Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

POLITIK DAN KEBIJAKAN PENDIDIKAN

Tentang

Monitoring dan Evaluasi Kebijakan Pendidikan

oleh:

Kelompok :IX

Fitri Ariyanti Rukmana : 1814030002

Febrina : 1814030009

Rifky Hidayat : 1814030068

Dosen Pembimbing:

Dr. Ahmad Sabri, M. Pd

Bashori, M. Pd. I

JURUSAN MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM (MPI-A)

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

IMAM BONJOL PADANG

1441 H /2020 M

i
KATA PENGANTAR

Alhamdulilah hirabbil ‘alamin, puji syukur pemakalah panjatkan kehadirat


Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga pemakalah dapat
menyelesaikan tugas makalah tentang “Monitoring dan Evaluasi Kebijakan
Pendidikan”. Makalah ini telah pemakalah susun secara maksimal dengan
menggunakan berbagai referensi dari buku hingga jurnal sehingga dapat
memperlancar dalam pembuatan makalah ini.

Pemakalah berharap agar makalah ini dapat dipahami dan bermanfaat bagi
pembaca serta dapat menambah wawasan. Oleh karena itu, pemakalah sangat
menghargai saran yang membangun agar makalah ini lebih baik lagi.

Padang, 20 Maret 2020

Pemakalah

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………… i

DAFTAR ISI……………………………………………………………..……… ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang…………………………………………………………1

B. Rumusan masalah………………………………………………………1

BAB II PEMBAHASAN

`A. Definisi Monitoring kebijakan pendidikan ……………...........................2

B. Bentuk Evaluasi kebijakan pendidikan…………………………………4

C. Karakteristik evaluasi kebijakan pendidikan ……………………………7

D. Aktor-aktor evaluasi kebijakan pendidikan……………………………..8

E. Problem-problem evaluasi kebijakan Pendidikan………………………10

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan…………………………………………………………..11

B. Saran………………………………………………………………….11

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LatarBelakang

Sistem Pendidikan Nasional adalah sebuah sistem yang terpadu dari semua satuan dan
kegiatan pendidikan yang berkaitan satu dengan lainnya untuk mengusahakan
tercapainya tujuan pendidikan nasional. Seiring tuntutan pembaharuan pendidikan di
Indonesia, kebijakan pendidikan telah mengalami beberapa kali perubahan.
Semenjak tahun 2013 telah diganti dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003,
yang disahkan pada tanggal 11 juni 2003. Dalam pembukaan Undang-Undang Dasar
1945 Alinea keempat menyebutkan bahwa “Mencerdaskan kehidupan bangsa”
dalam hal ini bangsa mencakup seluruh warga Indonesia baik warga yang belajar di
sekolah-sekolah negeri, maupun yang belajar di sekolah swasta dalam hal ini
kebijakan pendidikan merupakan bagian dari kebijakan publik.

Upaya meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia membutuhkan


kebijakan yang tepat dari pemerintah, ini berarti pemunculan kebijakan
dilandaskan pada orientasi tujuan yang kuat. Kebijakan yang dikeluarkan
Pemerintah Indonesia dalam bidang pendidikan tidak hanya berbentuk
undang-undang saja. Persoalan penting yang disorot adalah apakah kebijakan
pendidikan itu dapat diimplementasikan dengan baik diharapkan , hasil akhir
kebijakan itu sebagaimana telah ditentukan dalam tujuan kebijakan ini.

B.Rumusan Masalah

1. Apa definisi Monitoring Kebijakan pendidikan ?

2. Apa sajakah bentuk Evaluasi Kebijakan Pendidikan?

3. Apa sajakah karakteristik Evaluasi Kebijakan Pendidikan?

4. Apa sajakah faktor-faktor Evaluasi Kebijakan Pendidikan ?

5. Apa saja Problem-problem Evaluasi Kebijakan Pendidikan ?

1
BAB II

PEMBAHASAN

FITRI ARIYANTI RUKMANA

A.Definisi Monitoring dan Evaluasi kebijakan pendidikan

Monitoring kebijakan pendidikan adalah proses pemantauan untuk mendapatkan


informasi tentang pelaksanaan kebijaksanaan pendidikan. Monitoring merupakan
pemantauan terhadap proses implementasi kebijakan apakah sesuai dengan rencana
atau tidak.Pemantauan terhadap perkembangan pelaksanaan kebijakan dimulai dari
program, proyek, maupun kegiatan yang sedang dilaksanakan .1

Menurut Dunn sebagaimana yang dikutip oleh Hasbullah dalam buku


kebijakan pendidikan, monitoring berfungsi sebagai berikut::

1. Ketaatan(compliance)

Menentukan apakah tindakan administrator, staf, dan semua komponen yang


terlibat mengikuti prosedur yang telah di tetapkan.

2 . Pemeriksaan(auditing)

Menetapkan apakah sumber dan layanan yang di peruntukkan bagi target


group telah mencapai sasaran atau belum.

3. Laporan(accounting)

Menghasilkan informasi yang membantu menghitung hasil perubahan sosial


dan

Masyarakat sebagai akibat implementasi kebijakan sebuah periode waktu


tertentu.

4. Penjelasan(explanation)

Menghasilkan informasi yang membantu menjelaskan bagaimana akibat


kebijakan dan mengapa tidak ada kecocokan antara perencanaan dan
pelaksanaan.

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006(dalam IPDN,2011),


disebutkan bahwa monitoring merupakan suatu kegiatan mengamati secara seksama
suatu keadaan atau kondisi, termasuk juga perilaku atau kegiatan tertentu, dengan

1
Leo Agustino, Dasar-Dasar Kebijakan Publik( Bandung: Alfabeta, 2008), hlm.8

2
tujuan agar semua data masukan dan informasi yang diperoleh dari hasil pengamatan
tersebut dapat menjadi landasan dalam mengambil keputusan tindakan selanjutnya
yang diperlukan. Tindakan tersebut diperlukan seandainya hasil pengamatan
menunjukkan adanya hal atau kondisi yang tidak sesuai dengan yang direncanakan
semula.Monitoring dilaksanakan dengan maksud agar proyek dapat mencapai tujuan
secara efektif dan efisien dengan menyediakan umpan balik bagi pengelola proyek
pada setiap tingkatan. Umpan balik ini memungkinkan pemimpin proyek
menyempurnakan rencana operasional proyek dan mengambil tindakan korektif tepat
pada waktunya jika terjadi masalah dan hambatan(Deptan, 1989).

Monitoring adalah proses kegiatan pengawasan terhadap implementasi


kebijakan yang meliputi keterkaitan antara implementasi dan hasil-hasilnya
(outcomes)(Hogwood dan Gunn 1989). William N.Dunn(1994), menjelaskan
bahwa monitoring mempunyai beberapa tujuan, sebagai berikut.

a. Compliance(kesesuaian/kepatuhan

Menentukan apakah implementasi kebijakan tersebut sesuai dengan standard dan


prosedur yang telah di tentukan.

b. Auditing (pemeriksaan)

Menentukan apakah sumber-sumber/pelayanan kepada kelompok sasaran(target


groups) memang benar-benar sampai kepada mereka.

c. Accounting (Akuntansi)

Menentukan perubahan sosial dan ekonomi apa saja yang terjadi setelah
implementasi sejumlah kebijakan publik dari waktu ke waktu.

d. Explanation (Penjelasan)

Menjelaskan mengenai hasil-hasil kebijakan publik berbeda dengan tujuan


kebijakan publik.

Monitoring berkaitan erat dengan evaluasi, karena evaluasi memerlukan hasil dari
monitoring yang digunakan dalam melihat kontribusi program yang berjalan untuk
dievaluasi.

3
Pengertian Evaluasi Kebijakan Pendidikan
Pengertian evaluasi jika dikerucutkan berhubungan dengan hasil informasi
mengenai nilai atau manfaat dari hasil kebijakan yang pada kenyataannya mempunyai
nilai.
Evaluasi adalah aktivitas untuk mengetahui sejauh mana suatu program telah
terlaksana atau belum terlaksana dan berhasil atau gagal sesuai dengan yang
diharapkan atau tidak. Menurut Supandi, evaluasi merupakan upaya menganalisa
nilai-nilai dari fakta-fakta suatu kebijakan. Sehingga dalam hal ini tidak hanya
sekedar mengumpulkan fakta mengenai kebijakan, melainkan juga membuktikan
fakta-fakta tersebut mempunyai nilai atau tudak jika dibandingkan dengan kriteria
yang telah ditentukan.
Jones mengartikan evaluasi kebijakan sebagai suatu kegiatan yang dirancang

untuk menilai hasil-hasil dari program pemerintah yang dengan objek, teknik

pengukuran dan metode analisisnya.

Menurut Stufflebeam, evaluasi berarti proses penggambaran, pencarian dan

pemberian informasi yang bermanfaat dalam menentukan alternatif keputusan.

Menurut Anderson, evaluasi merupakan proses yang menetukan hasil yang telah

dicapai yang direncanakan untuk mendukung tercapainya tujuan. Menurut Suharto,

kebijakan merupakan suatu ketetapan yang menganut prinsip-prinsip untuk

mengarahkan cara bertindak yang dibuat secara terencana untuk mencapai tujuan.

Setelah mengetahui definisi evaluasi menurut beberapa pendapat diatas,

penulis dapat menyimpulkan, evaluasi merupakan suatu kegiatan yang dilakukan

untuk menilai dan mengukur program dari semua aspek untuk mengetahui apakah

program tersebut sudah terlaksana atau belum, sesuai dengan perencanaan dan

harapan atau belum.

Sedangkan evaluasi kebijakan berarti penilaian terhadap hasil program yang

telah direncanakan dan laksanakan oleh pemerintah. Untuk pengertian evaluasi

4
kebijakan pendidikan merupakan pengukuran atau penilaian terhadap program

pemerintah yang terfokus dalam ranah kependidikan dalam segala aspek.

Evaluasi pendidikan perlu dilakukan dengan alasan – alasan sebagai berikut:

1.      Mengetahui apakah hal-hal yang telah dirumuskan dalam formulasi

kebijaksanaan tersebut dapat dilaksanakan ataukah tidak.

2.      Mengetahui apakah rumusan-rumusan kebijaksanaan yang tertulis telah berhasil

dilaksanakan ataukah belum.

3.      Mengetahui kelebiham dan kekurangan rumusan kebijaksanaan dalam kaitannya

dengan faktor kondisional dan situsional dimana kebijaksanaan tersebut

dilaksanakan.

4.      Mengetahui seberapa jauh suatu rumusan kebijaksanaan telah dapat

diimplementasikan.

5.      Mengetahui keberhasilan dan kekurangan pelaksanaan kebijaksanaan.

6.      Mengetahui seberapa dampak yang ditimbulkan oleh suatu kebijaksanaan

terhadap khalayak yang bermaksud dituju oleh kebijaksanaan, dan khalayak yang

tak bermaksud dituju oleh kebijaksanaan.

7.      Mengetahui apakah risiko-risiko yang telah diperhitungkan pada saat formulasi

telah dapat diatasi dengan baik ataukah tidak.

8.      Mengetahui langkah-langkah yang dapat ditempuh dalam hal perbaikan

Pengertian Evaluasi menurut Hornby dan Parnwell(dalam Mardikanto, 2009)


adalah sebagai suatu tindakan pengambilan keputusan untuk menilai suatu objek,
keadaan, peristiwa atau kegiatan tertentu yang sedang diamati. Soumelis(1983) yang
mengartikan evaluasi sebagai proses pengambilan keputusan melalui kegiatan
membanding-bandingkan hasil pengamatan terhadap suatu obyek..Diartikan oleh
Seepersad dan Henderson(1984) mengartikan evaluasi sebagai kegiatan sistematis
yang di maksudkan untuk melakukan pengukuran dan penilaian terhadap sesuatu
obyek berdasarkan pedoman yang telah ada.

5
B. Bentuk evaluasi kebijakan pendidikan

Evaluasi kebijakan pendidikan dapat digolongkan sesuai dengan berbagai macam

sudut tinjau . Ditinjau dari segi waktu mengevaluasi, evaluasi kebijakan dapat

digolongkan menjadi dua. Pertama berasal dari pandangan linier, evaluasi

dilaksanakan setelah implementasi kebijakan. Menurut pandangan ini yang dievaluasi

terutama adalah implementasi kebijakan. Kedua berasal dari pandangan

komprehensif, evaluasi dilaksanakan dihampir setiap proses kebijakan. Evaluasi

dilaksanakan baik pada saat perumusan, legitimasi, komunikasi, implementasi,

partisipasi bahkan terhadap evaluasinya sendiri.2

Ditinjau dari substansi evaluasi kebijakan pendidikan, dapat dibedakan menjadi:

evaluasi kebijakan pendidikan dasar, evaluasi kebijakan pendidikan menengah dan

evaluasi kebijakan pendidikan tinggi.Ditinjau dari periodesasi evaluasi, dibedakan

menjadi evaluasi kebijakan pendidikan repelita keenam tahun pertama. Repelita

keenam tahun kedua, repelita keenam tahun keempat, dan repelita keenam tahun

terakhir.

Ditinjau dari kriteria evaluasi, dibedakan atas dua golongan, ialah evaluasi

yang menggunakan kriterium. Kriterium di sini lazimnya berupa kriterium

mengacu kepada yang sudah terstandar (standar criterian reference) dan kriterium

yang dibuat berdasarkan acuan norma (norm criterian reference). Yang pertama

bararti telah dibuat patokan seara nasional dan daerah-daerah yang melaksanakan

kebijakan tersebut harus menjadikannya sebagai patokan. Sedangkan yang kedua

lebih menunjuk kepada, apakah suatu daerah yang melaksanakan kebijakan

tersebut, berada di bawah atau di atas rata-rata daerah-daerah secara nasional.3

2
Ibid, hlm, 93
3
Ibid, hlm, 94

6
Ditinjau dari sasarannya, evaluasi kebijakan dapat dibedakan menjadi dua

macam, ialah evaluasi proses dan evaluasi dampak. Yang dimaksud dengan

evaluasi proses kebijakan pendidikan adalah evaluasi yang bermaksud mengetahui

baik tidaknya proses kebijakan pendidikan, sedangkan evaluasi dampak bermaksud

mengetahui seberapa dampak yang ditimbulkan oleh kebijakan pendidikan

terhadap masyarakat sasarannya.

Ditinjau dari segi kontinuitasnya, evaluasi kebijakan pendidikan dapat

dibedakan menjadi, evaluasi ormatif dan sumatif. Evaluasi formatif dilaksanakan

secara terus menerus, sedangkan evaluasi sumatif dilaksanakan setiap periode

waktu tertentu.

Anderson (1979) menggolongkan evaluasi kebijakan menjadi evaluasi

impresionistis, evaluasi oprasional, dan evaluasi sistematik. Evaluasi-evaluasi yang

dimaksudkan oleh Anderson adalah sebagai berikut:4

1. Evaluasi kebijakan impresionistis adalah evaluasi yang didasarkan atas bukti-

bukti yang bersifat anekdotal dan fragmentaris dan dipengaruhi oleh ideologi,

kepentingan dan kriteria teretentu.

2. Evaluasi kebijakan oprasional adalah evaluasi yang diaksentuasikan pada

masalah-masalah pelaksanaan kebijakan.

3. Evaluasi kebijakan sistemik adalah evaluasi yang didesain secara sistematis.

Evaluasi demikian, memperhatikan komponen sistem kebijakan secara

keseluruhan, bersifat objektif, dan apa adanya.Evaluasi ini menjangkau pada

persoalan apakah suatu kebijakan mencapai tujuan serta mempunyai dampak

sebagaimana yang diharapkan ataukah tidak.

4
Suharsimi Arikunto dan Cepi Safruddin , Evaluasi Program Pendidikan (Jakarta: Bumi Aksara, 2009),
hlm.30.

7
Daun (1981) menggolongkan evaluasi kebijakan menjadi tiga, yaitu evaluasi

semu (pesudo evaluation), evaluasi resmi (formal evaluation), dan evaluasi

berdasarkan teori keputusan (decision theoritic evaluation).

1. Evaluasi kebijakan semu adalah evaluasi yang sekadar mempersoalkan alat-alat

evaluasinya, dan tidak menyentuh sama sekali terhadap substansi yang

dievaluasi. Evaluasi demikian, umumnya sekadar mempersoalkan apakah alat-

alat evaluasi yang dipergunakan telah memenuhi persyaratan-persyaratan

sebagai alat evaluasi yang baik.

2. Evaluasi kebijaka resmi. Evaluasi kebijakan resmi adalah evaluasi yang di

samping mempersoalkan validitas, reliabilitas dan fisibilitas alat-alat evaluasi,

juga sekaligus melihat substansi yang dievaluasi. Informasi-informasi yang

didapatkan dalam evaluasi formal ini dilihat kesalihan dan keandalannya; dan

substansi-substansi yang dievaluasi juga dilihat apakah telah sesuai dengan

target-target yang telah ditetapkan ataukah belum.

Evaluasi berdasarkan teori keputusan. Mengingat suatu keputusan didasarkan

atas banyak kompromi dan bahkan konsesus, maka evaluasi kebijakan

berdasarkan teori keputusan ini selain memperhatikan kesahihan dan keadalan

juga mempertimbangkan harga atau nilainya bagi mereka yang terlibat dalam

proses pembuatan keputusan5

RIPKY HIDAYAT

C.Karakteristik Evaluasi Kebijakan Pendidikan

Yang di maksud dengan karakteristik adalah ciri khusus yang dimiliki oleh
sesuatu. Oleh karena merupakan ciri khusus, maka ciri tersebut tak dimiliki oleh
sesuatu yang lain selain daripadanya. Dengan demikian, ciri khusus yang ada

5
Abudin Nata, Manajemen Pendidikan (Jakarta: Kencana, 2003),hlm.8.

8
pada evaluasi kebijakan berbeda dengan ciri khusus yang ada pada evaluasi -
evaluasi lainnya.

Adapun ciri khusus evaluasi kebijakan tersebut adalah sebagai berikut::

1. Tidak bebas nilai.Yang dimaksud dengan tidak bebas nilai adalah, bahwa
evaluasi kebijaksanaan senantiasa menentukan harga dan nilai suatu
kebijaksanaan. Oleh karena masing-masing orang yang terlibat dalam proses
kebijaksanaan tersebut berbeda-beda orientasi nilainya, maka cara mengevaluasi
unsur-unsur yang dievaluasi, serta harga dari suatu kebijaksanaan dapat ditangkap
berbeda-beda oleh mereka

2. Berorientasi pada masalah Evaluasi kebijaksanaan haruslah diaksentuasikan


kepada masalah yang pernah dirumuskan atau diformulasikan. Apakah masalah -
masalah yang diformulasikan, telah terjawab secara memuaskan ataukah tidak.

3. Berorientasi pada masa lalu dan masa kini.Orientasi kepada masa lalu
menunjukkan dengan jelas, bahwa yang dievaluasi adalah sesuatu yang telah
terjadi, dan bukan hal-hal yang masih belum terjadi, sesuatu yang telah
dilaksanakan dan bukan hal-hal yang belum dilaksanakan.Orientasi pada masa
kini juga menunjukkan dengan jelas, bahwa apa yang kini dilaksanakan
senantiasa diperhatikan dan bahkan menjadi pusat perhatian.

4. Berorientasi kepada dampak.Inilah barangkali yang membedakannya dengan


evaluasi jenis yang lainnya.Ada dua macam dampak dalam hal ini, ialah dampak
yang diharapkan dan dampak yang tidak di harapkan. Evaluasi harus mengetahui
apakah dampak yang ditimbulkan tersebut sesuai dengan apa yang diharapkan
atau tidak

D.Aktor-aktor evaluasi kebijakan pendidikan

Untuk Aktor-aktor evaluasi kebijakan pendidikan ada dua yaitu :

1. Aktor formal/resmi : Pembuat kebijaksanaan(legislatif), pelaksana


kebijaksanaan (eksekutif),administrator dari tingkat nasional sampai dengan
tingkat lokal.
2. Aktor non formal :partai politik, organisasi massa,interest group, kelompok
perantara, mitra pelaksana kebijakan, tokoh perorangan dan media massa

9
FEBRINA

E.Probelem-problem Evaluasi kebijaksanaan Pendidikan

Banyak problema yang dialami dalam aktivitas mengevaluasi kebijaksanaan,


termasuk kebjaksanaan pendidikan.Problema-problema tersebut adalah sebagai
berikut :

1) Bila tujuan kebijaksanaan tersebut tidak jelas.ketidakjelasan tujuan demikian,


lazimnya diakibatkan oleh adanya kompromi dan konsensus demikian lazim
dipaksakan, karena memang dimaksudkan untuk mengakomodasi banyak nya
kepentingan yang ada di dalam nya. Tanpa adanya kompromi-kompromi, bisa
menjadi penyebab formulasi kebijaksanaan tersebut tidak disetujui oleh
kebanyakan peserta kebijaksanaan. Dan jika tidak disetujui berarti tidak dapat
dilaksanakan. Maka dari itu, tujuan yang dirumuskan umumnya kabur dan bisa
bermakna ganda. Pada hal, gandanya makna tujuan justru menyukarkan
evaluasinya.6

2) Cepatnya perkembangan masyarakat yang menjadi sasaran kebijaksanaan


tersebut.ini menyulitkan evaluasi kebijaksanaan, oleh karena masalah-masalah
yang bermaksud dipecahkan oleh kebijaksanaan, mungkin juga sudah berubah
dan bahkan berganti dengan masalah lainnya. Maslah- masalah yang bermaksud
dipecahkan oleh formulasi dan implementasi kebijaksanaan sudah tidak ada,
sementara masalah baru yang bahkan tidak ada kaitannya dengan masalah lama
muncul.7

3) Tak jelasnya masalah, sumber masalah dan gejala masalah. Ketidakjelasan


demikian, bisa jadi karena antara masalah, sumber masalah dan gejala masalah
sudah tumpang tindih hal ini terjadi terutama karena maalah-masalah tersebut
tergolong masalah sosial, antara yang satu dengan yang lain kadang-kadang
saling inter-change.

6
Karti Soeharto, “Analisis Interpretasi Elit Indonesia Tentang Kebijakan Pendidikan”, Jurnal
Pendidikan dan pembelajaran: Kampus UNESA (Vol. 17,No.1,2010),hlm.70.

7
Sirozi, Muhammad. Politik kebijakan Pendidikan Di Indonesia: Peran tokoh-tokoh dalam
penyusunan UU No.2/1989(Jakarta:INIS, 2004), hlm.283.

10
4) Terkaitanya antara masalah satu dengan masalah lain.Sebagai contoh, sukar
memisahkan antara masalah kebodohan, keterbelakangan dan kemiskinan.
Sebab ,pada masyarakat yang bodoh dan terbelakang cenderung miskin, dan
sebaliknya pada masyarakat yang miskin juga cenderung bodoh dan terbelakang.

5) Subjektifnya masalah kebijaksanaan.ini dapat diketahui dari berbedanya masalah


menurut persepsi orang satu dengan menurut persepsi orang lain. Bahkan sesuatu
yang oleh seseorang dianggap sebagai sesuatu masalah yang harus dipecahkan,
justru dianggap sebagai sesuatu yang menguntungkan dan oleh karena itu harus
dipertahankan.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Monitoring kebijakan pendidikan adalah proses pemantauan untuk
mendapatkan informasi tentang pelaksanaan kebijaksanaan pendidikan. Monitoring
merupakan pemantauan terhadap proses implementasi kebijakan apakah sesuai

11
dengan rencana atau tidak.Pemantauan terhadap perkembangan pelaksanaan
kebijakan dimulai dari program, proyek, maupun kegiatan yang sedang dilaksanakan
Evaluasi adalah aktivitas untuk mengetahui sejauh mana suatu program telah
terlaksana atau belum terlaksana dan berhasil atau gagal sesuai dengan yang
diharapkan atau tidak. Menurut Supandi, evaluasi merupakan upaya menganalisa
nilai-nilai dari fakta-fakta suatu kebijakan. Sehingga dalam hal ini tidak hanya
sekedar mengumpulkan fakta mengenai kebijakan, melainkan juga membuktikan
fakta-fakta tersebut mempunyai nilai atau tudak jika dibandingkan dengan kriteria
yang telah ditentukan.

B. Saran
Pemakalah menyadari bahwa makalah kami jauh dari kata sempurna,
maka pemakalah sangat mengharapkan Kritik dan Saran dari pembaca untuk
lebih baik kedepannya.

DAFTAR PUSTAKA

Abudin Nata, Manajemen Pendidikan (Jakarta: Kencana, 2003).

Agustino, Leo.2008.Dasar-Dasar kebijakan publik.Bandung:Alfabeta.

12
Aminuddin Bakry. 2010.Kebijakan Pendidikan Sebagai Kebijakan Publik. Jurnal
Medtek. 2(1): 1.

Budiwibowo, satrijo,dkk.2017.Manajemen Pendidikan. Yogyakarta : Andi.

Karti Soeharto, “Analisis Interpretasi Elit Indonesia Tentang Kebijakan Pendidikan”,


Jurnal Pendidikan dan pembelajaran: Kampus UNESA (Vol. 17,No.1,2010).

Nurtanio Agus Purwanto.2008. Pengaruh politik dalam bidang pendidika.Jurnal


Manajemen pendidikan. 4(2): 4.

Sirozi, Muhammad. Politik kebijakan Pendidikan Di Indonesia: Peran tokoh-tokoh


dalam penyusunan UU No.2/1989(Jakarta:INIS, 2004).

13

Anda mungkin juga menyukai