Anda di halaman 1dari 9

REKAP DISKUSI DAN KESIMPULAN FORUM

‘KERANGKA KEBIJAKAN KESEHATAN’

Untuk memenuhi nilai tugas pada Mata Kuliah Kebijakan & Manajemen Kesehatan

Dosen Pengampu :
Prof. Dr. Darmawansyah, SE., MS.

Disusun oleh :
KELOMPOK II
1. NUR QALBI TALIB (K012202051)
2. NURITSHA FEBRIANTI (K012202052)
3. YUNITA CAHYANI PRATIWI (K012202053)
4. IIS MIRANI (K012202055)
5. SYAMSIA (K012202057)

PROGRAM STUDI MAGISTER KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2021
REKAP DISKUSI FORUM
No. PERTANYAAN JAWABAN
1. Syamsia Iis Mirani
Bagaimana karakteristik Mungkin saya akan mencoba menjawab
kebijakan kesehatan yang baik, pertanyaan dari mbak syamsia, karakterisitk
apa2 saja? kebijakan kesehatan yang baik dapat berupa :

1. Tertulis dan berdasarkan proses serta


keputusan formal organisasi
2. Harus relevan dengan tujuan organisasi dan
dipahami oleh semua anggota organisasi yang
terlibat
3. Dinyatakan dalam kalimat tertulis yang
dapat dimengerti oleh seluruh anggota
4. Harus jelas masa berlakunya dan menyatu
dengan aktivitas di masa depan
5. Kebijakan harus bersifat terbuka (untuk
perubahan) tetapi harus juga bersifat stabil
6. Kebijakan harus dapat diterapkan dan
bersifat rasional
7. Bersifat terbuka untuk diintepretasikan oleh
para pelaku dan juga dapat diterapkan pada
berbagai situasi
Yunita Cahyani Pratiwi
Pembuatan kebijakan yang baik merupakan salah
satu indikator kehandalan sebuah
pemerintahan. Hallsworth, dkk. (2001)
menggambarkan model profesional dalam
pembuatan kebijakan dengan karakteristik sebagai
berikut:
 Memperhatikan dan mempertimbangkan
lingkungan kebijakan atau dengan kata lain
memperhatikan faktorfaktor eksternal dalam
proses pembuatan kebijakan (outward
looking)
 Terbuka terhadap ide dan solusi yang baru
(inovatif, kreatif dan fleksibel).
 Menggunakan data-data dan fakta-fakta dari
berbagai sumber dan melibatkan stakeholders
kunci dalam pembuatan kebijakan (evidence-
based).
 Selalu memperhatikan dampak kebijakan
terhadap semua pihak yang terkait baik secara
langsung maupun tidak langsung (inclusive).
 Membangun sistem evaluasi dari awal proses
kebijakan (evaluasi).
 Selalu melakukan review terhadap kebijakan
untuk memastikan keterkaitannya dengan
masalah yang diselesaikan dan mengenali
masalah serta dampak sejak awal (review).
 Belajar dari pengalaman kebijakan yang
berhasil dan yang gagal (learns lessons).
Selain karakter di atas kebijakan publik yang baik
harus juga memiliki karakter forward looking
(mengarah pada outcome dan mempertimbangkan
dampak jangka panjang), joined up (proses
perumusannya dikelola dengan baik, holistic view,
berkoordinasi dengan institusi yang lain), serta
communication (dalam proses perumusan juga
mempertimbangkan strategi mengkomunikasikan
kepada publik) (the First Minister and Deputy First
Minister, 2015).
2. Yunita Cahyani Pratiwi Syamsia
Bagaimana hubungan dari aktor Hubungan dari aktor dan peranannya
dan peranannya terhadap (kekuasaannya) sebagai pengambil keputusan
pengambilan keputusan dalam adalah sangat tergantung kepada kompromi politik,
kebijakan? Apa sjaa bentuk daripada dengan hal-hal dalam debat-debat
wewenang dari pelaku kebijakan? kebijakan yang masuk diakal (Buse, Walt and
Gilson, 1994) bentuk wewenang dari pelaku
kebijakan:
1. Kebijakan Makro:
 Undang-Undang
 Peraturan Pemerintah (Pp)
 Keputusan Presiden (Keppres) • Keputusan
Menteri (Kepmen)
2. Kebijakan Mikro:
 Keputusan Dirjen
 Peraturan Organisasi
 Perda / Pergub / Perbup
3. Iis Mirani Usman Nur Qalbi Talib
Sebutkan dan jelaskan 5 tipe Lima tipe informasi yang dihasilkan oleh analisis
informasi yang relevan dengan kebijakan adalah: masalah kebijakan, masa depan
kebijakan! kebijakan, aksi kebijakan, hasil kebijakan, dan
kinerja kebijakan. Kelima tipe informasi tersebut
diperoleh melalui lima prosedur analisis kebijakan:
perumusan masalah, peramalan, rekomendasi,
pemantauan, dan evaluasi.
Syamsia
Tipe Informasi Yang Relevan Dengan Kebijakan
1. Masalah kebijakan (policy problem)
adalahnilai, kebutuhan, atau kesempatan yang
belum terpenuhi, yang dapat diidentifikasi,
untuk kemudian diperbaiki atau dicapai melalui
tindakan publik.
2. Masa Depan Kebijakan (Policy future)
Konsekuensi dari serangkaian tindakan untuk
pencapaian nilai-nilai dan karena itu merupakan
penyelesaian terhadap suatu masalah kebijakan.
3. Aksi Kebijakan (Policy action) Suatu gerakan
atau serangkaian kegiatan yang dituntun oleh
alternatif kebijakan yang dirancang untuk
mencapai hasil dimasa depan.
4. Hasil kebijakan (policy outcome) Merupakan
konsekuensi yang teramati dari aksi kebijakan.
5. KinerjaKebijakan(Policy Performance)
Merupakan derajat di mana hasil kebijakan
yang ada, memberi kontribusi terhadap
pencapaian nilai-nilai. Dalam realitas, masalah-
masalah kebijakan
jarang “terpecahkan”, segaima masalah perlu
dipecahkan ulang; dirumuskan kembali, atau
bahkan “tak terpecahkan”.

Yunita Cahyani Pratiwi


Kelima tipe informasi tersebut diperoleh melalui
lima prosedur analisis kebijakan, yakni perumusan
masalah, peramalan, rekomendasi, pemantauan dan
evaluasi. selain itu, metodologi dalam analisis
kebijakan dapat memberikan informasi dengan
menjawab lima bentuk pertanyaan yaitu :
1. Masalah apakah yang dihadapi?
2. Kebijakan apa yang telah dibuat untuk
memecahkan masalah tersebut, baik pada masa
sekarang maupun masa lalu, dan hasil apakah
yang telah dicapai?
3. Bagaimana nilai dari hasil kebijakan tersebut
dalam memecahkan masalah? Policy
Performance (William N. Dunn, 1994) adalah
tingkat (derajad) sampai di mana hasil suatu
kebijakan membantu pencapaian suatu nilai
(tujuan yang diinginkan)
4. Alternatif-alternatif kebijakan apakah yang
tersedia untuk memecahkan masalah tersebut,
dan apakah kemungkinan di masa depan?
5. Alternatif-alternatif tindakan apakah yang perlu
dilakukan untuk memecahkan masalah
tersebut?
4. Nur Qalbi Talib Syamsia
Ingin menanyakan tentang Faktor-faktor yang berada di dalamnya antara lain
konteks kebijakan, seperti kita politik, ekonomi, sosial dan kultur di mana hal-hal
ketahui bahwa konteks kebijakan tersebut sangat berpengaruh terhadap formulasi
adalah lingkungan atau setting dari proses kebijakan
dimana kebijakan itu dibuat, Yunita Cahyani Pratiwi
menurut teman-teman faktor- Untuk membuat sebuah kebijakan, perlu
faktor apasaja yang berada dalam memperhatikan segitiga kebijakan yang terdiri dari
konteks kebijakan itu sendiri? aktor, konten, konteks dan proses. Pada
kenyataannya, aktor baik individu, kelompok, atau
organisasi dipengaruhi oleh konteks, lingkungan di
mana aktor hidup dan bekerja. Konteks
dipengaruhi oleh banyak faktor seperti politik,
ideologi, sejarah, budaya, ekonomi, dan sosial baik
yang terjadi pada skala nasional maupun
internasional yang memengaruhi kebijakan. 
5. Nur Qalbi Talib Nuritsha Febrianti
Menurut anda bagaimana konteks Faktor-faktor kontektual pada komunitas paling
mempengaruhi kinerja para menonjol, ekonomi, lingkungan, kebijakan sistem
pekerja pada sektor kesehatan? kesehatan dan praktik ditemukan untuk
mempengaruhi kinerja pekerja kesehatan
komunitas. Faktor-faktor sosio kultural meliputi
nilai-nilai dan norma gender dan penyakit terkait
stigma, keselamatan, keamanan dan pendidikan
dan level pengetahuan dari kelompok target faktor-
faktor komunitas yang mempengaruhi kinerja
pekerja kesehatan komunitas. Keberadaan sebuah
kebijakan pekerja kesehatan komunitas, peraturan
kebijakan sumberdaya manusia pada pekerja
kesehatan komunitas dan komitmen politik
ditemukan menjadi faktor-faktor yang
mempengaruhi konteks kebijakan sistem
kesehatan. Faktor-faktor praktik sistem kesehatan
meliputi fungsionalisasi layanan kesehatan,
penyediaan sumber daya manusia, tingkat
pengambilan kebijakan, pembiayaan kesehatan,
dan struktur tata kelola pemerintahan. Semua
faktor-faktor kontekstual dapat berinteraksi untuk
membentuk kinerja dan mempengaruhi intervensi
atau program pekerja kesehatan komunitas.
6. Nuritsha Febrianti Nur Qalbi Talib
Bagaimana proses penyusunan Adapun proses penyusunan kebijakan yang baik
kebijakan yang baik?  adalah sbb:
1. Identifikasi masalah terlebih dahulu
2. Perumusan kebijakan
3. Pelaksanaan kebijakan
4. Evakuasi kebijakan
KESIMPULAN
Kebijakan (Policy) adalah suatu aturan tertulis hasil keputusan formal organisasi yang
mengatur nilai dan perilaku seluruh komponen dalam organisasi, yang bersifat mengikat untuk
mencapai suatu tata nilai baru. Pembuatan Kebijakan adalah proses politik dan proses organisasi
yang amat panjang dan bertahap.(Charles Lindblom,1968).
Untuk membuat sebuah kebijakan, perlu memperhatikan segitiga kebijakan yang terdiri dari
aktor, konten, konteks dan proses. Pada kenyataannya, aktor baik individu, kelompok, atau
organisasi dipengaruhi oleh konteks, lingkungan di mana aktor hidup dan bekerja. Konteks
dipengaruhi oleh banyak faktor seperti politik, ideologi, sejarah, budaya, ekonomi, dan sosial
baik yang terjadi pada skala nasional maupun internasional yang memengaruhi kebijakan. 
Para ahli kebijakan kesehatan membagi kebijakan ke dalam empat komponen yaitu konten,
process, konteks dan aktor.
 Konten
Konten kebijakan berhubungan dengan teknis dan institusi. Contoh aspek teknis adalah
penyakit diare, malaria, typus, promosi kesehatan. Aspek insitusi adalah organisasi publik
dan swasta. Konten kebijakan memiliki empat tingkat dalam pengoperasiannya yaitu:
1. Sistemik atau menyeluruh di mana dasar dari tujuan dan prinsip-prinsip diputuskan.
2. Programatik adalah prioritas-prioritas yang berupa perangkat untuk mengintervensi
dan dapat dijabarkan ke dalam petunjuk pelaksanaan untuk pelayanan kesehatan.
3. Organisasi di mana difokuskan kepada struktur dari institusi yang bertanggung jawab
terhadap implementasi kebijakan.
4. Instrumen yang menfokuskan untuk mendapatkan informasi demi meningkatkan
fungsi dari sistem kesehatan.
 Proses
Proses kebijakan adalah suatu agenda yang teratur melalui suatu proses rancang dan
implementasi. Ada perbedaaan model yang digunakan oleh analis kebijakan antara lain:
1. Model perspektif (rational model) yaitu semua asumsi yang mengformulasikan
kebijakan yang masuk akal berdasarkan informasi yang benar.
2. Model incrementalist (prioritas pilihan) yaitu membuat kebijakan secara pelan dan
bernegosiasi dengan kelompok-kelompok yang berminat untuk menyeleksi kebijakan
yang diprioritaskan.
3. Model rational (mixed scanning model) di mana penentu kebijakan mengambil
langkah mereview secara menyeluruh dan membuat suatu negosiasi dengan
kelompok-kelompok yang memprioritaskan model kebijakan.
4. Model puncuated equilibria yaitu kebijakan difokuskan kepada isu yang menjadi
pokok perhatian utama dari penentu kebijakan.
 Konteks
Konteks kebijakan adalah lingkungan atau setting di mana kebijakan itu dibuat dan
diimplementasikan (Kitson, Ahmed, Harvey, Seers, Thompson, 1996).
1. Faktor-faktor yang berada di dalamnya antara lain politik, ekonomi, sosial dan kultur
di mana hal-hal tersebut sangat berpengaruh terhadap formulasi dari proses kebijakan
(Walt, 1994).
2. Ada banyak lagi bentuk yang dikategorikan ke dalam konteks kebijakan yaitu peran
tingkat pusat yang dominan, dukungan birokrasi dan pengaruh aktor-aktor
international juga turut berperan.
 Aktor
Aktor adalah mereka yang berada pada pusat kerangka kebijakan kesehatan. Aktor-aktor
ini biasanya memengaruhi proses pada tingkat pusat, provinsi dan kabupaten/kota.
Mereka merupakan bagian dari jaringan, kadang-kadang disebut juga mitra untuk
mengkonsultasi dan memutuskan kebijakan pada setiap tingkat tersebut (Walt, 1994).
Hubungan dari aktor dan peranannya (kekuasaannya) sebagai pengambil keputusan
adalah sangat tergantung kepada kompromi politik, daripada dengan hal-hal dalam debat-
debat kebijakan yang masuk diakal (Buse, Walt and Gilson, 1994).
Pembuatan kebijakan yang baik merupakan salah satu indikator kehandalan sebuah
pemerintahan. Hallsworth, dkk. (2001) menggambarkan model profesional dalam pembuatan
kebijakan dengan karakteristik sebagai berikut:
1. Memperhatikan dan mempertimbangkan lingkungan kebijakan atau dengan kata lain
memperhatikan faktorfaktor eksternal dalam proses pembuatan kebijakan (outward
looking).
2. Terbuka terhadap ide dan solusi yang baru (inovatif, kreatif dan fleksibel).
3. Menggunakan data-data dan fakta-fakta dari berbagai sumber dan melibatkan
stakeholders kunci dalam pembuatan kebijakan (evidence-based).
4. Selalu memperhatikan dampak kebijakan terhadap semua pihak yang terkait baik
secara langsung maupun tidak langsung (inclusive).
5. Membangun sistem evaluasi dari awal proses kebijakan (evaluasi).
6. Selalu melakukan review terhadap kebijakan untuk memastikan keterkaitannya
dengan masalah yang diselesaikan dan mengenali masalah serta dampak sejak awal
(review).
7. Belajar dari pengalaman kebijakan yang berhasil dan yang gagal (learns lessons).
Selain karakter di atas kebijakan publik yang baik harus juga memiliki karakter forward
looking (mengarah pada outcome dan mempertimbangkan dampak jangka panjang), joined up
(proses perumusannya dikelola dengan baik, holistic view, berkoordinasi dengan institusi yang
lain), serta communication (dalam proses perumusan juga mempertimbangkan strategi
mengkomunikasikan kepada publik).

Anda mungkin juga menyukai