Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH MANAJEMEN PERUBAHAN

“KEBIJAKAN PERUBAHAN”
Dosen : Ibu Nuri Islami, M.SI

Disusun Oleh :

Rizka Salsabila 0506202198

Sovy Muti Ardianty Hsb 0506202186

Sy Haura Munawwarah 0506202129

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
T.A 2022/2023
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................................... 1

A. LATAR BELAKANG .......................................................................................... 1

B. RUMUSAN MASALAH ...................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................................... 3

A. FUNGSI DAN ISI KEBIJAKAN ........................................................................ 3

B. PERUMUSAN PROGRAM PROGRAM PERUBAHAN ................................... 5

C. PENGEMBANGAN DAN PENJABARAN PROGRAM PERUBAHAN ........ 10

BAB III PENUTUP ............................................................................................................ 12

A. KESIMPULAN .................................................................................................. 12

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 13


BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Winardi (2001) menyatakan, manajemen perubahan adalah upaya yang ditempuh manajer
untuk memanajemen perubahan secara efektif, dimana diperlukan pemahaman tentang
persoalan motivasi, kepemimpinan, kelompok, konflik, dan komunikasi. Dapat disimpulkan
bahwa manajemen perubahan adalah suatu upaya yg dilakukan manajemen guna melakukan
perubahan berencana dengan menggunakan jasa/ bekerjasama dengan
intervenis/ konsultan. Agar organisasi tersebut tetap survive dan bahkan mencapai puncak
perkembangannya.
Perubahan pada dasarnya bukanlah menerapkan teknologi, metode, struktur, atau
manajer-manajer baru. Perubahan pada dasarnya adalah mengubah cara manusia dalam
berpikir dan berperilaku” (Kasali, 2007). Dari pernyataan tersebut dapat diambil makna
bahwa manusia pada hakikatnya senantiasa “berubah” sesuai dengan tuntutan perubahan.
Perubahan manusia tersebut seperti perubahan pola pikir, sikap, perilaku, sistem, nilai,
metode bekerja dan sebagainya. Namun tidak banyak individu maupun organisasi menyukai
adanya perubahan, namun perubahan tak bisa dihindari, yakni harus dihadapi. Oleh karena
itu diperlukan satu pengelolaan perubahan agar proses dan dampak dari perubahan tersebut
dapat diarahkan pada titik perubahan yang positif yakni manajemen perubahan.
Perubahan dalam organisasi dapat berupa perubahan radikal maupun perubahan
incremental. "Perubahan radikal dapat merubah komponen sistem dalam organisasi,
sedangkan perubahan incremental merupakan perubahan yang terjadi secara terus menerus
dan dampaknya kecil karena merupakan perubahan yang biasa dalam organisasi".

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa saja fungsi dan isi dari kebijakan ?
2. Bagaimana merumuskan program-program kebijakan ?
3. Bagaimana penjabaran program kebijakan ?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Fungsi dan Isi Kebijakan

Menurut Fredrich dalam Agustino (2017: 166), kebijakan adalah serangkaian


tindakan atau kegiatan yang diusulkan oleh seseorang, kelompok, atau pemerintah
dalam suatu lingkungan tertentu dimana terdapat hambatan hambatan (kesulitan-
kesulitan) dan kemungkinan- kemungkinan (kesempatan kesempatan) dimana
kebijakan tersebut diusulkan agar berguna dalam mengatasinya untuk mencapai tujuan
yang dimaksud. Sementara itu, Anderson dalam Agustino (2017: 17) mendefinisikan
kebijakan publik sebagai serangkaian kegiatan yang mempunyai tujuan tertentu yang
diikuti dan dilaksanakan oleh seorang atau sekelompok aktor yang berhubungan dengan
permasalahan atau sesuatu hal yang diperhatikan. Kebijakan dapat pula dipandang
sebagai sistem. Sistem adalah serangkaian bagian yang saling berhubungan dan
bergantung dan diatur dalam aturan tertentu untuk menghasilkan satu kesatuan.

Menurut Dunn (1994), sistem kebijakan (policy system) mencakup hubungan


timbal balik dari tiga unsur, yaitu kebijakan publik, pelaku kebijakan dan lingkungan
kebijakan. Centers for Disease Control and Preventing (CDC, 2013) mengartikan
kebijakan sebagai sebuah peraturan, hukum, prosedur, tindakan administratif,
dorongan, atau praktik yang dibuat secara sadar oleh sebuah badan atau instansi.
Menurut Eulau dan Prewitt (1973), kebijakan adalah ketetapan yang berlaku yang
dicirikan oleh perilaku yang konsisten dan berulang, baik dari yang membuatnya
maupun yang mentaatinya. Titmus (1974) mendefinisikan kebijakan sebagai prinsip-
prinsip yang mengatur tindakan yang diarahkan kepada tujuan-tujuan tertentu
(Ayuningtyas, 2015).

Cara paling sederhana dengan memanfaatkan manajemen perubahan. Karena secara


umum fungsi dan tujuan kebijakan dan perubahan selaras dengan hal tersebut. Berikut
ini fungsi dari kebijakan dalam manajemen perubahaan sebagai berikut :
1. Membantu sebuah perusahaan atau orgnisasi untuk tetap pada anggaran yang
sudah direncanakan
2. Membantu meningkatan serta memenuhi tujuan proyek yang sedang perusahaan
atau organisasi kerjakan.
3. Membantu sebuah perusahaan atau organisasi kerjakan.

4. Membantu sebuah perusahaan atau organisasi untuk tetap sesuai dengan jadwal

5. Membantu mengadopsi atau mengambil sisi kebijakan dengan lebih cepat,


terampil serta lengkap
6. Membantu karyawan untuk tetap bisa teeribat dalam kebijakan perusahaan atau
organisasi yang mengganggu.

Selain fungsi dan kebijakan perubahan mananjemen terdapat juga manfaat dari
kebijakan yang diterapkan :

1. Menilai dan memahami kebutuhan serta dampak kebijakan

2. Menyelaraskan sumber daya dalam bisnis untuk mendukung perubahan kebijakan

3. Mengelolaa beragam biaya kebijakan

4. Mengurangi waktu yang dibutuhkan untuk menerapkan kebijakan

5. Membantu staf atau karyawan memahami proses kebijakan

6. Merencanakan dan melaksanakan strategi komunikasi yang efektif

7. Meningkatkan Kerjasama dan kolaborasi dalam bisnis

8. Memelihara serta meningkatan prokduktivitas, moral, dan efisiensi kinerja

9. Meminimalkan kemungkinan kegagalan dalam kebijakan

10. Mengurangi stress dan kecemasa yang terkait dengan kebijakan perubahan

ISI KEBIJAKAN

William Dunn dalam Ayuningtyas (2014: 16) mengatakan bahwa isi strategi terdiri
dari serangkaian pilihan mengenai usaha-usaha yang terbuka (termasuk pilihan untuk
tidak melakukan sesuatu) yang dibuat oleh pemerintah/organisasi dan pihak- pihak
yang berwenang. Isi kebijakan membahas berbagai masalah publik di berbagai bidang,
termasuk pertahanan, keamanan, energi, kesehatan, edukasi, kesejahteraan, dan
sebagainya. Menurut William N. Dunn melalui 5 tahap yang meliputi :

1. Tahap Perumusan Masalah Menggambarkan kondisi-kondisi yang menyebabkan


timbulnya masalah.

2. Tahap Peramalan memberikan informasi tentang hasil potensial dari berbagai


alternatif kebijakan, termasuk tidak adanya kebijakan.

3. Tahap Rekomendasi Kebijakan merekomendasikan alternatif kebijakan dengan


manfaat bersih tertinggi dan memberikan informasi mengenai manfaat bersih
dari masing-masing alternatif.

4. Tahap Pemantauan Kebijakan menyediakan data mengenai dampak saat ini dan
di masa lalu, termasuk hambatan-hambatan dalam pelaksanaan alternatif
kebijakan.

5. Tahap Pengevaluasian Kebijakan menyediakan data mengenai kinerja atau hasil


dari suatu kebijakan.

B. Perumusan Program – Program Perubahan

1. Melakukan Pemetaan Terhadap Stakeholders (Pemangku Kepentingan)

Pemangku kepentingan memiliki kekuatan, posisi penting, dan pengaruh terhadap isu
yang berkaitan dengan perubahan. Oleh karena itu, di dalam Reformasi Birokrasi yang
mengusung sejumlah perubahan yang signifikan, sangat penting bagi
Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah mengenali para pemangku kepentingan
berikut kebutuhannya. Pemangku kepentingan dapat dibagi menjadi:

a. Pemangku kepentingan utama

Pemangku kepentingan utama adalah pihak yangmemiliki kaitan kepentingan secara


langsung dengan suatu kebijakan, program, dan proyek. Mereka harus ditempatkan
sebagai penentu utama dalam proses pengambilan keputusan;

b. Pemangku kepentingan pendukung

Pemangku kepentingan pendukung adalah pihak yang tidak memiliki kaitan


kepentingan secara langsung terhadap suatu kebijakan, program, dan proyek, tetapi
memiliki kepedulian dan keprihatinan sehingga mereka turut bersuara dan
berpengaruh terhadap sikap masyarakat dan keputusan pemerintah;

c. Pemangku kepentingan kunci

Pemangku kepentingan kunci adalah pihak yang memiliki kewenangan secara resmi
dalam hal pengambilan keputusan. Pemangku kepentingan kunci yang dimaksud
adalah pengambil keputusan di Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah.
(Permenpan, 2011)

2. Mengidentifikasi Resistensi/Penolakan

a. Pengertian Resistensi

Dalam penelitian (Boohoene and Williams: 2012) Resistensi dikatakan sebagai


penghambat dalam organisasi karena meghindari perubahan dan mengganggu
keberhasilan implementasi perubahan dalam bentuk saat ini. Ketika perubahan
diperkenalkan dalam organisasi, itu menghasilkan serangkaian reaksi karena
ketidakpastian yang melekat atau insentif yang mengubah pola perilaku manusia seperti
kecemasan.

b. Faktor-Faktor Resistensi

Menurut Pandangan Ahli Resistensi menurut Amstrong (2015:106) menyebutkan


sedikitnya 8 (delapan) penyebab resistensi terhadap perubahan:

1. Keterkejutan akan sesuatu yang baru menyebabkan kecurigaan. Hal tersebut akan
mengganggu rutinitas yang sudah akrab dengan mereka

2. Ancaman terhadap status dan keterampilan

3. Ketidakpastian; perubahan mengkhawatirkan karena ketidakpastian mengenai


kemungkinan dampaknya.

4. Kekuatan bersaing; keprihatinan tentang kemampuan untuk mengatasi tuntutan baru


atau memperoleh keterampilan baru

5. Ketidaknyamanan; perubahan akan membuat hidup lebih sulit

6. Ancaman bagi hubungan interpersonal apa pun yang mengganggu hubungan social,
adatdan standar kelompok akan ditolak

7. Symbol ketakutan; perubahan kecil dapat mempengaruhi hal yang mungkin lebih besar,
terutama ketika orang tidak yakin tentang seberapa jauh perubahan akan terjadi.

8. Ketakutan ekonomi akan uang yang mungkin akan hilang, ancaman terhadap
keamanankerja. (Lumbantoruan, 2021)

3. Mengenali Besaran Perubahan Yang Diinginkan

Untuk mengetahui seberapa besar upaya yang harus dilakukan oleh tim manajemen
perubahan dalam mengelola perubahan, maka perlu dikenali dan diukur seberapa besar
perubahan yang diinginkan.

Beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan dalam mengukur besaran perubahan:

a. Seberapa kompleks perubahan yang akan dilakukan;

b. Seberapa mudah diprediksi solusi perubahan yang akan diberikan;

c. Seberapa mampu Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah untuk melaksanakan


perubahan;

d. Seberapa mendesak (urgent) perubahan yang diinginkan

Cara menilai besaran perubahan dapat dilakukan melalui beberapa metode, antara lain:
a. Studi dokumen, bila pernah terjadi perubahan sebelumnya; dan

b. Focused group discussion. (Permenpan, 2011)

4. Melakukan Asesmen Kesiapan Organisasi Untuk Berubah

Jones et al., (2005) berpendapat bahwa konsep kesiapan untuk berubah dapat
didefinisikan sebagai tingkatan dimana para karyawan memegang pandangan yang
positif mengenai kebutuhan perubahan organisasional (penerimaan terhadap peru-
bahan), dan juga tingkatan dimana para karyawan meyakini bahwa perubahan
semacam itu akan memberikan manfaat baik bagi mereka maupun organisasi. Tingkat
dari kesiapan tersebut bisa berbeda-beda tergantung dari karakteristik situasional
perubahan. Perbedaan tingkat kesiapan untuk berubah terwujud melalui sikap-sikap
dan keyakinan-keyakinan ter-tentu mengenai kebutuhan untuk berubah, kesesuaian
atau ketepatan dari perubahan, dukungan manajemen terhadap perubahan, dan
kebermanfaatan dari perubahan.

Menurut Armenakis dan Harris (2009), terbentuknya keyakinan, sikap dan intensi
tersebut merupakan hasil dari lima persepsi atau keyakinan, yaitu bahwa:

a. Perubahan memang perlu untuk dilakukan karena terdapat perbedaan/kesenjangan


antara kondisi sekarang dengan yang diinginkan/seharusnya (discrepancy). Persepsi
ini menumbuhkan kesadaran akan perlunya dilakukan perubahan. Hal ini
meningkatkan tingkat penerimaan terhadap rencana perubahan, dan moti-vasi untuk
bertindak sesuai dengan perannya dalam perubahan tersebut.

b. Perubahan tersebut merupakan suatu perubahan yang tepat (appropriateness).


Persepsi ini dapat menumbuhkan keya-kinan bahwa mereka melakukan sesuatu yang
benar dan pasti serta meningkatkan rasa percaya diri terhadap kemampuan mereka.

c. Organisasi dan individu di dalamnya memiliki kemampuan untuk menghadapi


perubahan tersebut (efficacy). Keyakinan terhadap hal tersebut akan meningkatkan
motivasi dan lebih mau untuk mem-berikan usaha yang lebih dari yang diharapkan,
sehingga meningkatkan efektivitas usaha perubahan.

d. Terdapat dukungan yang memadai dari para pemimpin organisasi (principal


support). Persepsi ini menegaskan adanya komitmen dari pimpinan, yang kemudian
menurunkan rasa ketidakpastian yang terjadi karena perubahan serta meningkatan
komitmen untuk mencapai tujuan perubahan.

e. Perubahan akan memberikan manfaat/keuntungan bagi mereka (valence).Manfaat


yang jelas baik itu jangka pendek maupun panjang dan seberapa menarik manfaat
tersebut bagi para anggota organisasi tentu saja akan berpengaruh terhadap komitmen
anggota organisasi untuk berubah. (Purwoko, 2017)

5. Mengembangkan Strategi Perubahan

Ada beberapa jenis strategi manajemen perubahan. Jenis-jenis strategi manajemen


perubahan antara lain adalah :

1. Political strategy : Pemahaman mengenai struktur kekuasaan yang terdapat dalam sistem
sosial.

2. Economic Strategy : Pemahaman dalam memegang posisi pengaturan sumber ekonomik,


yaitu memegang posisi kunci dalam proses perubahan berencana.

3. Academic Strategy : Pemahaman bahwa setiap manusia itu rasional, yaitu setiap orang
sebenarnya akan bisa menerima perubahan, manakala kepadanya disodorkan data yg dapat
diterima oleh akal sehat (Rasio).

4. Enginering Strategy : Pemahaman bahwa setiap perubahan menyangkut setiap manusia.

5. Military Strategy : Pemahaman bahwa perubahan dapat dilakukan dengan kekerasan/


paksaan.

6. Confrontation Strategy : Pemahaman jika suatu tindakan bisa menimbulkan kemarahan


seseorang, maka orang tersebut akan berubah.

7. Applied behavioral science Model : Pemahaman terhadap Ilmu perilaku.

8. Followship Strategy : Pemahaman bahwa perubahan itu dapat dilakukan itu dapat
dilakukan dengan mengembangkan prinsip kepengikutan. (Muhammad Arifin, 2017)

C. PENGEMBANGAN DAN PENJABARAN PROGRAM PERUBAHAN

Dalam kegiatan perubahan organisasi dapat dilakukan dengan berbagai macam program
atau metode yang pada dasarnya dikelompokkan dalam 2 macam, yaitu programperubahan
perilaku, dan program perubahan keterapilan dan sikap (Ratminto, Atik 2006:52)
1. Program Perubahan Perilaku

Program perubahan prilaku merupakan suatu program dengan tujuan untuk menyelidiki
secara menyeluruh proses perilaku kelompok atau individu. Ada beberapa cara untuk
mencapai hal ini. Adapun program perubahan perilaku dibedakan menjadi beberapa
macam yaitu:
a. Jaringan Organisasi: Jaringan Manajerial adalah program pengembangan
organisasiberbasis jaringan material yang berfokus pada kemampuan pemimpin
untuk menyeimbangkan antara produksi dan manusia. Dalam hal ini, pemimpin
perlu memperhatikan orang-orang dan produksi.

b. Pendidikan Kepekaan: adalah latihan yang dilakukan dalam kelompok.


Kepekaan didefinisikan dalam program ini sebagai kepekaan terhadap diri
sendiri dan hubungan dengan orang lain. Premis dari program ini adalah bahwa
kelompok orang yang harus mencapai tujuan kesulitan disebabkan oleh masalah
emosional mereka.

c. Pengembangan tim: Ini adalah salah satu program perubahan organisasi yang
menggunakan metode intervensi yang dikenal sebagai pengembangan tim untuk
meningkatkan perilaku kelompok. Pembentukan tim yang efektif adalah tujuan
dari pengembangan perilaku kelompok.

Survei untuk mendapatkan umpan balik: Program ini bertujuan untuk


mengumpulkan informasi dari anggota organisasi. Perilaku, sikap, dan perasaan lain
dari setiap anggota organisasi dimasukkan ke dalam data.

Tujuan dari program pelatihan berkelanjutan ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan,
kemampuan, dan sikap anggota organisasi. Oleh karena itu, istilah "pelatihan" mengacu pada
proses peningkatan pengetahuan, keahlian, keterampilan, dan sikap perilaku anggota
organisasi. Pelatihan di tempat kerja, pelatihan instruksi kerja, pelatihan di luar tempat kerja,
dan pelatihan di tempat kerja tiruan merupakan metode-metode untuk mengimplementasikan
program pelatihan.

1. Pendidikan di Tempat Kerja: pelatihan di tempat kerja di tempat kerja yang


sesungguhnya. Anggota organisasi belajar untuk melakukan tugas-tugas secara
lebih efektif melalui pelatihan ini. Jika dibandingkan dengan pelatihan yang
diberikan di luar tempat kerja, keuntungan pelatihan di tempat kerja antara lain
adalah bahwa pelatihan ini sangat hemat biaya karena para peserta tetap
produktif selama mereka mengikuti dan menjalankan pelatihan. Selain itu, tidak
seperti pelatihan yang diberikan di luar tempat kerja, pencapaian anggota
organisasi tidak akan berkurang atau hilang. Ketika peserta pelatihan kembali
ke tempat kerja masing-masing setelah pelatihan di luar tempat kerja, beberapa
pencapaian akan hilang.

2. Pelatihan untuk Pekerjaan: Pelatihan Metode Kerja (pelatihan yang berkaitan


dengan penyederhanaan pekerjaan) dan Pelatihan Hubungan Kerja (pelatihan
yang berkaitan dengan faktor manusia dalam pekerjaan sehari-hari) adalah dua
jenis pelatihan yang diberikan kepada peserta pelatihan ketika mereka pertama
kali diperkenalkan dengan pekerjaan.

3. Pelatihan di luar tempat kerja: Ini adalah pelatihan di luar tempat kerja. Motivasi
peserta pelatihan untuk lebih memahami materi adalah salah satu manfaat dari
pelatihan ini karena mereka tidak diharuskan untuk menyelesaikan pekerjaan
apa pun selama pelatihan. Pelatihan di Dunia Nyata: adalah instruksi yang
diberikan di tempat kerja yang disimulasikan. Biasanya, pelatihan ini diberikan
kepada orang-orang yang bekerja di lingkungan yang memiliki banyak risiko.
Peserta diharapkan dapat belajar lebih banyak tentang metode kerja yang efektif
melalui latihan ini.
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Menurut Dunn (1994), sistem kebijakan (policy system) mencakup hubungan timbal balik
dari tiga unsur, yaitu kebijakan publik, pelaku kebijakan dan lingkungan kebijakan. fungsi dari
kebijakan dalam manajemen perubahaan sebagai berikut :

1. Membantu sebuah perusahaan atau orgnisasi untuk tetap pada anggaran yang sudah
direncanakan

2. Membantu meningkatan serta memenuhi tujuan proyek yang sedang perusahaan atau
organisasi kerjakan.

3. Membantu sebuah perusahaan atau organisasi kerjakan.

4. Membantu sebuah perusahaan atau organisasi untuk tetap sesuai dengan jadwal

5. Membantu mengadopsi atau mengambil sisi kebijakan dengan lebih cepat, terampil serta
lengkap

6. Membantu karyawan untuk tetap bisa teeribat dalam kebijakan perusahaan atau organisasi yang
mengganggu.
DAFTAR PUSTAKA

Ratminto dan Atik Septi Winarsih. (2006). Manajemen Pelayanan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

PERMENPAN, 2011, Pedoman Pelaksanaan Manajemen Perubahan, Kementrian


Pendayagunaan aparatur negara dan reformasi birokrasi

Lumbantoruan Cryzelda, 2021, FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN RESISTENSI


TERHADAP PERUBAHAN ORGANISASI DI PT.PERTAMINA (PERSERO)
INTEGRATED TERMINAL BITUNG, Jurnal EMBA 9(1): 914-922

Purwoko Anang, 2017, KESIAPAN UNTUK BERUBAH DALAM REFORMASI


BIROKRASI DI INDONESIA, Jurnal BKN 11(2): 27-38

Arifin Muhammad, 2017, STRATEGI MANAJEMEN PERUBAHAN DALAM


MENINGKATKAN DISIPLIN DI PERGURUAN TINGGI, Jurnal Editech 3(1):117-132

Jesmen manurung, dkk, 2021, KEBIJAKAN DAN MANAJEMEN PELAYANAN


KESEHATAN, Yayasan Kita Menulis

Deby Eka Putri, dkk, 2021, MANAJEMEN PERUBAHAN, Jawa Barat: Widina Bakti Persada
Bandung

Agus Arijanto, 2018, MANAJEMEN PERUBAHAN, Jakarta: Halaman Moeka Publishin

Anda mungkin juga menyukai