Anda di halaman 1dari 28

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Administrasi Publik

Istilah Administrasi secara etimologi berasal dari Bahasa latin (Yunani)

yang terdiri atas dua kata yaitu “ad” dan ministrate” yang berarti “to serve”

yang dalam Bahasa Indonesia berarti melayani atau memenuhi. Sedangkan

pendapat A. Dunsire yang dikutip ulang oleh Keban (2008:2) administrasi

dapat diartikan sebagai arahan, pemerintahan, kegiatan implementasi,

kegiatan pengarahan, penciptaan prinsip-prinsip implementasi kebijakan

publik, kegiatan melakukan analisis, menyeimbangkan dan

mempresentasikan keputusan, pertimbangan-pertimbangan kebijakan,

sebagai pekerjaan individu dan kelompok dalam menghasilkan barang dan

jasa publik, dan sebagai arena bidang kerja akademik dan teoritik.

Pengertian Publik adalah sejumlah manusia yang memiliki kesamaan

berpikir, perasaan, harapan, sikap, dan tindakan yang benar dan baik

berdasarkan nilai-nilai norma yang mereka miliki (Syafi’ie dkk dalam

Pasolong, 2011:6).

Administrasi Publik menurut Chandler dan Plano dalam Keban

(2008:4) adalah proses dimana sumberdaya dan personal public diorganisir

dan dikoordinasikan untuk memformulasikan, mengimplementasikan, dan

mengelola (manage) keputusan-keputusan dalam kebijakan publik.

Sedangkan Keban menyatakan bahwa istilah administrasi publik menunjukan

9
bagaimana pemerintah berperan sebagai agen tunggal yang berkuasa atau

sebagai regulator, yang aktif dan selalu berinisiatif dalam mengatur atau

mengambil langkah dan prakarsa, yang menurut mereka penting atau baik

untuk masyarakat karena diasumsikan bahwa masyarakat adalah pihak yang

pasif, kurang mampu, dan harus tunduk dan menerima apa saja yang diatur

pemerintah (Keban, 2008:4).

Menurut Denhardt & Denhardt, karena pemilik kepentingan publik

yang sebenarnya adalah masyarakt maka administrator publik seharusnya

memusatkan perhatiannya pada tanggung jawab melayani dan

memberdayakan warga negara melalui pengelolaan organisasi publik dan

impelementasi kebijakan publik. Perubahan orientasi tentang posisi warga

negara, nilai yang kedepankan, dan peran pemerintah ini memunculkan

perspektif baru administrasi publik yang disebut sebagai new public service.

Warga negara seharusnya ditempatkan di depan, dan penekanan tidak

seharusnya membedakan antara mengarahkan dan mengayuh tetapi lebih

pada bagaimana membangun institusi publik yang didasarkan pada integritas

dan responsivitas. Perspektif new public servis mengawali pandangannya dari

pengakuan atas warga negara dan posisinya yang sangat penting bagi

kepemerintahan demokrasi. Jati diri warga negara tidak hanya dipandang

sebagai semata persoalan kepentingan pribadi (self interest) namun juga

melibatkan nilai, kepercayaan, dan kepedulian terhadap orang lain. Warga

negara diposisikan sebagai pemilik pemerintahan (owners of government)

dan mampu bertindak secara bersama-sama mencapai sesuatu yang lebih

10
baik. Kepentingan publik tidak lagi dipandang sebagai agregasi kepentingan

pribadi melainkan sebagai hasil dialog dan keterlibatan publik dalam mencari

nilai bersama dan kepentingan bersama.

2.2 Pelayanan Publik

Pemerintah pada awalnya dibentuk adalah untuk menjamin

terlaksananya ketertiban masyarakat agar individu dalam masyarakat leluasa

dalam menjalankan kegiatan tanpa merasa terganggu oleh ancaman-ancaman

baik dari lingkungan intern maupun dari lingkungan ekstern dalam

masyarakat. Seiring berjalannya waktu, kebutuhan masyarakat menjadi

semakin kompleks dan berkembang. Fungsi dan peran pemerintah pun

menjadi semakin luas dalam kehidupan masyarakat. Undang-Undang Dasar

1945 menyebutkan bahwa kedaulatan berada di tangan rakyat dan

dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar.

Secara teori terdapat beberapa konsep yang berbeda tentang pelayanan

public dan pilihan terhadap konsep pelayanan publik memiliki implikasi yang

luas terhadap penyelenggaraan pelayanan publik. Dalam arti sempit,

pelayanan publik merupakan suatu tindakan pemberian barang dan jasa

kepada masyarakat oleh pemerintah dalam rangka tanggung jawabnya kepada

publik, baik diberikan secara langsung maupun melalui kemitraan dengan

swasta dan masyarakat. Berdasarkan jenis dan intensitas kebutuhan

masyarakat, kemampuan masyarakat dan pasar. Konsep ini lebih menekankan

bagaimana pelayanan publik berhasil diberikan melalui suatu Delyvery

System yang sehat. Pelayanan publik ini dapat dilihat sehari-hari dibidang

11
administrasi, keamanan, kesehatan, pendidikan, perumahan, air bersih,

telekomunikasi, transport, bank, dan sebagainya.

Kekuasaan tertinggi berada ditangan rakyat dan negara terbentuk

karena kehendak rakyat. Pemerintah sebagai organisasi tertinggi dalam suatu

negara mempunyai fungsi primer maupun sekunder. Fungsi primer

pemerintah terdiri dari fungsi pelayanan dan fungsi pengaturan. Sedangkan

fungsi sekunder pemerintah terdiri dari fungsi pembangunan dan fungsi

pemberdayaan. Fungsi-fungsi ini dijalankan guna mencapai tujuan suatu

negara. Tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana tercantum

dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alenia keempat adalah untuk

melindungi segenap bangsa Indonessia dan seluruh tumpah darah Indonesia,

memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut

melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian

abadi dan keadilan sosial.

Fungsi pelayanan merupakan salah satu fungsi primer yang harus

dijalankan pemerintah untuk mencapai tujuan Negara Indonesia. Pelayanan

berarti melayani suatu jasa yang dibutuhkan oleh masyarakat dalam segala

bidang. Perkembangan pelayanan publik sangat erat kaitannya dengan

perkembangan administrasi negara yang selanjutnya disebut dengan

administrasi publik, yaitu.

Fase pertama adalah Old Public Administration. Terdapat 2 (dua)

gagasan utama dalam fase ini, gagasan pertama menyangkut pemisahan

12
politik dan administrasi. Administrasi publik tidak secara aktif dan ekstensi

terlibat dalam pembentukan kebijakan karena tugas utamanya adalah

implementasi kebijakan dan penyediaan layanan publik. Sedangkan gagasan

kedua, administrasi publik seharusnya berusaha sekeras mungkin untuk

mencapai efisensi dalam pelaksanaan tuganyya. Efisiensi ini dapat dicapai

dengan struktur organisasi yang terpadu dan bersifat hierarkis. Kritik yang

ditunjukan terhadap administrasi publik model klasik dikaitkan dengan

karakteristik dari administrasi publik yang dianggap lamban, tidak sensitif

terhadap kebutuhan masyarakat. Penggunaan sumber daya publik yang sia-

sia akibat hanya berfokus pada proses dan prosedur dibandingkan kepada

hasil, sehingga pada akhirnya menyebabkan munculnya pandangan negatif

dari masyarakat.

Fase kedua adalah New Public Management, yaitu berusaha

menggunakan pendekatan sektor swasta dan pendekatan bisnisdalam sektor

publik. Selain berbasis pada teori pilihan, dukungan intelektual bagi

perspektif ini berasal dari Public Policy School (aliran kebijakan publik) yang

Managerialism Movement.

Osborne dan Gaebler menyatakan isu sentral yang berkembang dalam

penyelenggaraan pemerintah sebetulnya bukanlah pemerintah yang banyak

memerintah atau sedikit memerintah atau sekedar pemerintah yang baik,

melainkan pemerintahan yang selain semakin dekat kepada rakyat juga benar-

benar memerintah. Selanjutnya Wahab menambahkan, kecenderungan global

menunjukan bahwa pemberian pelayanan yang semakin baik pada sebagian

13
besar masyarakat merupakan salah satu tolak ukur bagi kredibilitas dan

sekaligus kepastian politik pemerintah dimanapun. Pelayanan adalah

kegiatan atau serangkaian kegiatan seseorang maupun sekelompok orang

untuk memenuhi kebutuhan orang lain sesuai dengan prosedur, system, dan

metode tertentu. Publik adalah sekelompok orang atau masyarakat yang

masing-masing memiliki kepentingan.

Pelayanan publik berarti sebagai pemberi layanan (melayani) keperluan

orang atau masyarakat yang mempunyai kepentingan pada organisasi itu

sesuai dengan aturan pokok dan tata cara yang telah ditetapkan. Sebagai

profesi, pelayanan publik berpijak pada prinsip-prinsip profesionalisme dan

etika seperti akuntabilitas, efekifitas, efisiensi, integritas, netralitas, dan

keadilan bagi semua penerima pelayanan. Sebagai sebuah lembaga,

pelayanan publik harus dapat menjamin keberlangsung administrasi negara

yang melibatkan pengembangan kebijakan pelayanan dan pengelolaan

sumber daya yang berasal dari dan untuk kepentingan masyarakat.

Hal ini seperti diungkapkan oleh Moenir bahwa “hak atas pelayanan itu

sifatnya sudah universal, berlaku terhadap siapa saja yang berkepentingan

atas hak itu, dan oleh organisasi apapun juga yang bertugas

menyelenggarakan pelayanan”.

Keterlibatan pemerintah dalam menyelenggarakan fungsi pelayanan

masyarakat berkembang seiring dengan munculnya paham atau pandangan

tentang filsafat negara. Hal ini diungkapkan oleh Prawirohardjo (1993:8)

14
dengan mengatakan bahwa: semenjak dilaksanakannya cita-cita negara

kesejahteraan, maka pemerintah semakin intensif melakukan campur tangan

terhadap interaksi kekuatan-kekuatan kemasyarakatan dengan tujuan agar

setiap warga dapat terjamin kepastian hidup minimalnya. Oleh karena itu,

secara berangsur-angsur, fungsi awal pemerintah yang bersifat represif (polisi

dan peradilan) kemudian bertambah dengan fungsi lainnya yang bersifat

melayani. Disadari atau tidak, setiap warga selalu berhubungan dengan

aktivitas birokrat pemerintah, sehingga keberadaannya menjadi suatu yang

tidak bisa ditawar-tawar lagi. Pelayanan birokrat akan menyentuh ke berbagai

segi kehidupan masyarakat, demikiian luasnya cakupan pelayanan

masyarakat yang harus dilaksanakan pemerintah maka mau tidak mau

pemerintah harus berupaya semaksimal mungkin untuk memenuhi kebutuhan

masyarakat akan layanan publik.

2.3 Peran

2.3.1 Definisi Peran

Peran merupakan aspek dinamis dari kedudukan (status). Apabila

seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan

kedudukannya, maka hal ini berarti ia menjalankan suatu peranan.

Keduannya tidak dapat dipisah-pisahkan dan saling bertentangan satu sama

lain. Setiiap orang mempunyai macam-macam peranan yang saling

bertentangan satu sama lain. Setiap orang mempunyai macam-macam

peranan yang berasal dari pola-pola pergaulan hidupnya. Hal tersebut

15
sekaligus berarti bahwa peranan lebih banyak menekankan pada fungsi,

penyesuaian diri dan sebagai proses (Soerjono Soekanto, 2002).

Menurut Abdulsyani (2007:94), peran adalah perbuatan seseorang atau

sekelompok orang dengan cara tertentu dalam rangkaian menjalankan hak

dan kewajibannya sesuai dengan kedudukan (status) yang dimilikinya.

Apakah seseorang melaksanakan hak kewajibannya sesuai dengan status

sosialnya, maka hal ini dapat dikatakan individu tersebut menjalankan suatu

peran. Jika seorang mempunyai status tertentu dalam kehidupan

dimasyarakat, maka terdapat kecenderungan mengenai adanya suatu harapan-

harapan baru.

Menurut Kozier Barbar, peran adalah seperanggkat tinggkah laku yang

diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang demi kedudukannya dalam

suatu sistem. Peran dipengaruhi oleh keadaan social baik dari dalam maupun

dari seseorang pada situasi social tertentu (Rusmawati:2013).

Menurut Horton dan Hunt (1993; 129-130), peran (role) adalah perilaku

yang diharapkan dari seseorang yang memiliki suatu status. Berbagai peran

yang tergabung dan terkait pada suatu status ini oleh Merton (1968)

dinamakan perangkat peran (role set).

Menurut Soejono Soekanto (2002:441), unsur-unsur peranan atau role

adalah:

a. Aspek dinamis dari kedudukan

b. Perangkat hak-hak dan kewajiban

c. Perilaku sosial dari pemegang kedudukan

16
d. Bagian dari aktivitas yang dimainkan seseorang

Soelaeman (Pendidikan Dalam Keluarga 1994:121) mengemukakan

bahwa pelaksanaan suatu peran tertentu tidak tampil dalam bentuk yang

seragam, melainkan disamping berkaitan dengan siapa yang dihadapi atau

dengan siapa ia berkomunikasi, tergantung juga dari situasi yang menyertai

permainan peran tersebut. Peranan itu dapat tampil sebagai suatu pola tingkah

yang dianggap harus dilakukan seseorang untuk memantapkan

kedudukannya.

Sedangkan menurut Paul B.Horton dan Chester L.Hunt (Sosiologi Jilid

1 1996:118) peran merupakan perilaku yang diharapkan dari seseorang atau

kelompok yang memiliki status tertentu. Jadi setiap peranan bertujuan agar

individu yang melaksanakan peranan tersebut dengan orang-orang sekitarnya

tersangkut atau ada hubungannya dengan peranan tersebut, terdapat

hubungan yang diatur oleh nilai-nilai social yang diterima dan di taati kedua

belah pihak.

Dari definisi para ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa peran

adalah: “seseorang atau sekelompok orang dengan cara tertentu dalam

rangkaian menjalankan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukan

(status) yang dimilikinya”.

2.3.2 Teori Peran

Menurut Biddle dan Thomas (1966) teori peran terbagi menjadi empat

golongan yaitu yang menyangkut:

17
a. Orang-orang yang menambil bagian dalam interaksi social;

b. Perilaku yang muncul dalam interaksi tersebut;

c. Kedudukan orang-orang dalam perilaku;

d. Kaitan antara orang dan pelaku

Peran menurut Soekanto adalah proses dinamis kedudukan (status).

Apabila seorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan

kedudukannya, dia menjalankan suatu peranan. Perbedaan antara kedudukan

dengan peranan adalah untuk kepentingan ilmu pengetahuan. Keduanya tidak

dapat dipisahkan karena yang satu tergantung pada yang lain dan sebaliknya.

Menurut Soerjono Soekamto, ada jenis-jenis peran ini diantaranya

sebagai berikut:

a. Peran Aktif

Peran aktif merupakan suatu peran seseorang seutuhnya selalu

aktif dalam tindakannya pada suatu organisasi. Hal tersebut

bisa dilihat atau diukur dari kehadirannya serta juga

kontribusinya terhadap suatu organisasi.

b. Peran Partisipasif

Peran partisipatif merupakan suatu peran yang dilakukan

seseorang dengan berdasarkan kebutuhan atau hanya pada saat

teetentu saja.

c. Pasar Pasif

18
Peran pasif merupakan suatu peran yang tidak dilaksanakan

oleh individu. Artinya, peran pasif ini hanya dipakai sebagai

simbol dalam situasi tertentu di dalam kehidupan masyarakat.

Menurut Jim Ife (2008), teori peran di bagi menjadi empat yaitu:

a. Peran fasilitatif

Peran fasilitatif merupakan peran yang dicurahkan untuk menfasilitasi,

memperkuat, mengakui dan menghargai kontribusi dan kerja yang dimiliki

oleh individu-individu, kelompok-kelompok, dan masyarakat dalam

meningkatkan produktivitas. Membangun kesepakan dengan sesama pihak

untuk melakukan kerjasama dalam rangka pengembangan potensi individu-

individu, kelompok-kelompok dan masyarakat.

Menurut Jim Ife dalam peran fasilitatif terdapat tujuh peran khusus,

yaitu animasi sosial, mediasi dan negosiasi, pemberian dukungan,

membentuk konsesus, fasilitator kelompok, pemanfaatan sumber daya, dan

mengorganisasi keterampilan.

1. Animasi Sosial

Peran yang dapat dijalankan sebagai animasi sosial adalah memberi

semangat, mengaktifkan, memberikan kekuatan, memberi inspirasi,

motivasi kepada orang untuk melakukan sesuatu.

2. Mediasi dan negosiasi

Program pengembangan masyarakat sering kali dihadapkan pada

sebuah konflikkepentingan maupun konflik nilai saat itulah peran

19
mediator sangat diperlukan untuk membantu menyelesaikan

permasalahan.

3. Pendukung

Sering kali masyarakat tidak cukup mempunyi kepercayaan diri

untuk memaksimalkan kemampuannya, untuk itu dukungn dari

pelaku perubahan sangat diperlukan.

4. Pembangun Konsensus

Membentuk konsensus adalah kelanjutan dari peran mediasi.

Tujuannya adalah untuk menyatukan perbedaan-perbedaan yang

ada di masyarakat.

5. Fasilitator Kelompok

Agar masyarakat dapat melakukan tugasnya secara maksimal perlu

adanya peran fasilitator dalam proses pemberdayaan masyarakat.

6. Pemanfaatan Sumber Daya

Pelaku perubahan harus bisa mengidentifikasi dan memanfaatkan

berbagai keterampilan dan sumber daya dalam masyarkat.

7. Mengorganisasi Keterampilan

Mengorganisasi melibatkan kemampuan pelaku perubahan untuk

berfikir tentang hal-hal apa saja yang dibutuhkan, hal mana yang

perlu dilakukan sendiri dan yang harus diprioritaskan.

b. Peran Edukasi

Dinas Tenaga Kerja memainkan peran dalam penentuan agenda

sehingga tidak hanya membantu pelaksanaan proses peningkatan

20
produktivitas akan tetapi lebih berperan aktif dalam memberikan masukan

dalam rangka peningkatan pengetahuan, keterampilan serta pengalaman bagi

individu-individu, kelompok-kelompok dan masyarakat. Peran pendidikan

ini dapat dilakukan dengan peningkatan kesadaran, memberikan informasi,

melakukan pelatihan individu-individu, kelompok-kelompok dan

masyarakat.

1. Peningkatan Kesadaran Masyarakat

Membangkitkan kesadaran masyarakat diawali dengan upaya

menghubungkan antara individu dan strukturyang lebih makrososial

dan politik. Hal ini bertujuan membantu individu melihat

permasalahan dari sudut pandangan individu melihat permasalahan

dari sudut pandang yang lebih luas. Peningkatan kesadaran dalam

hal imi dimaksudkan untuk memberikan kesadaran kepada para TKI

akan pentingnya pengetahuan dan keterampilan yang berdampak

pada peningkatan pemberdayaan TKI yang berasal dari wilayah

perbatasan negara.

2. Memberikan Informasi

Dalam uapaya memberdayakan masyarakat, pelaku perubahan juga

harus memberikan informasi yang yang mungkin belum diketahui

oleh masyarakat. Informasi yang disampaikan hendaknya informasi

yang relevan dan bermanfaat untuk menunjang kesejahteraan

masyarakat.

21
3. Mengkonfrontasi

Teknik konfrontasi dilakukan jika memang sudah tidak ada solusi

lain. Teknik konfrontasi ini haruslah dipertimbangkan terlebih dulu

sebelum digunakan karena kadangkala teknik ini bisa merugikan

relasi antara pelaku perubahan dan masyarakat sasarannya.

4. Pelatihan

Pelatihan merupakan peran edukasional yang paling spesifik karena

secara mendasar pada upaya mengajarkan masyarakat bagaimana

melakukan suatu hal. Dalam hal ini pelaku perubahan tidak selalu

berperan sebagai orang yang memberi pelatihan. Tetapi pelaku

perubahan lebih banyak bertindak sebagai penghubung guna

mencarikan tenaga kompeten untuk melakukan pelatihan.

c. Peran Representasional

Dinas Tenaga Kerja melakukan interaksi dengan badan-badan

dimasyarakat yang bertujuan bagi kepentingan individu-individu,

kelompok-kelompok dan masyarakat. Peranan ini dilakukan, antara lain

dengan: mendapatkan sumber-sumber dari luar tetapi dengan berbagai

pertimbangan yang matang, seperti bantuan modal usaha, pelatihan

pengembangan potensi dari berbagai donator. Melakukan advokasi untuk

membela kepentingan-kepentingan individu, kelompok dan masyarakat

seperti mendukung upaya implementasi program dan berupaya

merealisasikan program tersebut. Memanfaatkan media masa untuk

22
memperkenalkan hasil produksi. Selain itu juga bertujuan menerima

dukungan dari pihak lain yang lebih luas; membuka jaringan kerja, dengan

mengembangkan relasi dengan berbagai pihak, kelompok dan berupaya

mendorong mereka untuk turut serta dalam upaya pengembangan potensi

seperti pemerintah, pengusaha dan masyarakat selain itu pula Dinas Tenaga

Kerja berbagi pengetahuan dan pengalaman dengan stakeholder.

1. Mendapatkan Sumber

Sumber yang dimaksud misalnya sumber pendanaan, tenaga,

peluang, pekerjaan, lembaga terkait ataupun sumber-sumber

lainnya. Sumber-sumber dari luar tersebut dapat menunjang sistem

sumber yang berasal dari msyarakat guna mencapai kesejahteraan

masyarakat.

2. Advokasi

Advokasi kepentingan-kepentingan mayarakat pada dasarnya

dapat dilakukan untuk membela kepentingan-

kepentinganmasyarakat yang tertindas dan termarjinalkan agar

hak-hak masyarakat dapat terpenuhi.

3. Memanfaatkan Media Massa

Media massa bisa menjadi pendukung yang sangat efektif

terhadap tujuan-tujuan yang ingin dicapai. Memanfaatkan media

massa bisa berupa menyampaikan berita atau melaukan promosi

melalui media cetak, elektronik, maupun media internet.

4. Hubungan Masyarakat

23
Kegiatan dalam peran ini adalah terlibat dalam suatu pertemuan

dengan LSM, pertemuan dengan pemerintah, kelompok

masyarakat lainnya ataupun bisa seperti menyebar poster, leaflets

dan sebagainya.

5. Jaringan Kerja

Membangun jaringan kerja berarti mengembangkan relasi dengan

berbagai pihak dan berupaya mendorong mereka ikut serta dalam

proses pemberdayaan.

6. Berbagi Pengetahuan dan Pengalaman

Dalam peran ini harus didasari dengan asumsi bahwa masyarakat

tidak dianggap sebagai pihak yang tidak mengetahui apa-apa,

namun masyarakat dianggap sebagai pihak yang sebenarnya

menyimpan potensi dan pengetahuan yang dapat dupelajari.

d. Peran Teknis

Kemanapun pegawai dinas tenaga kerja melakukan pengumpulan dan

analisis data, kemanapun menggunakan computer, melakukan presentasi

secara verbal maupun tertulis, manajemen serta melakukan pengendalian

finansial dan melakukan need assessment terhadap pengembangan potensi

individu-individu, kelompok-kelompok dan masyarakat. Peran-peran ini

dapat dilakukan dinas tenaga kerja bersama individu-individu, kelompok-

kelompok dan masyarakat melakukan, mendapatkan informasi dan data yang

dapat digunakan baik untuk mengundang perhatian dari stakeholders untuk

mengembangkan potensi tetapi juga membantu mempromosikan. Dengan

24
demikian, dinas tenaga kerja memiliki peran yang sangat penting dalam

pengembangan potensi individu, keloompok dan masyarakat.

1. Pengumpulan dan Analisis Data

Bisa juga dikatakan sebagai peran peneliti sosial dengan

menggunkan berbagai metodologi yang sesuai. Penelitian sosial

dimaksudkan untuk mengetahui permasalahan masyarakat dan

kebutuhan-kebutuhan masyarakat secara lebih cepat.

2. Menggunakan Komputer

Kemampuan menggunakan komputer sangat penting untuk

menujang berbagai kegiatan seperti menyimpan data, analisis

data, membuat proposal, laporan dan lain sebagainya.

2.4 Pengerian Pemberdayaan Masyarakat

Empowerment atau yang diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia

berarti pemberdayaan merupakan konsep yang lahir sebagai bagian

dariperkembangan alam pikiran masyarakat dan kebudayaan barat utamanya

Eropa. Untuk memahami konsep empowerment secara tepat dan jernih

memerlukan upaya pemahaman latar belakang kontekstual yang

melahirkannya. Secara konseptual, pemberdayaan atau pemerkuasaan

(empowerment) berasal dari kata power (kekuasaan atau keberdayaan).

Karena ide utama pemberdayaan bersentuhan dengan kemampuan untuk

membuat orang lain melakukan apa yang kita inginkan, terlepas dari

keinginan dan minat mereka (Edi Suharto, 2005:57). Pemberdayaan menurut

25
(Suhendra, 2006:74-75) adalah “suatu kegiatan yang berkesinambungan

dinamis secara sinergis mendorong keterlibatan semua potensi yang ada

secara evolutif dengan keterlibatan semua potensi”.

Selanjutnya pemberdayaan menurut Jim Ife (dari buku Suhendra,

2006:77) adalah “meningkatkan kekuasaan atas mereka yang kurang

beruntung (empowerment aims to increase the power of disadvantage)”.

Menurut (Moh. Ali Aziz dkk, 2005: 169) pemberdayaan adalah sebuah

konsep yang fokusnya adalah kekuasaan. Pemberdayaan secara substansial

merupakan proses memutuskan (breakdown) dari hubungan antara subjek dan

objek. Proses ini mementingkan pengakuan subjek akan kemampuan atau

daya yang dimiliki objek. Hasil akhir dari pemberdayaan adalah beralihnya

fungsi individu yang semula objek menjadi subjek (yang baru), sehingga

relasi social yang nantinya hanya akan dicirikan dengan relasi social atar

subjek denggan subjek lain. Dari beberapa definisi pemberdayaan diatas

dapat disimpulkan bahwa pemberdayaan merupakan suatu usaha atau upaya

yang dilakukan dalam rangka mengembangkan kemampuan dan kemandirian

individu atau masyarakat dalam memenuhi kebutuhannya. Masyarakat dapat

tahu potensi dan permasalahan yang dihadapinya dan mampu

menyelesaikannya, (Tantan Hermansyah dkk, 2009:31).

Setelah kita memahami mengenai definisi pemberdayaan,

selanjutnya akan dibahas mengenai definisi pemberdayaan masyarakat

menurut para ahli. Menurut (Sumaryadi, 2005:11) pemberdayaan masyarakat

adalah “upaya mempersiapkan masyarakat seiring dengan langkah

26
memperkuat kelembagaan masyarakat agar mereka mampu mewujudkan

kemajuan, kemandirian, dan kesejahteraan dalam suasana keadilan sosial

yang berkelanjutan”. Selain itu pemberdayaan masyarakat menurut Sumarya

disebagai berikut:

1. Membantu pengembangan manusiawi yang autentik dan integral dari

masyarakat lemah, rentan, miskin perkantoran, masyarakat adat yang

terbelakang, kaum muda pencari kerja, kaum cacat dan kelompok

wanita yang didiskriminasikan ataupun dikesampingkan.

2. Memberdayakan kelompok-kelompok masyarakat tersebut secara

sosial ekonomis sehingga mereka dapat lebih mandiri dan dapat

memenuhi kebutuhan dasar hidup mereka, namun sanggup berperan

serta dalam pengembangan masyarakat. Dari pendapat tersebut maka

pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan harkat

dan martabat lapisan masyarakat yang dalam kondisi sekarang tidak

mampu melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan

keterbelakangan.

Menurut (Widjaja, 2003:169) pemberdayaan masyarakat adalah

upaya meningkatkan kemampuan dan potensi yang dimiliki masyarakat

sehingga masyarakat dapat mewujudkan jati diri harkat dan martabatnya

secara maksimal untuk bertahan dan mengembangkan diri secara mandiri

baik di bidang ekonomi, sosial, agama dan budaya. (Abu Huraerah, 2008:87)

mengatakan bahwa pemberdayaan masyarakat adalah sebuah proses dalam

bingkai usaha memperkuat apa yang lazim disebut community self-reliance

27
atau kemandirian. Dalam proses ini masyarakat didampingi untuk membuat

analisis masalah yang dihadapi, dibantu untuk menemukan alternatif solusi

masalah tersebut, serta diperlihatkan strategi memanfaatkan berbagai

kemampuan yang dimiliki.

Pemberdayaan pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan daya

(kekuatan) yang dimiliki masyarakat, sehingga mereka mampu mengatasi

permasalahan yang dihadapi. Menurut Sumodiningrat( 2000 : 109) tujuan dari

pemberdayaan masyarakat adalah : (1) meningkatnya peningkatan

pendapatan masyarakat di tingkat bawah dan menurunnya jumlah penduduk

yang terdapat di bawah garis kemiskinan, (2) berkembangnya kapasitas

masyarakat untuk meningkatkan kegiatan sosial ekonomi produktif

masyarakat di pedesaan, dan (3) berkembangnya kemampuan masyarakat dan

meningkatnya kapasitas kelembagaan masyarakat, baik aparat maupun

warga.

Dalam kaitan di atas, Moeljarto (1996: 132) menyatakan bahwa

masyarakat miskin dianggap berdaya bila ia mampu meningkatkan

kesejahteraan sosial ekonominya melalui peningkatan kualitas sumberdaya

manusia peningkatan kemampuan pemodalan, pengembangan usaha, dan

pengembangan kelembagaan usaha bersama dengan menerapkan prinsip

gotong royong. Keswadayaan, dan partisipasi.

Diharapkan pula peranan pemerintah daerah dan perangktya dapat

mencapai tujuan dari pemberdayaan masyarakat seperti di atas, paling tidak :

28
dapat meningkatkan pendapatan masyarakat di tingkat bawah di daerah yang

bersangkutan (melalui dukungan pemberdayaan ekonomi), dapat

mengembangkan kapasitas atau kemampuan warga masyarakat di daerah

untuk peningkatan kegiatan sosial-ekonomi produktif warga setempat dan

peningkatan kapasitas kelembagaan warga tersebut (melalui pemberdayan

pendidikan, dan didukung dengan

2.5 Tenaga Kerja Indonesia (TKI)

2.5.1 TKI Menurut Perspektif Undang-Undang

Dalam Pasal 1 Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI No. 104/Men/2002

tentang penempatan TKI keluar negeri disebutkan bahwa TKI adalah laki-

laki maupun perempuan yang bekerja di luar negeri dalam jangka waktu

tertentu berdasarkan perjanjian kerja melalui prosedur penempatan TKI.

Pasal ini menjelaskan bahwa untuk menjadi TKI harus melalui perjanjian

prosedur penempatan TKI yang benar dan sah. Dengan tidak adanya prosedur

tersebut, TKI nantinya akan menghadapi masalah di negara tempat ia bekerja

karena dapat dikatakan sebagai TKI ilegal. Sedangkan menurut Pasal 1

bagian (1) Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2004 tentang Penempatan dan

Perlindungan TKI di luar negeri, TKI adalah setiap warga negara Indonesia

yang memenuhi syarat untuk bekerja diluar negeri dalam hubungan kerja

untuk jangka waktu tertentu dengan menerima upah. Pasal ini juga

menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan Tenaga Kerja Indonesia (TKI)

29
adalah individu yang mampu bekerja dalam rangka menghasilkan jasa guna

untuk memenuhi kebutuhan hisupnya.

Pengertian pekerja/buruh menurut Pasal 3 Undang-Undang No. 13

Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan adalah setiap orang yang bekerja

dengan menerima imbalan upah atau imbalan dalam bentuk lain. Kemudian

dengan istilah tenaga kerja Indonesia (TKI) yang berasal dari istilah tenaga

kerja, kemudian diberikan tambahan belakang dengan kalimat Indonesia yang

menunjukan kata arti khusus yaitu tenaga kerja Indonesia. Sementara itu

menurut UU No. 13 Tahun 2013 Pasal 1 ayat (2), Tenaga Kerja adalah setiap

orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan jasa

untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun masyarakat. Dari pengertian

diatas terdapat kata “setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan”, itu

berarti tidak semua penduduk dapat dikatakan sebagai tenaga kerja, karena

pada dasarnya tidak semua orang mampu melakukan pekerjaan. Orang yang

tidak mampu melakukan pekerjaan inilah yang disebut sebagai bukan tenaga

kerja. Namun istilah TKI yang sering kita dengar dan yang dimaksud disini

adalah TKI yang mempunyai arti sendiri yaitu merupakan jabatan atau

predikat seseorang yang diperkerjakan di luar negeri.

Berdasarkan beberapa pengertian TKI tersebut, maka dapat

dikemukakan bahwa TKI adalah setiap warga negara Indonesia yang telah

memenuhi syarat untuk dapat bekerja di luar negeri dalam jangka waktu

tertentu berdasarkan perjanjian kerja melalui prosedur penempatan TKI

dengan menerima upah atas pekerjaannya tersebut

30
2.5.2 TKI Menurut Para Ahli

Menurut DR Payaman Simanjuntak dalam bukunya “Pengantar

Ekonomi Sumber Daya Manusia” tenaga kerja adalah penduduk yang sudah

atau sedang bekerja, yang sedang mencari pekerjaan, dan yang melaksanakan

kegiatan lain seperti bersekolah dan menggurus rumah tangga. Pada pendapat

diatas menjelaskan bahwa penduduk yang sudah bekerja atau sedang bekerja

atau aktif mencari pekerjaan adalah tenaga kerja dalam hal lain CTKI/TKI

yang sedang bekerja atau aktif mencari pekerjaan.

Menurut Imam Soepomo yang dimaksud dengan pekerja yaitu: “tiap

orang yang melakukan pekerjaan, baik dalam hubungan kerja maupun luar

hubungan kerja yang secara tepat oleh sementara orang disebut buruh bebas”.

Pada pendapat diatas menjelaskan bahwa tenaga kerja adalah orang yang

melakukan hubungan kerja, pada penulisan ini TKI adalah orang yang

melakukan hubungan kerja melalui perjanjian penempatan TKI.

Secara khusus Abdul Khakim (2003:2-3) memberikan pengertian

buruh atau pegawai adalah:

1. Bekerja pada atau untuk majikan atau perusahaan

2. Imbalan kerjanya diibayar oleh majikan atau perusahaan

3. Secara resmi terang-terangan dan kontinu mengadakan hubungan kerja

dengan majikan atau perusahaan, baik untuk waktu tertentu maupun

untuk waktu tidak tertentu lamanya.

31
Jadi yang dimaksud dengan tenaga kerja yaitu individu yang sedang

mencari atau sudah melakukan pekerjaan yang menghasilkan barang atau

jasa yang sudah memenuhi persyaratan ataupun batasan uusia yang telah

ditetapkan oleh Undang-Undang yang bertujuan untuk memperoleh hasil

atau upah untuk kebutuhanhidup sehari-hari.

Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut, maka yang dimaksud

dengan Tenaga Kerja Indonesia adalah setiap warga negara Indonesia yang

bekerja di luar negeri dalam jangka waktu tertentu berdasarkan perjanjian

antara Tenaga Kerja Indonesia dengan Perusahaan Industri yang ada di luar

negeri dengan menerima imbalan upah atas pekerjaan tersebut.

2.6 Penelitian Yang Relevan

Tabel 2.1
Penelitian Yang Relevan
No Nama dan Sumber Masalah Metode Hasil Penelitian
1 Seli Saraswati Bagaimana Jenis Pemberdayaan
Fungsi Balai fungsi BP3TKI penelitian yang PMI purna ini
Pelayanan dalam digunakan dapat
Penempatan dan memberikan peneliti pada menyadarkan
Perlindungan pemberdayaan penelitian ini para PMI purna
Tenaga Kerja pelatihan adalah bahwa merea
Indonesia (BP3TKI) wirausaha penelitian memiliki
Dalam pada PMI lapangan pengetahuan
Pemberdayaan purna di (fieldresearch) keterampilan
Pekerja Migran Lampung yakni juga wawasan
Indonesia (PMI) di penelitian yang yang bisa
Lampung.Skripsi dilakukan di mereka gunakan
(2019) lingkungan guna
masyarakat berkontribusi
tertentu. terhadap

32
kehidupan
setelah menjadi
Pekerja Migran
Indonesia
sehingga mereka
dapat
melanjutkan
hidup dengan
lebih layak bagi
diri dan keluarga
para PMI Purna
tersebut.
2 Srilamenda Bagaimana Teknik analisis Dari penelitian
Handayani Analisis konsep data dilakukan analisis peran
Peran Tenaga Kerja pemberdayaan dalam Dinas
Dalam tenaga kerja penelitian ini Tenagakerja
Pemberdayaan lokal di kota adalah dengan dalam
Tenaga Kerja Lokal pekanbaru oleh pendekatan pemberdayaan
Di Kota Pekanbaru Dinas Tenaga deskriptif masyarakat di
Skripsi(2014) Kerja kualitatif. pekanbaru ini
perlu di
tingkatkan lagi
untuk
penempatan dan
pelatihan bagi
para tenaga kerja
lokal . Dinas
tenaga kerja
kurang
memprioritaskan
kebutuhan bagi
masyarakat yang
memiliki
kemampuan
dalam bekerja.
3 Jefri Candra Irvanto Bagaimana Penelitian ini Dalam penelitian
dan Melati Dama peran Dinas menggunakan ini menjelaskan
Peran Dinas Tenaga tenaga kerja metode bagaimana
Kerja Dalam dalam penelitian Dinas Tenaga
Mengurangi Tingkat mengurangi Kualitatif kerja
Pengangguran Di tingkat memberikankan
pengangguran peluang kerja

33
Kota Samarinda. di kota untuk para
Jurnal,(2017) Samarinda pencari kerja
dengan
membuka
peluang kerja,
penempatan
kerjanya pun
berdasarkan
pada jumlah
pencari kerja
yang sudah
memenuhi
kriteria, peluang
kerja yang
diberikan berupa
kegiatan padat
karya sehingga
bisa membantu
mengurangi
tingkat
pengangguran di
kota Samarinda

Persamaan dan perbedaan dari hasil penelitian yang relevan dengan

penelitian ini adalah bahwa penelitian tersebut diatas dan penelitian ini

sama-sama menganalisis terkait pemberdayaan TKI. Perbedaan terletak

pada fokus kajian dan aspek yang diteliti. Peneliti sendiri memfokuskan

penelitian pada peran pemerintah dalam hal ini terhadap pemberdayaan TKI

pra dan pasca penempatan.

2.7 Kerangka Berpikir

Kerangka berfikir merupakan penjelasan terhadap suatu hal yang

menjadi objek permasalahan yang nntinya akan disusun berdasarkan tinjauan

34
pustaka dan hasil penelitian yang relevan. Tujuan kerangka berfikir ini untuk

digunakan sebagai landasan dalam pembangunan berbagai konsep dan teori

yang digunakan dalam sebuah penelitian.

Menurut Kozier Barbar, peran adalah seperanggkat tinggkah laku yang

diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang demi kedudukannya dalam

suatu sistem. Peran dipengaruhi oleh keadaan social baik dari dalam maupun

dari seseorang pada situasi sosial tertentu (Rusmawati:2013).

Penelitian ini berusaha untuk menjelaskan bagaimana peran Dinas

Tenaga Kerja dalam pemberdayaan para TKI yang mampu memberikan

keterampilan juga pengetauan kepada para calon TKI. Sehingga untuk

memahami maksud dari penelitian ini, peneliti memerlukan adanya kerangka

berpikir, yaitu:

Tabel 2.2

Kerangka berpikir

Undang-Undang Nomor 39 Tahun


2004 tentang Penempatan dan
Perlindungan TKI di luar negeri

Peran, teori Jim Ife (2008) :


1. Peran fasilitatif
2. Peran edukasi
3. Peran representasional
4. Peran Teknis
35
Peran Dinas Tenaga Kerja Dalam
Memberdayakan para Tenaga Kerja
Indonesia (TKI)

36

Anda mungkin juga menyukai