Anda di halaman 1dari 3

Faktor Penyebab Terjadinya Korupsi dan Solusi Pemberantasan

Oleh: Aditiya Fortuna Tungga (1810030248)

Tugas ini dibuat untuk memenuhi syarat mendapat nilai Ujian Akhir Semester
Mata Kuliah pendidikan Anti Korupsi

Pendahuluan

Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2001 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi,
korupsi adalah tindakan melawan hukum dengan maksud memperkaya diri sendiri, orang lain,
atau korupsi yang berakibat merugikan negara atau perekonomian negara. Dapat disimpulkan
bahwa korupsi merupakan tindakan buruk yang merugikan. Indonesia merupakan negara dengan
kasus korupsi yang tiada hentinya. Terbaru, korupsi yang dilakukan terkait dengan dana bantuan
sosial (bansos) yaitu paket pengadaan bantuan sosial sembako pada bulan Juni dan Juli tahun
2020 sebesar 1,28 miliar yang dilakukan oleh Juliari Batubara (Menteri Sosial namun telah
diberhentikan) dengan alasan bahwa tidak adanya dana operasional untuk menjalankan kegiatan
bansos sehingga mereka membuat keputusan untuk menerima fee tersebut. Padahal bansos
diperuntukkan bagi masyarakat level bawah yang membutuhkan bantuan karena terdampak
Pandemic Covid-19. Dari kasus ini, terlihat bahwa korupsi dapat dilakukan dalam segala bidang
bahkan dengan alasan kemanusiaan sekalipun.

Pembahasan

Apa Penyebab Terjadinya Korupsi?

1. GONE Theory oleh Jack Boulogne


Mengutip GONE Theory yang dikenalkan oleh Jack Boulogne dalam buku Fraud Auditing
and Forensic Accounting: New Tools and Techniques (1995), bahwa faktor-faktor yang
menyebabkan terjadinya korupsi meliputi :
1. Greeds (keserakahan): berkaitan dengan adanya perilaku serakah yang secara
potensial ada di dalam diri setiap orang.
2. Opportunities (kesempatan): berkaitan dengan keadaan organisasi atau instansi atau
masyarakat yang sedemikian rupa, sehingga terbuka kesempatan bagi seseorang
untuk melakukan kecurangan.
3. Needs (kebutuhan): berkaitan dengan faktor-faktor yamg dibutuhkan oleh individu-
individu untuk menunjang hidupnya yang wajar.
4. Exposures (pengungkapan): berkaitan dengan tindakan atau konsekuensi yang
dihadapi oleh pelaku kecurangan apabila pelaku diketemukan melakukan
kecurangan.
2. Theory Fraud Diamond yang dikemukakan oleh Wolf & Hermanson (2004), menjelaskan
bahwa faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya korupsi meliputi:
1. Incentive/Pressure (Tekanan), berkaitan dengan motif dari perilaku seseorang untuk
melakukan penyelewengan karena dipicu oleh adanya dorongan yang dirasakan
2. Opportunity (Peluang/Kesempatan), berkaitan dengan suatu keadaan yang
memungkinkan seseorang untuk dapat melakukan tindakan yang tidak dibenarkan
seperti tindakan penyelewengan
3. Rationalization (Rasionalisasi), berkaitan dengan pelaku harus bisa merumuskan
beberapa bentuk rasionalisasi yang dapat diterima secara moral sebelum terlibat
dalam perilaku yang tidak etis
4. Capacity/Capability (Kemampuan), berkaitan dengan kemampuan atau kelebihan
seseorang dalam memanfaatkan keadaan yang melingkupinya, yang mana
kemampuan ini lebih banyak diarahkan pada situasi untuk mengelabui sistem
pengendalian internal dengan tujuan untuk melegalkan hal-hal yang sebenarnya
dilarang dalam suatu organisasi.

Berdasarkan 2 teori di atas, dapat disimpulkan bahwa tindakan korupsi dapat terjadi karena
adanya faktor internal (dari dalam diri pelaku) dan eksternal (dari luar diri pelaku).

1. Faktor internal atau fakator yang berasal dari dalam diri pelaku seperti aspek perilaku
individu (sifat tamak/rakus manusia, moral yang kurang kuat, gaya hidup yang
konsumtif, gaji yang rendah, kemiskinan, dan pengetahuan yang tidka cukup dalam
bidangnya). Ada juga aspek sosial yaitu adanya dorongan dari keluarga.
2. Faktor eksternal atau faktor yang berasal dari luar diri pelaku seperti aspek sikap
masyarakat terhadap perilaku korupsi, aspek ekonomi, aspek politis, dan aspek
organisasi.

Bagaimana Solusi Pemberantasan Korupsi?

Berdasarkan faktor internal dan eksternal penyebab korupsi di atas, dapat menjabarkan solusi
pemberantasan korupsi yang dapat dilakukan, yaitu:

1. Pemberantasan korupsi secara internal


Pemberantasan korupsi ini dapat terjadi jika adanya kesadaran diri sendiri tentang
buruknya dampak korupsi dan juga berkaitan dengan karakter atau sifat diri sendiri.
Biasanya diikuti dengan akhlak/moral yang baik. Seseorang yang memiliki moral yang
baik dengan menanamkan sifat-sifat seperti kejujuran, kedisplinan dan bertanggung
jawab dalam melakukan pekerjaan tentunya akan membentuk karakter untuk tidak
melakukan penyelewengan. Diri sendiri juga perlu memiliki sifat bersyukur atas apa yang
sudah dimiliki, sehingga tidak adanya dorongan atas keinginan yang besar dan berakhir
dengan memakai sesuatu yang bukan haknya.
2. Pemberantasan korupsi secara eksternal
Pemberantasan korupsi ini dapat terjadi jika fungsi pengawasan dari organisasi atau
instansi telah dilakukan dengan baik dan sesuai. Karena jika fungsi pengawasan
dilakukan dengan baik, tentunya akan menghilangkan atau mengurangi peluang bagi
seseorang untuk melakukan korupsi. Namun, hal ini cukup sulit karena perlu adanya
kerja keras dan komitmen dari berbagai pihak.

Kesimpulan

Korupsi memanglah hal yang cukup sulit untuk diberantas karena dilakukan oleh sebagian besar
orang dan dalam berbagai aspek, namun apabila upaya pemberantasan secara internal dan
eksternal dapat dijalankan dengan baik maka hasilnya pun dapat dipastikan baik. Hal ini bisa
dimulai dari diri kita sendiri dengan hal-hal kecil. Contohnya sebagai mahasiswa yang harus
belajar untuk disiplin dan bertanggung jawab. Saat tidak masuk kuliah dan ada peluang untuk
menitip absen pada teman, tetapi harus jujur untuk tidak melakukan itu karena merupakan bagian
dari korupsi waktu. Jika hal kecil seperti ini dapat dilakukan, maka kita masih dapat bermimpi
untuk Indonesia yang bebas korupsi di masa depan.

Anda mungkin juga menyukai