Anda di halaman 1dari 38

BAB III

RANCANGAN AKTUALISASI

A. LANDASAN TEORI
1. Nilai-nilai Dasar BerAKHLAK
Dalam materi Pelatihan Dasar Calon Pegawai Negeri Sipil
Golongan II, disebutkan bahwa ASN yang profesional adalah ASN
yang karakternya dibentuk oleh nilai–nilai dasar profesi ASN
sehingga mampu melaksanakan tugas dan perannya secara
profesional sebagai pelayan masyarakat. Nilai-nilai dasar yang
dimaksud adalah Berorientasi Pelayanan, Akuntabel, Kompeten,
Harmonis, Loyal, Adaptif dan Kolaboratif (BerAKHLAK).
a. Beorientasi Pelayanan
Definisi dari pelayanan publik sebagaimana tercantum
dalam UU Pelayanan Publik adalah kegiatan atau rangkaian
kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai
dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga
negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan
administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan
publik. Adapun penyelenggara pelayanan publik menurut UU
Pelayanan Publik adalah setiap institusi penyelenggara negara,
korporasi, lembaga independen yang dibentuk berdasarkan
undang-undang untuk kegiatan pelayanan publik, dan badan
hukum lain yang dibentuk semata-mata untuk kegiatan
pelayanan publik.
Dalam batasan pengertian tersebut, jelas bahwa Aparatur
Sipil Negara (ASN) adalah salah satu dari penyelenggara
pelayanan. Untuk mewujudkan tujuan nasional sebagaimana
tercantum dalam Pembukaan UUD 1945, pegawai ASN diserahi
tugas untuk melaksanakan tugas pelayanan publik, tugas

18
pemerintahan, dan tugas pembangunan tertentu.Tugas
pelayanan publik dilakukan dengan memberikan pelayanan

19
20

atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif.


Asas penyelenggaraan pelayanan publik seperti yang tercantum
dalam pasal 4 UU Pelayanan Publik, yaitu :
1) Kepentingan umum
2) Kepastian hukum
3) Kesamaan hak
4) Keseimbangan hak dan kewajiban
5) Keprofesionalan
6) Partisipatif
7) Persamaan perlakuan /tidak diskriminatif
8) Keterbukaan
9) Akuntabilitas
10) Fasilitas dan perlakuan khusus bagi kelompok rentan
11) Ketepatan waktu
12) Kecepatan, kemudahan, dan keterangkauan.
Pelayanan publik yang baik juga didasarkan pada prinsip-
prinsip yang digunakan untuk merespon berbagai kebutuhan
dalam penyelenggaraan pelayanan publik di lingkungan
birokrasi. Berbagai literatur administrasi publik menyebut bahwa
prinsip pelayanan publik yang baik adalah :
1) Partisipatif Pemerintah perlu melibatkan masyarakat dalam
merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi hasilnya
2) Transparan Pemerintah harus menyediakan akses bagi warga
negara untuk mengetahui segala hal yang terkait dengan
pelayanan publik yang diselenggarakan , seperti persyaratan,
prosedur biaya dan sejenisnya
3) Responsif Pemerintah wajib mendengar dan memenuhi
tuntutan kebutuhan warga negaranya. Tidak hanya terkait
dengan bentuk dan jenis pelayanan publik yang mereka
butuhkan,akan tetapi juga trekait dengan mekanisme
21

penyelenggaraan layanan, jam pelayanan, proedur, dan biaya


penyelenggaraan pelayanan.
4) Tidak diskriminatif Pemerintah tidak boleh membedakan
antara satu wargaa dengan warga negara yang lain atas
dasar perbedaan identitas warga negara, seperti status sosial,
pandangan politik, agama, profesi, etnis, jenis kelamin atau
orientasi seksual, difabel dan sejenisnya.
5) Mudah dan Murah Mudah dalam arti berbagai persyaratan
yang dibutuhkan tersebut masuk akal dan mudah untuk
dipenuhi. Murah dalam arti biaya yang dibutuhkan oleh
masyarakat untuk mendapatkan layanan tersebut terjangkau
oleh seluruh warga negara.
6) Efektif dan Efisien Penyelenggaraan pelayanan publik harus
mampu mewujudkan tujuan-tujuan yang hendak dicapainya
dan cara mewujudkan tujuan tersebut dilakukan dengan
prosedur sederhana, tenaga kerja yang sedikit, dan biaya
yang murah.
7) Aksesibel Harus dapat dijangkau oleh warga Negara yang
membutuhkan dalam arti fisik (dekat, terjangkau dengan
kendaraan publik, mudah dilihat, gampang ditemukan, dan
lain-lain) dan dapat dijangkau dalam arti non fisik yang terkait
dengan biaya dan persyaratan yang harus dipenuhi oleh
masyarakat untuk mendapatkan layanan tersebut.
8) Akuntabel Penyelenggaraan pelayanan publik dilakukan
dengan menggunakan fasilitas dan sumber daya manusia
yang dibiayai oleh warga Negara melalui pajak yang mereka
bayar. Oleh karena itu, semua bentuk penyelenggaraan
pelayanan publik harus dapat dipertanggungjawabkan secara
terbuka kepada masyarakat.
9) Berkeadilan Penyelenggaraan pelayanan publik yang
dilakukan oleh pemerintah memiliki berbagai tujuan. Salah
22

satu tujuan yang penting adalah melindungi warga Negara


dari praktik buruk yang dilakukan oleh warga Negara yang
lain,
Amanah seorang ASN menurut SE Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
Nomor 20 Tahun 2021 adalah menjamin terwujudnya perilaku
yang sesuai dengan Core Values ASN BerAKHLAK. Dalam
konteks Akuntabilitas, perilaku tersebut adalah:
1) Memahami dan memenuhi kebutuhan masyarakat
2) Ramah, cekatan, solutif, dan dapat diandalkan
3) Melakukan perbaikan tiada henti.

b. Akuntabel
Akuntabilitas merujuk pada kewajiban setiap individu,
kelompok atau institusi untuk memenuhi tanggung jawab yang
menjadi amanahnya. Amanah seorang ASN adalah menjamin
terwujudnya nilai-nilai publik. Nilai-nilai publik tersebut antara lain
adalah :
1) Mampu mengambil pilihan yang tepat dan benar ketika terjadi
konflik kepentingan, antara kepentingan publik dengan
kepentingan sektor, kelompok, dan pribadi
a) Memiliki pemahaman dan kesadaran untuk menghindari dan
mencegah keterlibatan PNS dalam politik praktis
b) Memperlakukan warga negara secara sama dan adil dalam
penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan public
c) Menunjukan sikap dan perilaku yang konsisten dan dapat
diandalkan sebagai penyelenggara pemerintahan.
Akuntabilitas publik memiliki tiga fungsi utama, yaitu untuk
menyediakan kontrol demokratis (peran demokratis); untuk
mencegah korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan (peran
konstitusional); dan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas
23

(peran belajar). Akuntabilitas publik terdiri dari dua macam, yaitu:


akuntabilitas vertikal (pertanggungjawaban kepada otoritas yang
lebih tinggi) dan akuntabilitas horisontal (pertanggungjawaban pada
masyarakat luas). Untuk memenuhi terwujudnya organisasi sektor
publik yang akuntabel, maka mekanisme akuntabilitas harus
mengandung dimensi akuntabilitas kejujuran dan hukum,
akuntabilitas proses, akuntabilitas program, dan akuntabilitas
kebijakan. Berdasarkan aspek-aspek tersebut seorang PNS harus
memiliki sikap tanggung jawab dalam menjalankan setiap tugasnya.
Bovens menyatakan bahwa akuntabilitas publik memiliki tiga fungsi
utama yaitu:
1) Untuk menyediakan kontrol demokratis (peran demokratis)
2) Untuk mencegah korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan
(peran konstitusional)
3) Untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas (peran belajar).
Selain itu, akuntabilitas memiliki tingkatan hierarkis.
Tingkatan akuntabilitas terdiri dari 5 tingkatan sebagai berikut :
1) Akuntabilitas personal
2) Akuntabilitas individu
3) Akuntabilitas kelompok
4) Akuntabilitas organisasi
5) Akuntabilitas stakeholder
Dalam menciptakan lingkungan kerja yang akuntabel, ada
beberapa indikator dari nilai-nilai dasar akuntabilitas yang harus
diperhatikan, yaitu:
1) Tanggung Jawab : kesadaran manusia akan tingkah laku atau
perbuatannya yang di sengaja maupun yang tidak di
sengaja.tanggung jawab juga berarti berbuat sebagai
perwujudan kesadaran akan kewajiban.
2) Jujur : sikap untuk menyatakan sesuai sesuai dengan yang
terjadi
24

3) Kejelasan : Pelaksanaan wewenang dan tanggungjawab harus


memiliki gambaran yang jelas tentang apa yang menjadi tujuan
dan hasil yang diharapkan.
4) Netral : Tidak memihak pada salah satu pihak serta tercipta
keseimbangan antara akuntabilitas dan kewenangan, serta
harapan dan kapasitas.
5) Mendahulukan kepentingan publik atas kepentingan pribadi
atau kelompok
6) Adil : adalah kondisi kebenaran ideal secara moral mengenai
sesuatu hal, baik menyangkut benda atau orang.
7) Transparansi : Keterbukaan atas semua tindakan dan kebijakan
yang dilakukan oleh individu maupun kelompok/instansi.
8) Konsistensi : adalah sebuah usaha untuk terus dan terus
melakukan sesuatu sampai pada tercapai tujuan akhir.
9) Partisipatif : semua aspek yang mendukung terlibat tanpa
adanya monopoli oleh sebagian orang
10) Legal : adanya bukti secara formal atas segala tindakan untuk
dapat dipertanggungjawabkan
Amanah seorang ASN menurut SE Menteri Pendayagunaan
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 20 Tahun 2021
adalah menjamin terwujudnya perilaku yang sesuai dengan Core
Values ASN BerAKHLAK. Dalam konteks Akuntabilitas, perilaku
tersebut adalah:
1. Melaksanakan tugas dengan jujur, bertanggung jawab, cermat,
disiplin dan berintegritas tinggi
2. Menggunakan kekayaan dan barang milik negara secara
bertanggung jawab, efektif, dan efisien
3. Menggunakan kewenangan jabatannya dengan berintegritas
tinggi
25

c. Kompeten
Kompetensi adalah deskripsi pengetahuan, keterampilan dan
perilaku yang diperlukan dalam melaksanakan tugas jabatan (Pasal
1 Permenpan RB Nomor 38 Tahun 2017), dan kompetensi menjadi
faktor penting untuk mewujudkan pegawai profesional dan
kompetitif.
Dalam hal ini ASN sebagai profesi memiliki kewajiban
mengelola dan mengembangkan kompetensi dirinya, termasuk
mewujudkannya dalam kinerja. Adapun prinsip pengembangan
kompetensi ASN, yaitu
1) Upaya peningkatan kompetensi yang dilakukan organisasi
maupun individu melalui proses perencanaan, pelaksanaan, dan
evaluasi sesuai dengan kebutuhan organisasi dan pegawai
2) Setiap ASN memiliki hak dan kesempatan untuk
mengembangkan kompetensi
3) Diarahkan pada pengembangan kompetensi sesuai kebutuhan
jabatan
4) Pengembangan kompetensi sebagai salah satu dasar dalam
pengangkatan jabatan dan pengembangan karir.
Menurut PP no 11 tahun 2017 pengembangan kompetensi
dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu pendidikan dan pelatihan.
Pada proses pendidikan dapat dilakukan dengan pemberian tugas
belajar yang bertujuan memenuhi standar kompetensi jabatan dan
pengembangan karir. Sedangkan pelatihan dilakukan dengan dua
metode, yaitu klasikal berupa pembelajaran tatap muka di dalam
kelas seperti pelatihan, seminar, kursus dan penataran. Metode
kedua yaitu dengan non klasikal melalui e-learning bimbingan di
tempat kerja, pelatihan jarak jauh, magang, dan pertukaran antara
PNS sengan pegawai swasta paling lama 1 tahun dengan
koordinasi LAN dan BKN.
26

Kompeten memiliki tiga aspek penting, yaitu :


1) Meningkatkan kompetensi diri: Merubah mindset,
menembangkan mandiri secara heutagogik atau "net-centric",
memanfaatkan sumber keahlian pakar/konsultan, dan melakukan
jejaring formal/informal
2) Membantu orang lain belajar: Aktif dalam pasar pengetahuan,
memanfaatkan dokumen kerja, aktif mengakses dan mentransfer
pengetahuan, dan sosialisasi informal
3) Melaksanakan tugas terbaik: pengetahuan menjadi karya, makna
hidup dan bekerja baik, serta tipikal individu semangat berkarya.

d. Harmonis
Salah satu kunci sukses kinerja suatu organisasi berawal dari
suasana tempat kerja. Energi positif yang ada di tempat kerja bisa
memberikan dampak positif bagi karyawan yang akhirnya
memberikan efek domino bagi produktivitas, hubungan internal,
dan kinerja secara keseluruhan. Suasana harmoni dalam
lingkungan bekerja akan membuat kita secara individu tenang,
menciptakan kondisi yang memungkinkan untuk saling kolaborasi
dan bekerja sama, meningkatkan produktifitas bekerja dan kualitas
layanan kepada pelanggan.
Beberapa peran ASN dalam kehidupan berbangsa dan
menciptakan budaya harmoni dalam pelaksanaan tugas dan
kewajibannya adalah sebagai berikut:
1) Posisi ASN sebagai aparatur Negara, dia harus bersikap netral
dan adil.
2) ASN juga harus bisa mengayomi kepentingan kelompok
3) ASN juga harus memiliki sikap toleran atas perbedaan
4) Dalam melaksanakan tugas dan kewajiban ASN juga harus
memiliki suka menolong baik kepada pengguna layanan, juga
membantu kolega ASN lainnya yang membutuhkan pertolongan.
27

5) PNS menjadi figur dan teladan di lingkungan masyarakatnya.


Dalam konteks Harmonis, perilaku tersebut adalah:
1) Menghargai setiap orang apapupun latar belakangnya
2) Suka mendorong orang lain
3) Membangun lingkungan kerja yang kondusif.

e. Loyal
Secara etimologis, istilah “loyal” diadaptasi dari bahasa
Prancis yaitu “Loial” yang artinya mutu dari sikap setia. Bagi
seorang ASN, kata loyal dapat dimaknai sebagai kesetiaan, paling
tidak terhadap cita-cita organisasi, dan lebih-lebih kepada Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Terdapat beberapa
ciri/karakteristik yang dapat digunakan oleh organisasi untuk
mengukur loyalitas pegawainya, antara lain:
1) Taat pada Peraturan.
2) Bekerja dengan Integritas
3) Tanggung Jawab pada Organisasi
4) Kemauan untuk Bekerja Sama.
5) Rasa Memiliki yang Tinggi
6) Hubungan Antar Pribadi
7) Kesukaan Terhadap Pekerjaan
8) Keberanian Mengutarakan Ketidaksetujuan
9) Menjadi teladan bagi Pegawai lain
Loyal, merupakan salah satu nilai yang terdapat dalam
CoreValues ASN yang dimaknai bahwa setiap ASN harus
berdedikasi dan mengutamakan kepentingan bangsa dan negara,
dengan panduan perilaku:
1) Memegang teguh ideologi Pancasila, Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia tahun 1945, setia kepada NKRI serta
pemerintahan yang sah
28

2) Menjaga nama baik sesama ASN, pimpinan instansi dan negara;


serta
3) Menjaga rahasia jabatan dan negara
Adapun kata-kata kunci yang dapat digunakan untuk
mengaktualisasikan panduan perilaku loyal tersebut di atas
diantaranya adalah komitmen, dedikasi, kontribusi, nasionalisme
dan pengabdian, yang dapat disingkat menjadi “KoDeKoNasAb”.
Secara umum, untuk menciptakan dan membangun rasa setia
(loyal) pegawai terhadap organisasi, hendaknya beberapa hal
berikut dilakukan:
1) Membangun Rasa Kecintaaan dan Memiliki
2) Meningkatkan Kesejahteraan
3) Memenuhi Kebutuhan Rohani
4) Memberikan Kesempatan Peningkatan Karir
5) Melakukan Evaluasi secara Berkal

f. Adaptif
Adaptasi merupakan kemampuan alamiah dari makhluk
hidup. Organisasi dan individu di dalamnya memiliki kebutuhan
beradaptasi selayaknya makhluk hidup, untuk mempertahankan
keberlangsungan hidupnya. Kemampuan beradaptasi juga
memerlukan adanya inovasi dan kreativitas yang
ditumbuhkembangkan dalam diri individu maupun organisasi. Di
dalamnya dibedakan mengenai bagaimana individu dalam
organisasi dapat berpikir kritis versus berpikir kreatif. Pada level
organisasi, karakter adaptif diperlukan untuk memastikan
keberlangsungan organisasi dalam menjalankan tugas dan
fungsinya.
Penerapan budaya adaptif dalam organisasi memerlukan
beberapa hal, seperti di antaranya tujuan organisasi, tingkat
kepercayaan, perilaku tanggung jawab, unsur kepemimpinan dan
29

lainnya. Dan budaya adaptif sebagai budaya ASN merupakan


kampanye untuk membangun karakter adaptif pada diri ASN
sebagai individu yang menggerakkan organisasi untuk mencapai
tujuannya.
Terdapat alasan mengapa nilai-nilai adaptif perlu
diaktualisasikan dalam pelaksanaan tugas-tugas jabatan di sektor
publik, seperti di antaranya perubahan lingkungan strategis,
kompetisi yang terjadi antar instansi pemerintahan, perubahan
iklim, perkembangan teknologi dan lain sebagainya. Adaptif
sebagai nilai ASN dan budaya ASN, terdiri atas:
1) Pegawainya harus terus mengasah pengetahuannya hingga ke
tingkat mahir (personal mastery)
2) Pegawainya harus terus berkomunikasi hingga memiliki persepsi
yang sama atau gelombang yang sama terhadap suatu visi atau
cita-cita yang akan dicapai bersama (shared vision)
3) Pegawainya memiliki mental model yang mencerminkan realitas
yang organisasi ingin wujudkan (mental model)
4) Pegawainya perlu selalu sinergis dalam melaksanakan kegiatan-
kegiatan untuk mewujudkan visinya (team learning)
5) Pegawainya harus selalu berpikir sistemik, tidak kacamata kuda,
atau bermental silo (systems thinking)
Penerapan budaya adaptif harus meampu mengantisipasi
dan beradaptasi dengan perubahan lingkungan, mendorong jiwa
kewirausahaan, memanfaatkan peluang yang berubah-ubah, terkait
dengan kinerja instansi, serta memperlihatkan kepentingan-
kepentingan yang diperlukan antara instansi mitra, masyarakat, dan
sebagainya. Adapun ciri-ciri individu adaptif, diantaranya:
eksperimen orang yang beradaptasi, melihat peluang di mana
orang lain melihat kegagalan, memiliki sumberdaya, selau berpikir
ke depan, tidak mudah mengeluh, tidak menyalahkan, tidak
mencari popularitas, memiliki rasa ingin tahu, memperhatikan
30

sistem, membuka pikiran,dan memahami apa yang sedang


diperjuangkan.
Terdapat 3 komponen dalam pengembangan kapasitas
pemerintah adaptif, yaitu pengembangan SDM adaptif, penguatan
organisasi adaptif, dan pembaharuan institusional adaptif. Adapun
pedoman prilaku, yaitu:
1) Cepat menyesuaikan diri menghadapi perubahan
2) Terus berinovasi dan mengembangkan kreativitas
3) Bertindak proaktif.

g. Kolaboratif
Secara umum kolaborasi adalah hubungan antar organisasi
yang saling berpartisipasi dan saling menyetujui untuk bersama
mencapai tujuan, berbagi informasi, berbagi sumberdaya, berbagi
manfaat, dan bertanggungjawab dalam pengambilan keputusan
bersama untuk menyelesaikan berbagai masalah. Kolaborasi
menjadi hal sangat penting di tengah tantangan global yang
dihadapi saat ini. Kolaboratif merupakan nilai dasar yang harus
dimiliki oleh ASN. Sekat-sekat birokrasi yang mengkungkung
birokrasi pemerintah saat ini dapat dihilangkan. ASN muda
diharapkan nantinya menjadi agen perubahan yang dapat
mewujudkan harapan tersebut. Pendekatan WoG yang telah
berhasil diterapkan di beberapa negara lainnya diharapkan dapat
juga terwujud di Indonesia. Semua ASN Kementerian/Lembaga
/Pemerintah Daerah kemudian akan bekerja dengan satu tujuan
yaitu kemajuan bangsa dan negara Indonesia.
Menurut Ansel dan Gash (2007:544), terdapat 6 kriteria
penting untuk kolaborasi, yaitu, forum yang diprakarsai oleh
lembaga publik atau lembaga, peserta dalam forum termasuk aktor
nonstate, peserta terlibat langsung dalam pengambilan keputusan
dan bukan hanya dikonsultasikan oleh agensi publik, forum secara
31

resmi diatur dan bertemu secara kolektif, forum ini bertujuan untuk
membuat keputusan 24 dengan konsensus (bahkan jika konsensus
tidak tercapai dalam praktik), dan fokus kolaborasi adalah kebijakan
publik atau manajemen. Ada 3 tahapan dalam melakukan
assessment terhadap tata kelola kolaborasi, yaitu:
1) Mengidentifikasi permasalahan dan peluang
2) Merencanakan aksi kolaborasi
3) Mendiskusikan strategi untuk mempengaruhi.
Model Collaborative Governance Ansan dan Gash (2012),
Menurutnya starting condition mempengaruhi proses kolaborasi
yang terjadi, dimana proses tersebut terdiri dari membangun
kepercayaan, face to face dialogue, commitment to process,
pemahaman bersama, serta pengambangan outcome antara.
Desain kelembagaan yang salah satunya proses transparansi serta
faktor kepemimpinan juga mempengaruhi proses kolaborasi yang
diharapkan menghasilkan outcome yang diharapkan. Panduan
perilaku kolaboratif organisasi yang memiliki collaborative culture
indikatornya sebagai berikut:
1) Organisasi menganggap perubahan sebagai sesuatu yang alami
dan perlu terjadi
2) Organisasi menganggap individu (staf) sebagai aset berharga
dan membutuhkan upaya yang diperlukan untuk terus
menghormati pekerjaan mereka
3) Organisasi memberikan perhatian yang adil bagi staf yang mau
mencoba dan mengambil risiko yang wajar dalam menyelesaikan
tugas mereka (bahkan ketika terjadi kesalahan)
4) Pendapat yang berbeda didorong dan didukung dalam
organisasi (universitas) Setiap kontribusi dan pendapat sangat
dihargai
5) Masalah dalam organisasi dibahas transparan untuk
menghindari konflik
32

6) Kolaborasi dan kerja tim antar divisi adalah didorong


7) Secara keseluruhan, setiap divisi memiliki kesadaran terhadap
kualitas layanan yang diberikan.
Faktor yang mempengaruhi keberhasilan dalam kolaborasi
antar lembaga pemerintah, yaitu kepercayaan, pembagian
kekuasaan, gaya kepemimpinan, strategi manajemen dan
formalisasi pada pencapaian kolaborasi yang efisien efektif antara
entitas publik.Sedangkan faktor yang mempengaruhi keberhasilan
dalam kolaborasi antar lembaga pemerintah menurut Custumato
(2021), yaitu ketidakjelasan batasan masalah karena perbedaan
pemahaman dalam kesepakatan kolaborasi, dasar hukum
kolaborasi juga tidak jelas. Adapun panduan perilakunya, yaitu:
1) Memberi kesempatan kepada berbagai pihak untuk berkontribusi
2) Terbuka dalam bekerjasama untuk menghasilkan nilai tambah
3) Menggerakan pemanfaatan berbagai sumber daya untuk tujuan
bersama.

2. Peran dan Kedudukan PNS dalam Negara Kesatuan Republik


Indonesia
PNS wajib mengetahui peran dan kedudukannya dalam Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) agar dapat memahami peran
dan kedudukan PNS dalam NKRI.
a. Manajemen ASN
Pengelolaan atau manajemen ASN adalah kebijakan dan
praktek dalam mengelola aspek manusia atau SDM dalam
organisasi, baik untuk PNS maupun PPK. Manajemen ASN akan
membuat seorang ASN mengerti apa saja kedudukan, peran, hak,
kewajiban dan kode etik ASN (Lembaga Administrasi Negara,
2017)
b. Kedudukan ASN
33

Dalam UU No. 5 Tahun 2014 tentang Berdasarkan jenisnya,


pegawai ASN terdiri atas Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan Pegawai
Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (P3K). Pegawai ASN
berkedudukan sebagai aparatur negara yang menjalankan
kebijakan yang ditetapkan oleh pimpinan instansi pemerintah serta
harus bebas dari pengaruh dan intervensi semua golongan dan
partai politik.
c. Peran ASN
Untuk menjalankan kedudukan pegawai ASN, maka pegawai
ASN berfungsi dan bertugas sebagai berikut:
1. Pelaksana Kebijakan Publik Untuk itu ASN harus mengutamakan
kepentingan publik dan masyarakat luas dalam menjalankan
fungsi dan tugasnya, serta harus mengutamakan pelayanan
yang berorientasi pada kepentingan publik.
2. Pelayan Publik Dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan
sesuai peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara
dan penduduk atas barang, jasa dan/atau pelayanan
administratif yang diselenggarakan oleh penyelenggara
pelayanan publik dengan tujuan kepuasan pelanggan.
3. Perekat dan Pemersatu Bangsa ASN berfungsi, bertugas dan
berperan untuk mempererat persatuan dan kesatuan NKRI. ASN
senantiasa setia dan taat sepenuhnya 26 kepada Pancasila,
UUD 1945, negara dan pemerintah.ASN senantiasa menjunjung
tinggi martabat ASN serta senantiasa mengutamakan
kepentingan negara daripada kepentingan diri sendiri, seseorang
dan golongan.
d. Hak dan kewajiban ASN
Hak adalah salah satu kewenangan atau kekuasaan yang
diberikan oleh hukum, baik pribadi maupun umum. Dapat diartikan
bahwa hak adalah sesuatu yang patut atau layak diterima. Agar
melaksanakan tugas dan tanggung jawab dengan baik, dan dapat
34

meningkatkan produktivitas, menjamin kesejahteraan ASN dan


akuntabel, maka setiap ASN diberikan hak. Hak ASN dan PPPK
yang diatur di Undang-undang No 5 tahun 2014 tentang ASN
sebagai berikut :
1) Gaji, tunjangan dan fasilitas
2) Cuti
3) Jaminan pensiun dan jaminan hari tua
4) Perlindungan
5) Pengembangan kompetensi
Selain hak sebagaimana disebutkan di atas, berdasarkan
pasal 70 UU No. 5 tahun 2014 tentang ASN disebutkan bahwa
setiap pegawai ASN memiliki hak serta kesempatan untuk
mengembangkan kompetensinya. Berdasarkan pasal 92
pemerintah juga wajib memberikan perlindungan berupa:
1) Jaminan kesehatan
2) Jaminan kecelakaan kerja
3) Jaminan kematian
4) Bantuan hukum
Kewajiban ASN adalah suatu beban atau tanggungan yang
bersifat kontraktual. Dengan kata lain kewajiban adalah suatu yang
sepatutnya diberikan. Pegawai ASN berdasarkan UU No. 5 Tahun
2014 tentang ASN wajib:
1) Setia dan taat kepada pancasila, dan UUD 1945, Negara
Kesatuan Republik Indonesia, dan pemerintah yang sah
2) Menjaga persatuan dan kesatuan bangsa
3) Melaksanakan kebijakan yang dirumusan pejabat pemerintah
yang berwewenang
4) Menaati ketentuan peraturan perundang-undangan
5) Melaksanakan tugas dengan penuh pengabdian,
kejujuran,kesadaran dan penuh tanggung jawab
35

6) Menunjukan Integritas dan keteladanan dalam sikap,


perilaku,ucapan dan tindakan kepada setiap orang, baik diluar
maupun didalam kedinasan
7) Menyimpan rahasia jabatan dan hanya dapat mengemukan
rahasia jabatan sesuai dengan ketentuan perundang- undang
dan Bersedia ditempatkan diseluruh Wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
e. Kode etik dan kode perilaku ASN
Dalam UU No.5 tahun 2014 tentang ASN disebutan bahwa
ASN sebagai profesi berdasarkan pada kode etik dan kode
perilaku. Kode etik dan kode perilaku bertujuan untuk menjaga
martabat dan kehormatan ASN. Kode etik dan kode perilaku berisi
pengaturan perilaku agar pegawai ASN:
1) Melaksanakan tugasnya dengan jujur, bertanggung jawab, dan
berintegritas tinggi
2) Melaksanakan tugasnya dengan cermat dan disiplin
3) Melayani dengan sikap hormat, sopan, dan tanpa tekanan
4) Melaksanakan tugasnya sesuai dengan ketentuan peraturan
perundangundangan
5) Melaksanakan tugasnya sesuai dengan perintah atasan atau
pejabat yang berwenang sejauh tidak bertentangan dengan
ketentuan peraturan perundangundangan dan etika
pemerintahan
6) Menjaga kerahasiaan yang menyangkut kebijakan negara
7) Menggunakan kekayaan dan BMN secara bertanggung jawab,
efektif, dan efisien
8) Menjaga agar tidak terjadi konflik kepentingan dalam
melaksanakan tugasnya
9) Memberikan informasi secara benar dan tidak menyesatkan
kepada pihak lain yang memerlukan informasi terkait
kepentingan kedinasan
36

10) Tidak menyalahgunakan informasi intern negara, tugas,


status, kekuasaan, dan jabatannya untuk mendapat atau
mencari keuntungan atau manfaat bagi diri sendiri atau orang
lain
11) Memegang teguh nilai dasar ASN dan selalu menjaga reputasi
dan integritas ASN
12) Melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan
mengenai disiplin pegawai
f. Pelayan Publik
Pelayanan publik adalah pemberian layanan atau melayani
keperluan orang atau masyarakat dan/atau organisasi lain yang
mempunyai kepentingan pada organisasi itu, sesuai dengan aturan
pokok dan tata cara yang ditentukan dan ditujukan untuk
memberikan kepuasan kepada penerima pelayanan (Lembaga
Administrasi Negara, 2017). Terdapat 3 unsur penting dalam
pelayanan publik, yaitu:
1) Organisasi penyelenggara pelayanan publik;
2) Penerima layanan (pelanggan), yaitu orang, masyarakat atau
organisasi yang berkepentingan
3) Kepuasan yang diberikan dan atau diterima oleh penerima
layanan (pelanggan).
Prinsip pelayanan publik yang baik untuk mewujudkan pelayanan
prima adalah:
1) Partisipatif Pemerintah perlu melibatkan masyarakat dalam
merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi hasilnya
2) Transparan Pemerintah harus menyediakan akses bagi warga
negara untuk mengetahui segala hal terkait pelayanan publik
yang diselenggarakan. Masyarakat juga harus diberin akses
untuk mempertanyakan dan menyampaikan pengaduan apabila
merasa tidak puas terhadap pelayanan publik pemerintah
37

3) Responsif Pemerintah wajib mendengar dan memenuhi tuntutan


kebutuhan warganegara. Birokrasi wajib mendengarkan aspirasi
dan keinginan masyarakat yang menduduki posisi sebagai agen
Pelayanan Publik
4) Tidak diskriminatif Tidak ada perbedaan pemberian layanan
kepada masyarakat atas dasar perbedaan identitas warga
Negara
5) Mudah dan Murah Mudah artinya berbagai persyaratan yang
dibutuhkan tersebut masuk akal dan mudah untuk dipenuhi.
Murah artinya biaya yang diperlukan dapat di jangkau oleh
seluruh warga Negara
6) Efektif dan Efisien Efektif adalah mampu mewujudkan tujuan
yang hendak dicapai (untuk melaksanakan mandat konstitusi
dan mencapai tujuan strategis Negara dalam jangka panjang).
Efisien adalah cara mewujudkan tujuan dilakukan dengan
prosedur sederhana, tenaga kerja yang sedikit, dan biaya yang
murah
7) Aksesibel Pelayanan publik yang harus dapat dijangkau oleh
warga negara yang membutuhkan dalam arti fisik (dekat,
terjangkau dengan kendaraan publik, mudah ditemukan, dan lain
– lain) dan dapat dijangkau dalam arti non – fisik yang terkait
dengan biaya dan persyaratan yang harus dipenuhi
8) Akuntabel Penyelenggaraan pelayanan publik harus dapat
dipertanggung jawabkan secara terbuka kepada masyarakat
melalui media publik baik secara cetak maupun elektronik.
9) Berkeadilan Penyelenggaraan pelayanan publik harus dapat
dijadikan sebagai alat pelindung kelompok rentan dan mampu
menghadirkan rasa keadilan bagi kelompok lemah ketika
berhadapan dengan kelompok kuat.

g. Smart ASN
38

Membekali peserta dengan kemampuan kecakapan digital


dasar pada perspektif literasi digital smart ASN. Literasi digital
adalah lingkungan yang kaya akan informasi. Transformasi digital
disektor pendidikan Indonesia muncul berbagai perbincangan,
regulasi pendukung dan upaya konkret menerapkan transormasi
digital dilingkungan perguruan tinggi dan semua tingkat sekolah di
Indonesia. Terjadinya pandemi COVID-19 justru memberikan
dampak yang sangat luar biasa dalam aspek ini .
Masyarakat yang modern saat ini hidupnya sangat dipengaruhi
oleh internet. Perubahan media komunikasi yang digunakan dalam
masyarakat Indonesia tidak terlepas dengan perubahan tekhnologi
komunikasi. ASN dituntut tidak Gaptek (Gagap Teknologi) dan
informasi yakni dapat mengoperasikan dan memanfaatkan aplikasi-
aplikasi produk IT termasuk dapat dengan bijak memanfaatkan
internet yang digunakan dalam meningkatkan efektifitas dan
efisiensi untuk meningkatlkan kinerja dalam rangka meningkatkan
kualitas tugas dan fungsinya dalam pelayanan dan pengabdian
kepada masyarakat.
Adapun nilai-nilai dasar dalam smart ASN, yaitu:
1) Integritas
Integritas Pegawai ASN yang dimaksud adalah
“konsistensi Pegawai ASN dalam berperilaku yang selaras
dengan nilai, norma dan/atau etika organisasi, dan jujur dalam
hubungan dengan atasan, rekan kerja, bawahan langsung, dan
pemangku kepentingan, serta mampu mendorong terciptanya
budaya etika tinggi dan bertanggung jawab
2) Nasionalisme
Nasionalisme adalah pemahaman mengenai nilai-nilai
kebangsaan. Nasionalisme memiliki pokok kekuatan dalam
menilai kecintaan individu terhadap bangsanya. Salah satu cara
untuk menumbuhkan semangat nasionalisme adalah dengan
39

menanamkan dan mengamalkan nilai-nilai Pancasila.


Pengamalan nilai-nilai luhur yang terkandung didalamnya oleh
setiap penyelenggara negara, baik di pusat maupun di daerah.
Seorang PNS dituntut untuk memiliki perilaku mencintai tanah air
Indonesia (nasionalisme) dan mengedepankan kepentingan
nasional. Nasionalisme merupakan salah satu perwujudan dari
fungsi PNS sebagai perekat dan pemersatu bangsa. Dalam
menjalankan tugas, seorang ASN senantiasa harus
mengutamakan dan mementingkan persatuan dan kesatuan
bangsa. Kepentingan kelompok, individu, golongan harus
disingkirkan demi kepentingan yang lebih besar,yaitu
kepentingan bangsa dan Negara di atas segalanya.
3) Profesionalisme
Pegawai Negeri Sipil adalah terpenuhinya kecocokan
antara kemampuan aparatur dengan kebutuhan tugas
merupakan syarat terbentuknya aparatur yang profesional.
Artinya, keahlian dan kemampuan aparat merefleksikan arah dan
tujuan yang dicapai oleh sebuah organisasi.
4) Berwawasan global
Merupakan suatu proses pendidikan yang dirancang untuk
mempersiapkan anak didik dengan kemampuan dasar intelektual
dan tanggung jawab guna memasuki kehidupan yang bersifat
kompetitif dan dengan derajat saling menggantungkan antar
bangsa yang sangat tinggi
5) Mengusai IT dan bahasa asing
ASN dituntut tidak Gaptek (Gagap Tekhnologi) dan
informasi yakni dapat mengoperasikan dan memanfaatkan
aplikasi – aplikasi produk IT (Informasi Tekhnology) termasuk
dapat dengan bijak memanfaatkan internet yang digunakan
dalam meningkatkan kualitas tugas dan fungsinya dalam
pelayanan dan pengabdian kepada masyarakat. Seorang ASN
40

selain menguasai Bahasa Indonesia dengan baik dan benar juga


memiliki kemampuan menguasai bahasa Asing seperti bahasa
Inggris, Mandarin dan lain sebagainya.
6) Berjiwa hospitality ( Keramahan )
Hospitality/keramahan adalah memiliki sifat baik hati dan
menarik budi bahasanya ,manis tutur kata dan sikapnya dalam
setiap menjalankan aktivitas pelaksanaan tugas dan pekerjaan
khususnya dalam menampilkan pelayanan prima kepada
masyarakat
7) ASN memiliki kemampuan Networking
Networking adalah membangun menjalin hubungan
dengan orang lain atau organisasi yang berpengaruh positif pada
kesuksesan professional maupun personal.
8) ASN memiliki jiwa Entrepreneurship
ASN dituntut memiliki kemampuan Entrepreneurship, yakni
berjiwa kewirausahaan yang ditandai dengan dimilikinya
keberanian, kreativitas, inovatif, pantang menyerah, dan cerdas
dalam menangkap dan menciptakan peluang serta bertanggung
jawab. Entrepreneurship juga dapat diartikan berpikir tentang
masa depan orang banyak. Kehidupan orang
banyak ,kesejahteraan masyarakat dan bagaimana cara
membantu mereka yang membutuhkan. Dan dengan dimilikinya
kemampuan Entrepreneurship ini maka seorang ASN akan
mampu meningkatkan kinerja dalam setiap waktunya.

3. Komunikasi Terapeutik
Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi dari
satu pihak ke pihak yang lainnya. Sedangkan komunikasi efektif
adalah pertukaran informasi, ide, perasaan, yang menghasilkan
perubahan sikap sehingga terjalin sebuah hubungan antara
41

pemberi pesan dan penerima pesan. Komunikasi dapat dikatakan


efektif saat tujuan dari pemberi pesan dapat tercapai.
Komunikasi terapeutik merupakan komunikasi profesional yang
mengarah pada tujuan penyembuhan pasien. Dengan demikian
kepuasan pasien terjadi apabila apa yang menjadi kebutuhan,
keinginan, harapan pasien dipenuhi, maka pasien akan puas.
Efektifitas komunikasi yang terapeutik dalam meningkatkan
tingkat kepuasan pasien sangat tergantung pada perawat sebagai
komunikator dan pasien sebagai komunikan. Perawat harus
menyadari bahwa berkomunikasi yang asertif dalam praktek
keperawatan profesional sangat berpengaruh atau membantu
pasien dalam proses penyembuhan atau dalam memenuhi
kebutuhan dasarnya selama di rumah sakit, yang pada akhirnya
dapat menghasilkan suatu tingkat kepuasan tersendiri bagi pasien
(Mandala, 2012).
a. Tujuan Komunikasi Terapeutik
Menurut Suryani (2015), komunikasi terapeutik bertujuan untuk
mengembangkan pribadi pasien ke arah yang lebih positif atau
adaptif. Adapun tujuan lain dari komunikasi terapeutik adalah :
1) Realisasi Diri, Penerimaan Diri, dan Peningkatan
Penghormatan diri. Melalui komunikasi terapeutik
diharapkan terjadi perubahan dalam diri pasien. Pasien
yang tadinya tidak menerima diri apa adanya atau merasa
rendah diri, setelah berkomunikasi terapeutik dengan
perawat akan mampu menerima dirinya.
2) Kemampuan membina hubungan interpersonal yang tidak
superficial dan saling bergantung dengan orang lain.
Dengan komunikasi yang terbuka, jujur dan menerima
pasien apa adanya, perawat akan dapat meningkatkan
kemampuan pasien dalam membina hubungan saling
percaya.
42

3) Peningkatan fungsi dan kemampuan untuk memuaskan


kebutuhan serta mencapai tujuan yang realistis. Terkadang
pasien menempatkan ideal diri atau tujuan yang terlalu
tinggi tanpa mengukur kemampuannya. Individu yang
merasa kenyataan hidupnya jauh dari ideal akan merasa
rendah diri. Dalam kasus ini, peran perawat adalah
membimbing pasien memenuhi kebutuhan dirinya.

b. Tahapan Komunikasi Terapeutik


Komunikasi terapeutik dalam pelaksanaannya memiliki
beberapa tahapan. Suryani (2015) memaparkan struktur
dalam proses komunikasi terapeutik terdiri dari 4 tahap yaitu:
1) Tahap persiapan (pra interaksi)
Tahap ini adalah masa persiapan sebelum berinteraksi
dengan pasien. Tugas perawat dalam tahap ini adalah
menggali perasaan, harapan dan kecemasan pasien,
mengidentifikasi kelebihan dan kekurangan pasien agar
dapat lebih memaksimalkan dirinya sehingga lebih bernilai
terapeutik bagi pasien, mencari informasi dengan
mengumpulkan data tentang pasien, dan merancang
strategi untuk pertemuan pertama dengan pasien, yang
dapat dilakukan secara tertulis.
2) Tahap Orientasi
Tahap ini merupakan perkenalan yang dilakukan oleh
perawat saat pertama bertemu dengan pasien. Perawat
harus memperkenalkan dirinya terlebih dahulu, dengan
begitu perawat akan bisa lebih terbuka kepada pasien,
dalam tahap ini perawat dan pasien harus saling membina
rasa percaya, menggali pikiran, serta merumuskan tujuan
bersama.
43

3) Tahap Kerja
Tahap ini merupakan inti dari keseluruhan proses
komunikasi terapeutik. Tahap ini perawat bekerja sama
dengan pasien untuk menghadapi masalah yang dihadapi
pasien. Tahap kerja ini berhubungan dengan rencana
pelaksanaan tindakan yang akan dilakukan oleh perawat
untuk pasien. Perawat dituntut mempunyai tingkat analisa
yang tinggi sehingga dapat mengeksplorasi, mendengarkan
dengan aktif, refleksi, berbagai persepsi, memfokuskan dan
menyimpulkan.
4) Tahap Terminasi
Tahap ini merupakan tahap akhir dari pertemuan antar
perawat dengan pasien. Tahap terminasi ini dibagi menjadi
dua yaitu terminasi sementara dan terminasi akhir. Dalam
tahap ini terjadi adanya evaluasi, tindak lanjut terhadap
interaksi, lalu perawat dan pasien membuat kontrak
kesepakatan untuk melakukan pertemuan selanjutnya.

B. Rancangan Kegiatan Aktualisasi


Untuk memberikan pelayanan yang profesional diperlukan
komunikasi yang baik dan efektif kepada pasien dan keluarga,
komunikasi yang efektif juga dapat meningkatkan pemahaman
informasi serta dapat mengoptimalkan kualitas asuhan keperawatan
pada pasien di ruang Rawat Inap RSUD KH Mansyur Kintap. Persepsi
pasien terhadap kualitas pelayanan kesehatan yang diterimanya juga
sangat bergantung pada kualitas interaksi pasien dengan petugas
kesehatan. Dengan begitu diharapkan kepuasan terhadap pelayanan
dapat lebih ditingkatkan.
Jabatan :Pelaksana/Terampil - Perawat
Unit Kerja :RSUD KH Mansyur KIntap
Isu yang diangkat :Belum Optimalnya Peran Perawat Dalam
Pengimplementasian Komunikasi Terapeutik
44

Kepada Pasien di Ruang Rawat Inap KH


Mansyur Kintap.
Judul :Optimalisasi Peran Perawat Dalam
Pengimplementasian Komunikasi Terapeutik
Kepada Pasien Melalui Media Leaflet Oleh
Perawat Terampil di Ruang Rawat Inap
RSUD KH Mansyur Kintap.

Gagasan Pemecahan Isu :


1. Melakukan Konsultasi dengan Kabid Keperawatan dan Widyaiswara
(Coach)
2. Membuat Draft SPO (Standar Prosedur Operasional) Tentang
Komunikasi Terapeutik.
3. Pengusulan Draft SPO (Standar Prosedur Operasional) Tentang
Komunikasi Terapeutik.
4. Membuat Leaflet Tentang Komunikasi Terapeutik.
5. Melakukan Sosialisasi Komunikasi Terapeutik Kepada Perawat
6. Membuat Lembar Ceklis Feed Back Sosialisasi.
7. Melakukan Evaluasi Monitoring Perawat dalam Penerapan Komunikasi
Terapeutik menggunakan Lembar Ceklis Feed Back Sosialisasi.
8. Melakukan evaluasi seluruh kegiatan yang dilakukan dan menyusun
laporan aktualisasi
44

B. Rancangan Kegiatan Aktualisasi


Tabel 3.1 Rancangan Kegiatan Aktualisasi
Kontribusi
No Kegiatan Tahapan Kegiatan Keterkaitan Substansi Mata Terhadap Visi Misi Penguatan Nilai
Output/ Hasil Kegiatan
Pelatihan Organisasi Organisasi
1 2 3 4 5 6 7
I. PERENCANAAN
1 Melakukan 1. Mehubungi kabid 1. Terhubunginya kabid Pada saat berkomunikasi dan Konsultasi dengan Melakukan
konsultasi dengan keperawatan sebagai keperawatan berkonsultasi dengan kabid atasan langsung konsultasi dengan
Kabid Keperawatan mentor untuk keperawatan dan coach saya serta meminta Kabid
dan Widyaiswara Membuat jadwal temu 2. Tersampaikannya ide bersikap sopan dan hormat arahan dan saran Keperawatan dan
(Coach) 2. Memaparkan sekaligus kegiatan yang akan (Berorientasi Pelayanan: berkontribusi Coach
berdiskusi tentang dilakukan ramah, sopan dan hormat) terhadap visi mewujudkan
kegiatan yang akan RSUD KH nilai organisasi RS
dilakukan 3. Diperoleh persetujuan Dalam menyampaikan ide Mansyur yaitu
3. Meminta izin dan dari kabid keperawatan kegiatan yang akan dilakukan yaitu: “Menjadikan Collaborative
persetujuan kabid dengan jelas dan tanggung jawab RSUD KH
4. Terhubunginya coach
keperawatan untuk (Akuntabilitas:melaksanakan Mansyur sebagai
melaksanakan kegiatan 5. Tersampaikannya ide tugas dengan bertanggung Institusi
yang akan dilakukan kegiatan yang akan jawab) Pelayanan yang
4. Menghubungi dilakukan Konfrehensif,
coach untuk Pada saat berkonsultasi kepada Indah, Nyaman,
6. Diperoleh persetujuan
melakukan WI untuk melakukan koordinasi Tanggap, Andal,
dari coach (WI)
konsultasi tentang terkait ide kegiatan yang akan dan Peduli
kegiatan yang akan Bukti : dilakukan yang telah disepakati (KINTAP).
dilakukan  Lembar konsultasi kabid keperawatan sebagai bentuk
5. Berkonsultasi dengan  Screenshot WA upaya penyatuan persepsi
Coach terkait  Surat Persetujuan bersama
kegiatan yang akan Pelaksanaan Kegiatan (Kolaboratif: sepakat dan
dilakukan Aktualisasi penyatuan persepsi bersama)
6. Meminta izin dan
Dalam berkonsultasi, saya
mengusulkan suatu gagasan demi
45

persetujuan dengan dari Kabid meningkatkan efektifitas


coach untuk Keperawatan pelayanan di Rumah Sakit.
melaksanakan kegiatan (Mentor) (Adaptif:Terus berinovasi
yang akan dilakukan.  Foto Dokumentasi dan mengembangkan
kreativitas)

Dalam berkonsultasi saya


memaparkan kegiatan yang benar-
benar akan dilakukan kepada
coach dan kabid keperawatan
(Akuntabel: Melaksanakan tugas
dengan jujur )
II. PELAKSANAAN
2 Membuat Draft SPO 1. Berkoordinasi dan Sebagai acuan yang Dalam Melakukan Membuat draft Adanya informasi Kegiatan
Konsultasi dengan nantinya akan dicapai, dan SPO Melakukan Komunikasi SPO komunikasi membuat draft
(Standar Prosedur
Mentor. selanjutnya dapat Terapeutik Kepada Pasien. Saya terapeutik SPO menunjukan
Operasional) Tentang 2. Mencari referensi memberikan kontribusi akan melakukannya dengan teliti sebagai sarana sikap Kompeten
terbaru pelaksanaan dalam menjalin komunikasi sehingga tidak terjadi kesalahan dan prasarana dan berkaloborasi
Komunikasi
Komunikasi terapeutik yang efektif data penunjang dengan Kabid
Terapeutik. Terapeutik kepada pasien. Akuntabel: Melaksanakan tugas pelayanan, sesuai Keperawatan
3. Menentukan Sasaran dengan cermat MISI RSUD untuk
kegiatan tenaga Bukti : KH Mansyur mendiskusikan
kesehatan yaitu  Lembar konsultasi Berkonsultasi dengan mentor Kintap Misi ke-5 SPO yang ada
perawat  Foto Dokumentasi Kolaboratif : Terbuka dalam Meningkatkan telah sesuai nilai
4. Dokumentasi bekerja sama untuk kepedulian organisasi.
menghasilakan nilai tambah rumah sakit Competent
terhadap Collaborative
Menyampaikan pendapat dan tata kepuasan
cara koordinasi dan konsultasi pasien
dengan cara yang sopan dapat
menjalin komunikasi dan
kerjasama yang baik dan kondusif
dengan rekan sejawat Harmonis :
Membangun lingkungan kerja
yang kondusif

Menyiapkan dan mencari bahan


materi dengan referensi terbaru
kompeten: Meningkatkan
kompetensi diri untuk
menjawab tantangan yang
selalu berubah
46

3 Pengusulan Draft 1. Berkoordinasi Sebagai acuan yang Dalam Melakukan Pengusulan Adanya informasi Kegiatan
SPO (Standar dengan Kepala nantinya akan dicapai, dan Tentang draft SPO Melakukan SPO komunikasi pengusulan draft
Prosedur Bidang Keperawatan selanjutnya dapat Komunikasi Terapeutik Kepada terapeutik SPO menunjukan
Operasional) (Mentor) memberikan kontribusi Pasien. Saya akan melakukannya sebagai sarana sikap Kompeten
Tentang Komunikasi 2. Mengajukan draft dalam menjalin komunikasi dengan teliti sehingga tidak terjadi dan prasarana dan berkaloborasi
Terapeutik. SPO Komunikasi terapeutik yang efektif kesalahan data penunjang dengan Kabid
Terapeutik kepada pasien. Akuntabel: Melaksanakan tugas pelayanan, sesuai Keperawatan
3. Menjadikan draft dengan cermat MISI RSUD untuk
SPO Komunikasi Bukti : KH Mansyur mendiskusikan
Terapeutik sebagai  Lembar draf SPO Berkonsultasi dengan mentor Kintap Misi ke-5 SPO yang ada
alat bantu agar  Lembar konsultasi Kolaboratif : Terbuka dalam Meningkatkan telah sesuai nilai
mempermudah  Foto Dokumentasi bekerja sama untuk kepedulian organisasi.
pembuatan Leaflet menghasilakan nilai tambah rumah sakit Competent
dan kegiatan terhadap Collaborative
sosialisasi Menyampaikan pendapat dan tata kepuasan pasien
4. Dokumentasi cara koordinasi dan konsultasi
dengan cara yang sopan dapat
menjalin komunikasi dan
kerjasama yang baik dan kondusif
dengan rekan sejawat Harmonis :
Membangun lingkungan kerja
yang kondusif

Menyiapkan dan mencari bahan


materi dengan referensi terbaru
kompeten: Meningkatkan
kompetensi diri untuk
menjawab tantangan yang
selalu berubah
47

4 Membuat Leaflet 1. Berkoordinasi Membuat Leaflet tentang Mencari gambar dan referensi Membuat Leaflet Kegiatan
tentang Komunikasi dengan kepala Komunikasi Terapeutik akan terbaru (Adaptif: Terus tentang pembuatan Leaflet
Terapeutik. ruangan menghasilkan asuhan berinovasi dan Komunikasi ini menunjukan
2. Mencari gambar dan keperawatan yang prima mengembangkan kreativitas) Terapeutik yang sikap Kompeten
referensi sehingga memberikan benar, sesuai Misi dan berkaloborasi
3. Menentukan Sasaran kontribusi dalam menjalin Leaflet ini tentunya sebagai media RSUD KH dengan Kabid
kegiatan tenaga komunikasi terapeutik informasi yang efisien bagi Mansyur Kintap Keperawatan dan
kesehatan yaitu dengan pasien. perawat karena mudah terlihat dan yang ke 1, yaitu Karu utk menilai isi
perawat mudah di baca karena tulisannya Meningkatkan Leaflet, sesuai
4. Merancang desain Bukti : singkat dan besar. (Kompeten: mutu layanan nilai organisasi.
leaflet  Lembar konsultasi Membantu belajar) yang ditunjang Competent
5. Pengusulan dengan  Lembar Leaflet dengan sarana Collaborative
Mentor terkait Leaflet  Foto Dokumentasi Leaflet tersebut dapat terlihat jelas prasarana yang
sosialisasi oleh seluruh perawat di ruangan. memadai
6. Menjadikan leaflet (Harmonis:Tidak diskriminatif,
sebagai alat bantu Menghargai setiap orang
agar mempermudah apapun latar belakangnya)
kegiatan sosialisasi
7. Dokumentasi Pembuatan leaflet tentang
tahapan interaksi komunikasi
terapeutik merupakan salah satu
media informasi berbentuk leaflet
berukuran panjang yang akan di
letakkan di ruangan perawat
(Akuntabel:kejelasan,
transparan )

Dalam pembuatan leaflet ini


terdapat gambar dan tulisan.
Tentu gambar dan tulisan yang
digunakan adalah gambar dan
tulisan yang sopan dan jelas
sehingga mudah terbaca oleh
perawat. (Berorientasi Pelayanan
: sopan,memahami dan
memenuhi kebutuhan)

Tentunya dapat di lihat dan di


baca secara gratis (Akuntabel:
Jujur)
48

5 Melakukan 1. Berkoordinasi dengan 1. Terlaksananya Menentukan waktu dan tempat Melakukan Mensosialisasikan
Sosialisasi kepala ruangan koordinasi merupakan penerapan nilai sosialisasi mengenai
Komunikasi 2. Menentukan waktu 2. Tersebarnya undangan (akuntabel: kejelasan target, menggunakan komunikasi
Terapeutik Kepada dan tempat melalui whatsapp grup tanggung jawab) Leaflet mengenai terapeutik kepada
Perawat. pelaksanaan 3. Terlaksananya komunikasi staf Ruang Ranap
3. Menyiapkan dan sosialisasi Melakukan Sosialisasi Komunikasi terapeutik secara secara ramah dan
mencari bahan 4. Pengetahuan Terapeutik Kepada Perawat sopan, jujur, berintegritas
Materi Sosialisasi. perawat memberikan pelayanan terbaik cermat, sesuai sesuai nilai
4. Mempresentasikan meningkat sesuai standar prosedur yang dengan MISI organisasi.
dalam bentuk leaflet serta dapat berlaku (Kompeten: RSUD KH kerjasama
5. Dokumentasi melakukan Melaksanakan tugas dengan Mansyur Kintap keterbukaan
asuhan kualitas terbaik) yang ke 3, yaitu
keperawatan Meningkatkan
dengan prima Konsultasi dengan kepala ruangan profesionalisme
merupakan penerapan nilai sumber daya
Bukti : pancasila sila ke 4 manusia dan
 Lembar konsultasi (Loyal:Aktualisasi nilai kemampuan
 Undangan via grup Pancasila Nasionalisme, memberikan
whatshap mufakat, menghargai pendapat layanan
 Foto Dokumentasi orang lain)

Tentunya penyampaian
sosialisasi di lakukan dengan
bahasa yang sopan, jelas dan
mudah di mengerti. Selain itu di
harapkan perawat dapat bekerja
optimal sehingga orientasi
pelayanan terpenuhi.
(Berorientasi Pelayanan:
Sopan, Ramah, memahami dan
memenuhi kebutuhan) dan
kegiatan ini juga tidak dipungut
biaya ( Akuntabel: jujur)
49

6 Membuat lembar 1. Berkoordinasi Dengan Membuat lembar Membuat lembar ceklis feed back Membuat lembar Kegiatan
ceklis feed back dengan kepala ceklis feed back sosialisasi sosialisasi dilakukan dengan jujur ceklis feed back memberikan
sosialisasi. ruangan akan meningkatkan dan bertangggung jawab dan sebagai sarana lembar ceklis feed
2. Merancang Lembar pengetahuan perawat dan melakukan evaluasi dengan objetif dan prasarana back sebagai
Ceklis Feed Back memberikan kontribusi Akuntabel (Melaksanakan tugas penunjang sikap Kompeten
Sosialisasi dalam menjalin komunikasi dengan jujur,bertanggung pelayanan, sesuai dan berkaloborasi
3. Menggunakan draft terapeutik yang efektif jawab, cermat dan berintegritas MISI RSUD KH dengan perawat
SPO sebagai acuan dengan pasien. tinggi ) Mansyur Kintap ruangan, sesuai
pembuatan lembar yang ke 1, yaitu nilai organisasi.
ceklis Bukti : Melakukan evaluasi dari hasil Meningkatkan Kerjasama
4. Dokumentasi  Lembar Ceklis feed back sosialisasi dengan mutu layanan Keterbukaan
 Foto dokumentasi mengedepankan sikap sopan yang ditunjang Bertanggung
santun sesuai nilai etik perawat dengan sarana jawab
Berorientasi Pelayanan: Ramah, prasarana
sopan

Melakukan evaluasi kegiatan


sosialisasi komunikasi terapeutik
dan dengan berupaya terus
berinovasi serta meningkatkan
kreatifitas dan skill dalam
pelaksanaan komukasi terapeutik
Kompeten (Meningkatkan
kompetensi diri untuk
menjawab tantangan yang
selalu berubah)

Kegiatan ini tidak mengeluarkan


biaya apapun Akuntabel (Jujur)
50

7 Melakukan Evaluasi 1. Berkoordinasi dengan Dengan lembar ceklis, Melakukan penilaian lembar ceklis Penilaian evaluasi Kegiatan
kepala ruangan evaluasi kegiatan evalusi dengan jujur dan sesuai kegiatan yang penilaian
Monitoring Perawat
2. Menyiapkan lembar Komunikasi Terapeutik akan dengan acuan dilakukan sesuai evaluasi
dalam Penerapan ceklis meningkatkan pengetahuan Akuntabel: Melaksanakan tugas dengan Misi bersama perawat
3. Mengikuti perawat pasien dan memberikan dengan jujur dan bertanggung RSUD KH ruangan saling
Komunikasi
yang akan kontribusi dalam menjalin jawab Mansyur yang ke- berkaitan, sesuai
Terapeutik dimonitoring komunikasi terapeutik yang 3: Meningkatkan nilai organisasi.
4. Melakukan evaluasi efektif dengan pasien serta Melakukan penilaian lembar ceklis profesionalisme Kerjasama
menggunakan
dengan acuan draft terbangunnya hubungan agar terciptanya mutu pelayanan sumber daya Keterbukaan
Lembar Ceklis Feed SPO yang ada. saling percaya antara yang prima manusia dan
5. Dokumentasi. perawat dan pasien. Berorientasi Pelayanan: kemampuan
Back Sosialisasi.
Memahami dan memenuhi memberikan
Bukti : kebutuhan masyarakat layanan
 Lembar ceklis evaluasi
kegiatan Melakukan pengisian lembar
 Foto Dokumentasi ceklis dengan mengedepankan
sesuai dengan yang benar benar
di implementasikan perawat
Akuntabel: Melaksanakan tugas
dengan jujur dan bertanggung
jawab
51

III. EVALUASI
8 Melakukan evaluasi 1. Mencatat kegiatan 1. Tercatatnya seluruh Saya akan mempertanggung Visi: Evaluasi terhadap
yang sudah kegiatan yang jawabkan hasil laporan dari semua Menjadikan RSUD seluruh kegiatan
seluruh kegiatan yang
berjalan dilakukan kegiatan yang telah dilakukan KH Mansyur yang sudah
dilakukan dan 2. Laporan Hasil Evaluasi (Akuntabel: melaksanakan sebagai Institusi dilakukan
2. Melaporkan menggunakan lembar tugas dengan Bertanggung Pelayanan yang mengacu pada
menyusun laporan
evaluasi kepada ceklis Jawab) Konfrehensif, nilai :
aktualisasi Kabid Keperawatan Indah, Nyaman, Kerjasama
dan coach Bukti: Saat akan melaporkan hasil Tanggap, Andal, Bertanggung
 Catatan Kegiatan evaluasi kepada coach dan kabid dan Peduli Jawab
 Laporan Hasil Evaluasi keperawatan dan akan (KINTAP).
 Foto Dokumentasi menghargai semua masukan- Misi ke-3:
masukan dari coach dan kabid Meningkatkan
keperawatan merupakan profesionalisme
penerapan nilai pancasila sila ke sumber daya
4 (Loyal:Aktualisasi nilai manusia dan
Pancasila Nasionalisme, kemampuan
mufakat, menghargai pendapat memberikan
orang lain) layanan
Saya akan melaporakan hasil
kegiatan yang telah
dilakukan dengan jujur
(Akuntabel: Jujur)
52

C. Rencana Penjadwalan Kegiatan Aktualisasi

Tabel 3.2. Rencana Penjadwalan Kegiatan Aktualisasi

No. Kegiatan Pelaksanaan Tempat

Perencanaan
Melakukan konsultasi tentang kegiatan yang akan dilakukan dengan 8 - 13 Juli 2022 Ruang Kabid Keperawatan
1.
coach dan kabid keperawatan RSUD KH Mansyur Kintap
Pelaksanaan
2. Membuat Draft SPO (Standar Prosedur Operasional) Tentang
14 - 20 Juli 2022 Ruang Kabid Keperawatan
Komunikasi Terapeutik.
RSUD KH Mansyur Kintap
3. Pengusulan Draft SPO (Standar Prosedur Operasional) Tentang
21 –25 Juli 2022
Komunikasi Terapeutik.
4. Membuat leaflet tentang Komunikasi Terapeutik
26 – 29 Juli 2022 Ruang Kabid Keperawatan
RSUD KH Mansyur Kintap
5. Melakukan sosialisasi Komunikasi Terapeutik kepada perawat
01 - 03 Agustus 2022 Ruang Rapat Rawat Inap
RSUD KH Mansyur Kintap
6. Membuat lembar ceklis feed back sosialisasi
04 - 06 Agustus 2022 Ruang Kabid Keperawatan
RSUD KH Mansyur Kintap
7. Melakukan Evaluasi Monitoring Perawat dalam Penerapan Komunikasi
07 - 15 Agustus 2022
Terapeutik menggunakan Lembar Ceklis Feed Back Sosialisasi
Evaluasi
Melakukan evaluasi seluruh kegiatan yang dilakukan dan menyusun
8. 16 - 20 Agustus 2021 Ruang Kabid Keperawatan
laporan aktualisasi RSUD KH Mansyur Kintap
53

D. Rencana Matrix Penjadwalan Kegiatan Aktualisasi


Tabel 3.3 Matrik Rencana Penjadwalan Kegiatan Aktualisasi
No. Kegiatan BULAN
Juli Agustus
1 2 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Konsultasi atau
1 Persiapan 1 koordinasi dengan
. coach dan mentor

Membuat Draft SPO


(Standar Prosedur
2
Operasional)
.
Tentang Komunikasi
Terapeutik.
3. Pengusulan Draft
SPO (Standar
2 Pelaksanaan Prosedur
Operasional)
Tentang Komunikasi
Terapeutik.
Membuat Leaflet
4 tentang Komunikasi
. Terapeutik
Melakukan
sosialisasi
komunikasi
5
terapeutik kepada
.
perawat
Membuat Lembar
6 ceklis feed back
. sosialisasi
Melakukan Evaluasi
Monitoring Perawat
7 dalam Penerapan
. Komunikasi
Terapeutik
menggunakan
Lembar Ceklis Feed
Back Sosialisasi

Melakukan evaluasi
seluruh kegiatan yg
3 Evaluasi 8 dilakukan dan
menyusun laporan
Aktualisasi
Hari Libur Pelaksanaan

Anda mungkin juga menyukai