Anda di halaman 1dari 7

View metadata, citation and similar papers at core.ac.

uk brought to you by CORE


provided by e-Journal Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan / National Institute of...

KEBIJAKAN, SEBUAH KEBUTUHAN DALAM


DESENTRALISASI KESEHATAN

Widodo J Pudjirahardjo'dan Evie Sopacua"

ABSTRACT
This article describes the concept, relevance, principles and milestones about policy. Based on William Dunn's
framework, it also tries to describe the purposes of policy analysis and its implementation that are needed on health
decentralization. In Indonesia the health decentralization has been implemented for some years but policy analysis is
understood as regulation analysis which has been directed by the Deparfment of Health. At present the implementation
process of the health decentralization, the Central government still has double functions as policy maker and performer
In fact based on regulations, the responsibilities have been delegated to District governments. Understanding the policy
analysis on the implementation of health decentralization would provide challenges to interpretate in accordance with the
local specific conditions.

Key words: policx analysis, decentralizationof health

PENDAHULUAN solving dan proaktif. Berbeda dengan Hukum (Law)


dan Peraturan (Regulation), kebijakan lebih bersifat
Tulisan ini mengulas konsep Kebijakan atau Policy
adaptif dan intepratatif, meskipun kebijakan juga
secara singkat tetapi lengkap, informatif dan mudah
mengatur-apayang boleh, dan apa yang tidak boleh".
dipahami. Ulasan tentang konsep atau pengertian
Kebijakan juga diharapkan dapat bersifat umum
kebijakan ini dilengkapi dengan informasi tentang:
tetapi tanpa menghilangkan ciri lokal yang spesifik.
(1) relevansi kebijakan, (2) unsur kebijakan, serta
Kebijakan harus memberi peluang diintepretasikan
(3) milestones dan (4) kelemahan yang bersifat
sesuai kondisi spesifik yang ada.
terapan yang sering terjadi. Konsep kebijakan
Masih banyak kesalahan pemahaman maupun
berkaitan dengan disiplin ilmu yang disebut sebagai
kesalahan konsepsi tentang kebijakan. Beberapa
"Analisis Kebijakan atau PolicyAnalysis". Fokus kajian
orang menyebutpolicydalamsebutan "kebijaksanaan".
analisis kebijakan adalah pada definisi dan penetapan
yang maknanya sangat berbeda dengan kebijakan.
masalah, oleh karena itu istilahnya sering disebut
lstilah kebijaksanaan adalah kearifan yang dimiliki
juga sebagai "analisis kebijakan yang berpusat pada
oleh seseorang sedangkan kebijakan adalah aturan
masalah".
tertulis hasil keputusan formal organisasi.
Dalam pelaksanaan desentralisasi pembangunan
Contoh kebijakan adalah: (1) Undang-Undang.
kesehatan analisis kebijakan perlu difahami dengan
(2) Peraturan Pemerintah. (3) Keputusan Presiden.
baik karena merupakan suatu kebutuhan dalam
(4) Keputusan Menteri. (5) Peraturan Daerah.
penyelenggaraan sistem pelayanan kesehatan.
(6) Keputusan Bupati, dan (7) Keputusan Direktur.
Setiap kebijakan yang dicontohkan di sini adalah
PENGERTlAN KEBIJAKAN bersifat menaikat dan waiib dilaksanakan oleh obyek
Kebijakan adalah aturan tertulis yang merupakan kebijakan. Contoh di atas juga memberi pengetahuan
keputusan formal orqanisasi,
- yang
. - bersifat mengikat,
pada kita semua bahwa Nang lingkup kebijakan dapat
yang mengatur perilaku dengan tujuan untuk bersifat makro, meso, dan mikro.
menciptakan tata nilai baru dalam masyarakat. Analisis kebijakan adalah suatu aktivitas
Kebijakan akan menjadi ru,ukan utama para intelektual dan praktis yang ditujukan untuk
anggota organisasi atau anggota masyarakat dalam menciptakan, menerapkan, secara kritis menilai.
berperjlaku,Kebijakanpads umumnya bersifatproblem dan mengkomunikasikan substansi kebijakan. Proses

.''Fakultas Kesehatan Masyarakat UnlversRasA rlangga. S~rabaya


Pusat Penel I an dan Pengembangan S stem dan Keoljakan Kesehatan. Jalan lndrapura 17 Surabaya
n Sistem Kesehatan - V o l 9 No. 4 Oktober 2006 171-177

! analisis kebijakan terdiri atas tiga tahap utama yang kebijakan Seperti disampaikan sebelumnya.
saling terkait, yang secara bersama-sama membentuk kebijakan selalu diformulasikan untuk mengatasi
siklus aktivitas yang komplek dan tidak linear. ataupun mencegah timbulnya masalah, khususnya
masalah yang bersifat isu publik. Masalah disebut
RELEVANSI KEBIJAKAN sebagai isu publik bila masalah itu menjadi
keprihatinan (Concern) masyarakat luas dan
D i dalam organisasi atau pada wilayah mempengaruhi hajat hidup masyarakat luas.
administrasi tertentu akan terjadi akumulasi perilaku b. Nilai Kebijakan (Value): setiap kebijakan selalu
dan budaya yang berbeda-beda, sesuai dengan mengandung nilai tertentu dan juga bertujuan
variasi anggota dan budaya yang ada di organisasi untuk menciptakan tatanilai baru atau norma
tersebut. Perbedaan perilaku dan budaya yang sangat baru dalam organisasi. Seringkali nilai yang ada
bervariasi akan menimbulkan masalah keharmonisan di masyarakat atau anggota organisasi berbeda
dan keselarasan. Oleh karena itu posisi kebijakan dengan nilai yang ada di pemerintah. Oleh karena
adalah sangat sentral, karena dia akan menjadi itu perlu partisipasi dan kornunikasi yang intens
batasan normatif dan rujukan setiap keputusan dalam pada saat merumuskan kebijakan.
sebuah organisasi, terlebih dalam era desentralisasi c. Siklus Kebijakan; proses penetapan kebijakan
dan otonorni saat ini. Kebijakan juga sebagai dasar sebenarnya adalah sebuah proses yang siklis
hukum dalam kehidupan organisasi atau kehidupan dan bersifat kontinum, yang terdiri atas tiga tahap:
masyarakat. Kebijakan merupakan infrastruktur (1) perumusan kebijakan (Policy Formulation).
utama dalam organisasi dan dalam kehidupan (2) penerapan kebijakan (Policy Implementation),
masyarakat. dan (3) evaluasi kebijakan (Policy Review). Ketiga
Pembahasan peran kebijakan dalam kehidupan tahap atau proses dalam siklus tersebut saling
organisasi ataupun kehidupan masyarakat tidak berhubungan dan saling tergantung, kompleks
dapat dipisahkan dari konsep good-governance. serta tidak linear, yang ketiganya disebut sebagai
Governance menurut UNDP adalah: Policy Analysis.
"the evercise o f economic, p o l i t i c a l a n d d. Pendekatan dalam Kebijakan: pada setiap tahap
administrativerauthority to manage a country's affairs siklus kebijakan perlu disertai dengan penerapan
at all levels. It comprises the mechanisms, processes pendekatan (Approaches) yang sesuai. Pada tahap
and institutions through which citizens and groups formulasi. pendekatan yang banyak dipergunakan
articulate theirinterests. exrcise theirlegal rights, meet adalah pendekatan normatif, valuatif, prediktif
their oblications and mediate their difference . .." ataupun empirik. Pada tahap implementasi
Untuk dapat menciptakan goodgovernance salah banyak menggunakan pendekatan struktural
satu ha1 yang penting dalam memahami kebijakan (organisasional) ataupun pendekatan manajerial.
adalah pemahaman terhadap sifat kebijakan. W~lliam Sedangkan tahap evaluasi menggunakan
Dunn (1999) menyatakan bahwa peran atau sifat pendekatan yang sama dengan tahap formulasi.
kebijakan dapat dikategorikan menjadi empat, yaitu: Pemilihan pendekatan yang digunakan sangat
(1) regulator^. (2) proteksi, (3) kompetisi, dan (4) menentukan tingkat efektlvitas dan keberhasilan
alokasi. Keempat kategori tersebut menggambarkan sebuah kebijakan.
sifat materiel kebijakan dan dampaknya pada obyek e. Konsekuensi Kebijakan: pada setlap penerapan
kebijakan dan keberhasilan pemerintahan. kebijakan perlu dicermati akibat yang dapat
ditimbulkan. Dalam memantau hasil kebijakan
UNSUR KEBIJAKAN kita harus membedakan dua jenis akibat; luaran
(Output) dan darnpak (Impact).Apapun bentukdan
Kebijakansecara umum mempunyai 5 (lima) unsur
isi kebijakan. pada umumnya akan memberikan
utama, yaitu (a) masalah publik. (b) nilai kebijakan.
dampak atau konsekuensi yang ditimbulkan.
( c ) siklus kebijakan. (d) pendekatan dalam kebijakan
Tingkat intensitas konsekuensi akan berbeda
dan (e) konsekuensi kebijakan.
antara satu kebijakan dengan yang lain, juga dapat
a. Masalah publik (Public Issue); merupakan isu
berbeda berdasar dimensi tempat dan waktu.
sentral yang akan diselesaikan dengan sebuah
Konsekuensi lain yang juga perlu diperhatikan
Kebijakan; sebuah Kebutuhan (Widodo J Pudjirahardjo. Evie Sopacua)

adalah timbulnya resistensi atau penolakan dan kesehatan yang tumpang tindih dan seringkali
perilaku negatif. saling bertentangan.
4. lnforrnasi dan Sosialisasi: sosialisasi yang intens
MILESTONES dan pemberian informasiyang terbuka dan lengkap
akan mendorong tingkat partisipasi anggota atau
Luaran kebijakan adalah rnanfaat yang diterirna masyarakat dalam rnenunjang keberhasilansuatu
oleh kelompok sae;aran atauI obyek kebijakan serta kebijakan.
tatanilai baru yang tercipta yang sesuai dengan 5. Pendekatan yang dipergunakan: setiap tahap
tujuan pe ~bijakan.Disarnpingukuran luaran dalam siklus kebijakan membutuhkan "kendaraan"
tenebut, !bijakan perlu juga dipantau tingkat yang disebut sebagai pendekatan, seperti yang
efektivitasnya. trektivitas kebijakan dapat diukur telah dibahas di atas. Setiap tahap dalam siklus
dengan beberapa parameter berikut: kebijakan, setiap dimensi waktu dan tempat,
1. Berkurangnya atau terhindarnya masalah, rnembutuhkan penerapan pendekatan yang
khususnya masalah publik; berbeda-beda. Pemilihan pendekatan yang tepat
2. Perilaku baru yang ditimbulkan oleh adanya akan rnenentukan tingkat efektivitas kebijakan.
kebijakan;
3. Besarnya dampak yang ditimbulkan, yang bersifat
DESENTRALISASI KESEHATAN
positif maupun yang bersifat negatif;
4. Tingkat keharmonisanatau keselarasankehidupan Desentralisasi dalam arti umum didefinisikan
organisasi atau kehidupan masyarakat; sebagai pernindahan kewenangan atau pernbagian
5. Tatanilai atau norma baru yang timbul sesuai kekuasaan dalarn perencanaan dan pelaksanaan
dengan tujuan kebijakan. pernerintahan, rnanajemen dan pengarnbilan
Di sisi lain penentu kebijakan perlu rnemahami keputusan dari tingkat nasional ke tingkat daerah
bahwa efektivitas kebijakan sangat dipengaruhi oleh at:au secar;a lebih unnum adali3h pernin~ clahan dari
5 faktor berikut: tirlgkat penierintaha~ Iyang tirlggi ke tirigkat yang
. .. . .
I.nngkat Partisipasi: setiap tahap analisis kebijakan lea~nrenaal1.
perlu rnelibatkan stakeholderdanobyek kebijakan Desentralisasi kesehatan rnempunyai berbagai
agar sernua nilai dan bentuk keragaman dapat rnacarn bentuk yang tidak hanya bergantung pada
diakomodasi dalarn kebijakan. Makin besar tingkat struktur politik pernerintahan dan administrasi tetapi
partisipasistakeholderdan obyek kebijakan dalarn juga pada pola organisasi pelayanan kesehatan
tahapan kebijakan rnakin besarefektivitassebuah yang terdapat di masing-masing negara. Bidang
kebijakan. kesehatan merupakan satu dari berbagai fungsi
2. Konteks dan Desain Kebijakan: kebijakan yang pemerintahan sehingga sangat dipengaruhi struktur
berfokus pada masalah dan bersifat prediktif- pernerintahan. Akibatnya rnaka kebijakan yang
proaktif akan rnemberikan kernungkinan dikeluarkan pemerintah akan berkaitandengan sektor
keberhasilan yang lebih besar, terutama dalam kesehatan.
menciptakan tatanilai baru. Materi yang bersifat Menurut Mills dkk. (1991) ada empat jenis
umurn tetapi akornodatif akan rnemberikan ruang desentralisasi kesehatan yang urnum dijumpai
partisipasiyang lebih besar pada obyek kebijakan. dalam praktek yaitu (1) dekonsentrasi. (2) devolusi,
Ruang gerak yang lebih besar akan rnengurangi (3) delegasi dan (4) p Di lndone!sia, praktek
tingkat resistensi dan timbulnya rnasalah baru. desentralisasi keset g digunaltan adalah
. .
3. Tertib Siklus Kebijakan: kelernahan selama ini dekonsentrasi yaitu pernindahan beberapa fungsi
adalah pada tidak tertibnya perumus kebijakan administratif dari Departemen Kesehatan ke daerah.
dalam menerapkan tiga tahap siklus kebijakan. Penyelenggaraan UU No 22 tahun 1999 tentang
Kebanyakan kebijakan kesehatan di Indonesia Pernerintah Daerah yang diikuti PP No 25 tahun
tidak pemah dilakukan review atau evaluasi. Siklus 2000 tentang Kewenangan Pemerintah Pusat dan
kebijakan hanya berhenti pada implernentasi Pemerintah Provinsi Sebagai Daerah Otonom,
kebijakan. Oleh karena itu sering kita alarni menyebabkan perubahan yang rnendasar dalam
banyaknya kebijakan dalam pernbangunan pelayanan kesehatan. Karena fungsi Pernerintah
Buletin Penelitian Slstem Kesehatan - VsI 9 No 4 Oktober 200s 171-177

Daerah mengalami perubahan sehingga dalam Provinsi dan KabupatenIKota. Dinas Kesehatan
rnenyelenggarakan pelayanan kesehatan, pemerintah dengan demikian sernakin didorong menjadi lembaga
d a e r a h m e n d a p a t kewenangan yang sangat yang berfungsi sebaga~penyusun kebijakan teknis
besar dalam pengelolaan keuangan, fungsi-fungsi selain sebagai regulator. Sebagai perurnus kebijakan
pemerintahan dan pelayanan. teknis diharapkan Dinas Kesehatan dapat mengelola
Peraturan Pernerintah No. 25 tahun 2000 sistem pembiayaan kesehatan, untuk provinsi dalam
rnemberikanakibat terhadap berbagaifungsi pelayanan ha1 ini. dalam mengelola dana dekonsentrasi.
kesehatan Pemerintah Pusat, Provinsi, Kabupatenl Kemudian dirasakan bahwa UU No. 22 tahun
Kota serta pihak swasta. Kondisi ini mengakibatkan 1999 tentang Pemerintah Daerah tidak sesuai dengan
beberapa perubahan yang mendasar pula dalam perkembangan keadaan, ketatanegaraandan tuntutan
pengaturan kewenangan, penataan kelembagaan. penyelenggaraan otonorni daerah sehingga perlu
keuangan dan personil. Disamping itu daerah dituntut diganti, maka diterbitkan UU No. 32 tahun 2004.
untuk dapat meningkatkan peran serta masyarakat
dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian
MASALAH YANG MUNCUL DALAM
terhadap pembangunan daerah. PELAKSANAAN DESENTRALISASI KESEHATAN
Dalam pelaksanaan desentralisasi kemudian
diterbitkan PP 8 tahun 2003, sebagai pengganti PP Memperhatikan kondisi yang berkembang dalam
No. 84 tahun 2000 tentang struktur organisasi daerah pelaksanaan desentralisasi kesehatan penekanan
yang diantaranya menyebutkan: peran kebijakan dalam good governance seperti
1. Untuk Provinsi dalam pasal 5 ayat (2): Dinas yang sudah dikemukakan sebelumnya, menjadi
Daerah Provinsi mempunyai tugas melaksanakan penting. Ada beberapa ha1 penting dalam konsep
kewenangan desentralisasi dan dapat ditugaskan good-governance antara lain partisipasi masyarakat,
untuk melaksanakan penyelenggaraan wewenang transparasi, akuntabilitas dan mengutamakan aturan
yang dilimpahkan kepada Gubernur selaku Wakil hukum.
Pemerintah dalam rangka dekonsentrasi. Ayat Dalam konteks penetapan kebijakan, maka
(4): Dalam melaksanakan tugas sebagaimana pemerintah pusat saat ini masih merangkap fungsi
dimaksud dalam ayat (2). Dinas Daerah Provinsi sebagai penetap kebijakan dan regulasi sekaligus
menyelenggarakan fungsi: sebagai pernain, sebagai contoh Direktorat Jenderal
a. Perumusan kebijakan teknis sesuai dengan Pelayanan Medik dengan masih membawahi rurnah
lkup tugasnya; sakit umum pusat Perijinan rumah sakit hingga kini
rnberian perijinan d a n pelaksanaan belum jelas padahal secara p e ~ n d a n g a n
kewenangan
ayanan umum: tersebut telah diserahkan kepada daerah.
c. rembinaan pelaksanaan tugas sesuai dengan Inti munculnya permasalahan yang ada dalam
lingkup tugasnya era desentralisasi kesehatan ini adalah adanya
2. Untuk Kabupatenlkota dalam pasal 9 ayat (2): kegagalan konsolidasi pemerintah daerah pada
Dinas Daerah Kab~rpatenlkotamempunyai tugas level provinsi dan kabupaten lkota. Hal lain yang
melaksanakan kewenangan desentralisasi Ayat memperberat masalah desentralisasi kesehatan
(3): Dalam rnelaksanakan tugas sebagaimana adalah fakta bahwa kesehatan di Indonesia belum
dimaksud dalam ayat (2), Dinas Daerah Kabupatenl pernah menjadi isu politik yang penting. Padahal di
Kota menyelenggarakan fungsi: Amerika Ser~kat,sebagai contoh, calon presiden bisa
a. Perumusan kebijakan teknis sesuai dengan mendapat dukungan yang besar karena program
lingkup tugasnya; jaminan kesehatannya.
b. Pemberian perijinan dan pelaksanaan Desentralisasi disertai berbagai upaya menuju
pelayanan umurn: akuntabilitas yang leblh baik dan salah satu pilar
c. Pembinaan pelaksanaan tugas sesuai dengan good governance adalah akuntabilitas. Ada dua
lingkup tugasnya. rnacarn akuntabilitas yaitu akutanbilitas politik sebagai
Dalam aplikasinya, PP No. 8 tahun 2003 merubah contoh melalui sistern pemilu yang diperbaharui dan
s t ~ k t usistem
r kesehatan wilayah dan mempertegas akunbtabilitas publik diantaranya melalui kebebasan
peran dan mernperkuat fungsi Dinas Kesehatan pers dan berbagai mekanisme partisipasi masyarakat.
Kebijakan: sebuah Kebutuhan (Widodo J Pudjirahardjo, Evie Sopacua)

Dari berbagai studi kasus dan penelitianmenunjukkan terjadi dan masalah kesehatan daerah yang telah
bahwa di era desentralisasikesehatan ini ada beberapa menjadi agenda kebijakan dan pembahasan terbatas
ha1 penting terkait dengan partisipasi masyarakat pada kegiatan yang didanai PHP 1.
(Dewi Shita L dan Basri Hasan M, 2004): UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintah
1. Mulai terbentuknya niat para pengambil keputusan Daerah sebagai pengganti UU No. 22 tahun 1999
di daerah untuk memperhatikan opini publikdalam dinilai belum berjalan sebagaimana diharapkan dan
kebijakan kesehatan. belum ada PP yang mengikutinya sebagai pengganti
2. Masih rendahnya kepercayaan para pengambil PP No. 25 tahun 2000.
keputusan terhadap kemampuan masyarakat
dalam membuat penilaian yang baik. Hal ini KEBUTUHAN KEBIJAKAN DALAM
menjadi pendorong bagi masyarakat untuk DESENTRALlSASl KESEHATAN
lebih meningkatkan kapasitas dalam membuat
analisis kebijakan yang seimbang, komprehensif, Peran pusat, provinsidan kabupatenlkota sudah
obyektif dan bersifat solusif. Sedangkan di sisi ditetapkan dalam peraturan pemerintah tetapi belum
pemerintah dibutuhkan sikap yang lebih matang disertai dengan kebijakan yang memadai sehingga
dalam berdemokrasi dan legitimasi yang lebih kuat menyebabkan hilangnya koordinasi dalam konteks
untuk partisipasi masyarakat. sistem. Kebijakan akan menjadi sangat penting pada
3. Media masa memainkan peran penting dalam saat peran pemerintah baik di pusat, provinsiLdan
menyuarakan opini publik mulai dari munculnya kabupatenlkota adalah sebagai pengarah dalam
berbagai topik kesehatan dalam pemberitaan kegiatan pembangunan kesehatan, seperti pada era
khususnya yang dipicu oleh laporan masyarakat. desentralisasi saat ini.
4. Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) sebagai Pengarah atau stewam'ship menurut WHO (2000)
salah satu faktor dvilsociety sudah menempatkan adalah suatu fungsi pemerintahanyang bertanggung
diri dalam hubungannya antara pemerintah dan jawab atas kesejahteraan penduduk, yang berkaitan
masyarakat. dengan kepercayaan dan legitimasi penduduk
Joint Health Council (JHC) sebagai salah satu terhadap aktivitas pemerintah, khususnya di bidang
bentuk civil society sejak awal dirumuskan sebagai kesehatan. Pengarah terdiri dari 3 (tiga) komponen
dewan pertimbangan, dewan penyantun dalam yaitu a) formulasi kebijakan kesehatan anatar lain
organisasi, board of directors, oversight body hingga mendefinisikan visi dan arah sistem kesehatan
perekat sistem kesehatan. JHC diperlukan antara daerahnya, b) regulasi menetapkan aturan main
lain karena sub sistem berjalan sendiri-sendiri, yang adil di bidang kesehatan dan c) Kemampuanl
masyarakat tidak mengetahui apa yang dilakukan keterampilan dalam menilai kinerja dan membagi
pelaku kebijakan sebab tidak ada keterwakilan informasi yang berkaitan dengan kesehatan. Jadi
masyarakat atau masyarakat tidak bisa bermain salah satu tugas pokok peran pengarah adalah
dalam kancah kebijakan dan DPRIDPRD tidak bisa merumuskan dan menetapkan kebijakan arah
menjadi wasit permainan dalam bidang kesehatan pernbangunan kesehatan, terutama pada tingkat
meskipun ha1 tersebut merupakan fungsi mereka. makro.
Menjalankan JHC tidak mudah, terbukti dari Oleh karena itu di dalam kerangka desentralisasi.
penilaian obyektif terhadap peran dan kinerja JHCdi pemerintah juga mempunyai tugas mengembangkan
Yogyakarta. Dengan menggunakan berbagai kriteria kebijakan sistem regulasi wilayah. Mengantisipasi ha1
kunci, penilaian menunjukkan peran dan kinerja JHC ini Departemen Kesehatan mengeluarkan Keputusan
masih kurang, hanya 35%. Ketua dijabat oleh pejabat Menkes RI No. 004/Menkes~SK/1/2003berupa
pemerintahdan tidakada independensistruktur karena dokumen Kebijakandan Strategi DesentralisasiBidang
berada langsung dibawah gubernur. lndependensi Kesehatan. Dokumen ini antara lain menjelaskan
manaiemen iuaa tidakada karenadiooerasikanPHP 1. (1) bagaimana hubungan antar tingkat pemerintah
~omdoslslkeanggotaan adalah blrokrat oan anggota dan antar pemenntandaerah dalam kewenangan.
organlsasi profesl dan hanya ada 1 LSM tanpa seleksl pemanfaatan sumberdaya, keuangan kewllaYanan
melalui fit and proper ~ ~me$perbesar
~ i dan administrasi;
~ t (2) goal~ desentralisasi
~ kesehatan:
anggaran daerah untuk kesehatan masih belum (3) hambatan dan tangtangan dan (4) tujuan strategis

175
Buletin Penelitian Sistern Kesehatan - Vol. 9 No. 4 Oktober 2006: 171-177

desentralisasi kesehatan beserta langkah-langkah yang telah dikomunikasikan kepada para pembuat
kunci. Kegiatan dalam setiap langkah kunci dapat kebijakan, dan ditransformasikan menjadi keyakinan
dikembangkan terus sejalan dengan pencapaian sehingga menghasilkan pencapaian tujuan dalam
hasil dari setiap kegiatan yang telah diiaksanakan situasi tertentu.
dan untuk mengantisipasi isu baru yang muncul. Periu difahami bahwa analisis kebijakan pada
Dalam melaksanakan Kepmenkes no 004 tahun 2003 dasamya mengkaji kebijakan pada proses pembuatan
ini, Departemen Kesehatan dan seluruh jajarannya kebijakan dengan tahap yang berkesinambungan.
perlu secara terus-menerus melakukan kajian yang Berbeda dengan penelitian kebijakan (Policy
berkaitan dengan analisis kebijakan, yang sampai Research) yang didefinisikan sebagai proses
saat ini belum terlihat. penelitian atau analisis suatu masalah yang mendasar
Analisis kebijakan disini diperlukan untuk dengan maksud menyediakan rekomendasi yang
menguraikan dan menjelaskan masalah yang pragmatik dan action oriented bagi para pengambil
muncul dalam pelaksanaan desentralisasi kesehatan kebijakan untuk mengatasi masalah yang dihadapi
disebabkan berbagai kebijakan pada proses (Majchrrak, 1990). Walau beberapa tipe penelitianjuga
perumusan kebijakan (Policy Formulation),penerapan mernberikan jalan keluar untuk mengatasi masalah,
kebijakan (Policy Implementation), dan evaluasi tetapi ciri penelitian kebijakan adalah rekomendasi
kebijakan (Policy Review). Analisis dilakukan dalam yang action oriented. Gambar 1 menjelaskan apa yang
suatu siklus yang tidak terputus dan menghasilkan dimaksud Majchrzak yang mendasarkan pembagian
informasi untuk pengambilan keputusan dalam tipe penelitian pada focus dan action oriented. Basic
kebijakan. Research mengacu pada penelitian dasar yang umum
Untuk memahami lebih jelas apa itu arti dan dilakukan berbagai departemen dan disiplin ilmu
pengertian analisis kebijakan, sebaiknya pahami sedangkan TechnicalResearch umumnya menjawab
kutipan penulis lain yang dicatatoleh Dunn (Anharudin, kebutuhan yang diperlukan, misalnyadaiam membuat
2006): program pelayanan sosial.
'...suatu bentuk analisis yang menghasilkan dan
menyajikan lnformasi sedemikian rupa sehingga dapat Focus
memberikan landasan bagi para pembuat kebijakan dalam
membuat keputusan..... Dalam analisis kebijakan, kata
analisis digunakan dalam pengertian yang paling umum: Action
termasuk penggunaan intuisi, pengungkapan pendapat. orientation
dan rnl3ncakup tidak hanya pengujian kebijakan dengan
memila~h-milahnyake daalm sejumlah komponen, tetapi
iuga PC?rancangandan sintesis alternatif baru. Kegiatan-
- In yang tercakup dapat direntangkan mulai dari
keaiat: Gambar 1. Proses Penelitian yang Berdampak pada
penelitian untuk menjelaskan atau (sekedar) memberikan Masalah yang Dihadapi.
pandarlgan-pandangan terhadap isyu-isyu atau masalah-
masalah yang terantisipasi...sampai dengan mengevaluasi
suatu D'rogram yang lengkap. Beberapa analisis kebijakan PENUTUP
bersif'it informal, meliputi tidak lebih dari proses berpikir
yang keras dan cermat, sementara lainnya memerlukan Analisis kebijakan dibangun dari disiplin ilmu
pengumpulan data yang ekstensif dan penghitungan politik, sosial, ekonomi, dan tilsafat padahalpara pelaku
yang telni dengan menggunakan proses matematis yang pembangunan kesehatan sebagian besar memiliki
canggih."
latar belakang disiplin ilmu kesehatan, lebih khusus
Salah satu aspek penting dalam analisis kebijakan lagi kedokteran. Tulisan ini diharapkan memberikan
adalah penciptaan pengetahuan (informasi) yang wacana dalam memahami peran kebijakan dalam
relevan dengan kebijakan. Informasi, pengetahuan, desentralisasi kesehatan di era otonomi daerah.
data dan kebijakan merupakan unsur-unsur yang
dibedakan dalam proses kognitif. lnformasi adalah DAFTAR PUSTAKA
data yang telah ditafsirkan dan diorganisir untuk
tujuan tertentu yang dapat mengubah pikiran atau Anhamdin, 2006. Memahamiproses pengambilankebijakan
publik, intepretasi terhadap pemikiranWllliam N.Dunn.
tindakan para pembuat kebijakan. Pengetahuan
www.nakertrans.oo.id 12 Oktober 2006.
dalam konteks analisis kebijakan adalah informasi
Kebijakan; sebuah Kebutuhan Wdodo J Pudjirahardjo. Evie Sopacua)

Aritonang B, 2004. Undang-undang No. 32 tahun 2004 MajchrzakA. 1990. Methodsfor Policy Research. California.
tentang Pemerintah Daerah. Jakarta. Pustaka Sage Publications. Inc.
Pergaulan. Mills A.Vaughan JP. Smith DL.Tabibzadeh I. 1991.
Departemen Kesehatan RI. 2003. Keputusan Menkes RI Desenfralisasi Sistem Kesehatan. Yogyakarta. Gadjah
No. 004/MenkeslSW1/2003 tentang Kebijakan dan Mada University Press.
Strategi Desentralisasi Bidang Kesehatan. Pudjirahardjo WJ, 2005. Bahan Kuliah Analisis Kebijakan
Dewi Shita Ldan Basri Hasan M. 2004. Desentralisasi dan pada Program Pascasarjana Program Studi llmu
peran masyarakat di sektor kesehatan. Makalah Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Fakultas
dalam Seminar 3 tahun perjalanan desentralisasi Kesehatan Masyarakat. Surabaya. Universitas
Kesehatan di Indonesia. Yogyakarta, UGM. Airlangga.
Dunn, William N. 2000. PengantarAnalisis Kebijakan Publik. WHO Report. 2000. Jenewa. World Health Organization.
DiterjemahkanDrs. Samodra Wibawa, MA dkk. Edisi
ke-2. Yogyakarta. Gadjah Mada University Press.

Anda mungkin juga menyukai