Dosen pengampu :
Dengan segala rasa syukur dan keikhlasan, kami ingin mengucapkan puji syukur kepada Tuhan
Yang Maha Esa atas berkat, rahmat, dan karunia-Nya yang tak terhingga.
Makalah ini disusun sebagai bagian dari upaya kami untuk memenuhi tugas kuliah,mata kuliah
pengantar kebijakan pendidikan. Dalam proses penulisan ini, kami berusaha untuk menyajikan
informasi yang akurat, relevan, dan mendalam tentang isu yang kami bahas. Kami berharap
makalah ini dapat memberikan kontribusi dan manfaat bagi pembaca yang berminat dalam topik
yang sama.
Topik yang kami angkat dalam makalah ini adalah monitoring dan evaluasi kebijakan
pendidikan.Kami membahas dan menyusun materi dengan cermat dan seksama. kami berharap
makalah ini dapat memberikan sudut pandang baru, pengetahuan yang berharga, dan inspirasi
bagi pembaca.
Namun, kami menyadari bahwa makalah ini tidak sempurna. Kami menyambut baik saran,
kritik, dan masukan yang bersifat membangun untuk perbaikan ke depannya. Semoga makalah
ini dapat menjadi pijakan awal bagi penelitian dan diskusi lebih lanjut mengenai topik yang
sama.
Akhir kata, kami berharap makalah ini dapat menjadi sumber pengetahuan yang bermanfaat dan
dapat memberikan wawasan baru dalam bidang yang kami teliti. Semoga makalah ini dapat
memberikan kontribusi positif dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan pemahaman kita
semua
DAFTAR ISI
BAB I ………………………………………………………………………………………..1
PENDAHULUAN …………………………………………………………………………..1
BAB II ……………………………………………………………………………………....3
PEMBAHASAN ……………………………………………………………………………3
BAB III……………………………………………………………………………………..10
PENUTUP………………………………………………………………………………….10
3.1 Kesimpulan………………………………………………………………………...10
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………..11
BAB I
PENDAHULUAN
Pendidikan memiliki peran yang sangat penting dalam pembangunan suatu negara. Melalui
sistem pendidikan yang berkualitas, masyarakat dapat mengembangkan potensi mereka,
meningkatkan kualitas hidup, dan berkontribusi secara positif dalam pembangunan sosial dan
ekonomi. Namun, untuk mencapai tujuan tersebut, diperlukan kebijakan pendidikan yang efektif
dan berkelanjutan.Kebijakan pendidikan adalah serangkaian keputusan yang diambil oleh
pemerintah atau lembaga-lembaga terkait untuk mengatur, mengarahkan, dan mempengaruhi
sistem pendidikan. Tujuan kebijakan pendidikan meliputi aspek-aspek seperti peningkatan
aksesibilitas, peningkatan kualitas pembelajaran, pemerataan pendidikan, pengembangan
kurikulum, dan peningkatan kapasitas tenaga pendidik.
Namun, hanya merumuskan kebijakan pendidikan tidaklah cukup. Proses monitoring dan
evaluasi yang efektif perlu dilakukan untuk memastikan bahwa kebijakan yang telah ditetapkan
dapat diimplementasikan secara optimal, mencapai tujuan yang ditargetkan, dan memberikan
dampak yang diharapkan.
Monitoring kebijakan pendidikan adalah proses pengumpulan, analisis, dan interpretasi data dan
informasi terkait implementasi kebijakan. Monitoring memungkinkan pemantauan secara berkala
terhadap berbagai aspek pelaksanaan kebijakan, seperti program-program pendidikan, alokasi
sumber daya, ketersediaan fasilitas, dan partisipasi siswa. Melalui monitoring, dapat
diidentifikasi hambatan-hambatan yang muncul selama implementasi kebijakan dan langkah-
langkah yang perlu diambil untuk mengatasi permasalahan tersebut.
Selain itu, evaluasi kebijakan pendidikan dilakukan untuk mengevaluasi dampak dan efektivitas
kebijakan yang telah diimplementasikan. Evaluasi mencakup analisis terhadap tujuan yang telah
ditetapkan, efektivitas pelaksanaan, keberlanjutan, serta dampak sosial, ekonomi, dan pendidikan
yang dihasilkan oleh kebijakan tersebut. Hasil evaluasi memberikan masukan berharga bagi
pengambil kebijakan dalam mengidentifikasi keberhasilan dan kelemahan kebijakan yang ada,
serta melakukan perbaikan dan perubahan kebijakan yang diperlukan.
Dalam konteks kebijakan pendidikan, monitoring dan evaluasi memiliki peran penting dalam
memastikan bahwa kebijakan-kebijakan yang dirumuskan dapat memenuhi kebutuhan
masyarakat dan mencapai tujuan yang diharapkan. Dengan adanya proses monitoring dan
evaluasi yang efektif, pemerintah dan lembaga-lembaga terkait dapat mengidentifikasi
kekurangan dalam implementasi kebijakan, melakukan perbaikan yang diperlukan, serta
mengoptimalkan alokasi sumber daya untuk mencapai hasil yang lebih baik dalam pembangunan
sistem pendidikan.
1.2 Tujuan Penulisan
PEMBAHASAN
Monitoring merupakan fungsi manajemen yang dilakukan pada saat suatu kegiatan
sedang berlangsung yang apabila dilakukan oleh seorang pimpinan maka mengandung fungsi
pengendalian. Monitoring mencakup bagian-bagian berikut:
Evaluasi berasal dari kata evaluasi yang dapat diartikan sebagai perkiraan atau untuk
menentukan nilai (AS Hornby, 1986). Anderson (Arikonto dan Cepi Safruddin, 2009) tercermin
Evaluasi sebagai proses untuk menentukan hasil yang dicapai beberapa sumber untuk
mendukung pelaksanaannya tujuan Definisi lain oleh Worthen dan Sanders (dalam Arikonto dan
Cepi Safruddin, 2009), yaitu. fungsi pencarian sesuatu yang berharga tentang sesuatu; termasuk
pencarian Informasi yang digunakan dalam evaluasi program, produksi, Prosedur dan strategi
alternatif yang diusulkan untuk mencapai tujuan ini untuk tujuan tertentu. Definisi dasar dan
konsep evaluasi adalah fungsi Administrasi berlangsung setelah atau setelah jangka waktu
tertentu Pertunjukan selesai. Penilaian ini mencakup tindakan sebelumnya antara lain:
a. Penilaian efek gabungan, baik positif maupun negatif dari semua (atau sebagian besar)
tindakan yang diambil di berbagai lokasi dan/atau kelompok sasaran.
b. Deskripsi Keluaran dan hasil/manfaat dari satu perspektif penerima manfaat (Wrihatnolo,
2009). Peringkat politik juga bervariasi tergantung pada dimensinya Dimensi yang
menjadi fokus evaluasi. Salah satu dimensi yang paling umum Dimensi kuantitas dan
kualitas ditekankan. sebuah instrumen digunakan dalam evaluasi berbagai dimensi
kuantitatif yang memiliki dimensi kualitatif. Instrumen yang digunakan menilai dimensi
kuantitatif seperti tes standar, tes kinerja Pemeriksaan, tes diagnostik dan lain-lain. Pada
saat yang sama, instrumen Kuesioner dapat digunakan untuk menilai dimensi kualitas,
Daftar, wawancara, catatan anekdot, dll. Kata assessment berasal dari bahasa inggris test,
the berarti menilai atau menilai sedangkan dengan pengertian Evaluasi semester
merupakan kegiatan yang terencana Mengetahui keadaan objek dengan menggunakan
instrumen dan hasilnya dibandingkan dengan tolok ukur untuk memperolehnya Diploma.
Evaluasi berarti: prosedur atau proses penentuan nilai. Budiarjo di dalam ruangan
Supandi (1988) menyatakan bahwa politik itu banyak Keputusan oleh aktor atau
kelompok politik ketika memilih tujuan tersebut. Pada dasarnya pesta Mereka yang
membuat kebijakan ini memiliki kekuatan untuk melakukannya Menerapkannya. Oleh
karena itu, evaluasi politik merupakan kegiatan yang akan mengetahui apakah politik bisa
Diimplementasikan atau tidak, itu bekerja seperti yang diharapkan.
Menurut Dunn (1981), penilaian dibagi menjadi tiga kategori jenis, sebagai berikut:
a. Evaluasi kebijakan semu adalah evaluasi yang patut dipertanyakan alat penilaian dan
tidak menyentuhnya sama sekali objek dinilai.
b. Evauasi kebijakan resmi adalah penilaian yang dipertanyakan Validitas, reliabilitas, dan
kelayakan alat penilaian dan penyaringan subjek yang dinilai
c. Evaluasi berdasarkan teori keputusan selain untuk menarik perhatian Keahlian dan
keandalan juga menjadi faktor dalam harga Nilai tambah bagi mereka yang terlibat dalam
proses produksi Keputusan.
Untuk mengevaluasi program yang telah dilaksanakan Ada beberapa metode penilaian yang
digunakan, yaitu:
Ini juga harus diperhitungkan ketika mengevaluasi dampak program Efek yang terjadi
sebenarnya adalah hasil dari program tersebut ketika mengevaluasi bukan dampak dari program
lain. Bisa jadi Efeknya adalah akumulasi berbagai program Berdampingan atau bersinergi.
a. Komitmen Politik:
Adanya komitmen politik yang kuat dari pemerintah dan pemangku kepentingan terkait
akan meningkatkan kesempatan keberhasilan implementasi kebijakan pendidikan.
Komitmen ini dapat tercermin dalam alokasi sumber daya yang memadai, dukungan yang
konsisten, dan penegakan hukum yang efektif.
b. Partisipasi Stakeholder:
c. Melibatkan berbagai pemangku kepentingan seperti guru, orang tua, siswa, lembaga
pendidikan, dan masyarakat dalam proses perumusan dan implementasi kebijakan
pendidikan dapat meningkatkan pemahaman, dukungan, dan keterlibatan aktif dalam
mencapai tujuan kebijakan.
d. Sumber Daya yang Memadai:
Tersedianya sumber daya yang memadai, termasuk anggaran yang cukup, fasilitas fisik,
peralatan, kurikulum, dan bahan ajar, akan mendukung implementasi kebijakan
pendidikan dengan lebih efektif.
e. Koordinasi dan Kolaborasi:
Kolaborasi yang baik antara lembaga-lembaga terkait, seperti kementerian pendidikan,
lembaga pendidikan, dan pemerintah daerah, akan memfasilitasi aliran informasi yang
lancar, koordinasi yang efektif, dan penyelesaian masalah secara kolektif.
f. Pengawasan dan Monitoring:
Adanya sistem pengawasan dan monitoring yang kuat akan membantu memantau
pelaksanaan kebijakan pendidikan, mengidentifikasi hambatan, dan mengambil tindakan
perbaikan yang diperlukan.
mplementasi kebijakan pendidikan dapat dihadapkan pada berbagai hambatan yang dapat
menghambat kesuksesan pelaksanaannya.
Berikut ini adalah beberapa faktor penghambat yang umumnya terkait dengan implementasi
kebijakan pendidikan:
a. Ketidakstabilan Kebijakan:
Perubahan kebijakan yang sering atau ketidakstabilan kebijakan dapat menyebabkan
kebingungan dan kesulitan dalam melaksanakan kebijakan pendidikan. Hal ini dapat
terjadi akibat perubahan pemerintahan, prioritas yang berubah-ubah, atau kurangnya
konsistensi dalam arah kebijakan.
b. Kurangnya Sumber Daya:
Keterbatasan anggaran, kurangnya tenaga pengajar yang memadai, infrastruktur yang
kurang memadai, dan kurangnya akses terhadap teknologi pendidikan dapat menjadi
hambatan dalam melaksanakan kebijakan pendidikan dengan efektif.
c. Resistensi dan Penolakan:
Terkadang, implementasi kebijakan pendidikan dapat dihadapkan pada resistensi dan
penolakan dari berbagai pemangku kepentingan. Hal ini bisa termasuk guru, orang tua,
siswa, atau kelompok-kelompok masyarakat yang merasa terancam atau tidak setuju
dengan perubahan yang dihasilkan oleh kebijakan tersebut.
d. Kurangnya Keterampilan dan Kapasitas:
Kurangnya keterampilan dan kapasitas dalam melaksanakan kebijakan pendidikan baru
dapat menjadi hambatan. Ini dapat mencakup kurangnya pelatihan yang memadai,
pemahaman yang terbatas tentang kebijakan, atau kurangnya dukungan teknis untuk
mengimplementasikan perubahan yang diperlukan.
e. Faktor Kontekstual:
Faktor-faktor kontekstual, seperti perbedaan budaya, kondisi geografis, tingkat
kesenjangan sosial, atau konflik politik, dapat mempengaruhi pelaksanaan kebijakan
pendidikan. Ketidaksesuaian antara kebijakan dan konteks lokal dapat menghambat
implementasi kebijakan secara efektif.
Aktor-aktor yang terlibat dalam evaluasi kebijakan dapat bervariasi tergantung pada konteks dan
tingkat pemerintahan. Berikut ini adalah beberapa aktor yang umumnya terlibat dalam proses
evaluasi kebijakan:
a. Pemerintah Pusat:
Pemerintah pusat memiliki peran penting dalam melakukan evaluasi kebijakan. Mereka
dapat membentuk tim evaluasi atau lembaga khusus untuk mengumpulkan data,
menganalisis dampak kebijakan, dan memberikan rekomendasi kepada pembuat
kebijakan.
b. Lembaga Evaluasi Independen:
Lembaga evaluasi independen, seperti badan audit pemerintah atau lembaga penelitian
kebijakan publik, dapat dilibatkan untuk menyediakan perspektif yang obyektif dan
independen dalam evaluasi kebijakan. Mereka dapat melakukan penilaian yang
mendalam terhadap implementasi kebijakan dan memberikan rekomendasi untuk
perbaikan.
c. Pemerintah Daerah:
Pemerintah daerah juga dapat berperan dalam evaluasi kebijakan, terutama jika kebijakan
tersebut diimplementasikan di tingkat lokal. Mereka dapat melakukan evaluasi kinerja
program, memantau dampak kebijakan, dan memberikan umpan balik kepada pemerintah
pusat.
d. Akademisi dan Peneliti:
Akademisi dan peneliti memiliki peran penting dalam melakukan evaluasi kebijakan.
Mereka dapat melakukan penelitian independen, mengumpulkan dan menganalisis data,
serta menyediakan bukti ilmiah yang mendukung evaluasi kebijakan.
e. Organisasi Masyarakat Sipil:
Organisasi masyarakat sipil, termasuk LSM, kelompok advokasi, dan komunitas
masyarakat, dapat berperan dalam evaluasi kebijakan dengan memberikan perspektif
masyarakat, mengadvokasi kepentingan publik, dan mengawasi pelaksanaan kebijakan.
Stakeholder Terkait: Stakeholder terkait seperti pihak terdampak langsung oleh kebijakan,
seperti guru, orang tua, siswa, dan masyarakat umum, juga dapat dilibatkan dalam evaluasi
kebijakan. Pendapat, pengalaman, dan umpan balik mereka dapat memberikan wawasan penting
tentang efektivitas dan dampak kebijakan.
2.5 DIMENSI EVALUASI KEBIJAKAN
Evaluasi kebijakan merupakan proses untuk menilai kinerja kebijakan yang telah
diimplementasikan. Terdapat beberapa dimensi yang dapat digunakan dalam evaluasi kebijakan,
antara lain:
a. Efektivitas:
Dimensi ini menilai sejauh mana kebijakan mencapai tujuan yang ditetapkan. Evaluasi
efektivitas melibatkan penilaian terhadap dampak kebijakan terhadap isu yang ingin
diatasi atau perubahan yang ingin dicapai.
b. Efisiensi:
Dimensi ini menilai penggunaan sumber daya, seperti anggaran, tenaga kerja, dan waktu,
dalam implementasi kebijakan. Evaluasi efisiensi bertujuan untuk mengetahui sejauh
mana kebijakan dapat mencapai hasil yang maksimal dengan sumber daya yang tersedia.
c. Keadilan:
Dimensi ini menilai sejauh mana kebijakan mempertimbangkan prinsip-prinsip keadilan
dalam distribusi manfaat dan beban kebijakan. Evaluasi keadilan mencakup penilaian
terhadap dampak kebijakan pada berbagai kelompok masyarakat dan memastikan bahwa
kebijakan tidak memberikan kerugian yang tidak adil pada kelompok tertentu.
d. Konsistensi:
Dimensi ini menilai kesesuaian kebijakan dengan tujuan yang lebih luas, misi organisasi,
dan kebijakan lainnya. Evaluasi konsistensi melibatkan analisis terhadap hubungan antara
kebijakan yang dievaluasi dengan kebijakan lain yang ada.
e. Partisipasi:
Dimensi ini menilai sejauh mana partisipasi masyarakat dan pemangku kepentingan
dalam perumusan, implementasi, dan evaluasi kebijakan. Evaluasi partisipasi melibatkan
penilaian terhadap tingkat keterlibatan masyarakat dan pemangku kepentingan serta
dampaknya terhadap kualitas kebijakan.
Dimensi proses kajian pada studi evaluasi adalah komponen atau aspek yang penting
dalam melaksanakan evaluasi kebijakan. Dimensi-dimensi ini membentuk kerangka kerja atau
tahapan-tahapan yang perlu dilalui dalam melakukan evaluasi. Berikut adalah beberapa dimensi
yang umumnya terdapat dalam proses kajian pada studi evaluasi:
Dimensi-dimensi ini saling terkait dan membentuk alur kerja dalam melakukan evaluasi
kebijakan. Penting untuk memahami dan menerapkan setiap dimensi dengan baik guna
memastikan evaluasi dilakukan secara komprehensif dan memberikan kontribusi yang berarti
dalam pengembangan kebijakan.
BAB III
PENUTUP
kesimpulan
Dalam proses evaluasi kebijakan, aktor-aktor yang terlibat meliputi pemerintah pusat, lembaga
evaluasi independen, pemerintah daerah, akademisi, dan peneliti. Peran mereka penting dalam
mengumpulkan data, menganalisis dampak kebijakan, memberikan rekomendasi, dan
memberikan perspektif yang obyektif.
Alkin, M. C., & Christie, C. A. (2004). Evaluation Roots: Tracing Theorists’ Views and
Influences. Sage Publications
Anderson, J. E. (1979). Public Policy Making. New York: Holt, Rinehart and Winston.
Arikunto, S., Safruddin, C., & Abdul Jabar, C. (2004). Evaluasi Program Pendidikan.
Jakarta: Bumi Aksara.
Bemelmans-Videc, M.-L., Rist, R. C., & Vedung, E. (1998). Carrots, Sticks and
Sermons: Policy Instruments and Their Evaluation. Transaction Publishers.
Hargreaves, A., & Shirley, D. (2012). The Global Fourth Way: The Quest for
Educational Excellence. Corwin.
Herbst, J. (2005). States and Power in Africa: Comparative Lessons in Authority and
Control. Princeton University Press.
Lundahl, L., Arreman, I. E., & Holm, A.-S. (2017). Challenges to Implementing and
Sustaining Educational Reforms in Sweden. Scandinavian Journal of Educational
Research, 61(1), 95–109.
UNESCO. (2015). Education for All Global Monitoring Report 2015: Education for All
2000-2015 - Achievements and Challenges. UNESCO Publishing.
Verger, A., Lubienski, C., & Steiner-Khamsi, G. (Eds.). (2016). World Yearbook of
Education 2016: The Global Education Industry. Routledge.