BAB 1
PENDAHULUAN
mampu berpikir dengan sistematis dan menerapkan standar intelektual untuk menganalisis
proses berpikir. Berpikir kritis dalam keperawatan adalah suatu komponen penting dalam
Berpikir kritis merupakan pengujian rasional terhadap ide, pengaruh, asumsi, prinsip,
argumen, kesimpulan, isu, pernyataan, keyakinan, dan aktivitas (Bandman dan Bandman,
1988)
Berpikir bukan suatu proses statis, tetapi selalu berubah secara konstan dan dinamis
dalam setiap hari atau setiap waktu. Tindakan keperawatan membutuhkan proses berpikir,
oleh karena itu sangat penting bagi perawat untuk mengerti berpikir secara umum. Pemikir
alasan rasional, memprediksi, dan melakukan transformasi pengetahuan. Pemikir kritis dalam
kesatuan dari berpikir (thinking), merasakan (feeling), dan melakukan (doing). Mengingat
profesi perawat merupakan profesi yang langsung berhadapan dengan nyawa manusia, maka
dalam menjalankan aktivitasnya, perawat menggunakan perpaduan antara thingking, feeling,
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mengetahui konsep dari berpikir kritis sampai ke penerapan proses keperawatan dan interaksi
dengan pasien.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
menggunakan berbagai ringkasan yang masuk akal. Tri Rusmi dalam Perilaku Manusia
(1996), mengatakan berpikir adalah suatu proses sensasi, persepsi, dan memori/ ingatan,
berpikir mengunakan lambang (visual atau gambar), serta adanya suatu penarikan kesimpulan
keputusan, menarik kesimpulan, dan merefleksikan . Berpikir merupakan suatu proses yang
aktif dan terkoordinasi. Dalam kaitannya dengan keperawatan, berpikir kritis adalah reflektif,
pemikiran yang masuk akal tentang masalah keperawatan tanpa ada solusi dan difokuskan
pada keputusan apa yang harus diyakini dan dilakukan. Jadi yang merupakan pengertian
berpikir merupakan suatu proses yang berjalan secara berkesinambungan mencakup interaksi
Berfikir kritis adalah suatu proses dimana seseorang atau individu dituntut untuk
Potter,2005). Berpikir kritis adalah pengujian secara rasional terhadap ide-ide, kesimpulan,
pendapat, prinsip, pemikiran, masalah, kepercayaan dan tindakan. Menurut Strader (1992),
bepikir kritis adalah suatu proses pengujian yang menitikberatkan pendapat tentang kejadian
tersebut untuk mendapatkan suatu kesimpulan tentang adanya perspektif/ pandangan baru.
Berpikir kritis adalah suatu proses berpikir sistematik yang penting bagi seorang
profesional. Berpikir kritis akan membantu profesional dalam memenuhi kebutuhan klien.
Berpikir kritis adalah berpikir dengan tujuan dan mengarah-sasaran yang membantu individu
Berpikir kritis berdasarkan pada metode penyelidikan ilmiah, yang juga menjadi akar
dalam proses keperawatan. Berpikir kritis dan proses keperawatan adalah krusial untuk
keperawatan profesional karena cara berpikir ini terdiri atas pendekatan holistik untuk
pemecahan masalah.
Berpikir kritis adalah proses perkembangan kompleks yang berdasarkan pada pikiran
rasional dan cermat. Menjadi pemikir kritis adalah sebuah denominator umum untuk
pengetahuan yang menjadi contoh dalam pemikiran yang disiplin dan mandiri. Pengetahuan
didapat, dikaji dan diatur melalui berpikir. Keterampilan kognitif yang digunakan dalam
tantangan, dan dukungan (Paul, 1993). Berpikir kritis mentransformasikan cara individu
memandang dirinya sendiri, memahami dunia. dan membuat keputusan (Chafee 1994).
Jadi yang dimaksud dengan berpikir kritis merupakan suatu tehnik berpikir yang
melatih kemampuan dalam mengevaluasi atau melakukan penilaian secara cermat tentang
tepat-tidaknya ataupun layak-tidaknya suatu gagasan yang mencakup penilaian dan analisa
secara rasional tentang semua informasi, masukan, pendapat dan ide yang ada, kemudian
keputusan yang beralasan bagi seseorang atau kelompok dimana dalam proses terjadi
b. Individual decision : Individu dapat berdebat dengan dirinya sendiri dalam proses mengambil
keputusan
c. Group discussion : sekelompok orang memperbincangkan suatu masalah dan masing-masing
mengemukakan pendapatnya.
d. Persuasi : komunikasi yang berhubungan dengan mempengaruhi perbuatan, keyajinan, sikap,
dan nilai-nilai orang lain melalui berbagai alas an, argument, atau bujukan. Debat dan iklan
e. Propoganda : komunikasi dengan menggunakan berbagai media yang sengaja dipersiapkan
asuhan keperawatan. Berpikir kritis merupakan jaminan yang terbaik bagi perawat mencapai
sukses dalam berbagai aktifitas dan merupakan suatu penerapan profesionalisme serta
mencari jawaban dengan kemungkinan ada jawaban atau tidak terdapat jawaban.
menggunakan bahasa verbal dan nonverbal dalam mengekspresikan idea, fikiran, info, fakta,
perasaan, keyakinan dan sikapnya terhadap klien, sesama perawat, profesi. Secara nonverbal
terhadap suatu tuntutan/tuduhan. Badman and Badman (1988) argumentasi terkait dengan
konsep berfikir dalam keperawatan berhubungan dengan situasi perdebatan, upaya untuk
diharapkan, keterampilan guna mensintesa ilmu yang dimiliki untuk memilih tindakan.
a. Remembering : menggunakan pengalaman masa lalu untuk mendekati pikiran saat ini
b. Repeating : Semakin sering menggunakan cara berpikir kritis dalam menghadapi setiap
c. Reasoning : berpikir kritis yaitu pengambilan keputusan atas dasar pertimbangan yang akurat
d. Reorganizing : Mengorganisasi kembali terhadap apa yang sementara menjadi focus
perhatian untuk mengidentifikasi secara tepat terhadap fenomena yang menjadi perhatian
utama
e. Relating : menghubungkan dan menemukan relasi diantara fenomena yang dipikirkan
f. Reflecting : menunda dalam pengambilan keputusan dengan tujuan menganalisa kembali
a. Bahwa berpikir, perasaan, dan berbuat adalah semua komponen dasar keperawatan yang
c. Bahwa perawat dan mahasiswa keperawatan adalah dua yang berbeda, tetapi keduanya
d. Bahwa upaya mengembangkan cara berfikir adalah upaya yang disengaja yang dapat
e. Banyak mahasiswa keperawatan dan perawat menemukan kesulitan untuk menggambarkan
keterampilan berfikirnya. Jarang dari mereka bertanya bagaimana berfikir, dan hanya
Berpikir kritis dalam keperawatan hampir sama bila kita berfikir melakukan kegiatan yang
b. Habits : kebiasaan memungkinkan sesuatu dikerjakan tanpa mempunyai metode yang baru
c. Inguiry : menguji isu-isu secara mendalam dan pertanyaan yang segera menjadi suatu
kenyataan. Inguiry adalah cara berfikir yang utama yang digunakan guna mengambil
keputusan.
d. New Idea and creativity : ide yang baru dan kreatifitas adalah merupakan hal yang penting
dalam keperawatan sebab merupakan akar yang perlu dikembangkan dalam memberikan
asuhan keperawatan.
e. Knowing How you think : berpikir dapat disebut sebagai metacognition. Meta artinya
diantara atau ditengah, cognition artinya proses mengetahui. Jika perawat berada dalam suatu
proses mengetahui, maka perawat akan dapat mengetahui apa yang dipikirkan
Perawat menggunakan bahasa secara verbal maupun nonverbal dalam mengekspresikan idea,
pikiran, informasi, fakta, perasan, keyakinan, dan sikapnya terhadap klien, sesama perawat,
profesi lain ataupun secara nonverbal pada saat melakukan pendokumentasian keperawatan.
Dalam hal ini berfikir kritis adalah kemampuan menggunakan bahasa secara reflektif
c. Melaksanakan perencanan keperawatan atau ide-ide dalam tindakan keperawatan (directive
use of language)
d. Mengajukan pertanyaan dalam rangka mencari informasi, mengekspresikan keraguan dan
a. Berhubungan dengan situasi perdebatan atau pertengkaran (dalam bahasa sehari-hari)
c. Upaya untuk mempengaruhi individu atau kelompok untuk berbuat suatu dalam rangka
d. Berhubungan dengan bentuk penjelasan yang rasional dimana memerlukan serangkaian alas
mengambil keputusan dengan tepat. Hal ini dapat terjadi dalam interaksi teman sejawat
Perawat dituntut untuk dapat mengumpulkan data dan memvalidasinya dengan hasil
observasi. Perawat harus melaksanakan observasi yang dapat dipercaya dan membedakannya
dari data yang tidak sesuai. Hal ini merupakan keterampilan dasar berfikir kritis. Lebih jauh
perawat diharapakan dapat mengelola dan mengkategorikan data yang sesuai dan diperlukan.
Untuk memiliki keterampilan ini, perawat harus memiliki kemampuan dalam mensintesa dan
menggunakan ilmu-ilmu seperti biomedik, ilmu dasar keperawatan, ilmu perilaku, dan ilmu
sosial
Tahap ini adalah tahap pengambilan keputusan yang paling kritikal. Dimana perawat dapat
rasional. Semakin perawat terlatih untuk berfikir kritis, maka ia akan semakin tajam dalam
menentukan masalah atau diagnose keperawatan klien, baik diagnose keperawatan yang
sifatnya possible, resiko, ataupun actual. Berfikir kritis memerlukan konseptualisasi dan
ketrampilan ini sangat penting dalam perumusan diagnose, karena taksonomi diagnose
Pada saat merumuskan rencana keperawatan, perawat menggunakan pengetahuan dan alas an
untuk mengembangkan hasil yang diharapkan untuk mengevaluasi asuhan keperawatan yang
diberikan. Hal ini merupakan keterampilan lain dalam berfikir kritis, pemecahan masalah
atau pengambilan keputusan. Untuk hal ini dibutuhkan kemampuan perawat dalam
mensintesa ilmu-ilmu yang dimiliki baik psikologi, fisiologi, dan sosiologi, untuk dapat
memilih tindakan keperawatan yang tepat berikut alasannya. Kemudian diperlukan pula
keterampilan dalam membuat hipotesa bahwa tindakan keperawatan yang dipilih akan
Pada tahap ini perawat menerapkan ilmu yang dimiliki terhadap situasi nyata yang dialami
klien. Dalam metode berfikir ilmiah, pelaksanaan tindakan keperawatan adalah keterampilan
dalam menguji hipotesa. Oleh karena itu pelaksanaan tindakan keperawatan merupakan suatu
tindakan nyata yang dapat menentukan apakah perawat dapat berhasil mencapai tujuan atau
tidak.
Pada tahap ini perawat mengkaji sejauh mana efektifitas tindakan yang telah dilakukan
sehingga dapat mencapai tujuan, yaitu terpenuhinya kebutuhan dasar kien. Pada proses
evaluasi, standar dan prosedur berfikir kritis sangat memegang peranan penting karena pada
fase ini perawat harus dapat mengambil keputusan apakah semua kebutuhan dasar klien
terpenuhi, apakah diperlukan tindakan modifikasi untuk memecahkan masalah klien, atau
bahkan harus mengulang penilaian terhadap tahap perumusan diagnose keperawatan yang
1) Kondisi fisik: menurut Maslow dalam Siti Mariyam (2006:4) kondisi fisik adalah
kebutuhan fisiologi yang paling dasar bagi manusia untuk menjalani kehidupan. Ketika
kondisi fisik terganggu, sementara ia dihadapkan pada situasi yag menuntut pemikiran yang
matang untuk memecahkan suatu masalah maka kondisi seperti ini sangat mempengaruhi
pikirannya. Ia tidak dapat berkonsentrasi dan berpikir cepat karena tubuhnya tidak
2) Motivasi: Kort (1987) mengatakan motivasi merupakan hasil faktor internal dan
pembangkit tenaga seseorang agar mau berbuat sesuatu atau memperlihatkan perilaku
tertentu yang telah direncanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Menciptakan
minat adalah cara yang sangat baik untuk memberi motivasi pada diri demi mencapai tujuan.
Motivasi yang tinggi terlihat dari kemampuan atau kapasitas atau daya serap dalam belajar,
mengambil resiko, menjawab pertanyaan, menentang kondisi yang tidak mau berubah kearah
yang lebih baik, mempergunakan kesalahan sebagai kesimpulan belajar, semakin cepat
memperlihatkan hasrat dan keingintahuan, serta kesediaan untuk menyetujui hasil perilaku.
3) Kecemasan: keadaan emosional yang ditandai dengan kegelisahan dan ketakutan
terhadap kemungkinan bahaya. Menurut Frued dalam Riasmini (2000) kecemasan timbul
secara otomatis jika individu menerima stimulus berlebih yang melampaui untuk
memotivasi individu untuk belajar dan mengadakan perubahan terutama perubahan perasaan
tidak nyaman, serta terfokus pada kelangsungan hidup; b) destruktif, menimbulkan tingkah
laku maladaptif dan disfungsi yang menyangkut kecemasan berat atau panik serta dapat
seseorang untuk merespon dan menyelesaikan suatu persoalan, menghubungkan satu hal
dengan yang lain dan dapat merespon dengan baik setiap stimulus. Perkembangan intelektual
tiap orang berbeda-beda disesuaikan dengan usia dan tingkah perkembanganya. Menurut
Piaget dalam Purwanto (1999) semakin bertambah umur anak, semakin tampak jelas
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Berpikir kritis dalam keperawatan adalah suatu komponen penting dalam
Berpikir kritis merupakan pengujian rasional terhadap ide, pengaruh, asumsi, prisip,
Proses keperawatan yang didasarkan pada paradigma model adaptasi dari Roy dan PNI
secara koherensi. Sakit terjadi jika individu tidak mampu beradaptasi secara holistis dari
stresor yang didapatkan. Intervensi keperawatan bertujuan sebagai stimulus terhadap stres
(sakit) yang berperan memperbaiki jenis koping (cognator) individu melalui proses
dirambatkan melalui mekanisme HPA-Aksis mempunyai efek terhadap respons imunitas (Th)
Nama kelompok :
1. Berliana suci R
2. Afifa appiliyah
3. Ekawati diana S
4. Nurullia dwi F
6. Wahyu suhendri
DAFTAR ISI
2. TUJUAN ..........................................................................................................
1. Penutup ......................................................................................................................
2. Kesimpulan .......................................................................................................
3. Saran...................................................................................................................
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan hidayahnya, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah tentang BERFIKIR KRITIS dengan baik.
Kami berterima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan
makalah ini, khususnya dosen pembimbing kami yang telah membimbing kami hingga terselesaikan
makalah ini.
Kami menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Olehkarena itu, kritik dan saran dari
pembaca sangat kami perlukan dalam perbaikan makalah ini.
Dan semoga makalah ini bisa berguna bagi kami dan pembaca.
Mojokerto, 5 Oktober 2011
BAB I
PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
Dulu sebagian orang jarang berpikir secara kritis dalam mengambil sebuah keputusan dan
menyelesaikan masalah. Namun sekarang kita dituntut untuk berfikir secara krtis, terutama seorang
perawat.
Seorang perawat harus bisa berpikir kritis untuk mengambil sebuah keputusan atau tindakan
dalam menangani pasien. Berpikir kritis dengan cepat agar kita dapat mengambil keputusan dengan
cepat dan tepat serta melukukan tindakan yang cepat dan tepat pula.
Tapi masih ada perawat yang belum berpikir secara kritis, sehingga masih ada tindakan yang
tertunda dalam menangani pasien. Oleh karena itu, perawat harus bisa secara cepat dan tepat.
II. TUJUAN
Kami menulis makalah ini bertujuan untuk membahas lebih dalam tentang berpikir kritis. Serta
kita dapat mengetahui pentingnya berpikir kritis terutama bagi seorang perawat, sehingga dapat
menangani pasien dengan cepat dan tetap.
BAB II
PEMBAHASAN
I. Definisi
Berpikir kritis merupakan salah satu proses berpikir tingkat tinggi yang dapat digunakan dalam
pembentukan sistem konseptual siswa. Berpikir kritis telah lama menjadi tujuan pokok dalam
pendidikansejak 1942.
Berpikir kritis juga merupakan kegiatan mengevaluasi dan mempertimbangkan kesimpulan yang
akan diambil manakalah menentukan beberapa faktor pendukung untuk membuat keputusan.
Dalam berpikir kritis harus mempunyai sebuah kriteria atau patokan. Untuk sampai kearah sana
maka harus menemukan sesuatu untuk diputuskan atau dipercayai. Apabila kita akan menerapkan
standarisasi maka haruslah berdasarkan kepada relevansi, keakuratan fakta-fakta, berlandaskan
sumber yang kredibel, teliti, bebas dari logika yang keliru, logika yang konsisten, dan pertimbangan
yang matang.
Pertimbangan atau pemikiran adalah kemampuan untuk merangkum kesimpulan dari satu atau
beberapa premis. Prosesnya akan meliputi kegiatan menguji hubungan antara beberapa pernyataan
argumen.
Sudut pandang adalah cara memandang atau menafsirkan dunia ini yang akan menentukan
konstruksi makna.
Prosedur penerapan berpikir kritis sangat kompleks dan prosedural. Prosedur tersebut akan meliputi
merumuskan permasalahan, menentukan keputusan yang akan diambil, dan mengidentifikasi
perkiraan-perkiraan.
Keterampilan ini merupakan keterampilan aplikatif konsep kepada beberapa pengertian baru.
Tujuan keterampilan ini bertujuan agar pembaca mampu memahami dan menerapkan konsep-
konsep kedalam permasalahan atau ruang lingkup baru.
Kejelasan merupakan pondasi standardisasi. Jika pernyataan tidak jelas, kita tidak dapat
membedakan apakah sesuatu itu akurat atau relevan.
Ketelitian atau kesaksamaan sebuah pernyataan dapat di telusuri melalui pertanyaa: “apakah
pertanyaan itu kebenarannya dapat dipertanggung jawabkan?”, bagai mana cara mengecek
kebenarannya?” pernyataan dapat saja jelas, tetapi tidak akurat, seperti dalam penyataan berikut,
“pada umumnya anjing berbobot lebih dari 300 pon”.
Relevansi bermakna bahwa pernyataan atau jawaban yang dikemukakan berhubungan dengan
pernyataan yang diajukan. Bagaimana pun usaha tidak dapat mengukur kualitas belajar siswa dan
kapan hal tersebut terjadi, usaha tidak relevan dengan ketetapan mereka dalam meningkatkan
kemampuannya.
Makna kedalaman diartikan sebagai jawaban yang dirumuskan tertuju keada pertanyaan dengan
kompleks.Misalnya terdapat ungkapan, “Katakan tidak”.Ungkapan tersebut biasa di gunakan para
remaja dalam rangka penolakan terhadap obat-obatan terlarang (narkoba). Pernyataan tersebut
cukup jelas, akurat, tepat, relevan, tetapi sangat dangkal, sebab ungkapan tersebut dapat di
tafsirkan dengan bermacam-macam.
Keluasan sebuah pernyataan dapat ditelusuri dengan pertanyaan berikut ini. Seperti halnya kita
mengajukan sebuah pendapat atau argumen menurut pandangaan seseorang tetapi hanya
menyinggung salah satu saja dalam pernyataan yang diajukan.
Logika bertemali dengan hal-hal berikut: apakah pengertian telah di susun dengan konsep yang
benar?.Ketika kita berfikir dengan
BAB III
PENUTUP
I. Penutup
Demikian yang dapat kami paparkan tentang Berpikir Kritis. Kami berharap makalah ini
bermanfaat bagi pembaca yang telah meluangkan waktunya untuk membaca makalah ini. Tentunya
kami menyadari masih banyak kekurangan dalam makalah ini, karena terbatasnya pengetahuan ilmu
kami. Dengan begitu kami memgharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca
demi kesempurnaan makalah yang telah kami susun.
II. Kesimpulan
Berpikir kritis adalah salah satu proses berpikir tingkat tinggi yang dapat digunakan dalam
pembentukan sistem konseptual siswa.
Kemapuan berpikir kritis merupakan kemampuan yang sangat esensial untuk kehidupan,
pekerjaan dan efektif dalam semua aspek kehidupan lainnya.
Berpikir secara kritis menantang individu untuk menelaah asumsi tentang informasi terbaru dan
untuk menginterprestasikan serta mengevaluasi uraian dangan tujuan mencapai simpulan suatu
perspektif baru.
III. Saran
Sebaiknya kita sebagai seorang individu atau seorang perawat bisa berpikir secara kritis,
sehingga dapat mengambil keputusan dengan cepat dan tepat. Serta dapat menyelesaikan masalah
dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
1. http://re-searchengines.com/1007arief3.html
3.http://www.google.com
Senin, 25 Juli 2011
Berpikir Kritis
Pengertian Berpikir
Sebelum kita mengetahui apa itu pengertian berpikir kritis ada baiknya kita mengetahui
terlebih dahulu mengenai pengertian berpikir. Berpikir adalah aktivitas yang sifatnya mencari idea
tau gagasan dengan menggunakan berbagai ringkasan yang masuk akal. Tri Rusmi dalam Perilaku
Manusia (1996), mengatakan berpikir adalah suatu proses sensasi, persepsi, dan memori/ ingatan,
berpikir mengunakan lambang (visual atau gambar), serta adanya suatu penarikan kesimpulan yang
disertai proses pemecahan masalah.
Teknik Berpikir
Berpikir memiliki berbagai macam teknik, antara lain; berpikir austik, berpikir realistic,
berpikir kreatif dan berpikir evaluative.
Pada saat melamun seseorang menghayal dan sering berfantasi memikirkan sesuatu yang
terkadang tidak sesuai dengan keadaan. Setiap orang pernah terlibat dengan cara ini, namun harus
selalu terkendali. Oleh karena itu, berpikir austik sering diidentikkan dengan melamun. Misalnya,
seseorang yang berhayal ingin mempunyai pesawat terbang.
Berpikir realistic dilakukan oleh seseorang saat menyesuaikan diri dengan situasi yang nyata.
Pada berpikir realistic, seseorang melihat situasi nyata yang ada, kemudian langsung menarik suatu
kesimpulan, selanjutnya direalisasikan pada penaglaman nyata. Hal ini disebut berpikir realistic
induktif. Misalnya, pada kondisi bangun kesiangan saat masuk kuliah pagi, seseorang akan
memikirkan alternative untuk tidak bangun kesiangan. Selanjutnya, jika seseorang berpikir dengan
melihat pengalaman sebelumnya, kemudian menarik suatu kesimpulan dari situasi yang ada, disebut
berpikir realistis deduktif.
Berpikir kreatif dilakukan untuk menemukan sesuatu yang baru. Berpikir kreatif memerlukan
stimulus atau rangsangan dari lingkungan yang dapat memicu seseorang berkreativitas. Seseorang
baru dikatakan berpikir kreatif jika ada perubahan atau menciptakan sesuatu yang baru. Berpikir
kreatif dilakukan berdasarkan manfaat atau tujuan yang pasti, menyelesaikan dengan baik suatu
masalah, dan menghasilkan ide yang baru atau menata kembali ide lama dalam bentuk baru.
Pada saat seseorang berpikir evaluative, berarti ia mempelajari dan menilai baik buruknya
suatu keadaan, tepat tidaknya suatu gagasan , serta perlu tidaknya perubahan suatu gagasan.
Misalnya, ketika seseorang merencanakan membeli jas baru, keuntungan dan kerugiannya, serta
apakahtepat jika membeli jika kondisi tidak memungkinkan.
Berfikir kritis adalah suatu proses dimana seseorang atau individu dituntut untuk
menginterpretasikan dan mengevaluasi informasi untuk membuat sebuah penilaian atau keputusan
berdasarkan kemampuan,menerapkan ilmu pengetahuan dan pengalaman. ( Pery & Potter,2005).
Menurut Bandman dan Bandman (1988), berpikir kritis adalah pengujian secara rasional terhadap
ide-ide, kesimpulan, pendapat, prinsip, pemikiran, masalah, kepercayaan dan tindakan. Menurut
Strader (1992), bepikir kritis adalah suatu proses pengujian yang menitikberatkan pendapat tentang
kejadian atau fakta yang mutakhir dan menginterprestasikannya serta mengevaluasi pandapat-
pandapat tersebut untuk mendapatkan suatu kesimpulan tentang adanya perspektif/ pandangan
baru.
Berpikir kritis adalah suatu proses berpikir sistematik yang penting bagi seorang profesional.
Berpikir kritis akan membantu profesional dalam memenuhi kebutuhan klien. Berpikir kritis adalah
berpikir dengan tujuan dan mengarah-sasaran yang membantu individu membuat penilaian
berdasarkan data bukan perkiraan (Alfaro-LeFevre 1995). Berpikir kritis berdasarkan pada metode
penyelidikan ilmiah, yang juga menjadi akar dalam proses keperawatan. Berpikir kritis dan proses
keperawatan adalah krusial untuk keperawatan profesional karena cara berpikir ini terdiri atas
pendekatan holistik untuk pemecahan masalah.
Berpikir kritis adalah proses perkembangan kompleks yang berdasarkan pada pikiran
rasional dan cermat. Menjadi pemikir kritis adalah sebuah denominator umum untuk pengetahuan
yang menjadi contoh dalam pemikiran yang disiplin dan mandiri. Pengetahuan didapat, dikaji dan
diatur melalui berpikir. Keterampilan kognitif yang digunakan dalam berpikir kualitas-tinggi
memerlukan disiplin intelektual, evaluasi-diri, berpikir ulang, oposisi, tantangan, dan dukungan
(Paul, 1993). Berpikir kritis mentransformasikan cara individu memandang dirinya sendiri,
memahami dunia. dan membuat keputusan (Chafee 1994).
Jadi yang dimaksud dengan berpikir kritis merupakan suatu tehnik berpikir yang melatih
kemampuan dalam mengevaluasi atau melakukan penilaian secara cermat tentang tepat-tidaknya
ataupun layak-tidaknya suatu gagasan yang mencakup penilaian dan analisa secara rasional tentang
semua informasi, masukan, pendapat dan ide yang ada, kemudian merumuskan kesimpulan dan
mengambil suatu keputusan.
Bahwa untuk mendapatkan suatu hasil berpikir yang kritis, seseorang harus melakukan suatu
kegiatan (proses) berpikir yang mempunyai tujuan (purposeful thinking), bukan “asal” berpikir yang
tidak diketahui apa yang ingin dicapai dari kegiatan tersebut. Artinya, walau dalam kehidupan sehari-
hari seseorang sering melakukan proses berpikir yang terjadi secara “otomatis” (misal; dalam
menjawab pertanyaan “siapa namamu?”). Banyak pula situasi yang memaksa seseorang untuk
melakukan kegiatan berpikir yang memang di “rencanakan” ditinjau dari sudut “apa” (what),
“bagaimana” (how), dan “mengapa” (why). Hal ini dilakukan jika berhadapan dengan situasi
(masalah) yang sulit atau baru.
Kataoka-Yahiro dan Saylor (1994) mengidentifikasi tiga tingkatan berpikir kritis dalam
keperawatan yaitu tingkat dasar, kompleks dan komitmen.
Pada tingkat dasar seseorang mempunyai kewenangan untuk menjawab setiap masalah dengan
benar. Pemikiran ini harus berdasarkan pada kenyataan yang terjadi dengan berpegang pada
berbagai aturan atau prinsip yang berlaku. Ini adalah langkah awal dalam kemampuan
perkembangan member alasan (kataoka-Yahiro dan Saylor, 1994). Ketika perawat sebagai orang
baru yang belum berpengalaman di pelayanan, berpikir kritisnya dalam melakukan asuhan
keperawatan sangat terbatas. Oleh karena itu, ia harus mau belajar dari perawat lain dan menerima
berbagai pendapat dari orang lain.
Pada tingkat kompleks, seseorang akan lebih mengakui banyaknya perbedaan pandangan
dan persepsi. Pengalaman dapat membantu seseorang menambah kemampuannya untuk
melepaskan ego atau kekuasaanya untuk menerima pendapat orang lain kemudian menganalisis dan
menguji alternative secara mandiri dan sistematis. Untuk melihat bagaimana tindakan keperawatan
mempunyai keuntungan bagi klien, perawat dapat mulai mencoba berbagai alternative yang ada
dengan membuat rentang yang lebih luas untuk pencapaiannya. Hal ini membutuhkan lebih dari
satu pemecahan masalah untuk setiap masalah yang ditemukan. Di sini perawat belajar berbagai
pendekatan yang berbeda-beda untuk jenis penyakti yang sama.
Pada tingkat komitmen, perawat sudah memilih tindakan apa yang akan dilakukan
berdasarkan hasil identifikasi dari berbagai alternative pada tingkat kompleks. Perawat dapat
mengantisipasi kebutuhan kelien untuk membuat pilihan-pilihan kritis sesudah menganalisis
berbagai manfaat dari alternative yang ada. Kematangan seorang perawat akan tampak dalam
memberikan pelayanan dengan baik, lebih inovatif dan lebih tepat guna bagi perawatan klien.
Kataoka -Yahiro dan Saylor telah mengembangkan suatu model tentang berpikir kritis untuk
penilaian keperawatan. Model ini mendefinisikan hasil dari perpikir kritis sebagai penilaian
keperawatan yang relevan atau sesuai dengan masalah-masalah keperawatan dalam kondisi yang
bervariasi. Model ini dirancang untuk peniaian keperawatan ditingkat pelayanan, pengelolaan dan
pendidikan. Ketika seorang perawat berada di pelayanan, model ini mengemukakan lima komponen
berpikir kritis yang mengarahkan perawat untuk membuat rencana tindakan agar asuahan
keperawatan aman dan efektif.
Komponen pertama berpikir kritis adalah dasar pengetahuan khusus perawat dalam
keperawatan. Dasar pengetahuan ini beragam sesuai dengan program pendidikan dasar
keperawatan dari jenjang mana perawat diluluskan, pendidikan berkelanjutan tambahan, dan setiap
gelar tingkat lanjut yang didapatkan perawat.
Dasar pengetahuan perawat mencakup informasi dan teori dari ilmu pengetahuan alam,
humaniora, dan keperawatan yang diperlukan untuk memikirkan masalah keperawatan. Informasi
tersebut memberikan data yang digunakan dalam berbagai proses berpikir kritis. Penting artinya
bahwa dasar pengetahuan ini mencakup pendekatan yang menguatkan kemampuan perawat untuk
ber[ikir secara kritis tentang masalah keperawatan.
2. Pengalaman
Komponen kedua dari model berpikir kritis adalah pengalaman dalam keperawatan. Kecuali
perawat mempunyai kesempatan untuk berpraktik di dalam lingkungan klinik dan membuat
keputusan tentang perawat klien, berpikir kritis tidak akan pernah terbentuk. Ketika perawat harus
menghadapi klien, informasi tentang kesehatan dapat diketahui dari mengamati, merasakan,
berbicara dengan klien, dan merefleksikan secara aktif pada pengalaman.
Pengalaman perawat dalam peraktik klinik akan mempercepat proses berpikir kritis karena
ia akan berhubungan dengan kliennya, melakukan wawancara, observasi, pemeriksaan fisik, dan
membuat keputusan untuk melakukan perawatan terhadap masalah kesehatan.
Pengalaman adalah hasil interaksi antara individu melalui alat indranya dan stimulus yang
berasal dari beberapa sumber belajar. Menurut Rowntree pada proses belajar ada lima jenis
stimulus atau rangsangan yang berasal dari sumber belajar.
a. Interaksi manusia (verbal dan nonverbal), adalah interaksi antara manusia baik verbal maupun
nonverbal.
b. Realita (benda nyata, orang dan kejadian), adalah rangsangan yang meliputi benda-benda nyata,
peristiwa nyata, binatang nyata, dan sebagainya.
c. Pictorial representation, adalah jenis rangsangan gambar yang mewakli suatu objek dan peristiwa
d. Written symbols, adalah lambang tertulis yang dapat disajikan dalam berbagai macam media.
e. Recorded sound, adalah rangsangan dengan suara rekaman yang membantu mengontrol realitas
mengingat bahwa suara senantiasa berlangsung atau jalan terus.
3. Kompetensi
Kompetensi berpikir kritis adalah proses kognitif yang digunakan perawat untuk membuat
penilaian keperawatan. Terdapat tiga tipe kompetensi yaitu berpikir kritis umum yang meliputi
pengetahuan tentang metode ilmiah, penyelesaian masalah, dan pembuatan keputusan., berpikir
kritis spesifik dalam situasi klinis yang meliputi alasan mengangkat diagnose dan membuat
keputusan untuk perencanaan tindakan selanjutnya, dan berpikir kritis spesifik dalam keperawatan
melalui pendekatan proses keperawatan (pengkajian sampai evaluasi).
Paul (1993) telah meringkaskan sikap-sikap yang merupakan aspek sentral dari pemikir kritis.
Sikap ini adalah nili yang harus ditunjukkan keberhasilannya oleh pemikir kritis. Individu harus
menunjukkan keterampilan kognitif untuk berpikir secara kritis, tetapi juga penting untuk
memastikan bahwa keterampilan ini digunakan secara adil dan bertanggung jawab. Berikut ini
contoh sikap berpikir kritis.
Ketika individu mendekati suatu situasi yang membutuhkan berpikir kritis, adalah tugas
individu tersebut untuk “mudah menjawab” apa pun keputusan yang dibuatnya. Sebagai perawat
professional, perawat harus membuat keputusan dalam berespons terhadap hak, kebutuhan, dan
minat klien. Perawat harus menerima tanggung gugat untuk apapun penilaian yang dibuatnya atas
nama pasien.
Sejalan dengan seseorang menjadi dewasa dan mendapatkan pengetahuan baru, mereka
belajar mempertimbangkan ide dan konsep dengan rentang yang luas dan kemudian membuat
penilaian mereka sendiri. Untuk berpikir secara mandiri, seorang menantang cara tradisional dalam
berpikir, dan mencari rasional serta jawaban logis untuk masalah yang ada
Dalam hal ini perawat perlu dibutuhkan niat dan kemauan mengambil risiko untuk
mengenali keyakinan apa yang salah dan untuk kemudian melakukan tindakan didasarkan pada
keyakinan yang didukung oleh fakta dan dan bukti yang kuat.
Penting untuk mengetahui keterbatasan diri sendiri. Pemikir kritis menerima bahwa mereka
tidak mengetahui dan mencoba untuk mendapatkan pengetahuan yang diperlukan untuk membuat
keputusan yang tepat. Keselamatan dan kesejahteraan klien mungkin berisiko jika perawat tidak
mampu mengenali ketidakmampuannya untuk mengatasi masalah praktik.
5. Integritas
Pemikir kritis mempertanyakan dan menguji pengetahuan dan keyakinan pribadinya seteliti
mereka menguji pengetahuan dan keyakinan orang lain. Integritas pribadi membangun rasa percaya
dari sejawat dan bawahan. Orang yang mempunyai integritas dengan cepat berkeinginan untuk
mengakui dan mengevaluasi segala ketidakkonsistenan dalam ide dan keyakinannya.
6. Ketekunan
Pemikir kritis terus bertekad untuk menemukan solusi yang efektif untuk masalah perawatan
klien. Solusi yang cepat adalah hal yang tidak dapat diterima. Perawat belajar sebanyak mungkin
mengenai masalah, mencoba berbagai pendekatan untuk perawatan, dan terus mencari sumber
tambahan sampai pendekatan yang tepat ditemukan.
7. Kreativitas
Kreativitas mencakup berpikir original. Hal ini berarti menemukan solusi di luar apa yang
dilakukan secara tradisional. Sering kali klien menghadapi masalah yang membutuhkan pendekatan
unik.
Paul (1993) menemukan bahwa standar intelektual menjadi universal untuk berpikir kritis.
Standar professional untuk berpikir kritis mengacu pada kriteria etik untuk penilaian keperawatan
dan kriteria unuk tanggung jawab dan tanggung gugat professional. Penerapan standar ini
mengharuskan perawat menggunakan berpikir kritis untuk kebaikan individu atau kelompok.
(Kataoka-Yhiro & Saylor, 1994 ).
Model Kataoka-Yahiro & Saylor, (1994) mengidentifikasi tiga tingkat berpikir kritis dalam
keperawatan : tingkat dasar, kompleks, dan komitmen. Tingkat ini cenderung sejajar dengan lima
tingkat kecakapan diuraikan oleh Benner (1984): pendatang, pemula lanjut, kompeten, cakap, dan
ahli.
Pada tingkat dasar pembelajar menganggap bahwa yang berwenang mempunyai jawaban
yang benar untuk setiap masalah. Berpikir cenderung untuk menjadi konkret dan didasarkan pada
serangkaian peraturan atau prinsip. Hal ini merupakan langkah awaldalam perkembangan
kemampuan mempertimbangkan ( Kataoka-Yahiko & Saylor, 1994). Individu mempunyai
keterbatasan pengalaman dalam menerapkan berpikir kritis. Di samping kecenderungan untuk diatur
oleh orang lain, individu belajar menerima perbedaan pendapat dan nilai-nilai di antarapihak yang
berwenang. Dalam kasus perawat baru, berpikir kritis sambil melakukan prosedur keperawatan
masih terbatas. Pendekatan tahap-demi-tahap digunakan untuk memberikan perawatan dan
mungkin tidak dapat diadaptasi untuk kebutuhan klien yang unik atau yang tidak lazim.
Pada tingkat berpikir kritis yang kompleks seseorang secara kontinu mengenali keragaman
dari pandangan dan persepsi individu. Apa yang berubah adalah kemampuan dan inisiatif individu.
Pengalaman membantu individu mencapai kemampuan untuk terlepas dari kewenangan dan
menganalisis serta meneliti alternative secara lebih mandiri dan sistematis. Dalam kaitannya dengan
keperawatan, praktisi mulai untuk mencari bagaimana tindakan keperawatan mempunyai manfaat
jangka panjang untuk klien. Perawat mulai mengantisipasi alternative lebih baik dan menggali lebih
luas. Hanya kemauan untuk mempertimbangkan penyimpangan protokol atau peraturan standar
ketika terjadi situasi klien yang kompleks.
Tingkat ketiga dari berpikir kritis adalah komitmen. Pada tingkat ini perwat memilih tindakan
atau keyakinan berdasarkan alternative yang diidentifikasi pada tingkat berpikir yang kompleks.
Perawat mampu untuk mengantisipasi kebutuhan untuk membuat pilihan yang kritis setelah
menganalisis keuntungan dari alternative lainnya. Maturitas perawat tersermin dalam kerutinan
selalu mencari pilihn yang terbaik, yang paling inovatif, dan paling sesuai untuk perawatan klien.
Dalam lingkungan perawatan kesehatan yang kompleks sekarang ini, perawat harus mampu
memecahkan masalah secara akurat, menyeluruh, dan cepat. Hal ini berarti bahwa perawat harus
mampu menelaah informasi dalam jumlah yang sangat banyak untuk membuat penilaian kritis.
Penting artinya bagi perawat untuk belajar berpikir secara kritis tentang apa yang harus
dikaji. Penilaian mandiri tentang kapan pertanyaan atau pengukuran diperlukan adalah dipengaruhi
oleh pengetahuan dan pengalaman klinik perawat (Gordon, 1994).
Memilih intervensi keperawatan yang sesuai adalah proses pembuatan keputusan (Bulechek
& McCloskey, 1990). Perawat secara kritis mengevaluasi data pengkajian, prioritas, pengetahuan,
dan pengalaman untuk memilih tindakan yang akan secara berhasil memenuhi tujuan dan hasil yang
diperkirakan yang telah ditetapkan (Gordon, 1994; Gordon et al, 1994).
Perawat membuat dua jenis keputusan yang besar dalam proses keperawatan. Proses
diagnostik menentukan kekuatan dan masalah klien saat pembuatan konklusi pengkajian dan
sepanjang fase diagnostic (Bandman & Bandman, 1994; Mc Farland dan Mc Farlane, 1989). Perawat
kemudian menggunakan pendekatan metodis, sistematis, yang didasarkan pada riset untuk
merencanakan dan memilih intervensi yang sesuai (Bulechek & McCloskey, 1995; Gordon, 1987,
1994).
Peserta didik harus cermat memilih intervensi yang dirancang untuk mencapai hasil yang
diharapkan dan mengetahui perbedaan antara intervensi perawat dan intervensi dokter.
Sejalan dengan telah dievaluasinya tujuan, penyesuaian terhadap rencana asuhan dibuat
sesuai dengan keperluan. Jika tujuan telah terpenuhi dengan baik, bagian dari rencana asuhan
tersebut dihentikan. Tujuan yang tidak terpenuhi dan tujuan yang sebagian terpenuhi mengharuskan
perawat untuk mengaktifkan kembali urutan dari proses keperawatan. Setelah perawat mengkaji
klien kembali, diagnosa keperawatan dapat dimodifikasi atau ditambahkan dengan tujuan, hasil yang
diharapkan sesuai, dan intervensi ditegakkan. Perawat juga menetapkan kembali prioritas. Hal ini
merupakan langkah penting dalam berpikir kritis mengetahui bagaimana klien mengalami kemajuan
dan bagaimana masalah dapat teratasi atau memburuk. Perawat dengan cermat memantau dan
deteksi dini terhadap masalah adalah pertahankan garis depan klien (Benner, 1984).
Kegiatan berpikir kritis dapat dilakukan dengan melihat penampilan dari beberapa perilaku
selama proses berpikir kritis itu berlangsung. Berpikir kritis seseorang dapat dilihat dari beberapa
aspek :
1) Relevance
2) Importance
Penting tidaknya isu atau pokok-pokok pikiran yang dikemukakan.
3) Novelty
Kebaruan dari isi pikiran, baik dalam membawa ide-ide atau informasi baru maupun dalam sikap
menerima adanya ide-ide baru orang lain.
Mencari penjelasan atau informasi lebih lanjut jika dirasakan ada ketidak jelasan.
Senantiasa menghubungkan fakta, idea tau pandangan serta mencari data baru dari informasi yang
berhasil dikumpulkan.
7) Justification
Member bukti-bukti, contoh, atau justifikasi terhadap suatu solusi atau kesimpulan yang diambilnya.
Termasuk di dalalmnya senantiasa member penjelasan mengenai keuntungan (kelebihan) dan
kerugian (kekurangan) dari suatu situasi atau solusi
Ide-ide baru yang dikemukakan selalu dilihat pula dari sudut keperaktisan/ kegunaanya dalam
penerapan
Diskusi yang dilaksanakan senantiasa bersifat muluaskan isi atau materi diskusi.
Secara garis besar, perilaku berpikir kritis diatas dapat dibedakan dalam beberapa kegiatan:
c. Bertanya dan menjawab pertanyaan untuk klarifikasi (ask and answer questions of clarification
and/or challenge)
d. Evaluasi kebenaran dari sumber informasi (evaluating the credibility sources of information)
DAFTAR PUSTAKA
Perry & Potter. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Volume I, Jakarta : EGC.
Perry & Potter. 2006. Fundamental of Nursing Edisi 9, Jakarta : Salemba Medika