Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

PROSES KEBIJAKAN

Memenuhi Salah Satu Syarat Mengikuti

Perkuliahan Manajemen kebijakan pendidikan islam


Dosen Pengampu: dr.saifudin s.ag
Asisten dosen:

Disusun Oleh Kelompok 2 :

Liya zaki assa (12210323622)


Kurniawati fitri indriyani (12210323501)
Rani Aulia Syafitri (12210320842)
Putri puja lestari (12210320917)
Halimah tusakdiyah (12210323623)
Wella Aldia (12210323187)
Adlin Wahyu Supriadi (12210314385)
Nur Fajri (12210314579
M. Fathul (12210315476)
Edi Firmansyah (12210315064)
Ali Gufron (12210315714)

MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SULTAN SYARIF KASIM RIAU

T.A 2024
ii
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT. karena atas taufik dan
rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang "proses kebijakan".
Shalawat serta salam senantiasa kita sanjungkan kepada junjungan kita, Nabi
Muhammad Saw, keluarga, sahabat, serta semua umat-Nya hingga kini, dan
semoga kita termasuk dari golongan yang kelak mendapatkan syafaat-Nya.

Dalam kesempatan ini, kami ingin mengucapkan terima kasih kepada


semua pihak yang telah berkenan membantu pada tahap penyusunan hingga
selesainya makalah ini. Harapan kami semoga makalah yang telah tersusun ini
dapat bermanfaat dan bisa dijadikan sebagai salah satu rujukan maupun pedoman
bagi para pembaca, serta menambah wawasan.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah manajemen sarana dan prasarana

Pekanbaru, 07 maret 2024

Kelompok 2

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................

DAFTAR ISI.......................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................

A. Latar belakang................................................................................................................

B. Rumusan masalah...........................................................................................................

C. Tujuan penulisan

BAB II PEMBAHSAN......................................................................................................

A. Pengertian proses kebijakan....................................................................................


B. Proses pembuatan kebijakan
C. Agenda perumusan kebijakan
D. Teori perumusan kebijakan dalam pendidikan........................................................
E. Aktor - aktor perumusan kebijakan

BAB III PENUTUP...........................................................................................................

A. Kesimpulan..............................................................................................................
B. Saran........................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kebijakan pendidikan merupakan bagian dari kebijakan publik
yaitu sebuah aturan dan juga keputusan yang dibuat oleh pihak tertentu
(pemerintah) berdasarkan beberapa pertimbangan guna mengatur atau
mengelola Sumber Daya Alam (SDA) dan Sumber Daya Manusia (SDM)
demi kepentingan umum, masyarakat. penduduk dan pihak-pihak yang
terlibat agar diperoleh hasil yang optimal (Kamars, 2017, p. 63).
Kebijakan yang telah dibuat melalui tahapan-tahapan diantaranya
pembuatan suatu kebijakan, berawal dari perencanaan, agenda kebijakan,
latar belakang sebuah kebijakan dibuat, dan dilanjutkan pengesahan lalu
ke tahap pelaksanaan atau implementasi, dan berakhir dengan penilaian
(Simatupang, 2017. p. 7).
Dalam kehidupan, pendidikan merupakan hal yang sangat penting
bagi manusia baik dari kalangan anak-anak, remaja, maupun dewasa,
sebab pendidikan merupakan tolok ukur yang akan membawa manusia
kearah masa depan. Dengan adanya pendidikan itu sendiri kita dapat
mengetahui kepentingan dalam perkembangan pada diri manusia yang
meliputi tingkah laku, sifat, sikap, watak, yang semua itu akan sangat
mempengaruhi dan berdampak pada diri manusia, serta bangsa dan Negara

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian proses kebijakan?
2. Bagaimana proses pembuatan kebijakan?
3. Bagaimana agenda perumusan pendidikan dan kebijakan?
4. Apa saja teori perumusan kebijakan dalam pendidikan?
5. Apa saja aktor - aktor perumusan kebijakan?

1
C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui pengertian proses kebijakan
2. Untuk mengetahui bagaimana proses pembuatan kebijakan
3. Untuk mengetahui agenda perumusan pendidikan dan kebijakan
4. Untuk mengetahui teori - teori perumusan kebijakan dalam pendidikan
5. Untuk mengetahui aktor - aktor perumusan kebijakan

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Proses Pembuatan kebijakan


Proses adalah serangkaian langkah atau tahapan yang diikuti untuk
mencapai tujuan tertentu. Ini melibatkan urutan kegiatan yang terorganisir
dan terstruktur yang dilakukan untuk mencapai hasil yang diinginkan.
Proses dapat diterapkan dalam berbagai konteks, seperti bisnis,
manufaktur, administrasi, pendidikan, dan banyak lagi.Proses memiliki
beberapa karakteristik penting, antara lain:
1. Urutan langkah: Proses melibatkan serangkaian langkah yang
diikuti secara berurutan. Setiap langkah memiliki peran dan tujuan
tertentu dalam mencapai hasil akhir.
2. Terorganisir: Proses harus terorganisir dengan baik, dengan
langkah-langkah yang jelas dan terdefinisi dengan baik. Ini
memungkinkan orang yang terlibat dalam proses untuk memahami
apa yang harus dilakukan dan bagaimana melakukannya.
3. Terstruktur: Proses harus memiliki struktur yang jelas, dengan
aturan dan pedoman yang ditetapkan. Ini membantu menjaga
konsistensi dan efisiensi dalam pelaksanaan proses.
4. Menghasilkan output: Proses memiliki tujuan untuk menghasilkan
output atau hasil yang diinginkan. Output ini dapat berupa produk,
layanan, keputusan, atau perubahan yang diinginkan.
5. Terus-menerus: Proses seringkali berulang atau berkelanjutan.
Setelah satu siklus proses selesai, proses dapat dimulai kembali
untuk mencapai hasil yang lebih baik atau untuk mencapai tujuan
yang berbeda.Proses dapat diidentifikasi, dianalisis, dan
ditingkatkan untuk mencapai efisiensi, kualitas, dan hasil yang
lebih baik. Dalam banyak kasus, proses juga melibatkan partisipasi

3
dan kerjasama antara individu atau kelompok yang terlibat dalam
proses tersebut.
Kebijakan adalah seperangkat prinsip, aturan, atau panduan yang
dirancang untuk membimbing tindakan atau pengambilan keputusan
dalam mencapai tujuan tertentu. Kebijakan dapat diterapkan dalam
berbagai konteks, termasuk pemerintahan, bisnis, organisasi, atau
masyarakat secara keseluruhan. Tujuannya adalah untuk memberikan arah,
mengatur perilaku, atau mengatasi masalah tertentu dengan cara yang
terstruktur dan konsisten. Kebijakan dapat bersifat formal, seperti
peraturan hukum atau kebijakan perusahaan, atau informal, seperti norma
sosial atau kebiasaan yang diikuti dalam suatu kelompok.
Maka dari itu Proses kebijakan adalah serangkaian langkah atau
tahapan yang diikuti dalam merumuskan, mengevaluasi, dan menerapkan
kebijakan. Ini melibatkan identifikasi isu, penelitian, pembuatan alternatif
kebijakan, analisis dampak, pembuatan keputusan, dan implementasi
kebijakan tersebut. Tujuannya adalah untuk mencapai sasaran tertentu atau
mengatasi masalah tertentu dengan cara yang terstruktur dan efektif.proses
yang meliputi kegiatan perencanaan, penyusunan, pelaksanaan dan
evaluasi kebijakan.

B. Proses Pembuatan kebijakan


Dalam proses pembuatan kebijakan ada satu tahapan penting yang
harus dilaksanakan yaitu implementasi kebijakan. Implementasi kebijakan
merupakan sebuah proses dalam menerapkan kebijakan yang telah
diesepakati dari beberbagai alternatif kebijakan yang telah di desain.Jika
dikaitkan dengan kebijakan pendidikan maka implementasi kebijakan
pendidikan merupakan penerapan kebijakan pendidikan yang telah
diputuskan bersama dari berbagai alternatif kebijakan pendidikan
lainnya.Implementasi kebijakan pendidikan merupakan keseluruhan
kegiatan yang dilaksanakan oleh individu maupun sekelompok pemangku
kepentingan untuk menerapkan kebijakan dalam mencapai tujuan

4
pendidikan.Maka dapat disimpulkan bahwa implementasi kebijakan
pendidikan merupakan aktivitas dalam menerapkan kebijakan yang telah
disepakati yang berguna untuk mencapai tujuan pendidikan.Dalam proses
implementasi kebijakan akan terlihat kendala atau permasalahan yang
dihadapi dalam pencapain tujuan pendidikan.
Dari semua rangkaian perumusan kebijakan pendidikan, maka
proses implementasi ini lah yang menjadi tahapan yang lebih rumit dan
kompleks. Hal ini dikarenakan perlunya kerjasama yang kuat antar elemen
yang ada baik dari pihak pusat maupun elemen daerah.Proses
implementasi kebijakan pendidikan terdiri umumnya menggunakan empat
pendekatan yaitu:
1. Pendekatan struktural. Pada hakikatnya pendekatan struktural
bersifat top down. Pendekatan ini memandang bahwa perancangan,
pengimplementasian dan proses evaluasi kebijakan pendidikan
dilakukan secara struktutral serta sesuai dengan tingkatan maupun
tahapannya,Sehingga jika diamati bahwa pendekatan ini lebih
bersifat birokratis dan cendrung kaku
2. Pendekatan prosedural dan manajerial. Pendekatan prosedural dan
manjerial lebih mementingkan prosedur dan teknik yang tepat
dalam mengembangkan kebijakan dibandingkan penantaan struktur
pelaksana. Sehingga pendekatan ini membutuhkan alat teknologi
dalam proses pengimplementasian kebijakan
3. Pendekatan perilaku. Pendekatan perilaku memandang bahwa
pelaksana kebijakan adalah prilaku manusia.Implementasi
kebijakan pendidikan akan terlaksana dengan baik apabila manusia
juga memiliki prilaku yang baik
4. Pendekakatan politik. Pendekatan politik lebih memfokuskan
faktor politik penguasa dalam mempermudah maupun
memperhambat penerapan kebijakan pendidikan.Pendekatan ini
cendrung mempertimbangkan kenyataan politik yang terjadi.

5
Kemudian Proses pembuatan kebijakan melibatkan serangkaian langkah
atau tahapan yang diikuti dalam merumuskan, mengevaluasi, dan
menerapkan kebijakan baru atau yang telah ada. Ini termasuk:
1) Identifikasi Masalah: Mengidentifikasi isu atau masalah yang
memerlukan perhatian kebijakan.
2) Penelitian: Melakukan penelitian menyeluruh terkait isu tersebut
untuk memahami konteks, dampak, dan alternatif solusi.
3) Pembuatan Alternatif Kebijakan: Mengembangkan berbagai opsi
kebijakan sebagai respons terhadap isu yang diidentifikasi.
4) Analisis Dampak: Menilai potensi konsekuensi dan dampak dari
setiap alternatif kebijakan.
5) Pengambilan Keputusan: Menentukan kebijakan yang paling sesuai
berdasarkan hasil analisis dan pertimbangan.
6) Implementasi: Menyusun rencana pelaksanaan dan menerapkan
kebijakan tersebut dalam praktik.
7) Evaluasi: Melakukan evaluasi terus-menerus terhadap kebijakan
untuk memastikan keefektifan dan melakukan perubahan jika
diperlukan.
Proses ini melibatkan kolaborasi dan komunikasi antara berbagai
pemangku kepentingan untuk mencapai konsensus dan hasil yang
diinginkan.

C. Agenda Perumusan Kebijakan dalam pendidikan


Kebijakan pendidikan berasal dari dua kata yakni “kebijakan” dan
“pendidikan”. Tilaar dan Nugroho merupakan ahli dibidang pendidikan
mempunyai pendapat bahwa kebijakan pendidikan ialah keseluruhan dari
seluruh rangkaian proses yang dilaksanakan serta hasil dari perumusan
mengenai langkah pasti dalam pendidikan, yang merupakan jabaran dari
visi dan misi pendidikan dalam rangka untuk menyongsong pendidikan
dalam menggapai tujuan bersama dalam suatu masa tertentu. Dalam
membuat kebijakan, pada umumnya pemerintah melakukan sebuah

6
perumusan masalah supaya kebijakan tersebut tepat sasaran. Ciri khas dari
perumusan masalah itu sendiri ialah dengan menjabarkan suatu masalah
yang dihadapi dan menperoleh data-data terkait kondisi masalah tersebut
sehingga menyebabkan adanya sebuah kebijakan. Perumusan masalah
kebijakan yang ada di pendidikan ialah dengan mengusulkan serangkaian
tindak nyata dinilai sebagai upaya lebih baik untuk dapat berkompromi
serta otorisasi pengawasan yang salih menerima petuah serta tindakan
kolektif.
Hal tersebut dilakukan agar dapat meminimalisirkan terjadinya
kesalahan pada saat proses perumusan berlangsung. Adapun aktor-aktor
yang ikut serta dalam merumuskan kebijakan pendidikan adalah sebagai
berikut:
1. Legislatif Legislatif merupakan badan yang bertugas untuk membuat
undang-undang dan juga yang merumuskan kebijakan pendidikan.
Legislatif merupakan aktor utamanya dikarenakan pengesahan kebijakan
pendidikan, peraturan pemerintahan, dan juga peraturan daera berada
dibawah kekuasaan legislatif. Aktor yang berperan disini adalah MPR,
DPR, DPD, serta DPRD (Hasbullah, 2015)
2. Eksekutif Eksekutif memegang kekuasaan untuk menerima atau menolak
kebijakan yang telah disusun oleh legislatif dan juga eksekutif mendapat
kebebasan untuk merancang kembali ataupun tidak merancang kembali
dengan sebuah alasan yang rasional. Aktor eksekutif meliputi Presiden,
Gubernur, Mentri, Walikota, Bupati dan juga Kepala Dinas. Mentri
Pendidikan Nasional, Mentri Agama, Dirjen, Kepala Dinas, serta Rektor
merupakan jajaran aktor eksekutif yang bergerak di bidang pendidikan.
(Hasbullah, 2015)
3. Administrator Dalam mencapai tujuan negara administrator mempunyai
peranan yang penting. Administrator mempunyai peran untuk terlibat
dalam merumuskan kebijakan. implementasi, dan juga evaluasi.
4. Partai Politik Partai politik atau sering disebut parpol merupakan sebuah
kelompok yang memiliki sistem organisasi yang baik serta mempunyai

7
misi untuk mengingatkan pemerintahan supaya dapat melakukan program
kerjanya dan memposisikan para anggotanya menduduki jajaran
pemerintahan. Peran partai politik ialah memposisikan anggitanya di
legislatif serta pimpinan negara maupun daerah.
5. Kelompok yang berkepentingan (Interest Group) Kelompok
berkepentingan merupakan sekelompok orang yang memiliki kepentingan
yang sama. Kelompok ini berperan untuk mempengaruhi perumusan
kebijakan supaya kepentingan dari kelompok ini dapat terakomodir.
6. Organisasi Masyrakat Organisasi masyarakat merupakan sekumpulan
orang yang mempunyai visi, misi, dan tujuan yang sama. Organisasi
masyarakat dapat menyuarakan harapannya kepada para perumus
kebijakan formal
7. Perguruan Tinggi Perguruan tinggi merupakan suatu lembaga akademik.
Perguruan tinggi merupakan penampung aspirasi dan harapan rakyat yang
akan di masukkan kepadam butir-butir kebijakan. h. Tokoh Perorangan
Tokoh perorangan terdiri dari berbagai macam bidang seperti pendidikan,
keagamaan, ekonomi, politik, seni, budaya dan lain sebagainya. Dengan
pemikiran yang cerdas, tokoh perorangan dapat memberikan gagasannya
untuk perumus kebijakan. Maka dari itu, tokoh perorangan dapat
langsung berkomunikasi dengan para perumus kebijakan formal.

D. Teori Perumusan Kebijakan dalam pendidikan


Teori perumusan kebijakan dalam pendidikan mencakup
pendekatan dan konsep yang digunakan untuk merancang, mengevaluasi,
dan menerapkan kebijakan pendidikan. Beberapa teori yang relevan
termasuk:
1. Teori Sistem.
Menganggap pendidikan sebagai sistem yang kompleks
dengan berbagai komponen yang saling berinteraksi. Perumusan
kebijakan dalam pendidikan melibatkan pemahaman mendalam
tentang bagaimana berbagai elemen saling terkait.

8
2. Teori Inkrementalisme.
Mengusulkan perubahan kebijakan secara bertahap dan
evolusioner. Perubahan kecil dapat terjadi seiring waktu,
memberikan kesempatan untuk evaluasi dan penyesuaian.
3. Teori Advocacy.
peran kelompok kepentingan atau advokasi dalam
merumuskan kebijakan pendidikan. Berfokus pada pengaruh dan
kampanye untuk memengaruhi proses kebijakan.
4. Teori Implementasi.
Menekankan pentingnya pelaksanaan kebijakan dan
bagaimana faktor-faktor seperti sumber daya, struktur organisasi,
dan dukungan memengaruhi keberhasilan implementasi kebijakan.
5. Teori Kebutuhan dan Pemilihan Rasional.
Menyatakan bahwa kebijakan dipilih berdasarkan evaluasi
rasional dari berbagai alternatif dan dipengaruhi oleh kebutuhan
atau tantangan yang dihadapi.
6. Teori Pilihan Rasional.
Mengasumsikan bahwa kebijakan dipilih berdasarkan
analisis cost-benefit dan pemilihan rasional oleh pembuat
kebijakan untuk mencapai tujuan tertentu.
7. Teori Kritis.
Mengedepankan analisis kritis terhadap kebijakan
pendidikan, menyoroti aspek-aspek keadilan, ketidaksetaraan, dan
kekuasaan yang mungkin terkandung dalam kebijakan tersebut.

Teori-teori ini memberikan kerangka kerja untuk memahami dan


mengevaluasi proses perumusan kebijakan pendidikan, dengan fokus pada
konteks, dampak, dan faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi
kebijakan tersebut.

9
E. Aktor - aktor perumusan kebijakan.
Dalam perumusan kebijakan pendidikan, terdapat berbagai aktor
yang terlibat dalam proses tersebut. Aktor-aktor ini memiliki peran dan
pengaruh yang berbeda dalam merumuskan, mengimplementasikan, dan
mengevaluasi kebijakan pendidikan. Beberapa aktor yang umumnya
terlibat dalam perumusan kebijakan pendidikan meliputi:
1. Pemerintah Pusat.
Pemerintah pusat memiliki peran sentral dalam merumuskan
kebijakan pendidikan. Mereka bertanggung jawab untuk mengembangkan
kerangka kebijakan nasional, menetapkan standar pendidikan,
mengalokasikan sumber daya, dan mengawasi implementasi kebijakan.
2. Lembaga Pendidikan.
Lembaga pendidikan, seperti sekolah, perguruan tinggi, dan
universitas, juga memiliki peran penting dalam perumusan kebijakan
pendidikan. Mereka dapat memberikan masukan, pengalaman, dan
perspektif langsung dari lapangan pendidikan.
3. Pengajar dan Tenaga Pendidik.
Guru dan tenaga pendidik lainnya memiliki pengaruh yang
signifikan dalam perumusan kebijakan pendidikan. Mereka dapat
memberikan wawasan tentang kebutuhan siswa, tantangan pembelajaran,
dan implikasi kebijakan terhadap proses pembelajaran.
4. Organisasi Profesional.
Organisasi profesi pendidikan, seperti serikat guru atau asosiasi
kepala sekolah, berperan dalam mewakili kepentingan dan perspektif para
profesional pendidikan. Mereka dapat berpartisipasi dalam perumusan
kebijakan, memberikan masukan, dan mempengaruhi kebijakan yang
berkaitan dengan profesi mereka.
5. Masyarakat Sipil.
Organisasi masyarakat sipil, termasuk LSM, kelompok
advokasi,dan komunitas lokal, dapat berperan dalam mempengaruhi

10
perumusan kebijakan pendidikan. Mereka dapat menyuarakan kepentingan
masyarakat, mengadvokasi perubahan, dan memberikan masukan dalam
proses kebijakan.
6. Pengambil Keputusan Politik.
Para pengambil keputusan politik, seperti anggota parlemen atau
pejabat pemerintah, memiliki peran dalam menentukan kebijakan
pendidikan. Mereka dapat mempengaruhi agenda kebijakan, mengusulkan
undang-undang, dan memutuskan alokasi sumber daya untuk pendidikan.
7. Pakar dan Peneliti.
Pakar dan peneliti dalam bidang pendidikan memberikan
kontribusi penting dalam perumusan kebijakan. Mereka dapat memberikan
bukti empiris, analisis kebijakan, dan rekomendasi berdasarkan penelitian
dan pengetahuan mereka.
8. Siswa dan Orang Tua.
Siswa dan orang tua juga merupakan aktor penting dalam
perumusan kebijakan pendidikan. Mereka dapat memberikan perspektif
langsung tentang pengalaman belajar, kebutuhan siswa, dan harapan
terhadap sistem pendidikan.
Melibatkan berbagai aktor dalam perumusan kebijakan pendidikan penting
untuk memastikan kebijakan yang lebih inklusif, berimbang, dan responsif
terhadap kebutuhan dan aspirasi semua pemangku kepentingan dalam
pendidikan.

11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan dari proses kebijakan pendidikan mencakup evaluasi terhadap
efektivitas kebijakan yang telah diterapkan, identifikasi area perbaikan
berdasarkan data dan bukti, serta rekomendasi untuk memperkuat atau mengubah
kebijakan yang ada guna meningkatkan mutu dan aksesibilitas pendidikan
bagi semua siswa.

B. Saran
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna. Maka
penulis memohon kepada para pembaca untuk bisa memberikan kami saran yang
sesuai dengan kenyataan kami atau dengan kata lain memberi saran dan kritik
kepada kami sesuai dengan kesalahan kami, karena kita semua tahu bahwa
kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT yang maha kuasa dan manusia hanyalah
tempat salah dan lupa, baik cukup sekian dari makalah kami yang dapat kami
berikan kepada kawan-kawan sekalian,semoga bermanfaat sekian dan terimakasih

12
DAFTAR PUSTAKA

Rahmiyati, Sri “The Effectiveness Of Laboratory Use In Madrasah Aliyah In


Yogyakarta,” Jurnal Penelitian Dan Evaluasi Pendidikan, (2008)
Muldayanti, Nuri Dewi “Managemen Laboratorium Sebagai Pendukung Kegiatan Belar
Mengajar Ipa Biologi,” Jurnal Widya Laksana, (Agustus, 2021)
Kartiasih, Ni Luh Putu “Peranan Laboratorium Pendidikan Untuk Menunjang Proses
Perkuliahan Jurus Keperawatan Gigi Poltekkes Denpasar,” Jurnal Kesehatan
Gigi, (Agustus, 2016)
Emda, Amna “Laboratorium Sebagai Sarana Pembelajaran Kimia Dalam Meningkatkan
Pengetahuan Dan Ketrampilan Kerja Ilmiah,” Jurnal Lantanida, (2017)
Suranto, Manajemen Laboratorium. Yogyakarta: 2020
Dina Salsa Fauzia “Konsep Administrasi Laboratorium Pendidikan Teknologi Kejuruan
di Departemen Teknik Elektro Universitas Negeri Padang,” Jurnal Teknik
Elektro, (2022)

13

Anda mungkin juga menyukai