OLEH:
042313126
UNIVERSITAS TERBUKA
KUPANG
2023
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap orang berhak mendapatkan pelayanan baik itu dalam bentuk pelayanan
tidak terlepas dari kehidupan sehari-hari, sehingga sangat dibutuhkan perhatian dalam
peningkatan pelayanan publik. Pelayanan publik harus diberikan secara adil tanpa adanya
pembedaan status sosial , jabatan, kedudukan, ras, agama, dan budaya sebagaimana terdapat
dalam Pasal 28H ayat (1) UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 yang
berbunyi: “ Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan
mendapalkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan
kesehatan"
Pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan
kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara
dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang disediakan oleh
penyelenggara pelayanan publik yang sebagamaina terdapat dalam pasal 1 ayat (1) Undang-
Undang Nomor 25 tahun 2009 tentang pelayanan publik.Pelayanan publik pada prinsipnya
menjadi tanggung jawab dan dilaksanakan oleh Instansi Pemerintah di Pusat, di Daerah, dan
di lingkungan Badan Usaha Milik Negara atau Badan Usaha Milik Daerah, dalam rangka
peraturan perundang-undangan.
masyarakat, baik pelayanan dalam bentuk administrasi publik, jasa publik, maupun barang
publik sebagaimana di atur dalam Pasal 1 UU No. 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik.
Pelayanan publik yang merupakan hak masyarakat serta kewajiban pemerintah yang
diberikan harus sebaik mungkin untuk mewujudkan Good Governance atau yang dikenal
dengan asas-asas umum pemerintahan yang baik meliputi,asas kecermatan, asas objektifitas,
asas keseimbangan, asas persamaan, asas keadilan, asas pertimbangan, asas tidak berlaku
surut, asas kepercayaan dan asas kepastian hukum. Dalam pemberian pelayanan publik
kepada masyarakat, dibutuhkan suatu pengawasan terhadap suatu pelayanan publik untuk
menjamin kualitas mutu suatu pelayanan yang diberikan. Jika suatu pelayanan publik tidak
sesuai dengan aturan maka disebut dengan Mal administrasi. Mal administrasi adalah suatu
praktek yang menyimpang dari etika administrasi, atau suatu praktek administrasi yang
Suatu ketika ada masyarakat yang mengeluhkan pelayanan disuatu instansi yang dinilai
kurang baik tersebut tersebut adalah malpraktik, ia menduga ada "permainan" dibalik belum
tersebut menilai petugas yang melayaninya pun tidak begitu berkompeten ketika si
Peristiwa tersebut adalah salah satu ilustrasi dari sekian banyak potret pelayanan publik
yang disampaikan masyarakat. Kepedulian masyarakat akan pelayanan publik dengan cara
melapor ke kanal-kanal pengaduan atau lembaga/instansi yang berwenang menerima
pengaduan patut kita apresiasi, meskipun masih banyak masyarakat yang belum memahami
istilah dari sebuah penyimpangan dalam suatu pelayanan publik itu. Maka tidak heran, masih
banyak masyarakat yang menyebutkan penyimpangan dalam suatu pelayanan publik disebut
dengan kata malpraktik ketimbang kata maladministrasi yang bisa dibilang belum eksis.
Berdasarkan uraian tersebut, penulis melakukan penelitian tentang Mal Administrasi dan
Etika Pelayanan Publik di Indonesia.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dirumuskan sebuah masalah yang akan diteliti yaitu
Bagaimana mal administrasi yang dilakukan dalam etika pelayanan publik?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk
mengetahui perilaku mal administrasi yang dilakukan dalam etika pelayanan publik.
D.
BAB II
TELAAH PUSTAKA
1. Pengertian
Dalam Pasal 1 ayat (1) UU No. 37 Tahun 2008 tentang Ombudsman Republik
pemerintahan termasuk yang diselenggarakan oleh Badan Usaha Milik Negara, Badan
Usaha Milik Daerah, dan Badan Hukum Milik Negara serta swasta atau perseorangan
yang diberi tugas menyelenggarakan pelayanan publik tertentu yang sebagian atau
seluruh dananya bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja negara dan/atau
to recommended.” Yang artinya adalah agen pemerintah yang melakukan fungsi mediasi
bersifat independen, tidak berat sebelah, umum dan berwewenang hanya untuk
rekomendasi.
2. Fungsi
Hukum Milik Negara serta badan swasta atau perseorangan yang diberi tugas
Fungsi komisi ombudsman berdasarkan Keppres Nomor 44 tahun 2000, yaitu sebagai
berikut:
5) Lembaga ombudsman merupakan suatu komisi pengawasan yang bersifat mandiri dan
massa. Hal ini penting agar Ombudsman daerah dapat diakses oleh semua lapisan
masyarakat, sehingga Ombudsman tidak melayani atau dinikmati oleh segelintir orang
4) Secara hukum, ombudsman daerah sedapat mungkin diberikan hak imunitas dari
berbagai tuntutan dan gugatan di pengadilan atas Tindakan benar dalam menjalankan
kewenangannya;
5) Dari sisi anggaran, Ombudsman daerah harus didukung oleh pembiayaan yang cukup,
3. Tujuan
Menurut Sutedi (2010) Adapun yang menjadi tujuan dari dibentuknya komisi
2) Mendorong penyelenggaraan negara dan pemerintahan yang efektif dan efisien, jujur,
4) Meningkatkan mutu pelayanan negara di segala bidang agar setiap warga dan
dengan menciptakan keadaan yang kondusif bagi terwujudnya birokrasi sederhana yang
bersih, pelayanan umum yang baik, penyelenggaraan peradilan yang efisien dan
professional termasuk proses peradilan yang independen dan fair sehingga dapat dijamin
4. Tugas
1) Menerima laporan dari masyarakat mengenai pelayanan publik yang tidak sesuai.
Dengan syarat pelapor adalah Orang yang mempunyai kepentingan terhadap kasus
yang dilaporkan.
bukti-bukti, bahwa pihak terlapor terbukti telah melakukan atau tidak melakukan
sebagai berikut:
5) Menyelesaikan laporan dengan cara yang disepakati oleh pihak yang bersangkutan;
Selain wewenang diatas, wewenang ombudsman lainnya juga terdapat dalam Pasal 8
pelayanan publik;
Perwakilan Rakyat Daerah dan/atau kepala daerah agar terhadap undang-undang dan
Maladministrasi.
performance that one party can offer to another that is essentially intangible and does
not result in the ownership of anything. It’s production may or may be tied in physycal
Produce” (pelayanan merupakan setiap tindakan atau pelaksanaan yang dapat diberikan
oleh suatu pihak kepada pihak lain yang pada dasarnya menunjukkan tidak nyata dan
tidak mengakibatkan kekuasaan atas segala sesuatunya. Hasil dari pelayanan ini dapat
atau tidak dapat dikaitkan dengan produk fisik. Pandangan Kotler tersebut dapat
dipahami bahwa pada hakikatnya pelayanan adalah setiap kegiatan yang menguntungkan
dalam suatu kumpulan atau kesatuan, dan menawarkan kepuasan meskipun hasilnya
Dari pengertian pelayanan publik sebagaimana telah diuraikan diatas, maka dapat
jauh mengenai makna dan hakekat pelayanan publik ini, selanjutnya dapat dilihat di
Undangan”.
Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik, dirumuskan bahwa: “Pelayanan publik adalah
kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan dasar sesuai
dengan hak-hak sipil setiap warga negara dan penduduk atas suatu barang, jasa dan
Oleh karena itu sebenarnya pelayanan publik harus memiliki standar yang berbeda-
beda antara satu daerah dengan daerah yang lainnya, dengan mengingat kondisi dan
situasi yang berbeda. Menurut Toha (2010) pelayanan publik memiliki standar pelayanan
sekurang-kurangnya meliputi:
1) Prosedur Pelayanan, prosedur pelayanan yang dibakukan bagi pemberi dan penerima
4) Produk Pelayanan, hasil pelayanan yang akan diterima sesuai dengan ketentuan yang
telah ditetapkan;
5) Sarana dan Prasarana, penyediaan sarana dan prasarana pelayanan yang memadai oleh
benar-benar diaplikasikan secara baik dan benar diyakini akan menjadikan suatu
memberikan pelayanan kepada publik, meskipun pada saat yang sama harus didukung
25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik disebutkan bahwa Kondisi dan perubahan cepat
yang diikuti pergeseran nilai tersebut perlu disikapi secara bijak melalui langkah kegiatan
Untuk itu diperlukan konsepsi sistem pelayanan publik yang berisi nilai, persepsi, dan
acuan perilaku yang mampu mewujudkan hak asasi manusia sebagaimana diamanatkan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang dapat diterapkan
sehingga masyarakat memperoleh pelayanan sesuai dengan harapan dan cita-cita tujuan
nasional.
wewenang, menggunakan wewenang untuk tujuan lain dari yang menjadi tujuan
(Haryatmoko, 2011).
Tindakan mal administrasi adalah perbuatan atau pengabaian kewajiban hukum oleh
instansi atau aparatur negara yang melanggar asas umum pemerintahan yang baik dan
menimbulkan kerugian atau ketidakadilan, termasuk jika ada seseorang yang tidak
Adapun bentuk mal administrasi antara lain berupa: keputusan berlarut-larut (undue
(Gunawan, 2015).
Tindakan tidak layak, jahat, kejam dan semena-mena, bersikap kasar, keengganan
jawaban atas pertanyaan yang beralasan, melalaikan keharusan memberi tahu masyarakat
akan hak-haknya, dengan sengaja memberi nasihat yang menyesatkan atau tidak lengkap,
mengabaikan nasihat yang sah atau pertimbangan yang membatalkan yang dapat
menimbulkan perasaan tidak enak pada pihak yang memberikan nasihat atau
pertimbangan tadi, dan menawarkan tidak ada pemulihan atau pemulihan yang tidak
proporsional, menunjukkan sikap prasangka atas alasan warna kulit, jenis kelamin, atau
alasan lain, cacat prosedur, kegagalan manajemen dalam memantau kepatuhan melalui
menggunakan wewenang untuk tujuan lain dari yang menjadi tujuan wewenang tersebut,
publik yang dilakukan oleh penyelenggara negara dan pemerintahan yang menimbulkan
METODELOGI
Metodologi penelitian yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah penelitian yuridis
normatif, yaitu suatu penelitian yang mengacu kepada norma- norma hukum yang terdapat
dalam peraturan perundang-undangan. Penelitian ini merupakan penelitian dengan kajian
studi pustaka (library research) dengan mengumpulkan beberapa sumber pustaka yang
berkaitan dengan pembahasan dalam penelitian tersebut. Untuk menguraikan dan
menjelaskan pengertian tentang mal administrasi yang data-datanya telah dikumpulkan dapat
dilakukan analisis. Dalam hal metode analisis penulis menggunakan metode deskriptif
analitis. Semua data-data yang diperoleh dari library research dikumpulkan dan digabungkan
untuk kemudian dianalisa, dan hasil Analisa tersebut ditarik suatu kesimpulan sebagai hasil
akhir yang merupakan jawaban dari rumusan masalah sebagaimana yang menjadi tujuan dari
penelitian tersebut, sehingga dapat diketahui bagaimana mal administrasi yang dilakukan
dalam pelayanan publik di Indonesia.
BAB IV
HASIL TEMUAN
Gunawan, Yopi. 2015. Perkembangan Konsep Negara Hukum Dan Negara Hukum
Pancasila. Bandung: Refika Aditama.
Haryatmoko. 2011. Pelayanan Publik. Jakarta: PT. Gramedia Pusat Jakarta
Masthuri, Budhi. 2005. Mengenal Ombudsman Indonesia. Jakarta: PT Pradnya Paramita
Sujata dan Surahman. 2002. Ombudsman Indonesia di tengah Ombudsman Internasional.
Jakarta: Komisi Ombudsman Nasioanl, 2002
Sutedi, Adrian. 2010. Hukum Perizinan Dalam Sektor Pelayanan Publik. Jakarta: Sinar
Grafik,
Taufiqukhoman. 2015. Optimalisasi Investigasi Maladministrasi Ombudsman: Guna
Meningkatkan Kualitas Pelayanan Publik. Jakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Prof. Dr. Moestopo Beragama.
Thamrin, Husni. 2013. Hukum Pelayanan Publik di Indonesia. Jakarta: Aswaja Persindo.
Thoha, Miftah. 2010. Birokrasi Pemerintahan Indonesia Di Era Reformasi. Jakarta: Kencana.
Sekretariat Negara RI. 1945. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945
Sekretariat Negara RI. 2000. Keppres Nomor 44 tahun 2000 tentang Fungsi Komisi
Ombudsman.
Sekretariat Negara RI. 2008. UU No. 37 Tahun 2008 tentang Ombudsman Republik
Indonesia
Sekretariat Negara RI. 2009. Undang-Undang Nomor 25 tahun 2009 tentang Pelayanan
Publik
Sekretariat Negara RI. 2013. Peraturan Presiden Nomor 76 Tahun 2013 tentang Pengelolaan
Pengaduan Pelayanan Publik.
https://ombudsman.go.id/artikel/r/artikel--maladministrasi-dan-etika-pelayanan-publik
https://ombudsman.go.id/produk/lihat/751/LP_file_20221223_090605.pdf