsur pengetahuan yang memiliki arti pernyataan
yang menjelaskan hubungan dua variable atau lebih dalam sebab akibat.
Contoh : salah satu hukum perkembangan manusia adalah hukum
konvergensi. Hukum ini menekankan kepada pengaruh gabungan antara
pembawaan dan lingkungan. Tokoh yang berpendapat demikian adalam
willian stem yang menyatakan bahwa pertumbuhan dan perkembangan
itu adalah hasil pengaruh bersama kedua unsur pembawaan dan
lingkungan. (Anwar Dani, 2014)

Secara mudah kita dapat mengatakan bahwa teori adalah pengetahuan


ilmiah yang memberikan penjelasan tentang mengapa suatu gejala
terjadi sedangkan hukum memberikan kemampuan pada kita untuk
meramalkan tentang apa yang mungkin terjadi. Pengetahuan ilmiah
dalam bentuk teori dan hukum ini merupakan alat yang dapat kita
pergunakan untuk mengontrol gejala alam.
II.c Postulat

Postulat adalah asumsi dasar yang kebenarannya dapat diterima tanpa


ada sebuah pembuktian. Dalam bahasa inggris postulate, dalam bahasa
latinnya postulatum yang artinya meminta, menuntut. Istilah ini biasanya
biasanya digunakan untuk preposisi-preposisi yang merupakan titik tolak
pencarian bukan definisi atau perandaian sementara, tidak juga
sedemikian pasti sehingga mereka dianggakt sebagai aksioma, proposisi-
proposisi itu ditentukan sebagai benar, dan ditentukan sebagai
pembuktian, jadi postulat salah satu kelompok istilah-istilah yang saling
berkaitan dengan asumsi, hipotesis, dan aksioma. Contohnya manusia
merupakan postulat dari psikologi, hal itu dikarenakan yang menjadi objek
kajian psikologi adalah manusia. (Anwar Dani,2014)
II.d Dalil
Apa Itu Dalil : Pengertian atau istilah dalil dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
(2005) diartikan pendapat yang dikemukakan dan dipertahankan sebagai suatu
kebenaran. Suatu dalil ditulis dalam bentuk proposisi yang harus memenhi tiga
criteria, yaitu :
1) Mempunyai bentuk hubungan (deskripsi, komparasi, eksplanasi dan
kausalitas);
2) Memiliki keeratan pertalian hubungan antar konsep atau variabel (proposition
linkage))
3) Memiliki nilai informasi yang tinggi (high informative value) sehingga
tidakmenimbulkan kesalahan interprestasi.
Cara Membuat Dalil : Dengan konsep pemahaman dalil tersebut, dalil dibuat
dengan cara menjalin dua konsep sehingga menunjukkan keeratan
pertalian antar konsep (proposition linkage). Sebagai misal,
Kepemimpinan Kepala Desa merupakan satu konsep; dan Partisipasi
Masyarakat merupakan satu konsep lainnya. Kedua konsep ini kemudian
dijalin menjadi Kepemimpinan Kepala Desa Meningkatkan Partisipasi
Masyarakat Dalam Pelaksanaan Pembangunan Desa.. Kedua konsep
tersebut bisa juga disebut sebagai dua variabel yang bisa dibedakan
menjadi Kepemimpinan Kepala Desa sebagai variabel antecedent (yang
mendahului, sebab); dan Partisipasi Masyarakat sebagai variabel
konsekuensi (akibat, fenomena).
Fungsi Dalil adalah menunjukkan kapasitas keilmuan promovendus dalam
memilah dan memahami konsep keilmuan/disiplin ilmu dan sekaligus
membentuk perspektif keilmuan yang mengantar promovendus dapat
memahami filsafat ilmu menurut ontologi, espitomologi dan aksiomologi.
(maruli, 2015)
II.e Asumsi
Asumsi adalah pernyataan yang kebenarannya dapat diuji secara empiris. Contoh ilmu
psikologi memiliki beberapa asumsi tentang jiwa manusia. Aliran behaviorisme
menganalisa jiwa manusia berdasarkan perilaku yang tampak.aliran psikoanalisa
memandang manusia sebagai mahluk yang lebih dikuasai alam bawah sadarnya. Aliran
humanis memandang manusia sebagai kebutuhan untuk mengaktualisasikan dirinya.
(Anwar Dani,2014)

Sedangkan Asumsi dapat dikatakan merupakan latar belakang intelektual suatu jalur
pemikiran. Asumsi juga dapat diartikan pula sebagai gagasan primitif, atau gagasan
tanpa penumpu yang diperlukan untuk menumpu gagasan lain yang akan muncul
kemudian (Suhartono, 2000)

Terdapat beberapa jenis asumsi yang dikenal antara lain 1). Aksioma, pernyataan yang
disetujui umum tanpa memerlukan pembuktian karena kebenaran sudah membuktikan
sendiri 2). Postulat, pernyataan yang dimintakan persetujuan umum tanpa pembuktian
atau suatu fakta yang hendaknya diterima saja sebagaimana adanya. 3). Premise,
pangkal pendapat pada suatu sentimen.
Setiap ilmu memerlukan asumsi. Asumsi diperlukan untuk mengatasi
penelaahan suatu permasalahan menjadi lebar. Asumsi ini perlu, Sebab
pernyataan asumtif inilah yang memberi arah dan landasan bagi kegiatan
penelaahan kita. Sebuah pengetahuan baru dianggap benar selama kita bisa
menerima asumsi yang dikemukakannya. Semua teori mempunyai asumsi-
asumsi ini, baik yang dinyatakan secara tersurat maupun yang tercakup secara
tersirat (Jujun, 2001:6).
Menurut Burhanudin (1997:86-88), Ilmu mempunyai tiga asumsi mengenai objek
empiris :
Menganggap objek- objek tertentu mempunyai keserupaan satu sama lain,
umpamanya dalam bentuk, struktur, sifat, dan sebagainya. Berdasarkan ini
maka kita dapat mengelompokkan beberapa objek yang serupa ke alam satu
golongan. Klasifikasi merupakan pendekatan keilmuan yang pertama terhadap
objek- objek yang ditelaahnya dan taksonomi merupakan cabang keilmuan yang
mula- mula sekali berkembang. Konsep ilmu yang lebih lanjut seperti konsep
perbandingan (komparatif) dan kuantitatif hanya dimungkinkan dengan adanya
taksonomi yuang baik. Lineaus (1707- 1778) merupakan pelopor dalam
penggolongan hewan dan tumbuh- tumbuhan secara sistematis.
Menurut Jujun (1990:89) Dalam mengembangkan asumsi maka harus
diperhatikan beberapa hal.
a. Pertama, asumsi harus relevan dengan bidang ilmu dan tujuan pengkajian
disiplin keilmuan. Asumsi bahwa manusia dalam administrasi adalah
manusia administrasi kedengarannya memang filsafati namun tidak
mempunyai arti apa- apa dalam penyusunan teori- teori administrasi.
Asumsi manusia dalam administrasi yang bersifat operasional adalah
mahluk ekonomis, makhluk sosial, makhluk aktualisasi diri, atau makhluk
yang kompleks.
b. Kedua, asumsi ini harus disimpulkan dari keadaan sebagaimana adanya
bukan bagaimana keadaan seharusnya asumsi yang pertama adalah
asumsi yang mendasari telaah ilmiah sedangkan asumsi kedua adalah
asumsi yang mendasar telah moral. Sekiranya dalam kegiatan ekonomis
maka manusia yang berperan adalah manusia yang mencari keuntungan
yang sebesar- besarnya dengan korbanan sekecil- kecilnya maka itu
sajalah yang kita jadikan pegangan tidak usah ditambah sebaiknya
begini, atau seharusnya begitu
Seorang ilmuan harus benar- benar mengenal asumsi yang
dipergunakan dalam analisis keilmuannya. sebab jika menggunakan
asumsi yang berbeda, maka berbeda pula konsep pemikiran yang
dipergunakan. Sering kita temui bahwa asumsi yang melandasi
suatu kajian keilmuan tidak bersifat tersurat melainkan tersirat.
Asumsi yang tersirat ini kadang- kadang menyesatkan, sebab selalu
terdapat kemungkinan bahwa kita berbeda penafsiran tentang
sesuatu yang tidak dinyatakan, oleh karena itu maka untuk
pengkajian ilmiah yang lugas lebih baik dipergunakan asumsi yang
tegas (Jujun, 1990:90)
KESIMPULAN
Teori merupakan analisis hubungan antara fakta yang satu dengan yang
lainnya pada sekumpulan fakta-fakta
Hukum pada hakikatnya merupakan pernyataan yang menyatakan hubungan
antara dua variable atau lebih dalam suatu kaitan sebab akibat
Postulat adalah asumsi dasar yang kebenarannya dapat diterima tanpa ada
sebuah pembuktian. Dalam bahasa inggris postulate, dalam bahasa latinnya
postulatum yang artinya meminta, menuntut
Dalil diartikan pendapat yang dikemukakan dan dipertahankan sebagai
suatu kebenaran
Asumsi adalah pernyataan yang kebenarannya dapat diuji secara empiris
Terima Kasih

Jaga akal dan perbuatan agar tetap kritis dengan keadaaaN

Anda mungkin juga menyukai