MANSUR / 023214414
Upbjj ut Kendari
HUKUM PELAYANAN PUBLIK
I. PENGERTIAN HUKUM PELAYANAN PUBLIK
Masyarakat hukum modern saat ini yang merupakan perkembangan lebih jauh dari
konsep negara kesejahteraan, yaitu peran negara tidak lagi sekedar sebagai night watchdog
function atau anjing penjaga malam yang hanya bertugas di wilayah keamanan negara
apabila ada serangan dari pihak luar. Akan tetapi, justru diminta untuk masuk wilayah privat
warganya guna melakukan segala upaya dalam menciptakan kesejahteraan bagi warganya.
Negara dituntut untuk melakukan pelayanan atau servis kepada rakyat yang telah dibebani
pungutan negara, baik berupa pajak maupun retribusi. Pelayanan publik yang diartikan
menurut UU Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik sebagai berikut.
Pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan
kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan barang, jasa, atau pelayanan administratif
yang disediakan oleh peyelenggara pelayanan publik.
Bahkan, dalam pergeseran lebih lanjut dari NPM menuju new public service,
masalah pelayanan publik tetap menjadi pilar utama yang sedemikian rupa. Menurut
Yeremias Keban, hal itu bergeser menjadi berikut.
Kedudukan rakyat sebagai sasaran dari pelayanan publik tidak lagi berdasarkan
prinsip transaksi antara negara sebagai provider di satu pihak dan rakyat sebagai pelanggan
di lain pihak. Prinsip ini menempatkan kedudukan masyarakat hanya dihargai manakala
yang bersangkutan sebagai pihak yang membayar atas pelayanan publik. Akibatnya,
kedudukannya lemah manakala tidak dalam posisi pelanggan.
Hubungan antara negaradan warganya yang tidak lagi bersifat kontraktual dan
subordinatif menempatkan pelayanan publik sebagai komoditas yang diperdagangkan
antara negara dan warganya. Pelayanan publik dalam prinsip negara hukum modern
merupakan hak yang harus diberikan negara kepada warganya. Hal ini juga sesuai ketentuan
Pasal 20, Pasal 27, Pasal 28 A, Pasal 28B, Pasal 28 C, Pasal 28 D, Pasal 28 H, Pasal 28 I ayat (
2 ), dan Pasal 34 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Di samping itu, hak atas pelayanan publik juga merupakan hak yang diakui secara
mendunia sebagaimana diatur dalam International Covenant on Economic, Social, and
Cultural Rights (Kovenan Internasional tentang Hak-hak Ekonomi, Sosial, dan Budaya) serta
International Covenant on Civil and Political Rights (Kovenan Internasional tentang Hak-
hak Sipil dan Politik). Hak untuk mendapatkan pelayanan publik merupakan bagian dari hak
asasi setiap warga negara. Hal tersebut merupakan bagian dari penciptaan good
gevernance.
Sebagai suatu konsep, GCG mempunyai ukuran dasar atau pilar-pilar utama
penyangga terlaksananya GCG yang terdiri atas :
1. Participation
2. Rule of law
3. Transparency
4. Responsiveness
5. Concensus orientation
6. Equity
7. Effectiveness and efficiency
8. Accountability
9. Strategic vision.
1. Akuntabilitas keuangan
2. Akuntabilitas administratif
3. Akuntabilitas kebijakan publik
Dalam pelayanan publik yang dilakukan oleh pemerintah daerah tersebut , setiap
badan publik yang menyelenggarakan pelayanan publik wajib untuk melaksanakan
berdasarkan asas-asas :
1. Kepentingan umum
2. Kepastian hukum
3. Kesamaan hak
4. Keseimbangan hak dan kewajiban
5. Keprofesionalan
6. Partisipatif
7. Persamaan perlakuan/tidak diskriminatif
8. Keterbukaan
9. Akuntabilitas
10. Fasilitas dan perlakuan khusus bagi kelompok rentan
11. Ketepatan waktu
12. Kecepatan, kemudahan, dan keterjangkauan.
Asas kesamaan hak mengandung makna bahwa dalam asas ini terkandung
prinsipuntuk tidak membedakan pelayanan publik berdasarkan prinsip, yakni equality before
the law atau kesamaan di depan hukum. Asas keimbangan hak dan kewajiban merupakan
satu asas yang berdasarkan prinsip balanced beetween right and obligation. Artinya, dalam
setiap pemberian pelayanan publik yang dilakukan oleh negara dan kepada setiap pihak
yang mengeluarkan biaya guna pelayanan publik yang diselenggarakan oleh
negara,kepadanya harus didapatkan pelayanan yang seimbang dengan apa yang telah
dibayarkan untuk menerima pelayanan negara tersebut.
Asas persamaan dan tidak diskriminatif, sebagaimana telah dibahas diatas, dalam
pelayanan publik sama sekali tidak diperkenankan adanya diskriminasi yang diberlakukan
bagi anggota masyarakat berdasarkan ras, golongan, ataupun jenis kelamin jika hal itu
merupakan pelayanan yang sifatnya standar dan umum.
Asas fasilitas dan perlakuan khusus bagi kelompok rentan memberikan pedoman
dalam penyelenggaraan pelayanan publik kepada masyarakat. Hal ini wajib memperhatikan
pemberian kemudahan pelayanan bagi masyarakat yang masuk kelompok rentan.
Kerentanan yang dimiliki masyarakat dalam beberapa hal bisa dikategorikan dalam dua
kelompok besar :
Pada sisi yang lain, disamping pemberian aksesibilitas yang sifatnya fisik, diberikan
pula aksesibilitas untuk penyandang cacat sebagai kelompok masyarakat rentan dalam
bentuk atau sifatanya nonfisik. Untuk pelayanan aksesibilitas yang bersifat nonfisik bagi
penyandang cacat tersebut, diberikan dalam bentuk kemudahan aksesibilitas yang meliputi
pelayanan di bidang :
a. Informasi dan;
b. Pemberian pelayanan khusus.
1. Biaya
2. Tempat atau lokasi
3. Prasyarat
Khusus untuk pelayanan publik yang sifatnya mendasar dan menghadapi kondisi
yang menyebabkan tingkat keterjangkauan menjadi sulit, instansi pelaksana dapat
berinisiatif untuk melakukan pelayanan publik atau melayani masyarakat yang sedang
mengalami kondisi khusus pula. Sebagai contoh dalam pelayanan publik, khususnya
administrasi kependudukan sebagaimana diatur dalam UUNomor 23 tahun 2006 tentang
Administrasi Kependudukan pada Pasal 25, ketentuan perundangan tersebut telah diatur
pengaturan pelayanan administrasi kependudukan untuk daerah-daerah tertentu sebagai
berikut.
Dari ketentuan diatas tampak sekali bahwa ada kewajiban pada instansi
penyelenggara pelayanan publik di bidang administrasi kependudukan untuk
mempermudah keterjangkauan pelayanan publik tersebut dengan cara mengambil inisiatif
melakukan pelayanan publik tanpa harus menunggu permohonan dari pihak masyarakat.
Dari ketentuan pasal 5 ayat 1 UU tentang pelayanan publik, dapat dikatakan bahwa
luas jangkauan hukum administrasi publik sesungguhnya meliputi hal-hal yang berkaitan
dengan :
Namun pada sisi lain, pihak masyarakat sebagai pengguna atau konsumen dari
pelayanan publik yang diselenggarakan juga memiliki hak-hak yang harus dihormati oleh
penyelenggara pelayanan publik. Hak-hak pengguna pelayanan publik tersebut sebagaimana
diatur dalam Pasal 18 UU Nomor 25 Tahun 2009 sebagai berikut :
Kualitas pelayanan publik serta hasilnya bukan hanya menjadi tanggung jawab pihak
pemerintah atau institusi penyelenggara layanan publik. Akan tetapi, msyarakat sebagai
pengguna layanan publik yang diberikan oleh pihak penyelenggara pelayanan publik juga
mempunyai kewajiban-kewajiban untuk turut menjaga keberlangsungan pelayanan publik
yang baik. Adapun kewajiban masyarakat selaku pihak pengguna layanan publik sebagai
berikut :
Dalam pelaksanaan pelayanan publik, salah satu upaya untuk menjaga pelayanan
publik yang diberikan kepada masyarakat memenuhi standar pelayanan yang sudah
ditentukan, perlu dilakukan pengawasan.pengawasan terhadap pelayanan publik tersebut
secara umum dapat dibagi dalam dua jenis :
a. Pengawasan internal
Proses pengawasan yang dilakukan oleh lembaga atau organ penyelenggara
pelayanan publik yakni atasan langsung dari pejabat yang melaksanakan tugas
pelayanan publik.
b. Pengawasan eksternal
Masyarakat melalui pengaduan ataupun laporan sebagai umpan balik atas
penyelenggaraan pelayanan publik juga merupakan bentuk pengawasan eksternal.
Dalam penyelenggaraan pelayanan publik, dapat saja terjadi adanya pelanggaran
atau malaadministrasi yang dilakukan oleh penyelenggara pelayanan publik sehingga
menimbulkan kerugian bagi masyarakat pengguna layanan publik. Pelanggaran ataupun
malaadministrasi dalam pelayanan publik tersebut dapat terjadi karena adanya dua sebab
Sanksi administrasi ataupun keperdataan dan pidana yang dapat dijatuhkan kepada
pejabat pelaksana yang melakukan malaadministrasi dalam pelayanan publik dapat bersifat
berjenjang :
a. Teguran lisan
b. Teguran tertulis
c. Penurunan gaji
d. Penurunan pangkat
e. Pembebasan jabatan
f. Pemberhentian dengan hormat tidak atas permohonan sendiri
g. Pemberhentian dengan tidak hormat
h. Sanksi keperdataan
i. Sanksi pidana.
Sementara itu, bagi institusi atau lembaga penyelenggara pelayanan publik yang
melakukan malaadministrasi tersebut juga dapat dikenakan sanksi kelembagaan seperti :
a. Pembekuan misi
b. Pencabutan izin yang dikeluarkan pemerintah.