Anda di halaman 1dari 23

PROPOSAL

EVALUASI PROGRAM SEKOLAH SEHAT


MENGGUNAKAN GOAL ORIENTED EVALUATION
MODEL DI SDN 30 PANGKALPINANG

Disusun untuk memenuhi mata kuliah Evaluasi Program


Dosen Pengampu: Dr. Asyraf Suryadin M.Pd

Penyusun :

1. Putri Dwi Mulyanti 200141884

2. Madiya Rosilawati 200141860


3. Natalia Widyanti 200141872

4. Laddy Maharani Agustin 200141849


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANGKA BELITUNG
2022/2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT. Atas rahmat dan hidayah-Nya.
Shalawat dan salam kepada Nabi besar Muhammad SAW. beserta para sahabat
yang telah memperjuangkan Islam, sehingga kita bisa merasakan indahnya iman
dan penulis bisa menyelesaikan laporan proposal.
Proposal ini penulis susun untuk memenuhi tugas dari mata kuliah Evaluasi
Program. Penulis menyadari bahwa penyelesaian proposal ini tidak akan terwujud
tanpa adanya bantuan, bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena
itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Fadilah Sabri, S.T., M.Eng, selaku rektorat Universitas Muhammadiyah
Bangka Belitung.
2. Bapak Romadon, S.T., M.Pd., selaku ketua program studi Pendidikan Guru
Sekolah Dasar.
3. Bapak Asyraf Suryadin, M.Pd., selaku Dosen Pengampu Mata Kuliah Evaluasi
Program.
4. Rekan-rekan seperjuangan yang telah membantu proses penyelesaian makalah
ini.
Penulis menyadari berbagai kelemahan dan kekurangan dalam penulisan
Proposal ini.Mudah-mudahan proposal ini dapat bermanfaat bagi pengembangan
ilmu pendidikan, khususnya di Universitas Muhammadiyah Bangka Belitung.
Akhir kata, saran dan kritik yang membangun penulis harapkan demi perbaikan
dan pengembangan proposal ini.

Pangkalanbaru, 25 oktober 2022

Kelompok 4
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sekolah sehat adalah sekolah dasar yang warganya secara terus
menerus membudayakan perilaku hidup bersih dan sehat, dan memiliki
lingkungan sekolah yang bersih, indah sejuk, rapih, tertib dan aman. Saat
ini kemendikbud sudah menyamaratakan bahwa setiap sekolah wajib
melaksanakan program sekolah sehat. Tapi tetap bahwa semuanya kembali
lagi pada instansi masing-masing. Banyak yang sudah dilaksanakan tetapi
hanya sekedar formalitas.
Studi kasus di SDN 30 Pangkalpinang dengan hasil observasi bahwa
di sekolah tersebut menerapkan program sekolah sehat sesuai dengan
anjuran pemerintah. Program sekolah sehat terdiri dari 2 bagian yakni
sehat bergizi dan sehat fisik. Kriteria utama dari sekolah sehat yaitu
adanya program Pendidikan dan pelayanan Kesehatan (health education
and treatment), makanan sehat (healty eatinh). Pendidikan olahraga
(physical activity), Pendidikan mental (emotional health and well being
serta program lingkungan sekolah sehat dan aman (csafe and healthy
environment). Jika suatu sekolah telah melaksanakan 5 kriteria tersebut
secara integrative dan berkesinambungan maka bisa dikatakan bahwa
sekolah tersebut memenuhi standar sekolah sehat.
Berdasarkan paparan diatas hal tersebut menjadi bahan evaluasi
dikarenakan apa yang dilihat observer dan apa yang observer ketahui
tentang sekolah sehat itu tidak berkesinambungan. Sehingga program
sekolah sehat pada SDN 30 Pangkalpinang perlu di evaluasi agar benar
bahwa program sekolah sehat memangdijalankan oleh sekolah tersebut.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana program sekolah sehat yang dilaksanakan di SDN 30
Pangkalpinang?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui program sekolah sehat yang dilaksanakan di SDN 30
Pangkalpinang

D. Manfaat
Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi Penulis
Kegiatan penelitian ini dapat dijadikan sebagai pengalaman yang
berharga dalam upaya mengembangkan kemampuan penulis dalam
menambah ilmu dan juga mampu memberikan gambaran mengenai
efektivitas perpustakaan terhadap minat membaca siswa sekolah dasar di
gugus Yusuf Bahir.
2. Bagi Sekolah
Dengan adanya penelitian ini, sekolah dapat mempertimbangkan
untuk melihat sejauh mana program sekolah sehat ini berjalan disekolah
tersebut.
3. Bagi Peneliti Lanjutan
Hasil penelitian ini dapat dipergunakan sebagai dasar penelitian
lanjutan dan sebagai dalam pemikiran bagi pengembangan program
sekolah sehat di sekolah lainnya
4. Bagi Pustakawan
Hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan untuk memotivasi para
pustakawan dalam berusaha membuat sebuah sekolah lain dapat
melaksanakan sekolah sehat.
BAB II

PEMBAHASAN
A. Kajian Teori
a) Pengertian Evaluasi Program

a. Evaluasi

Pengertian Evaluasi Sedangkan pengertian evaluasi memiliki


beberapa pengertian menurut para ahli :
1) Tyler (2005) yang terkenal dengan Bapak evaluasi
mengemukakan bahwa evaluasi adalah proses yang menentukan
sampai sejauh mana tujuan suatu program telah terlaksana.
2) Beberapa ahli terkemuka seperti Alkin (1969) Stufflebeam (1999)
dan Cronbach (1963) sepakat menyatakan bahwa evaluasi adalah
evaluasi secara umum merupakan kegiatan dalam menyediakan
informasi untuk membuat keputusan.
3) Malcolm (1971) menyatakan bahwa evaluasi sebagai kegiatan
untuk mengetahui perbedaan atau selisih antara sesuai dengan
standar yang telah ditetapkan.
4) Kamus Oxford Advanced Learner’s Dictionary of Current English
menyatakan bahwa evaluasi adalah suatu upaya untuk
menentukan nilai atau jumlah.
5) Anderson (1975) menyatakan bahwa evaluasi sebagai suatu
proses menentukan hasil yang telah dicapai beberapa kegiatan
yang direncanakan untuk mendukung tercapainya tujuan.
6) Worthen dan Sanders (1989) menyatakan pula bahwa evaluasi
sebagai kegiatan mencari informasi yang bermanfaat dalam
menilai keberadaan suatu program serta alternative strategi yang
diajukan untuk mencapai tujuan yang sudah ditentukan.
7) Wilbur Harris dalam “The Nature And Function Of Educational
Evaluation”, yang dikutip Sudjana, D (2014 :18), menjelaskan
bahwa “evaluation is the systematic process of judging the worth ,
desirability, effectiveness, or adequacy of something according to
definitive criteria and purpose. The judgement is based upon a
careful comparison of observation data with criteria standard”.
8) Malcolm and provus sebagai pencetus gagasan Discrepancy
Evaluation yang dikutip Sudjana, D. (2014:19) menjelaskan
bahwa evaluasi adalah kegiatan untuk
mengetahui perbedaan antara apa yang ada dengan suatu standar yang
telah ditetatpkan.
Dapat disimpulkan bahwa evaluasi merupakan suatu kegiatan
yang bertujuan untuk mengukur sesuatu atau suatu keadaan sehingga
menyajikan informasi berupa nilai nilai sebagai alternatif dalam
mengambil keputusan dan nilai yang diperoleh dari suatu penilaian
terkadang dikaitkan dengan suatu standar yang telah ditetapkan
sedemikian rupa sehingga penilaian tersebut dikaitkan dengan
informasi, nilai, dan kriteria dalam pengambilan keputusan.
b. Pengertian Program Menurut KBBI program merupakan rancangan
mengenai asas serta usaha (dalam ketatanegaraan, perekonomian, dan
sebagainya) yang akan dijalankan. Dapat diartikan juga bahwa program
adalah kegiatan yang dilakukan oleh individu maupun kelompok
berbentuk pelaksanaan kegiatan yang didukung kebijaksanaan,
prosedur, dan sumber daya dimaksudkan membawa suatu hasil untuk
mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan. Program juga dapat
dikatakan sebagai kegiatan atau aktivitas yang dirancang untuk
melaksanakan kebijakan dan dilaksanakan untuk waktu yang tidak
terbatas.
c. Pengertian Teori Evaluasi Program

Pendapat para ahli mengenai suatu kegiatan yang mengukur


atau suatu hal penilaian dengan subjek penilaian adalah program
kegiatan yang ada. Terlihat salah satu objek evaluasinya adalah
program. Program adalah suatu rencana yang terdiri dari banyak unit
yang berbeda-beda, termasuk kebijakan dan rangkaian kegiatan yang
harus dilaksanakan dalam jangka waktu tertentu yang ditentukan. Oleh
karena itu, evaluasi dapat dilakukan dalam jangka waktu tertentu untuk
memperoleh informasi mengenai capaian pelaksanaan program. Oleh
karena itu, evaluasi program dapat dipahami sebagai penerapan
sistematis proses ilmiah untuk mengevaluasi rancangan dan kemudian
menyajikan informasi dalam konteks pengambilan keputusan mengenai
pelaksanaan dan efektivitas hasil suatu sistem (program) yang terencana
dan berkelanjutan.
Semua program perlu di evaluasi untuk menentukan apakah
layanan atau intervensinya telah mencapai tujuan yang ditetapkan.
Evaluasi program adalah metode sistematik untuk mengumpulkan,
menganalisis, dan memakai informasi
hasilnya untuk menjawab pertanyaan dasar mengenai program. Evaluasi
program dapat dikelompokkan menjadi evaluasi masukan (input evaluation),
evaluasi proses (procces evaluation), evaluasi manfaat, (outcome evaluation) dan
evaluasi akibat (impact evaluation).
1) Burke Johnson dalam southalabama.edu.com (2016) Evaluasi program di
definisikan bahwa Program evaluation is the use of a research
procedures to systematically investigate the effectiveness of intervention
program. Yang dapat diartikan bahwa evaluasi program adalah penggunaan
prosedur penelitian secara sistematis meneliti efektivitas dan intervensi suatu
program.
2) Evaluasi program sendiri menurut Tyler (dalam Arikunto dan Jabar, 2010:5)
adalah proses untuk mengetahui apakah tujuan Pendidikan sudah dapat
terealisasukan.
3) Croncbach dan stufflebearm (dalam Arikunto dan Jabar, 2009 :5) juga
mengatakan bahwa evaluasi program adalah upaya menyediakan informasi
untuk disampaikan kepada pengambil keputusan.
Evaluasi program sangat berkaitan dengan system Pendidikan seperti
kurikulum, perencanaan program, sumber daya manusia dsb. Hasil
pelaksanaan program nantinya akan menjadi perbandingan dengan standar
kualifikasi ketercapaian program yang ada dan dengan ini evaluator dapat
menarik kesimpulan dan mengetahui kekurangan dan kelebihan suatu progam
yang telah dijalankan hingga mendapat kesesuaian.
Dapat ditarik kesimpulan bahwa evaluasi program adalah suatu proses
pengumpulan data yang hasilnya digunakan untuk pengambilan keputusan
serta untuk mengetahui seberapa tinggi tingkat keberhasilan program yang
telah dilaksanakan.

b) Input

a) Kebijakan sekolah.

Kebijakan sekolah merupakan indikator sekolah sehat yang termuat


dalam buku Panduan Pembinaan Sekolah Dasar Bersih dan Sehat (2014)
yaitu sekolah memiliki dan mengimplementasikan kebijakan yang
mendukung pelaksanaan
Sekolah Sehat. Adanya kebijakan, sekolah memiliki landasan untuk
menyelenggarakan pendidikan dan pelayanan kesehatan di sekolah dengan
konsisten. Berdasarkan indikator sekolah sehat bahwa dalam pelaksanaan
program sekolah diharapkan memiliki dan mengimplementasikan kebijakan
yang mendukung pelaksanaan sekolah sehat. Data yang diperoleh
dilapangan menyatakan bahwa di sekolah ini diterapkan 2 kebijakan sekolah
yang terkait dengan sekolah sehat. Kebijakan tersebut diantaranya lihat
sampah langsung ambil (LISA) dan menuju sekolah Adiwiyata (sekolah
bersih, sehat, dan hijau). Adanya kebijakan yang dilaksanakan di sekolah
serta sekolah telah mengimplementasikan kebijakan tersebut, maka sekolah
telah memenuhi indikator sekolah sehat.
b) Program sekolah sehat.

Program kerja sekolah merupakan indikator dari sekolah sehat yang


termuat dalam buku Panduan Pembinaan Sekolah Dasar Bersih dan Sehat
(2014) yaitu sekolah memiliki visi, misi, tujuan sekolah yang mendukung
pelaksanaan SD Bersih Sehat. Visi, misi, tujuan sekolah dituangkan dalam
rencana kegiatan, dan rencana anggaran yang melibatkan peran serta aktif
dari seluruh warga sekolah dan komite sekolah. Pelaksanaan program
sekolah sehat melibatkan seluruh wargasekolah. Program kerja sekolah yang
dilaksanakan di sekolah sejalan denganstandar pada indikator sekolah sehat.
c) Standar fisik sekolah.

Standar fisik sekolah termuat dalam standar sekolah sehat yang


diatur dalam Kemdiknas Tahun 2009 tentang Pandungan Pengembangan
Model Sekolah Sehat di Indonesia. Peraturan tersebut mengatur bahwa
standar fisik sekolah meliputi: bangunan sekolah memenuhi pembakuan
standar minimal Depdiknas, sekolah memiliki akreditas minimal B, sekolah
memiliki pagar, sekolah memiliki ruang terbuka yang memadai untuk
pelajaran pendidikan jasmani, dan sekolah yang memiliki sertifikat hak
milik (SHM).
d) Sarana dan prasarana sekolah.

Sarana dan prasarana sekolah diatur dalam Peraturan Menteri


Pendidikan Nasional nomor: 24 tahun 2007 dan Peraturan Menteri
Kesehatan nomor
1429/Menkes/SK/2006 tentang Pedoman Penyelenggaraan Kesehatan
Lingkungan Sekolah. Sarana dan prasarana sekolah diantaranya : 1) ruang
kepala sekolah, 2) ruang guru, 3) ruang perpustakaan, 4) ruang kelas, 5)
tempat cuci tangan, 6)kamar mandi/WC, 7) ruang UKS, 8) Kantin, 9)
tempat ibadah, 10) tempat bermain/ olahraga, 11) halaman dan pagar, 12)
tempat sampah, 13) konstruksi bangunan dan keadaan lingkungan: a)
atap,b) dinding, c) lantai, d) tangga, e) pintu, f) jendela, g)ventilasi,
h)sanitasi, i) sumber air, j) kebisingan, dan k) lokasi sekolah. Sarana dan
prasarana telah memenuhi standar minimal.
e) Ketenagakerjaan standar.

Ketenagakerjaan diatur dalam Kemendiknas Direktorat Jendral


Pendidikan Dasar Tahun 2009 tentang Panduan Pengembangan Model
Sekolah Sehat yaitu standar ketenagakerjaan meliputi sekolah memiliki guru
pendidikan jasmani, memiliki guru pembina UKS, memiliki kader kesehatan
sekolah (dokter kecil, kader remajakesehatan).

c) Proses

a) Pendidikan kesehatan

Pendidikan kesehatan diatur dalam Peraturan Bersama Menteri


Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Menteri Kesehatan
Republik Indonesia, Menteri Agama Republik Indonesia, dan Menteri
Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 6/X/Pb/2014 Nomor 73 Tahun
2014 Nomor 41 Tahun 2014 Nomor 81 Tahun 2014 tentang Pembinaan
dan Pengembangan Usaha Kesehatan Sekolah. 1) Meningkatkan
pengetahuan, perilaku, sikap, dan keterampilan untuk hidup bersih dan
sehat. 2) Penanaman dan pembiasaan hidup bersih dan sehat serta daya
tangkal terhadap pengaruh buruk dari luar. 3) Pembudayaan pola hidup
sehat agar dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.
b) Pelaksanaan program sekolah sehat.

Sesuai dalam Peraturan Bersama antara Menteri Pendidikan dan


Kebudayaan Republik Indonesia, Menteri Kesehatan Republik Indonesia,
Menteri Agama Republik Indonesia, dan Menteri Dalam Negeri Republik
Indonesia Nomor 6/X/Pb/2014 Nomor 73 Tahun 2014 Nomor 41 Tahun
2014 Nomor 81 Tahun
2014 tentang Pembinaan dan Pengembangan Usaha Kesehatan Sekolah, Bab
III Pokok Kegiatan UKS, Pasal 6 antara lain :
1) Stimulasi deteksi dan intervensi dini tumbuh kembang (SDIDTK). Nama
programdisekolah yaitu pengukuran TB/ BB.
2) Penjaringan kesehatan dan pemeriksaan kesehatan berkala. Program yang
dilakukan di sekolah yaitu pemeriksaan kesehatan umum dan pemberian
multivitamin.
3) Pemeriksaan dan perawatan gigi dan mulut

4) Pembinaan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Program PHBS yang
dilakukan di sekolah yaitu cuci tangan bersama dan penerapan hidup bersih
dan sehat sehari-hari yaitu membuang sampah pada tempatnya, cuci tangan
sebelum dan sesudah makan, gosok gigi setelah makan, operasi semut
(membersihkan lingkungan sekitar setelah makan), potong kuku dihari
jum’at.
5) Pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K) atau pertolongan pertama pada
penyakit (P3P). Program ini termasuk dalam program dokter kecil.
6) Pemberian imunisasi, jenis imunisasi yang dilakukan yaitu Campak ulangan
untuk kelas 1 semester gasal pada bulan September. Imunisasi DT untuk
kelas 1 semester gasal bulan November. Imunisasi Td untuk kelas 2.
7) Tes kebugaran jasmani, pada program sekolah sehat SD 30 Pangkal pinang
tidak ada program tes kebugaran jasmani.
8) Pemberantasan sarang nyamuk (PSN), program PSN yang dilakukan yaitu
penyuluhan kepada guru, foging dan pemberian bubuk abate pada tandon air.
9) Pemberian tablet tambah darah, tidak ada program pemberian tablet tambah
darah/anemia.
10) Pemberian obat cacing, pemberian obat cacing diberikan setiap 6 bulan
sekali. Obat yang diberikan yaitu Albendazol.
11) Pemanfaat halaman sekolah sebagai taman obat keluarga (TOGA)/ Apotek
hidup. Program ini masuk dalam program Gerakan Lingkungan Sekolah
Sehat (GLSS). Program GLSS mempunyai program didalamnya yaitu: 1)
tanam-menanam tanaman, 2) membuat kompos, pupuk cair, dan MOL, 3)
daur ulang kertas bekas, 4) ecobrick (daur ulang sampah plastik), 5) jum’at bersih
(kerja bakti lingkungan).
12) Penyuluhan kesehatan dan konseling, Dalam ranah sekolah sehat konseling
dilakukan pada kegiatan keputrian dimulai dari kelas 4. Dalam kegiatan
keputrian ini, petugas UKS membahas sistem reproduksi karena mulai umur
10 tahun anak sudah mulai memasuki fase mentsruasi.
13) Pembinaan dan pengawasan kantin sehat, Pembinaan dan pengawasan kantin
sekolah dilakukan oleh ahli gizi sekolah.
14) Informasi gizi sekolah berkaitan dengan adanya dapur sekolah. Dapur
sekolah dikelola oleh ahli gizi dan chef. Namun, dalam program ini orang tua
tidakdiberikan informasi gizi yang terkait dengan menu makanan.
15) Pemulihan pasca sakit, program ini dilakukan dengan mengajarkan anak
menjaga kebersihan tubuh dan lingkungan, makan makanan yang bergizi dan
istirahat yangcukup.
16) Rujukan kesehatan ke puskesmas/ rumah sakit dilakukan bila pihak UKS/
Poliklinik sekolah sudah tidak bisa menanganinya.
b. Pembinaan lingkungan sekolah sehat.

1) Sekolah melaksanakan 7k (kebersihan, keindahan, kenyamanan, ketertiban,


keamanan, kerindangan, dan kekeluargaan).
2) Sekolah melaksanakan program penyuluhan bebas asap rokok, bahaya
merokok, pornografi, narkotika psikotropika dan zat adiktif lainnya
(NAPZA) dan kekerasan (bully). Program ini ditujukan untuk kelas 6.
Program ini diberikanpada saat acara Pesantren Alam (salam).
3) Kerjasama sekolah dengan orang tua/ masyarakat yaitu pelaksanaan
parenting yang terbuka untuk umum dan wali murid. Dalam pelaksanaan
parenting class maupun kajian sekolah bekerjasama dengan Jam’iyyah.
Jam’iyyah yaitu suatu organisasi yang mewakili orang tua wali murid.

B. Model-model Evaluasi
a) Goal Oriented Evaluation Model
Goal Oriented Evaluation Model ini merupakan model yang muncul
paling awal. Yang menjadi objek pengamatan pada model ini adalah tujuan
dari program yang yang sudah ditetapkan jauh sebelum program dimulai.
Evaluasi dilakukan secara berkesinambungan, terus menerus, mencekseberapa
jauh tujuan tersebut sudah terlaksana di dalam proses pelaksanaan program.
Model ini dikembangkan oleh Tyler.
Ralph W Tyler pertama kali memprakarsai pendekatan evaluasi
goaloriented pada tahun 1940-1950an sebagai tolok ukur terhadap evaluasi
Pendidikan Dahulu untuk melakukan evaluasi di dunia pendidikan
dilaksanakan melalui instrumen tes dengan memakai dasar kriteria. Tyler
memakai sistematika yang lebih lengkap untuk menautkan hasil yang dicapai
siswa dengan yang didambakan.
Teknik goals-oriented juga dapat dipakai untuk proses evaluasi
program lain, misalnya bidang kesehatan. Dalam perkembangan selanjutnya,
orientasi Tyler juga dikembangkan oleh beberapa ahli, seperti Metfessel dan
Michael (1967), Hammond (1973), dan Provus (1973). Beberapa pendekatan
tersebut memiliki ciri yang sama, yaitu inti evaluasi program tersebut sejauh
mana tujuan telah dicapai setelah program dilaksanakan.

b) Goal Free Evaluation Model


Model evaluasi yang dikembangkan oleh Michael Scriven ini dapat
dikatakan berlawanan dengan model pertama yang dikembangkan Tyler,
evaluator terus-menerus memantau tujuan, yaitu sejak awal proses terus
melihat sejauh mana tujuan tersebut sudah tercapai, dalam model goal free
evaluation (evaluasi lepas dari tujuan) justru menoleh dari tujuan. Menurut
mechael scriven, dalam melaksanakan evaluasi program evaluator tidak perlu
memperhatikan apa yang menjadi tujuan program. Yang perlu diperhatikan
dalam program tersebut adalah bagaimana kerjanya program, dengan jalan
mengidentifikasi penampilan-penampilan yang terjadi baik hal positif (hal yang
diharapkan) maupun hal negatif (memang tidak diharapkan).

Alasan mengapa tujuan program tidak perlu diperhatikan karna ada


kemungkinan evaluator terlalu rinci mengamati tiap-tiap tujuan khusus. Jika
masing-masing tujuan khusus tercapai, artinya terpenuhi dalam penampilan,
tetapi evaluator lupa memperhatikan sejauh mana masing-masing penampilan
tersebut mendukung penampilan terakhir yang diharapkan oleh tujuan umum
maka akibatnya jumlah penampilan khusus ini tidak banyak bermanfaat.

c) Formatif Sumatif Evaluation Model


Selain model “evaluasi lepas dari tujuan” Michael scriven juga
mengembangkan model lain, yaitu model formatif-sumatif. Model ini
menunjukan adanya tahapan dan lingkup objek yang dievaluasi, yaitu evaluasi
yang dilakukan pada waktu program masih berjalan (disebut evaluasi formatif)
dan ketika program sudah selesai atau berakhir (disebut evaluasi sumatif).

Berbeda dengan model yang pertama dikembangkan, model yang kedua


ini ketika melaksanakan evaluasi, evaluator tidak dapat dapat
melepaskan diri dari tujuan. Tujuan evaluasi formatif memang berbeda dengan
tujuan evaluasi sumatif. Dengan demikian, model yang dikemukakan oleh
Michael Scriven ini menunjukkan tentang “apa, kapan dan tujuan” evaluasi
tersebut dilaksanakan.

d) Countenance Evaluation Model


Model ini dikembangkan oleh Stake. Model stake menekankan pada
adanya pelaksanaan dua hal pokok, yaitu (1) deskripsi (description) dan (2)
pertimbangan (judgments). Model ini juga membedakan adanya tiga tahapan
dalam evaluasi program, yaitu (1) anteseden (antecedents/ context), (2)
transaksi (transaction/proses), dan (3) keluaran (output-outcomes).

Menurut Stake, ketika evaluator tengah mempertimbangkan program


pendidikan, mereka mau tidak mau harus melakukan dua perbandingan, yaitu:
1. Membandingkan kondisi hasil evaluasi program tertentu dengan
yang terjadi di program lain, dengan objek sasaran yang sama;
2. Membandingkan kondisi hasil pelaksanaan program dengan standar
yang diperuntukkan bagi program yang bersangkutan, didasarkan pada
tujuan yang akan dicapai.

e) Responsive Evaluation Model


Sesuai namanya, dalam model ini evaluator lebih peka terhadap
berbagai pandangan dan persepsi dari luar sehingga menjadikan lebih ambisius
dan kritis dalam menyimpulkan. keputusan kekurangan dari model ini adalah
menjadikan tidak fokus terhadap program yang ada, evaluator sulit
menentukan prioritas informasi, keterbatasan menampung semua sudut
pandangan yang berbeda.

f) CSE-UCLA Evaluation Model


Model ini merupakan kepanjangan dari Center For Study of Evaluation.
Sedangkan UCLA kepanjangan dari University Of California in Los Angeles.
Ada 5 tahapan yang dilakukan dalam evaluasi yakni perencanaan,
pengembangan, implementasi, hasil, dan dampak.

g) CIPP Evaluation model


Model ini pertama kali dikembangkan oleh Stufflebeam. Pada model ini
lebih berorientasi pada sebuah keputusan yang tujuannya untuk membantu
evaluator dalam membuat keputusan. Konsep model ini berisikan konteks,
input, proses, dan produk. Evaluasi context menentukan kebutuhan, masalah-
masalah, dan kesempatan untuk menentukan tujuan dan prioritas serta
menentukan pentingnya hasil. Evaluasi input menentukan pendekatan alternatif,
untuk menentukan keputusan sebagai sarana perencanaan program dan
mengalokasikan sumber daya. Evaluasi process menilai pelaksanaan rencana
untuk mengarahkan kegiatan, kemudian membantu menjelaskan hasilnya.
Evaluasi product menilai hasil baik yang sesuai dengan yang direncanakan
ataupun yang tidak direncanakan serta mengukur ke efektifan proses tersebut.

C. Model Yang Digunakan Sesuai Program

a. Model Goal Oriented Evaluation


Menurut Tyler dalam Suharsimi Arikunto (2004:25) goal oriented
evaluation, yaitu sebuah model evaluasi yang menekankan peninjauan
pada tujuan sejak awal kegiatan dan berlangsung secara
berkesinambungan. Program pembelajaran dilakukan untuk mencapai
suatu tujuan tertentu. dengan dilakukan model evaluasi ini, diharapkan
bisa mengetahui sejauh mana tujuan yang telah ditetapkan tersebut sudah
terlaksana atau tercapai.
Tyler ini pada prinsipnya menekankan perlunya suatu tujuan dalam
evaluasi program. Pendekatan ini merupakan pendekatan sistematis,
elegan, akurat, dan secara internal memiliki rasional yang logis.
Dibandingkan dengan model evaluasi lainnya kesederhanaan model Tyler
juga merupakan kelebihan tersendiri dan merupakan kekuatan konstruk
yang elegan serta mencakup evaluasi kontingensi.
Dari penjelasan-penjelasan di atas dapat penulis simpulkan bahwa
Goal Oriented Evaluation Model adalah Model evaluasi yang
dikembangkan oleh Tyler yang berorintasi pada tujuan suatu program
yang akan dilakukan, dengan dilakukan model evaluasi ini, diharapkan
bisa mengetahui sejauh mana tujuan yang telah ditetapkan tersebut sudah
terlaksana atau tercapai.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah suatu definisi yang memberikan penjelasan atas


suatu variabel dalam bentuk yang diukur. Definisi operasional memberikan
informasi yang diperlukan untuk mengukur variabel yang akan diteliti. Definisi
operasional dimaksudkan untuk menghindari kesalahan pemahaman dan
perbedaan penafsiran yang berkaitan dengan istilah-istilah dalam judul . Definisi
operasional variabel adalah pengertian variabel (yang diungkap dalam definisi
konsep) tersebut, secara operasional, secara praktik, secara nyata dalam lingkup
obyek penelitian/obyek yang diteliti. Variabel yang digunakan dalam penelitian
ini adalah variabel bebas dan variabel terikat.

1. Variabel Bebas (Independent Variable)

Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi, yang


menyebabkan timbulnya atau berubahnya variabel terikat. Variabel bebas
yang digunakan dalam penelitian ini adalah Evaluasi Program Sekolah
Sehat yang mengukur seberapa baik perpustakaan menjalankan fungsinya
menjadi tempat membaca yang menarik.

2. Variabel Terikat (Dependent Variable)

Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi karena adanya


variabel bebas. Variabel terikat yang digunakan dalam penelitian ini
adalah menggunakan model goal oriented evaluation .

B. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yaitu suatu jenis penelitian
yang pemaparan data penelitiannya tidak berupa angka-angka atau dalam bentuk
statistik. Adapun metode penelitian ini adalah metode deskriptif, yaitu suatu
penelitian yang memaparkan data- data berdasarkan apa yang ada dilapangan.
Sesuai dengan hasil pengamatan terkait Program yang di evaluasi.

C. . Metode Evaluasi

Pada observasi kali ini pengamat menggunakan teori Burke Johnson dalam
southalabama.edu.com (2016) Evaluasi program di definisikan bahwa Program
evaluation is the use of a research procedures to systematically investigate the
effectiveness of intervention program. Yang dapat diartikan bahwa evaluasi
program adalah penggunaan prosedur penelitian secara sistematis meneliti
efektivitas dan intervensi suatu program. Semua pelaksanaan evaluasi program
dilakukan secara sistematis atau urutan tanpa meninggalkan langkah-langkah

D. Tempat dan Waktu Pelaksanaan

Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 30 Pangkalpinang. Waktu pelaksanaan


ini dilaksanakan pada tanggal 18 Oktober 2023.

E. Subjek Observasi

Subjek observasi ini Kepala Sekolah dan guru.

F. Pengumpulan Data

Dalam proses pengumpulan data.menggunakan beberapa Teknik yakni :

1. Wawancara

Wawancara adalah teknik pengumpulan data melalui proses tanya jawab lisan
yang berlangsung satu arah , artinya pertanyaan datang dari pihak yang
mewawancarai dan jawaban diberikan oleh yang diwawancara untuk
mengetahui situasi disekolah tersebut.

2. Observasi

Observasi dalam pengamatan kali ini berupa kunjungan langsung ke sekolah


tersebut dan mengamati lingkungan sekolah sebelum kegiatan wawancara.
Observasi ini dilakukan sebagai bentuk langkah awal kegiatan pengamatan
,atau kegiatan awal dalam menentukan topik yang menjadi permasalahan
DAFTAR PUSTAKA

Carin, A. A., Sund, R. ., & Lahkar, B. K. (2018). No 主観的健康感を中心とした在宅


高齢者における 健康関連指標に関する共分散構造分析Title. Journal of
Controlled Release, 11(2), 430–439.

Di, P., & Milenial, E. R. A. (n.d.). 2 0 1 8.

Hardiyanto, O. :, Ahli, P., Kantor, M., Kementerian, W., & Jambi, A. P. (n.d.). Manfaat
Monitoring Dan Evaluasi (Monev) Terhadap Peningkatan Kinerja Penganggaran
Kanwil Kementerian Agama Provinsi Jambi.

Ii, B. A. B., Pustaka, A. T., Evaluasi, T., & Pendidikan, P. (2004). No Title.

Islam, U., & Antasari, N. (2022). Mewujudkan layanan prima dan layanan cinta bagi
pustakawan untuk pemustaka.

Maharany, N. E. K. A., Studi, P., Hukum, I., Hukum, F., & Surakarta, U. M. (2018).
Tanggung Jawab Hukum Terhadap Perjanjian Pinjam Meminjam Uang Pada
Koperasi Simpan Pinjam ( Ksp ) Bhina Usaha Cabang Widodaren Kabupaten
Ngawi.

Maulina Yuniasrah, A., & Rahman, A. (2022). Tinjauan Hukum Pelaksanaan Izin Pinjam
Pakai Gor Mampis Rungan Antara Pihak Pengelola Dengan Masyarakat. Private
Law, 2(2), 319–325. https://doi.org/10.29303/prlw.v2i2.1127

Muhdar, M., Nasir, M., & Rosdiana, R. (2015). Implikasi Hukum Terhadap Praktik
Pinjam Pakai Kawasan Hutan untuk Kegiatan Pertambangan Batubara. Hasanuddin
Law Review, 1(3), 430. https://doi.org/10.20956/halrev.v1i3.120

Munthe, A. P. (2015). Disampaikan dalam Workshop untuk Mahasiswa tentang


Penelitian Metode Kuantitatif dan Kualitatif di Fakultas Ilmu Pendidikan UPH,
Karawaci, 16 dan 23 Juni 2015. Scholaria, 5(2), 1–14.

Nurchoir, I. (2017). Pengaruh kebutuhan informasi terhadap pemanfaatan koleksi melalui


layanan prima di perpustakaan mahkamah konstitusi republik indonesia. Uin Syarif
Hidayatullah Repository.
https://opac.fah.uinjkt.ac.id/index.php?p=show_detail&id=11409
Pendahuluan, A. (2020). Yayuk sugiarti. 7(April), 10–18.

Scanned by CamScanner. (n.d.).

Tinto, V. (1993). Chicago: University of Chicago Press. Leaving College: Rethinking the
Causes and Cures of Student Attrition, 2nd ed.(3), 245–256.

Utoyo, M., Sari, P., & Cayo, N. (2021). Proses Pinjam Pakai Barang Bukti Dalam
Perkara Pidana. Disiplin : Majalah Civitas Akademika Sekolah Tinggi Ilmu Hukum
Sumpah Pemuda, 27(10), 252–263.
http://disiplin.stihpada.ac.id/index.php/Disiplin/article/view/71

Wijaya, U., Surabaya, K., & Hukum, F. (2019). PERJANJIAN PINJAM MEMINJAM
UANG MELALUI APLIKASI INTERNET.

Anda mungkin juga menyukai