Anda di halaman 1dari 10

Tugas 3

HUKUM ADMINISTRASI NEGARA

MANSUR / 023214414

Upbjj ut Kendari
HUKUM PELAYANAN PUBLIK
I. PENGERTIAN HUKUM PELAYANAN PUBLIK

A. Pengertian Pelayanan Publik

Masyarakat hukum modern saat ini yang merupakan perkembangan lebih jauh dari
konsep negara kesejahteraan, yaitu peran negara tidak lagi sekedar sebagai night watchdog
function atau anjing penjaga malam yang hanya bertugas di wilayah keamanan negara
apabila ada serangan dari pihak luar. Akan tetapi, justru diminta untuk masuk wilayah privat
warganya guna melakukan segala upaya dalam menciptakan kesejahteraan bagi warganya.
Negara dituntut untuk melakukan pelayanan atau servis kepada rakyat yang telah dibebani
pungutan negara, baik berupa pajak maupun retribusi. Pelayanan publik yang diartikan
menurut UU Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik sebagai berikut.

Pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan
kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan barang, jasa, atau pelayanan administratif
yang disediakan oleh peyelenggara pelayanan publik.

Pengembangan fungsi negara ini merupakan bagian dari bentuk perkembangan


prinsip-prinsip new public model. Menurut Ferlie, Asdhburner, Fitzgerald, dan Pettigrew,
sebagaimana dikutip oleh Yeremias T. Keban, NPM ini telah mengalami perubahan
orientasi.

Tahap-tahap perubahan orientasi NPM ini meliputi :

1. The efficiency drive


2. Downsizing and decentralization
3. In search of excellence
4. Public service orientation.

Bahkan, dalam pergeseran lebih lanjut dari NPM menuju new public service,
masalah pelayanan publik tetap menjadi pilar utama yang sedemikian rupa. Menurut
Yeremias Keban, hal itu bergeser menjadi berikut.

1. Melayani warga masyarakat bukan pelanggan ( serve citizen, not customers ).


2. Mengutamakan kepentingan publik ( seek the public inbterest ).
3. Lebih menghargai warga negara dari pada kewirausahaan ( value citizenship over
entpreneurship ).
4. Berpikir strategis dan bertindak demokratis ( think strategic,act democratically ).
5. Menyadari bahwa akuntabilitas bukan merupakan sutau yang mudah ( recognize
thaat accountability is not simple ).
6. Melayani dari pada mengendalikan ( serve rather than steer ).
7. Menghargai orang, bukannya produktivitas semata ( value people, not just
productivity ).

Kedudukan rakyat sebagai sasaran dari pelayanan publik tidak lagi berdasarkan
prinsip transaksi antara negara sebagai provider di satu pihak dan rakyat sebagai pelanggan
di lain pihak. Prinsip ini menempatkan kedudukan masyarakat hanya dihargai manakala
yang bersangkutan sebagai pihak yang membayar atas pelayanan publik. Akibatnya,
kedudukannya lemah manakala tidak dalam posisi pelanggan.

Hubungan antara negaradan warganya yang tidak lagi bersifat kontraktual dan
subordinatif menempatkan pelayanan publik sebagai komoditas yang diperdagangkan
antara negara dan warganya. Pelayanan publik dalam prinsip negara hukum modern
merupakan hak yang harus diberikan negara kepada warganya. Hal ini juga sesuai ketentuan
Pasal 20, Pasal 27, Pasal 28 A, Pasal 28B, Pasal 28 C, Pasal 28 D, Pasal 28 H, Pasal 28 I ayat (
2 ), dan Pasal 34 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Hak-hak pelayanan publik yang dijamin konstitusi tersebut meliputi :

1. Hak pelayanan publik dibidang hukum


2. Hak pelayanan publik yang bermanfaat guna menpertahankan hidup
3. Hak pelayanan publikyang berkaitan dengan administrasi perkawinan yang sah
4. Hak pelayanan publik yang berkaitan dengan pendidikan
5. Hak pelayanan publik yang berkaitan dengan pengakuan, jaminan, perlindungan, dan
kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama dihadapan hukum
6. Hak pelayanan publik di bidang kesehatan
7. Hak pelayanan publik yang berkaitan dengan pelaksanaan penegakan HAM.

Di samping itu, hak atas pelayanan publik juga merupakan hak yang diakui secara
mendunia sebagaimana diatur dalam International Covenant on Economic, Social, and
Cultural Rights (Kovenan Internasional tentang Hak-hak Ekonomi, Sosial, dan Budaya) serta
International Covenant on Civil and Political Rights (Kovenan Internasional tentang Hak-
hak Sipil dan Politik). Hak untuk mendapatkan pelayanan publik merupakan bagian dari hak
asasi setiap warga negara. Hal tersebut merupakan bagian dari penciptaan good
gevernance.

Pengertian good governance, menurut Gunawan Sumodiningrat, diartikan sebagai


upaya pemerintah yang amanah dan untuk menciptakan good governance pemerintah perlu
didesentralisasi dan sejalan dengan kaidah penyelenggaraan pemerintah. Sementara itu,
menurut World Bank, pemahaman mengenai good governance tidak jauh berbeda dengan
pendapat Gunawan yang menyatakan penyelenggaraan manajemen pembangunan yang
solid dan bertanggung jawab serta sejalan dengan prinsip demokrasi dan pasar yang efisien,
penghindaran salah alokasi dana investasi, dan pencegahan korupsi, baik secara politik
maupun administrasi, menjalankan disiplin anggaran serta penciptaan legal dan political
framework bagi tumbuhnya aktivitas usaha.

Sebagai suatu konsep, GCG mempunyai ukuran dasar atau pilar-pilar utama
penyangga terlaksananya GCG yang terdiri atas :

1. Participation
2. Rule of law
3. Transparency
4. Responsiveness
5. Concensus orientation
6. Equity
7. Effectiveness and efficiency
8. Accountability
9. Strategic vision.

Participation menempatkan peran partisipasi dari warga negara dalam pengambilan


kebijakan dan keputusan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Rule of law
mengandung makna bahwa segala suatu tindakan yang dilakukan oleh pemerintah harus
dilakukan berdasarkan ketentuan hukum perundangan yang berlaku.

Transparancy mengandung maksud bahwa masyarakat harus mendapatkan akses


yang cukup untuk mendapatkan informasi publik yang memang dimunkinkan diakses.
Responsivenes merupakan prinsip yang harus dimiliki penyelenggara pemerintah, yakni
prinsip tanggap atas segala hal yang berkaitan dengan pelayanan kepada pemangku
kepentingan.

Consencus orientation memberikan satu posisi pemerintah dalam menjalankan roda


pemerintahan, yaitu menjalankan keputusan bersama, bukan satu keputusan yang hanya
merupakan tindakan sepihak belaka. Equity diartikan sebagai suatu kondisi yang
memungkinkan masyarakat pada jenjang apa pun harus diberikan kesempatan yang cukup
untuk mendapatkan kesejahteraan ataupun keadilan.

Effectiveness and efficiency mempunyai makna bahwa dalam penyelanggaraan


negara, hal utama yang wajib harus seefektif mungkin dalam segala pemanfaatan sumber
daya yang digunakan.

Accountability merujuk pada suatu prinsip bahwa setiap pelaksanaan tindakan


negara dalam penyelenggaraan pemerintahan wajib mempertanggungjawabkan apa yang
diperbuatnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Miriam Budiardjo yang memberikan definisi
akuntabilitas sebagai pertanggungjawaban pihak yang diberi mandat untuk memerintah
kepada mereka yang memberi mandat itu.
Pertanggung jawaban yang seharusnya dilakukan negara melalui aparat
pemerintahannya, menurut Guy Peter, meliputi 3 tipe akuntabilitas :

1. Akuntabilitas keuangan
2. Akuntabilitas administratif
3. Akuntabilitas kebijakan publik

Akuntabilitas dibidang keuangan diartikan bahwa aparatur negara harus mampu


membuktikan dan mempertanggungjawabkan legalitas dari sumber keuangan yang
digunakan. Akuntabilitas administratif memberikan kewajiban bagi aparatur negara dalam
melaksanakan tugas pemerintahannya untuk mematuhi segala prosedur administrasi yang
diberlakukan sesuai ketentuan perundangan yang berlaku.

Akuntabilitas sisi kebijakan administrasi ini mengandung makna bahwa


pengambilan kebijakan oleh negara dalam menentukan suatu tindakan pemerintahan sudah
didasarkan pada pertimbangan yang rasional dan logis serta mempertimbangkan segala hal,
terutama yang berkaitan dengan asas-asas umum pemerintahan yang baik.

strategic vision mengandung makna bahwa pengambilan kebijakan yang dilakukan


oleh negara melalui aparaturnya harus memperhatikan sisi masa depan. Artinya, kebijakan
yang diambil oleh negara harus memperhatiakn kemungkinannya di masa mendatang,
terutama sisi negatif yang mungkin terjadi di masa mendatang akibat diambilnya kebijakan
tersebut.

B. Asas-asas Pelayanan Publik

Dalam menjalankan pemerintahan dan negara sehari-hari, aparatur negara sebagai


representasi dari pemerintahan bertugas melakukan pelayanan-pelayanan di segala sektor.
Pendek kata, pelayanan negara kepada masyarakat itu dari urusan lahir sampai kematian
atau from birth through to die.

Dalam pelayanan publik yang dilakukan oleh pemerintah daerah tersebut , setiap
badan publik yang menyelenggarakan pelayanan publik wajib untuk melaksanakan
berdasarkan asas-asas :

1. Kepentingan umum
2. Kepastian hukum
3. Kesamaan hak
4. Keseimbangan hak dan kewajiban
5. Keprofesionalan
6. Partisipatif
7. Persamaan perlakuan/tidak diskriminatif
8. Keterbukaan
9. Akuntabilitas
10. Fasilitas dan perlakuan khusus bagi kelompok rentan
11. Ketepatan waktu
12. Kecepatan, kemudahan, dan keterjangkauan.

Asas kepentingan umum dalam penjelasan memberikan satu pedoman bahwa


pemberian pelayanan tidak boleh mengutamakan kepentingan pribadi atau golongan. Asas
kepastian hukum dalam pelayanan publik mempunyai makna pengertian bahwa dalam
pelayanan publik tersebut harus jelas adanya jaminan hukum yang pasti, khususnya yang
berkaitan dengan jaminan terlaksnanya hak serta kewajiban yang dimiliki penyelenggara
pelayanan publik, tetapi juga yang dimiliki oleh pihak yang terlayani dalam pelayanan piblik
tersebut.

Asas kesamaan hak mengandung makna bahwa dalam asas ini terkandung
prinsipuntuk tidak membedakan pelayanan publik berdasarkan prinsip, yakni equality before
the law atau kesamaan di depan hukum. Asas keimbangan hak dan kewajiban merupakan
satu asas yang berdasarkan prinsip balanced beetween right and obligation. Artinya, dalam
setiap pemberian pelayanan publik yang dilakukan oleh negara dan kepada setiap pihak
yang mengeluarkan biaya guna pelayanan publik yang diselenggarakan oleh
negara,kepadanya harus didapatkan pelayanan yang seimbang dengan apa yang telah
dibayarkan untuk menerima pelayanan negara tersebut.

Asas keprofesionalan merupakan prinsip saat setiap penyelenggaraan pelayanan


publik yang dilakukan oleh pemerintah wajib untuk dilaksanakan oleh aparat yang memiliki
kompetensi yang dipersyaratkan untuk melaksanakan pelayanan publik tersebut. Asas
partisipatif mengandung makna bahwa pelayanan publik yang diselenggarakan untuk
melayani masyarakat dalam perancangan sampai pelaksanaannya harus memperhatikan
aspirasi masyarakat yang dilayani.

Asas persamaan dan tidak diskriminatif, sebagaimana telah dibahas diatas, dalam
pelayanan publik sama sekali tidak diperkenankan adanya diskriminasi yang diberlakukan
bagi anggota masyarakat berdasarkan ras, golongan, ataupun jenis kelamin jika hal itu
merupakan pelayanan yang sifatnya standar dan umum.

Pengecualian untuk melakukan perlakuan secara khusus diperkenankan kepada


pihak yang berkebutuhan khusus. Untuk kelompok masyarakat penyandang cacat,
pelaksana pelayanan publik diperkenankan untuk memberikan pelayanan khusus, bahkan
tidak hanya merupakan imbauan, tetapi justru kewajiban sebagaimana diatur dalam Pasal
10 UU Nomor 14 tahun 1997 tentang Penyandang Cacat sebagai berikut:

1. Penyediaan aksesibilitas dimaksudkan untuk menciptakan keadaan dan lingkungan


yang lebih menunjang penyandang cacat dapat sepenuhnya hidup bermasyarakat.
2. Penyediaan aksesibilitas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
diselenggarakan oleh pemerintah dan/atau masyarakat dan dilakukan secara
menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan.

Asas keterbukaan mengandung makna bahwa dalam penyelenggaraan pelayanan


publik, setiap pengguna pelayanan publik harus mendapatkan informasi yang cukup
mengenai substansi pelayanan publik tersebut. Asas akuntabilitas mengandung makna
bahwa dalam setiap proses pelayanan publik dari tahap perancangan sampai tahap
pelaksanaannya harus dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

Asas fasilitas dan perlakuan khusus bagi kelompok rentan memberikan pedoman
dalam penyelenggaraan pelayanan publik kepada masyarakat. Hal ini wajib memperhatikan
pemberian kemudahan pelayanan bagi masyarakat yang masuk kelompok rentan.
Kerentanan yang dimiliki masyarakat dalam beberapa hal bisa dikategorikan dalam dua
kelompok besar :

a. Kerentanan fisik (jasmani dan rohani),


b. Kerentanan sosial.

Pada sisi yang lain, disamping pemberian aksesibilitas yang sifatnya fisik, diberikan
pula aksesibilitas untuk penyandang cacat sebagai kelompok masyarakat rentan dalam
bentuk atau sifatanya nonfisik. Untuk pelayanan aksesibilitas yang bersifat nonfisik bagi
penyandang cacat tersebut, diberikan dalam bentuk kemudahan aksesibilitas yang meliputi
pelayanan di bidang :

a. Informasi dan;
b. Pemberian pelayanan khusus.

Asas ketepatan waktu mengandung maksud bahwa dalam pemberian pelayanan


publik, pelayanan tersebut harus diselesaikan dilakukan tepat waktu sesuai dengan standar
pelayanan yang adangkauan. Asas kecepatan, kemudahan dan keterjangkauan merupakan
asas yang menjiwai bentuk substansi pelayanan publik yang harus dikemas dalam satu
bentuk pelayanan yang tidak membutuhkan waktu yang lama untuk penyelesaiannya dan
kemasan pelayanan publik tersebut mudah dalam arti tidak mengesankan sesuatu
pelayanan publik yang rumit. Keterjangkauan dalam pelayanan publik kepada masyarakat
meliputi beberapa sisi:

1. Biaya
2. Tempat atau lokasi
3. Prasyarat

Khusus untuk pelayanan publik yang sifatnya mendasar dan menghadapi kondisi
yang menyebabkan tingkat keterjangkauan menjadi sulit, instansi pelaksana dapat
berinisiatif untuk melakukan pelayanan publik atau melayani masyarakat yang sedang
mengalami kondisi khusus pula. Sebagai contoh dalam pelayanan publik, khususnya
administrasi kependudukan sebagaimana diatur dalam UUNomor 23 tahun 2006 tentang
Administrasi Kependudukan pada Pasal 25, ketentuan perundangan tersebut telah diatur
pengaturan pelayanan administrasi kependudukan untuk daerah-daerah tertentu sebagai
berikut.

Instansi pelaksana wajib melakukan pendataan penduduk rentan administrasi


kependudukan yang meliputi :

a. Penduduk korban bencana alam;


b. Penduduk korban bencana sosial
c. Orang terlantar; dan
d. Komunitas terpencil.

Dari ketentuan diatas tampak sekali bahwa ada kewajiban pada instansi
penyelenggara pelayanan publik di bidang administrasi kependudukan untuk
mempermudah keterjangkauan pelayanan publik tersebut dengan cara mengambil inisiatif
melakukan pelayanan publik tanpa harus menunggu permohonan dari pihak masyarakat.

2. PENERAPAN HUKUM PELAYANAN PUBLIK

Dari ketentuan pasal 5 ayat 1 UU tentang pelayanan publik, dapat dikatakan bahwa
luas jangkauan hukum administrasi publik sesungguhnya meliputi hal-hal yang berkaitan
dengan :

1. Hukum pelayanan barang publik dan jasa publik


2. Hukum pelayanan administrasi yang diatur dalam peraturan perundang-undangan.

Hal utama dalam pengorganisasian pelayanan publik berkaitan dengan penentuan


pejabat-pejabat yang berwenang dalam penyelenggaraan organisasi pelayanan publik.
Dalam organisasi pelayanan publik, pihak yang bertindak sebagai pembina dari proses
pelayanan publik diatur dalam ketentuan Pasal 6 UU Pelayanan Publik :

a. Pimpinan lembaga negara, pimpinan kementerian, pimpinan lembaga pemerintah


non kementerian, pimpinan lembaga komisi negara atau yang sejenis, dan pimpinan
lembaga lainnya
b. Gubernur pada tingkat provinsi
c. Bupati pada tingkat kabupaten, serta
d. Walikota pada tingkat kota.

Namun pada sisi lain, pihak masyarakat sebagai pengguna atau konsumen dari
pelayanan publik yang diselenggarakan juga memiliki hak-hak yang harus dihormati oleh
penyelenggara pelayanan publik. Hak-hak pengguna pelayanan publik tersebut sebagaimana
diatur dalam Pasal 18 UU Nomor 25 Tahun 2009 sebagai berikut :

a. Mengetahui kebenaran isi standar pelayanan


b. Mengawasi pelaksanaan standar pelayanan
c. Mendapat tanggapan terhadap pengaduan yang diajukan
d. Mendapat advokasi, perlindungan atau pemenuhan pelayanan
e. Memberitahukan pimpinan penyelenggarauntuk memperbaiki pelayanan apabila
pelayanan yang diberikan tidak sesuai dengan standar pelayanan
f. Memberitahukan pelaksana untuk memperbaiki pelayanan apabila yang diberikan
tidak sesuai dengan standar pelayanan
g. Mengadukan pelaksana yang melakukan penyimpangan standar pelayanan atau
tidak memperbaiki pelayanan kepada penyelenggara dan ombudsman
h. Mengadukan penyelenggara yang melakukan penyimpangan standar pelayanan atau
tidak memperbaiki pelayanan kepada pembina penyelenggara dan ombudsman
i. Mendapat pelayanan yang berkualitas sesuai dengan asas dan tujuan pelayanan.

Kualitas pelayanan publik serta hasilnya bukan hanya menjadi tanggung jawab pihak
pemerintah atau institusi penyelenggara layanan publik. Akan tetapi, msyarakat sebagai
pengguna layanan publik yang diberikan oleh pihak penyelenggara pelayanan publik juga
mempunyai kewajiban-kewajiban untuk turut menjaga keberlangsungan pelayanan publik
yang baik. Adapun kewajiban masyarakat selaku pihak pengguna layanan publik sebagai
berikut :

a. Mematuhi dan memenuhi ketentuan sebagaimana dipersyaratkan dalam standar


pelayanan
b. Ikut menjaga terpeliharanya sarana, prasarana, atau fasilitas pelayanan publik
c. Berpartisipasi aktif dan mematuhi peraturan yang terkait dengan penyelenggaraan
pelayanan publik.

Dalam pelaksanaan pelayanan publik, salah satu upaya untuk menjaga pelayanan
publik yang diberikan kepada masyarakat memenuhi standar pelayanan yang sudah
ditentukan, perlu dilakukan pengawasan.pengawasan terhadap pelayanan publik tersebut
secara umum dapat dibagi dalam dua jenis :

a. Pengawasan internal
Proses pengawasan yang dilakukan oleh lembaga atau organ penyelenggara
pelayanan publik yakni atasan langsung dari pejabat yang melaksanakan tugas
pelayanan publik.
b. Pengawasan eksternal
Masyarakat melalui pengaduan ataupun laporan sebagai umpan balik atas
penyelenggaraan pelayanan publik juga merupakan bentuk pengawasan eksternal.
Dalam penyelenggaraan pelayanan publik, dapat saja terjadi adanya pelanggaran
atau malaadministrasi yang dilakukan oleh penyelenggara pelayanan publik sehingga
menimbulkan kerugian bagi masyarakat pengguna layanan publik. Pelanggaran ataupun
malaadministrasi dalam pelayanan publik tersebut dapat terjadi karena adanya dua sebab

a. Penyelenggara yang tidak melaksanakan kewajiban atau melanggar larangan


b. Pelaksana yang memberi pelayanan yang tidak sesuai dengan standar pelayanan.

Guna menyelesaikan terjadinya pelanggaran ataupun malaadministrasi dalam


pelayanan publik terhadap masyarakat pengguna, secara umum dapat dikelompokkan ke
dalam dua mekanisme penyelesaian , yakni :

1. Penyelesaian melalui jalur nonlitigasi


2. Penyelesaian melalui jalur litigasi.

Sanksi administrasi ataupun keperdataan dan pidana yang dapat dijatuhkan kepada
pejabat pelaksana yang melakukan malaadministrasi dalam pelayanan publik dapat bersifat
berjenjang :

a. Teguran lisan
b. Teguran tertulis
c. Penurunan gaji
d. Penurunan pangkat
e. Pembebasan jabatan
f. Pemberhentian dengan hormat tidak atas permohonan sendiri
g. Pemberhentian dengan tidak hormat
h. Sanksi keperdataan
i. Sanksi pidana.

Sementara itu, bagi institusi atau lembaga penyelenggara pelayanan publik yang
melakukan malaadministrasi tersebut juga dapat dikenakan sanksi kelembagaan seperti :

a. Pembekuan misi
b. Pencabutan izin yang dikeluarkan pemerintah.

Anda mungkin juga menyukai