Anda di halaman 1dari 13

DESENTRALISASI DAN PELAYANAN PUBLIK

DI INDONESIA

Maria M. Lino1 dan Jeni J. Therik

ABSTRAK
Desentralisasi merupakan elemen penting dalam meningkatkan kemampuan pemerintah daerah
untuk memberikan pelayanan publik yang lebih efektif dan responsif kepada publik. Karena
pelayanan publik merupakan salah satu variabel yang menjadi ukuran keberhasilan pelaksanaan
otonomi daerah. Isu tentang kualitas pelayanan publik ini juga dipicu oleh adanya pengaruh
perubahan paradigma ilmu administrasi publik. Esensi kepemerintahan yang baik (good
governance) adalah terselenggaranya pelayanan publik yang baik.Hal ini sejalan dengan esensi
kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah yang ditujukan untuk memberikan keleluasaan
kepada daerah mengatur dan mengurus masyarakat setempat, dan meningkatkan pelayanan
publik. Dengandemikian, kewenangan yang diberikan dalam bentuk otonomi daerah itu adalah
suatu “alat” (means) untuk mencapai “tujuan” (end) dalam wujudpelayanan publik guna
menyejahterakan masyarakat. Namun dalam kenyataannya sampai saat ini kinerja manajemen
pemerintahan daerah masih belum sesuai harapan. Hal ini disebabkanoleh berapafaktor, antara
lain: ketidakpedulian dan rendahnya komitmen top pimpinan, pimpinan manajerial atas, menengah
dan bawah, serta aparatur penyelenggara pemerintahan lainnya untuk berama-sama mewujudkan
tujuan otonomi daerah. Selain itu, kurangnya komitmen untuk menetapkan dan melaksanakan
strategi dan kebijakan meningkatkan kualitas manajemen kinerja dan kualitas pelayanan. Terhadap
hal tersebut maka perlu terus upaya penangannnya yang antara lain melalui(1) memperbaiki
sistem rekrutmen,(2) memberikan sanksi yang tegas (3) mempermudah proses, serta(4) pelatihan
dan pendidikan berkala

Kata kunci : Desentralisasi dan pelayanan publik

PENDAHULUAN kepada alignment creativity and empowering.


Selain itu juga terjadi pergeseran pada
Pegeseran paradigma administrasi publik, operasionalisasi administrasi publik oleh
dari old public administration menuju new public pemerintah. Hal ini tampak pada kegiatan
administration dimana pada oldpublic penyelenggaraan tugas dan fungsi pemerintahan
adminstrations orientasi administrasi publik, lebih sehari-hari, yaitu konsep ilmu administrasi negara
ditekankan kepada control, order, prediction,, juga terjadi pergeseran titik tekan dari
yang sangat terikat kepada political authority, administration of public dimana negara sebagai
tightening control, to be given and following agen tunggal implementasi fungsi negara/
the instruction.Sementara New Public pemerintahan; administration for public yang
Management, administrasi publik,diarahkan menekankan fungsi negara/pemerintahan yang

1
Penulis pertama dan kedua adalah Dosen Jurusan Ilmu Administrasi Negara FISIP Universitas Nusa
Cendana

61
Jurnal Administrasi Publik, Volume 16. No. 1, Oktober 2019

bertugas dalam public service, ke administration citizen dalam proses administrasi dan
by Public yang berorientasi bahwa public pemerintahan lebih penting ketimbang
demand are differentiated, dalam arti fungsi pemerintahan yang digerakan oleh semangat
negara/pemerintah hanyalah sebagai fasilitator/ wirausaha karena kepentingan publik akan
katalisator yang bertitik tekan pada putting the lebih baik bila dirumuskan dan
customers in the driver seat. Di mana determinasi dikembangkan oleh aparatur negara
negara/pemerintah tidak lagi merupakan faktor atau bersama-sama dengan warga negara yang
aktor utama atau sebagai driving force. punya komitmen untuk memberi sumbangan
Pernyataan di atas menegaskan adanya berarti pada kehidupan bersama dari pada
suatu perubahan besar, dari peran tunggal negara oleh manajer yang berjiwa wirausaha yang
sebagai penyelenggara pemerintahan, bergeser bertindak seolah uang dan kekayaan publik
peran menjadi fasilitator. Dan untuk meninggalkan itu milikmereka.
paradigma administrasi publik klasik dan (d) Berpikir strategis, dan bertindak demokratis
reinventing government atau new public (think strategic,act democratically) artinya
management, dan beralih ke paradigm new public bahwa kebijakan dan program untuk
service, maka administrasi publik harus : menjawab kebutuhan publik akan menjadi
(a) Melayani warga masyarakat bukan pelanggan efektif dan responsive apabila dikelola
(serve citizen, not customers);artinya bahwa melalui usaha kolektif dan proses kolaburatif.
warga negara mempunyai hak kewajiban Ini berkaitan dengan bagaimana administrasi
public yang sama, tidak hanya sebagai publik menerjemahkan dan
customer yang dilihat darikemampuan mengimplementasikan kebijakanpublik
membeli atau membayar produk atau jasa. sebagai manifestasi dari kepentingan publik.
Warga negara adalahpenerima dan (e) Menyadari bahwa akuntabilitas bukan
pengguna pelayanan publik yang disediakan merupakan suatu yang mudah (recognize that
pemerintah sekaligus sebagai subyek dari accountability is not simple), artinya
berbagai kewajiban publik bahwahal efisiensi, efektivitas dan kepuasan
(b) Mengutamakan kepentingan publik (seek the customeritu penting. Tapi yang lebih penting
public interest), artinya bahwa negara adalah administrasi publik harus
bukan aktor utama dalam merumuskan apa mempertanggungjawabkan kinerjanya baik
yang menjadi kepentingan publik melainkan dari sisi etika, prinsip demokrasi dan
administrator publik,mempunyai peran kepentingan publik.Karena itu akuntabilitas
membantu warganegara mengartikulasikan administrasi publik bersifat komplek.
kepentingan publik. Dan warga negara (f) Melayani daripada mengendalikan (serve
dilibatkan dalam setiap tahapan proses rather than steer), artinya kepemimpinan
kepemerintahan,bukan hanya dilibatkan administrasi publik merupakan “Shared
pada saat pemilihan umum saja; karena itu Leadership” di mana kendali kepemimpinan
administrasi publik berkewajiban tidak terpusat di tangan atasan tapi
memfasilitasi forum bagi terjadinya dialog melibatkan banyak orang/kelompok dan
publik. karena itu kedudukan pimpinan bukan
(c) Lebih menghargai warga negara daripada sebagai pemilik tapi pelayan publik atau
kewirausahaan (value citizenshipover abdi masyarakat.
entpreneurship),artinya bahwa keterlibatan

62
(g) Menghargai orang bukannya produktivitas Pelayanan publik yang berkualitas, sangat
semata (value people, not just productivity) dipengaruhi oleh kepedulian dan komitmen
artinya bahwa kinerja pegawai tidak pimpinan/top manajer dan aparat penyelenggara
semata diukur dari parameter ekonomi,tapi pemerintahan untuk menyelenggarakan
juganilai-nilai seperti kejujuran, kesetaraan, kepemerintahan yang baik yang diindikasikan
responsivitas,pemberdayaan dan sebagainya dengan membaiknya kinerja manajemen
( Denhardt, Denhrdt 2007 ) pemerintahan, serta adanya perubahan pola pikir
New public services paradigm ini lebih yang berpengaruh terhadap perubahan sikap
diarahkan pada “democracy, pride and citizen”. mental dan perilaku aparat pemerintahan yang
Lebih lanjut dikatakan bahwa “public servants berorientasi pada pelayanan publik.
do not delever customer service, they delever
democracy”. Oleh karena itu maka nilai-nilai DESENTRALISASI DI INDONESIA
demokrasi, kewarganegaraan dan pelayanan
untuk kepentingan publik sebagai norma mendasar Salah satu hasil reformasi yang patut
dalam penyelenggaraan administrasi publik. mendapatkan penghargaan adalah dikeluarkannya
Pengaturan penyelenggaraan pelayanan kebijakan yang menjamin dilaksanakannya
publik didasarkan pada Undang-Undang Dasar otonomi daerah secara nyata dan bertanggung
Negara (UUD) Tahun 1945 yang sekaligus jawab. Meskipun otonomi daerah itu sendiri bukan
merupakan dasar filosofis bagi pengaturan merupakan hal baru karena telah mendapatkan
pelayanan publik. Dalam UUD 1945 tersebut perhatian sejak masa pemerintahan Soekarno, dan
mengamanatkan bahwa kewajiban pemerintah bahkan sejak pemerintahan kolonial.
sebagai penyelenggara utama pelayanan publik Pada masa kemerdekaan atau masa Orde
untuk melayani kebutuhan publik yang lebih baik Lama, misalnya, pernyataan tentang otonomi yang
sesuai dengan prinsip-prinsip good governance seluas-luasnya tercantum dalam UU No. 1 tahun
(tata kelola pemerintahan yang baik ) dan 1945, UU No. 22 tahun 1948, kemudianUU
demokratis, Nomor 1 Tahun 1957. Setahun sebelumnya juga
Penyelenggaraan kepemerintahan yang muncul UU yang mengatur perimbangan keuangan
baik, pada dasarnya menuntut keterlibatan seluruh antara pusat dan daerah, yakni UU No. 32 Tahun
komponen pemangku kepentingan, baik di 1956.
lingkungan birokrasi maupun di lingkungan Di era pemerintahan Orde Baru,
masyarakat. Penyelenggaraan pemerintahan yang dikeluarkannya UU Nomor 5 Tahun 1974 yang
baik, adalah pemerintah yang dekat dengan menegaskan bahwa otonomi daerah
masyarakat dan dalam memberikan pelayanan dititikberatkan pada daerah tingkat II yang
dilaksanakan dengan memuat tiga aspek utama,
harus sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Esensi
yakni administrasi, politik, dan aspek kemandirian.
kepemerintahan yang baik (good governance) Aspek administrasi merujuk pada pemerataan dan
adalah terselenggaranya pelayanan publik yang efisiensi dalam penyelenggaraan pemerintahan dan
baik.Hal ini sejalan dengan esensi kebijakan pembangunan daerah.Aspek politik merujuk pada
desentralisasi dan otonomi daerah yang ditujukan upaya pendemokrasian pemerintah di
untuk memberikan keleluasaan kepada daerah daerah,sedangkan aspek kemandirian
mengatur dan mengurus masyarakat setempat, dimaksudkan agar daerah mampu mandiri,
dan meningkatkan pelayanan publik. khususnya dalam melaksanakan urusan rumah
tangganya sehingga pemerintah daerah dituntut

63
Jurnal Administrasi Publik, Volume 16. No. 1, Oktober 2019

untuk menciptakan kondisi di mana masyarakat nasional yang berkeadilan sertaperimbangan


berperan serta, kreatif, dan inovatif dalam keuangan antara pemerintah pusat dan daerah
pembangunan daerah. dalamwadah Negara Kesatuan Republik
Dengan demikian, isu mengenai otonomi Indonesia, yang ditindaklanjutidengan
daerah telah lama diperdebatkan dalam tata dikeluarkannya produk UU No. 22 tahun 1999
pemerintahan Indonesia, terutama dalam konteks dan disempurnakan dalam UU Nomor
hubungan antara pusat dan daerah. Namun, 32Tahun2004 dan dsempurnakan lagi
konsep ideal yang tercantum dalam masing-masing denganUU No. 23 Tahun2014 tentang
UU, terutama UU No. 5 tahun 1974 yang menjadi Pemerintahan Daerah dan UU No. 25 tahun 1999,
patokan pelaksanaan desentralisasi dan otonomi dan UU .No. 33 Tahun 2004
daerah di Indonesia pada masa Orde Baru, belum tentangPerimbangan KeuanganAntara Pemerintah
dapat dilaksanakan sesuai dengan yang Pusat dan Daerah. Dengan kata lain,
diharapkan. Hal ini karena meskipun UU No. 5 keluarnyaketetapan MPR dan UUyang mengatur
tahun 1974 telah memberikan penekanan pada mengenai otonomi daerah ini ditujukan untuk
Dati II sebagai basis pelaksanaan otonomi daerah, menjawab kelemahan-kelemahan yangmuncul
tetapi pada kenyataannya pemerintah pusat dan akibat pelaksanaan UU No. 5 tahun 1974.
pemerintah daerah tingkat I masih memegang UU Nomor 23 tahun 2014 menyebutkan
kendali kekuasaan secara signifikan.Asas bahwa urusan pemerintahan diklasifikasikan atas
desentralisasi yang seharusnya menjadi pijakan 3 urusan yakni urusan pemerintahan absolut, urusan
utama melaksanakan otonomi daerah berada di pemerintahan konkuren, dan urusan pemerintahan
bawah bayang-bayang asas dekosentrasi. umum. Urusan pemerintahan absolut adalah
Sebagai konsekuensinya, sentralisasimenjadiciri urusan pemerintahan yang sepenuhnya menjadi
khas yang mewarnai sepanjang pelaksanaan kewenangan pemerintah pusat. Urusan
otonomi daerah di masa Orde Baru. pemerintahan konkuren adalah urusan
Dengan melihat realitas di atas, maka pemerintahan yang dibagi antara pemerintah pusat
munculnya TAP MPRN0. XV/MPR/1998 yang dan daerah provinsi dan daerah kabupaten/kota.
mengamanatkan perlu diwujudkannya Urusan pemerintahan umum adalah urusan
penyelenggaraan otonomi daerah, pengaturan, pemerintahan yang menjadi kewenangan Presiden
pembagian, danpemanfaatan sumber daya sebagai kepala pemerintahan.
Gambar 1. Pembagian Urusan Pemerintahan

Sumber : UU No 23 Tahun 2014

64
Tujuan utama pembagian urusan di atas Pemerintah daerah sebagai penerima
sebagai hakikat desentralisasi adalah untuk wewenang pemerintah pusat dalam kebijakan-
membebaskan pemerintah pusat dari beban- kebijakan otonomi daerah harus berpegang
beban dalam menangani urusan domestik teguh pada prinsip pluralism untuk mengeliminir
sehingga pemerintah pusat lebih mampu terjadinya ego kesukuan, kedaerahan,
berkonsentrasi pada perumusan kebijakan keagamaan dan berbagai fenomena diskriminasi
makro nasional yang bersifat strategis.Di lain lainnya.Dengan otonomi daerah, maka daerah
pihak dengan desentralisasi kewenangan akan lebih cepat dan efektif dalam merespons
pemerintahanberalih kepada daerah,maka tuntutan-tuntutan masyarakat yakni dengan
daerah akan mengalami proses pemberdayaan kewenangan daerah dalam membuat peraturan
yakni kemampuan dan kreativitas daerah akan daerah (Perda) akan memperlancar serta
dipacu dan ditantang untuk menemukan solusi- meningkatkan kualitas pelaksanaan tugas
solusi dalam mengatasi berbagai masalah pemerintah dalam memberikan pelayanan
domestik.Dengan kata lain,secara filosofis, kepada masyarakat karena pemerintah
landasan yang mendasari pelaksanaan daerahlah yang paling tahu kondisi dan potensi
desentralisasi/otonomi daerah adalah untuk serta apa yang menjadi kebutuhan
mendekatkan dan meningkatkan pelayanan masyarakatnya.
publik, dan meningkatkan kesejahteraan Implementasi kebijakan otonomi daerah
masyarakat melalui pemberian kewenangan yang diIndonesia sebagai bagian dari reformasi
lebih besar kepada daerah. Melalui kewenangan administrasi publik telah membawa perubahan
ini, diharapkan akan tumbuh prakarsa atau inisiatif yang besar di bidang kelembagaan dan kinerja
daerah untuk mendayagunakan potensi setempat, organisasi pemerintahan daerah karena
dan menjadi semakin tanggap terhadap pelaksanaan tugas umum pemerintahan dan
permasalahan-permasalahan yang mereka hadapi. pembangunan diharapkan akan dapat berjalan
Dengan kata lain, melalui pelaksanaan otonomi lebih cepat dan lebih berkualitas.Selanjutnya
daerah ini, pemerintahan daerah diharapkan akan pemerintah daerah sebagai organisasi publik
semakin mampu bekerja secara efektif dan efisien yang memberikan pelayanan kepada publik
dalam melayani dan merespon Dengan demikian secara universal mempunyai ciri-ciri :
maka desentralisasi merupakan simbol adanya 1. Organisasi publik tidak sepenuhnya otonom
trust dari pemerintah pusat kepada daerah. tetapi dikuasai faktor-faktor eksternal.
Pernyataan di atas menunjukan bahwa 2. Organisasi publik secara resmi diadakan
otonomi daerah adalah keputusan politik untuk pelayanan masyarakat.
pemerintah pusat untuk memberikan sebagian 3. Organisasi publik tidak dimaksudkan untuk
besar kewenangan kepada pemerintah daerah. berkembang menjadi besar sehingga
Namun penyerahan kewenangan ini cenderung merugikan organisasi publik lainnya.
dimaknai sebagai penyerahan kedaulatan 4. Kesehatan organisasi publik diukur melalui:
kepada pemerintah daerah untuk berbuat apa a. Kontribusinya terhadap tujuan politik
saja (Rachmadi, 2003).Kesalahan memaknai b. Kemampuan mencapai hasil maksimum
otonomi daerah membuat pelaksanaan otonomi dengan sumber daya yang tersedia
daerah menjadi jauh dari hakikat sebenarnya (Soenarto 2001)
yakni mengedepankan Service Excellence Sebagai organisasi publik, maka
(pelayanan prima ) kepada masyarakat tanpa pemerintah daerah perlu sejalan juga dengan
diskriminasi dan primordial.
65
Jurnal Administrasi Publik, Volume 16. No. 1, Oktober 2019

semangat wirausaha dalam birokrasi yang tampak jelas bahwa arah dan kebijakan
mengubah paradigma pelayanan publik layanannya tidak pasti. Masyarakat atau rakyat
menjadilebih berorientasi kepada kebutuhan dan pada dasarnya memiliki hak-hak dasar, yang harus
kepuasan publik sebagai pelanggan dan bukan menjadi tanggung jawab pemerintah untuk
kebutuhan dan kepuasan birokrat. memenuhinya atau paling tidak terjamin
pelaksanaannya. Akan tetapi, dalam realitasnya,
DESENTRALISASI DAN PELAYANAN banyak arah dan kebijakan layanan publik tidak
PUBLIK ditujukan guna peningkatan kesejahteraan publik.
Dalam pelaksanaan otonomi daerah Namun sebaliknya, layanan publik mendorong
beberapa aspek yang perlu mendapat perhatian masyarakat atau rakyat untuk “melayani” elit
serius antara lain pelayanan publik, formasi jabatan, penguasa.
pengawasan keuangan daerah dan pengawasan Pemerintah melahirkan berbagai kebijakan
independen. Selanjutnya yang perlu dikedepankan dalam bentuk hukum, perundang-undangan,
oleh pemerintah daerah sebagai aktor dalam peraturan-peraturan lainnya yang bertalian dengan
proses desentralisasi adalah harus mampu pelayanan publik. Berbagai kebijakan tersebut
menjalankan fungsi utamanya yakni: bermaksud hendak melindungi hak-hak warga
1. Fungsi pengaturan (regulation) dalam hal negara, meskipun dalam praktiknya banyak yang
ini mengatur dan melindungi warga melanggar kepentingan warga negara, misalnya
masyarakatnya agar senantiasa dalam penggusuran lahan rakyat untuk bangunan
keadaan tertib dan aman. supermarket. Pengalihan fungsi lahan pertanian
2. Fungsi pelayanan (services) yaitu menjadi lahan perumahan dan industri adalah
memberikan pelayanan kepada masyarakat kebijakan layanan publik yang melanggar hak-hak
baik dalam bidang pelayanan administratif, warga, khususnya kaum tani.
penyediaan infrastruktur serta penyediaan Pelayanan publik yang buruk merupakan
kebutuhan dasar. salah satu bentuk penyimpangan, penyalahgunaan
Fungsi regulasi berkaitan dengan aspek wewenang, dan maladministrasi. Mal administrasi
politik sebagai upaya untuk merumuskan adalah tindakan atau perilaku penyelenggara
kebijakan-kebijakan negara.Sedangkan fungsi administrasi publik dalam pemberian pelayanan
pelayanan berkaitan dengan aspek administrasi publik yang bertentangan dengan kaidah serta
yang berhubungan dengan pelaksanaan hukum yang berlaku. Atau, menyalahgunakan
kebijakan-kebijakan tersebut. wewenang (detournement de pouvoir) yang
Pelayanan publik merupakan bagian dari menimbulkan kerugian serta ketidakadilan. Prinsip
pemerintahan yang baik (good governance) yang “kalau bisa dipersulit kenapa harus dipermudah”
salah satu parameternya adalah cara aparatur salah satunya juga dimotivasi perilaku mencari
pemerintah memberikan pelayanan kepada rakyat. keuntungan sesaat dari kalangan aparatur
Prinsip good governance bisa terwujud jika pemerintah yang bertugas memberikan pelayanan
pemerintahan diselenggarakan secara transparan, publik. Masyarakat yang tidak tahan diperlakukan
responsif, partisipatif, taat hukum (rule of law), demikian oleh pemberi pelayanan publik akhirnya
sesuai konsensus, nondiskriminasi, akuntabel, serta terjebak ikut berbuat tercela dengan memberikan
memiliki visi yang strategis.Bila diamati lebih dalam suap kepada aparat selaku pemberi
praktik kehidupan bernegara atau pemerintahan layanan.Sebaliknya, pelayanan publik yang baik
yang terkait dengan pelayanan publik, maka berpengaruh untuk menurunkan atau

66
mempersempit terjadinya KKN dan pungli yang 5. Kepedulian (empathy), yaitu sikap tegas
dewasa ini telah merebak di semua lini ranah tetapi ramah dalam memberikan pelayanan
pelayanan publik, serta dapat menghilangkan kepada konsumen (Keban, 2008)
diskriminasi dalam pemberian pelayanan. Relevan dengan desentralisasi/otonomi
Dalam kontek pembangunan daerah dan daerah maka pelayanan yang diberikan oleh
kesejahteraan masyarakat, perbaikan atau pemerintah harus diorientasikan kepada
peningkatan pelayanan publik yang dilakukan pada pelayanan publik yang prima. Menurut Tjiptono,
jalur yang benar, memiliki nilai strategis dan (1988) service excellence atau pelayanan
bermanfaat bagi peningkatan dan pengembangan prima adalah suatu sikap atau cara karyawan
investasi dan mendorong kegiatan pembangunan dalam melayani pelanggan/masyarakat secara
yang dilakukan oleh masyarakat luas (masyarakat memuaskan.Lebih lanjut pemerintah daerah juga
dan swasta).. perlu menyimak konsep pelayanan publik yang
Keberhasilan pemerintah daerah dinilai dan strategis, yaitu :
didukung oleh masyarakat serta pelaku bisnis 1. Persepsi pemerintah daerah dalam
selaku stakeholder dari kualitas pelayanannya. meningkatkan kesejahteraan masyarakat;
Menurut Parasuraman, Zeithaml, dan Berry (1988: 2. Standar pelayanan minimum (SPM) yang
14), kualitas pelayanan (service quality) aspiratif, akomodatif, dan transparan;
ditentukan oleh lima faktor, yaitu : penampilan 3. Mekanisme kontrol secara normatif dari
(tangibles), kehandalan (reliability),daya tanggap masyarakat terhadap performa pelayanan
(responsiveness), jaminan (assurance), dan yang diberikan dapat menjadi umpan balik
kepedulian (empathy).Kelima faktor tersebut juga (feed back) bagi peningkatan pelayanan di
telah diuji oleh Cronin & Taylor (1992: 66,1994: masa depan
127), bahwa pemerintah daerah dalam pelayanan 4. Kepemimpinan (leadership) dalam setiap
publik harus pula memperhatikan kelima tersebut institusi pelayanan publik di daerah;
sebagai berikut : 5. Reformasi perilaku birokrasi pemerintah
1. Penampilan (tangibles), yaitu kualitas daerah dalam membuat kebijakan dan
pelayanan berupa sarana fisik kantor, interaksi pelaksanaan pelayanan publik;
komputerisasi administrasi, ruang 6. Penerapan konsep seamless government
tunggu,tempat informasi, dan sebagainya; (struktur pemerintahan yang ringkas) dan
2. Kehandalan (reliability), yaitu kemampuan strategic human resources management;
dan keandalan dalam menyediakan pelayanan 7. Community involvement dalam
yang terpercaya; memberikan informasi, mengoreksi dan
3. Daya tanggap (responsiveness),yaitu mengevaluasi pelaksanaan pelayanan publik
kesanggupan untuk membantu dan (Tjiptono, 1988)
menyediakan pelayanan secara cepat dan Dengan demikian maka untuk tercapainya
tepat serta tanggap terhadap keinginan pelayananprima dalam otonomi daerah maka
konsumen; pemerintah daerah perlu memperhatikan dimensi-
4. Jaminan (assurance), yaitu kemampuan, dimensi kualitas pelayanan, serta penerbitan
keramahan dan sopan santun dalam peraturan daerah yang mampu menempatkan
meyakinkan konsumen; masyarakat sehinggadapat berpartisipasi sebagai
informan,korektor,dan evaluator terhadap
kualitas pelayanan publik.

67
Jurnal Administrasi Publik, Volume 16. No. 1, Oktober 2019

PERMASALAHAN PELAYANAN buruk adalah adanya kecenderungan melanggar


PUBLIK DI INDONESIA hukum.
Di Indonesia penyelenggaraan pelayanan Kinerja manajemen pemerintahan yang
publik menjadi isu kebijakan yang semakin buruk, dapat disebabkan berbagai faktor, antara
strtegis karena kondisi pelayanan publik di negara lain: ketidakpedulian dan rendahnya komitmen top
ini cenderung berjalan di tempat. Sedangkan pimpinan, pimpinan manajerial atas, menengah dan
implikasinya sangat luas karena menyentuh bawah, serta aparatur penyelenggara
seluruh aspek baik dalam kehidupan ekonomi, pemerintahan lainnya untuk berama-sama
politik,sosial budaya dan lain-lain. mewujudkan tujuan otonomi daerah. Selain itu,
Dalam bidang ekonomi buruknya kurangnya komitmen untuk menetapkan dan
pelayanan publik akan berimplikasi pada melaksanakan strategi dan kebijakan
penurunan investasi yang dapat berakibat meningkatkan kualitas manajemen kinerja dan
terhadap pemutusan hubungan kerja kualitas pelayanan publik
padaindustri-industri dan tidak terbukanya Pendidikan, kesehatan dan hukum
lapangan kerja baru yang juga akanberpengaruh (administrasi) adalah tiga komponen dasar
terhadap meningkatnya angka pengangguran. pelayanan publik yang harus diberikan oleh
Dalam berbagai studi yang dilakukan terhadap penyelenggara negara (pemerintah) kepada rakyat.
pelayan publik rupanya tidak berjalanlinear Hingga saat ini, pelayanan tersebut tampak belum
denganreformasi yang dilakukan dalam berbagai maksimal. Kondisi iklim investasi, kesehatan, dan
sektor sehingga pertumbuhan investasi malah pendidikan saat ini sangat tidak memuaskan,
bergerak ke arah negatif. Akibatnya sebagai akibat tidak jelasnya dan rendahnya
pertumbuhan ekonomi menolongbangsaini keluar kualitas pelayanan yang ditawarkan oleh institusi-
dariberbagaikrisisekonomi belum terwujud sesuai institusi pemerintahan. Bahkan muncul berbagai
harapan permasalahan; yakni masih terjadinya diskriminasi
Dalam bidang politik, pelayanan publik pelayanan, tidak adanya kepastian pelayanan,
berhubungan linear dengan kepercayaan birokrasi yang terkesan berbelit-belit serta
masyarakat terhadap pemerintah. Buruknya rendahnya tingkat kepuasan masyarakat.
pelayanan publik berimplikasi pada krisis Menurut hasil penelitian Ose Lin (2018)
kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah terhadap kualitas pelayanan dalam pembuatan
ini teraktualisasi dalam bentuk protes dan akta kelahiran di Kantor Dinas Kependudukan
demonstrasi yang cenderung tidak sehat. dan Pencatatan Sipil Kabupaten Belu dan juga
Sehubungan dengan tersebut pelayanan publik hasil penelitian Kawi ( 2019 ) terhadap Kualitas
harus semakin terus diperbaiki agar masyarakat Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil dalam
dapatmerasakan kepuasan dan kepercayaan pengurusan e-KTP di Kabupaten Sumba Barat
masyarakat terhadap pemerintah dapat dibangun menunjukan bahwa masalah pelayanan publik
kembali. yang diberikan oleh aparatur pemerintahan menjadi
Di bidang sosial budaya, pelayanan publik keluhan utama masyarakat. Ini disebabkan karena
yang buruk mengakibatkan berkurangnya rasa dalam proses pelayanan sering kali tidak saja
menghargai dan meningkatnya ekslusivisme sesuai dengan prosedur yang sudah ditetapkantapi
yang berlebihan yang konsekuensinya juga terjadi diskriminasi dalam pelayanan.
menimbulkan ketidakpedulian masyarakat Padahal standar SPMdalam setiap instansi
terhadap pemerintah dan akibat yang paling pemerintahan pasti ada. Inilah permasalahan dari

68
implementasi penyelenggara pemerintahan.Hal-hal 3. Tidak adanya kepastian
yang sering dikeluhkan masyarakat terhadap Dalam memberikan pelayanan publik
proses pelayanan publik, khususnya mengenai juga, instansi pemerintahan biasanya tidak
masalah baik pembuatan akte kelahiran maupun memberikan kepastian, baik itu dari waktu
e-KTP di dua kabupaten tersebut di atas, adalah dan biaya yang dibutuhkan. Dengan ketidak
sebagai berikut: ada pastian inilah maka aparat pemerintah
1. Terjadinya diskriminasi dalam memberikan sering melakukan KKN. Ini merupakan
pelayanan peluang bagi aparatur pemerintahan untuk
Ini memang bukan rahasia lagi, karena hal meningkatkan income dengan cara kurang
ini sudah biasa dan sering terjadi di lapangan. baik.Dalam pembuatan akta kelahiran (KK)
Banyak masyarakat sudah menjadi korban biasanya petugas meminta uang supaya waktu
dari adanya diskriminasi dalam pelayanan penyelesaiannya dipercepat. Inilah potret dari
publik. Diskriminasi ini bisa menyangkut pelayanan publik di negeri ini.
hubungan kekerabatan, pertemanan, keluarga, Ketiga masalah di ataslah yang menjadi inti
etnis, status sosial dan lain sebagainya. dari keluhan masyarakat dalam proses pelayanan.
Bisa dilihat bagaimana seorang aparatur Tidak hanya terjadi pada proses pebuatan e-KTP
pemerintahan masih padang bulu dalam dan akta kelahiran, tetapi juga terjadi di semua
memberikan pelayanan. Misalnya, dalam proses pelayanan publik lainnya.Apa solusi dalam
memberikan pelayanan dalam pembuatan memperbaiki masalah pelayanan publik agar lebih
e-KTP, aktakelahiran, akan berbeda sikap efektif dan berkualitas?
dan tata cara aparatur pemerintahan menerima Dalam memperbaiki pelayanan publik,
orang berdasi dengan orang tidak berdasi. pemerintah harus segera bisa merubah paradigma
Kalau kepada orang berdasi biasanya para para aparatur dari mau dilayani menjadi pelayan,
petugas sangat ramah, tetapi kalau orang biasa karena fungsi utama dari pemerintah adalah
raut mukanya bisa berubah 180 derajat. memberikan pelayanan. Fungsi pelayanan inilah
2. Sering terjadinya pungli yang sering dilupakan oleh para birokrat.Dalam
Dalam memberikan pelayanan publik kaitannya dengan pengurusan e-KTP dan akta
biasanya para petugas menawarkan dua kelahiran sebagaimana digambarkan di atas
alternatif kepada masyarakat, yaitu cepat dan maka hal-hal yang harus dilakukan untuk
lambat. Cara cepat inilah yang di maksud memperbaiki pelayanan publik, diantaranya:
sebagai proses pungli. Biasanya cara cepat 1. Memperbaiki sistem rekrutmen
ini membutuhkan biaya yang tinggi. Dalam hal Sistem rekrutmen sangat penting, karena inilah
ini yang menjadi korban adalah masyarakat awal dari adanya aparatur pemerintahan.
yang tidak memiliki uang atau masyarakat Seleksi aparatur pemerintahan harus
miskin. diperketat lagi dan tesnya harus terus
Dalam pembuatan akta kelahiran perbaiki, sehingga mampu menghasilkan
biasanya pungli sering dilakukan dengan pegawai yang professional.
beribu alas an,antara lain para petugas 2. Memberikan sanksi yang tegas
menyatakan proses pembuatannya Dalam proses pelayanan sering kali petugas
membutuhkan waktu yang lama. Padahal tidak melakukan yang sudah diatur dalam
sebenarnya hanya membutuhkan berapa hari aturan, sehingga masyarakat tidak
saja. mendapatkan kepuasan. Petugas yang

69
Jurnal Administrasi Publik, Volume 16. No. 1, Oktober 2019

demikian harus diberikan sangsi yang tegas. harapan seluruh masyarakat, namun dalam
Dengan adanya sanksi yang tegas ini perjalanan reformasi ternyata tidak mengalami
diharapkan para aparatur pemerintahan tidak perubahan yang signifikan. Berbagai tanggapan
berani melakukan tindakan yang melanggar masyarakat justru cenderung menunjukkan bahwa
aturan. berbagai jenis pelayanan publik mengalami
3. Mempermudah proses kemunduran terutama ditandai dengan banyaknya
Proses pembuatan e-KTP dan akta kelahiran penyimpangan dalam layanan publik tersebut.
yang bisa dikatakan berbelit-belit sering Sistem dan prosedur pelayanan yang berbelit-
mengundang untuk terjadinya pungli. Jadi belit,walaupun telah diatur tentang standar
dalam pembuatannya harus disederhanakan, minimum kualitas pelayanan, namun kepatuhan
supaya masyarakat senang dalam proses terhadap standar tersebut masih belum terealisasi
pengurusan dalam pelaksanaan tugas aparatur pemerintah dan
4. Pelatihan dan pendidikan berkala juga sumber daya manusia yang lamban dalam
Pemerintah juga harus melakukan pendidikan memberikan pelayanan, mahal, tertutup, dan
dan pelatihan secara berkala bagi aparatur diskriminatif serta berbudaya bukan melayani
pemerintah, sehingga memiliki kapabilitas dan melainkan dilayani juga merupakan aspek layanan
profesionalitas tinggi dalam melayani publik yang banyak disoroti.
masyarakat. Dengan demikian, maka dalam rangka
menumbuhkan semangat pemerintah daerah untuk
PENUTUP memperbaiki dan meningkatkan kinerja
Pelaksanaan otonomi daerah mamajemen pemerintahan daerah, guna
memungkinkan pelaksanaan tugas umum meningkatkan kualitas pelayanan publik maka
pemerintahan dan tugas pembangunan berjalan sebagian pemerintah daerah telah mengambil
lebih efektif dan efisien serta dapat menjadi sarana langkah-langkah positif didalam menetapkan
perekat integrasi bangsa. kebijakan peningkatan kualitas pelayanan publik
Perspektif new public service dan good berdasarkan prinsip-prinsip good governance.
governance dianggap paling tepat untuk kondisi Paradigma good governance menjadi
sekarang dalam mengatasi masalah-masalah relevan dan menjiwai kebijakan pelayanan publik
pelayanan publik di Indonesia. Hal itu didukung di era otonomi daerah yang diarahkan untuk
oleh situasi politik yang lebih demokratis dan meningkatkan kinerja manajemen pemerintahan,
keterbukaan pemerintah. yakni mengubah sikap mental, perilaku aparat
Rendahnya kualitas pelayanan publik penyelenggara pelayanan serta membangun
merupakan salah satu sorotan yang diarahkan kepedulian dan komitmen pimpinan daerah dan
kepada birokrasi pemerintah dalam memberikan aparatnya untuk memperbaiki dan meningkatkan
pelayanan kepada masyarakat. Perbaikan pelayanan publik yang berkualitas.
pelayanan publik di era reformasi merupakan

70
DAFTAR RUJUKAN
Amstrong ,Elia,2005, Integrity, Transparency and Accountability in PublicAdministration
: Recent Trends, Regional and International Developments and Emerging
Issues.United Nations.
Denhardt, J.V. dan Denhardt, R.B. 2003. The New Public Service: An Approachto Reform
Iternational Review of Public Aministration Vol 8 No1.2004.
———————, 2007 .Public New Public Service , Serving Not Steeing, Armonk
New York:
Molina , Anthony DeForest dan Cassandra I. McKeown, 2009. The Heart of the
Profession : Understanding Public Services Value. Jurnal Of Public Affair
Education (18(2) : 375-396.
Parasuraman , A. & Valerie A. Zethaml , 1988. SERVQUAL : A Multiple- Item Scala for
Measuring Consumer Perceptions of Service Quality,Journal of Retaling, Vol 64
No. 1 ,Spring 12-40
Parasuraman , A. & Valerie A. Zethaml ,& Leonard I, Berry 1990.Delivering QualityService,
New York, The Free Press
Stillman Richard J. 1992, Preface to Public Administration : A Search for Themes
and Directon.S.T. Martin’s Press, NewYork.
Nugroho, RinoA.2008.Model Pelayanan Publik Menggunakan M-Governement (Studi Kasus
di Solo, Sragen, Sukoharjo dan Karanganyar)”. Jurnal Dinamika, Vol8:No.2.
Osborne, D , dan Gaebler,T., 1996 .Mewirausahakan Birokrasi: Mentransformasi Semangat
Wirausaha ke dalam Sektor Publik(Terjemahan).Jakarta: CV Taruna Grafika.
Dwiyanto,A., 2005. Mewujudkan Good Governance Melalui Pelayanan Publik,Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press.
FredericksonH.G,1987.AdministrsiNegara Baru(terjemahan).Jakarta:LP3ES.
Keban,Y.T.2008.Enam Dimensi Strategis Administrasi Publik: Konsep,Teori dan Isu,Jakarta:
GavaMedia.
Depdagri, 2004. Modul Pengembangan Pelayanan Terpadu Satu Atap. LAN
Kawi D. David, ( 2019), Kualitas Pelayanan Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
dalam Pengurusan Kartu Tanda Penduduk ( e-KTP) di Kabupaten Sumba Barat
(Skripsi )

71
Jurnal Administrasi Publik, Volume 16. No. 1, Oktober 2019

Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia, 2006, Strategi Peningkatan Kualitas


Pelayanan Publik, Jakarta ,LAN.
Ose lin O. Placida (2018) ,Kualitas Pelayanan dalam Pembuatan Akta Kelahiran di Kantor
Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil di Kabupaten Belu ( Skripsi)
Soenarto, 2001, Otonomi Daerah dan Pelayanan Publik ; Buletin Pengawasan No, 30 & 31
Undang-Undang No . 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah

72

Anda mungkin juga menyukai