MAKALAH
Oleh:
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam pengembangan kurikulum, evaluasi merupakan salah satu komponen penting
dan tahap yang harus ditempuh oleh guru untuk mengetahui keefektifan kurikulum. Evaluasi
menjadi bagian integral dari kurikulum. Evaluasi menjadi bagian dari sistem manajemen,
yaitu perencanaan, organisasi, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi. Kurikulum juga
dirancang dari tahap perencanaan, organisasi kemudian pelaksanaan dan akhirnya monitoring
dan evaluasi. Tanpa evaluasi, maka kita tidak akan bisa mengetahui bagaimana kondisi
kurikulum tersebut dalam rancangan, pelaksanaan serta hasilnya. Tapi, dengan adanya
evaluasi, kita dapat menjadikan hasil yang diperoleh sebagai balikan (feed-back) dalam
memperbaiki dan menyempurnakan kurikulum. Hasil-hasil kurikulum dapat digunakan oleh
para pemegang kebijaksanaan pendidikan dan para pengembang kurikulum dalam memilih
dan menetapkan kebijaksanaan pengembangan sistem pendidikan dan pengembangan model
kurikulum yang digunakan.
Selama ini model kurikulum yang berlaku adalah model kurikulum yang bersifat
akademik. Kurikulum yang demikian kurang mampu meningkatkan kemampuan peserta
didik secara optimal. Hal ini terbukti dari rendahnya kualitas pendidikan kita dibandingkan
dengan negara lain. Selain itu, implementasi kurikulum akademik tidak mampu memberikan
nilai etika, moral, dan nilai-nilai yang berlaku dalam kehidupan. Maka dengan adanya
evaluasi diharapkan dapat memperbaiki aspek-aspek tersebut sehingga model kurikulum
yang diterapkan sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan.
Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan di atas, maka kami akan mengkaji
mengenai pengertian evaluasi kurikulum, peranan evaluasi kurikulum dan model-model
evaluasi kurikulum.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan evaluasi kurikulum?
2. Apa tujuan dari evaluasi kurikulum?
3. Bagaimana prinsip-prinsip evaluasi kurikulum secara umum?
4. Bagaimana prinsip-prinsip evaluasi kurikulum 2013?
5. Apa saja jenis-jenis evaluasi pada pembelajaran kurikulum 2013?
6. Apa yang dimaksud instrumen evaluasi kurikulum?
7. Apa tujuan instrumentasi kurikulum?
8. Bagaimana instrumen evaluasi kurikulum secara umum?
9. Bagaimana instrumentasi kurikulum 2013?
C. Tujuan
1. Unutk mengetahui pengertian evaluasi kurikulum.
2. Untuk mengetahui tujuan dari evaluasi kurikulum.
3. Untuk mengetahui prinsip-prinsip evaluasi kurikulum secara umum.
4. Untuk mengetahui prinsip-prinsip evaluasi kurikulum 2013.
5. Untuk mengetahui jenis-jenis evaluasi pada pembelajaran kurikulum 2013.
6. Untuk mengetahui pengertian instrumen evaluasi kurikulum?
7. Untuk mengetahui tujuan instrumentasi kurikulum?
8. Untuk mengetahui instrumen evaluasi kurikulum secara umum?
9. Untuk mengetahui instrumentasi kurikulum 2013?
BAB II
PEMBAHASAN
A. EVALUASI KURIKULUM
1. Pengertian Evaluasi Kurikulum
Evaluasi kurikulum memegang peranan penting baik dalam penentuan kebijaksanaan
pendidikan pada umumnya, maupun pada pengambilan keputusan dalam kurikulum. Dalam
pengembangan kurikulum, evaluasi merupakan salah satu komponen penting dan tahap yang
harus ditempuh oleh guru untuk mengetahui keefektifan kurikulum. Hasil yang diperoleh
dapat dijadikan balikan (feed-back) bagi guru dalam memperbaiki dan menyempurnakan
kurikulum.
Adapun pemahaman tentang evaluasi kurikulum dapat berbeda-beda sesuai dengan
pengertian kurikulum yang beragam menurut para pakar kurikulum. Hamid Hasan (2009:41)
mengartikan evaluasi sebagai usaha sistematis mengumpulkan informasi mengenai suatu
kurikulum untuk digunakan sebagai pertimbangan mengenai nilai dan arti dari kurikulum
dalam suatu konteks tertentu. Menurut Tyler (dalam Muhammad Zaini, 2009: 143)
menyatakan bahwa evaluasi adalah proses untuk mengetahui apakah tujuan pendidikan sudah
tercapai atau terealisasikan.
Sedangkan pengertian evaluasi menurut Rutman and Mowbray (1983) ialah
penggunaan metode ilmiah untuk menilai implementasi dan outcomes suatu program yang
berguna untuk proses membuat keputusan. Chelimsky (1989) mendefinisikan evaluasi adalah
suatu metode penelitian yang sistematis untuk menilai rancangan, implementasi dan
efektivitas suatu program. Menurut Sukmadinata (2009:173), “Evaluasi merupakan kegiatan
yang luas, kompleks dan terus menerus untuk mengetahui proses dan hasil pelaksanaan
sistem pendidikan dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan. Evaluasi juga meliputi
rentangan yang cukup luas, mulai dari yang bersifat sangat informal sampai dengan yang
sangat formal.”
Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa evaluasi adalah
penerapan prosedur ilmiah yang sistematis untuk menilai rancangan, implementasi dan
efektivitas suatu program. Evaluasi adalah suatu tindakan atau suatu proses untuk
menentukan nilai dari sesuatu. Evaluasi dalam pendidikan dapat diartikan sebagai suatu
proses dalam usaha untuk mengumpulkan informasi yang dapat digunakan sebagai bahan
pertimbangan untuk membuat keputusan akan perlu tidaknya memperbaiki sistem
pembelajaran sesuai dengan tujuan yang ditetapkan (Muhammad Zaini, 2009:142).
Sedangkan pengertian kurikulum adalah sebagai berikut:
a. Kurikulum sebagaimana yang ditegaskan dalam Pasal 1 Ayat (19) UU Nomor 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional adalah seperangkat rencana dan pengaturan
mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
b. Menurut Grayson (1978), kurikulum adalah suatu perencanaan untuk mendapatkan
keluaran (outcomes) yang diharapkan dari suatu pembelajaran.
c. Menurut Hilda Taba (dalam Muhammad Zaini, 2009: 6), kurikulum adalah rencana
pembelajaran yang berkaitan dengan proses dan pengembangan individu anak didik.
Kurikulum merupakan seperangkat rencana yang menjadi pedoman dan pegangan dalam
proses pembelajaran.
Dengan demikian, pengertian evaluasi kurikulum adalah penerapan prosedur ilmiah
untuk mengumpulkan data yang valid dan reliabel untuk membuat keputusan tentang
kurikulum yang sedang berjalan atau telah dijalankan. Atau, evaluasi kurikulum adalah suatu
tindakan pengendalian, penjaminan dan penetapan mutu kurikulum, berdasarkan
pertimbangan dan kriteria tertentu, sebagai bentuk akuntabilitas pengembang kurikulum
dalam rangka menentukan keefektifan kurikulum.
Pada dasarnya, evaluasi dan kurikulum merupakan dua disiplin yang memiliki
hubungan sebab akibat. Hubungan antara evaluasi dan kurikulum bersifat organis, dan
prosesnya secara evalusioner. Menurut Tyler (dalam Muhammad Zaini, 2009:144)
berpendapat bahwa evaluasi kurikulum pada dasarnya adalah suatu proses untuk mengecek
keberlakuan kurikulum yang harus diterapkan dalam empat tahap. Tahap pertama adalah
evaluasi terhadap tujuan pembelajaran, tahap kedua adalah evaluasi terhadap pelaksanaan
kurikulum atau proses pembelajaran yang meliputi metode, media, dan evaluasi
pembelajaran, tahap ketiga adalah evaluasi terhadap efektivitas baik efektivitas terhadap
waktu, tenaga, dan biaya, serta tahap keempat adalah evaluasi terhadap hasil yang telah
dicapai.
2. Bersifat objektif, dalam arti berpijak pada keadaan yang sebenarnya, bersumber pada
data yang nyata dan akurat yang diperoleh dari sumber instrumen yang handal.
3. Bersifat komperhensif, mencakup semua dimensi atau aspek yang terdapat dalam ruang
lingkup kurikulum.
4. Kooperatif dan bertanggung jawab dalam perencanaan. Pelaksanaan dan keberhasilan
suatu program evaluasi kurikulum merupakan tanggung jawab bersama pihak-pihak yang
terlibat dalam proses pendidikan seperti guru, kepala sekolah, orang tua, bahkan peserta
didik itu sendiri, disamping merupakan tanggung jawab utama lembaga penelitian dan
pengembangan.
5. Efesiensi, khususnya dalam penggunaan waktu, biaya tenaga, dan peralatan yang menjadi
unsur penunjang.
6. Berkesinambungan, hal ini diperlukan mengingat tuntunan dari dalam dan luar sistem
sekolah, yang meminta diadakannya perbaikan kurikulum.
B. INSTRUMEN KURIKULUM
1. Pengertian Instrumen Evaluasi Kurikulum
Dalam mengevaluasi sebuah program, entah itu program pembelajaran atau
kurikulum atau yang lain, diperlukan instrumen untuk mengumpulkan data dan informasi
agar bisa mengukur apakah program tersebut sesuai dengan tujuan dan harapan atau tidak.
Instrumen adalah suatu alat yang memenuhi persyaratan akademis, sehingga dapat
dipergunakan sebagai alat untuk mengukur suatu obyek ukur atau mengumpulkan data
mengenai suatu variable. Maka instrumen evaluasi kurikulum dapat diartikan seperangkat alat
yang didesain sedemikian rupa untuk mengukur dan mengumpulkan data terkait
ketercapaian tujuan dari kurikulum.
Instrumen mempunyai peranan yang penting karena instrumen itu sendiri diibaratkan
sebuah alat untuk mengukur sesuatu. Sedangkan kegiatan mengevaluasi adalah kegiatan
mengukur dan menilai. Jadi kegiatan pengukuran,penilaian, dan evaluasi itu bersifat
hierarkhis, artinya dilakukan secara beruntutan: dimulai dengan pengukuran, dilanjutkann
dengan penilaian, dan diakhiri dengan mengevaluasi.
Pengukuran menurut Guilford (1982) adalah proses penetapan angka terhadap suatu
gejala menurut aturan tertentu. Pengukuran pendidikan berbasis kompetensi dasar
berdasarkan pada klasifikasi observasi unjuk kerja atau kemampuan peserta didik dengan
menggunakan suatu standar. Pengukuran dapat menggunakan tes dan nontes. Tes adalah
seperangkat pertanyaan yang memiliki jawaban benar atau salah, atau suatu
pernyataan/permintaan untuk melakukan sesuatu. Non tes bisa pertanyaan atau pernyataan
yang tidak memiliki jawaban benar atau salah. Instrumen nontes bisa berbentuk kuesioner
atau interventori. Kuesioner berisi sejumlah pertanyaan atau pernyataan, peserta didik
diminta menjawab atau memberikan pendapat terhadap pernyataan. Inventori merupakan
instrumen yang berisi tentang laporan diri yaitu keadaan peserta didik, misalnya potensi
peserta didik.
Penilaian menurut Griffin & Nix (1991) suatu pernyataan berdasarkan sejumlah
fakta untuk menjelaskan karakteristik seseorang atau sesuatu. Di sini penilaian berhubungan
dengan setiap bagian dari proses pendidikan, bukan hanya keberhasilan belajar saja, tetapi
mencakup semua proses mengajar dan belajar. Oleh karena itu kegiatan penilaian tidak
terbatas pada karakteristik peserta didik, tetapi juga mencakup karakteristik metode mengajar,
kurikulum, fasilitas dan administrasi sekolah. Instrumen penilaian bisa berupa metode atau
prosedur formal atau informal, untuk menghasilkan informasi tentang peserta didik, yaitu tes
tertulis, tes lisan, lembar pengamatan, pedoman wawancara, tugas rumah dan sebagainya.
Penilaian juga diartikan sebagai kegiatan menafsirkan data hasil pengukuran.
Sehingga, dapat disimpulkan bahwa pengukuran adalah kegiatan yang sistematik
untuk menentukan angka pada objek atau gejala. Pengujian terdiri dari sejumlah pertanyaan
yang memiliki jawaban benar atau salah. Peniliaian adalah penafsiran hasil pengukuran dan
penentuan pencapaian hasil belajar. Evaluasi adalah penentuan nilai suatu program dan
penentuan pencapaian tujuan suatu program.
Dalam kegiatan mengevaluasi kurikulum, terdapat langkah-langkah yang ditempuh,
dan salah satu langkah tersebut adalah penyusunan instrumen evaluasi. Penyusunan
instrumen evaluasi, sebenarnya merupakan salah satu langkah dalam kegiatan evaluasi.
Instrumen evaluasi digunakan sebagai alat ukur untuk kita bisa mengevaluasi sebuah
program. Instrumen sangat krusial dalam hal ini, karena jika tidak menggunakan instrumen,
evaluator tidak akan bisa mengukur, menilai, dan mengevaluasi sebuah kurikulum.
2) Skala Rentang
Penilaian unjuk kerja yang menggunakan skala rentang memungkinkan penilai memberi
nilai penguasaan kompetensi tertentu karena pemberian nilai secara kontinuum di mana
pilihan kategori nilai lebih dari dua. Penilaian sebaiknya dilakukan oleh lebih dari satu
penilai agar faktor subjektivitas dapat diperkecil dan hasil penilaian lebih akurat.
3) Penilaian Sikap
Sikap berangkat dari perasaan (suka atau tidak suka) yang terkait dengan kecenderungan
bertindak seseorang dalam merespon sesuatu/ objek. Sikap juga sebagai ekspresi dari
nilai-nilai atau pandangan hidup yang dimiliki oleh seseorang. Sikap dapat dibentuk
untuk terjadinya perilaku atau tindakan yang diinginkan. Sikap terdiri dari tiga
komponen, yakni: komponen afektif, komponen kognitif, dan komponen konatif.
Komponen afektif adalah perasaan yang dimiliki oleh seseorang atau penilaiannya
terhadap sesuatu objek. Komponen kognitif adalah kepercayaan atau keyakinan
seseorang mengenai objek. Adapun komponen konatif adalah kecenderungan untuk
berperilaku atau berbuat dengan cara-cara tertentu berkenaan dengan kehadiran objek
sikap. Penilaian sikap dapat dilakukan dengan beberapa cara atau teknik. Teknik-teknik
tersebut antara lain: observasi perilaku, pertanyaan langsung, dan laporan pribadi.
4) Penilaian Proyek
Penilaian proyek merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu tugas yang harus
diselesaikan dalam periode/waktu tertentu. Tugas tersebut berupa suatu investigasi sejak
dari perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan dan penyajian data.
Penilaian proyek dapat digunakan, diantaranya untuk mengetahui pemahaman dan
pengetahuan dalam bidang tertentu, kemampuan peserta didik mengaplikasikan
pengetahuan tersebut dalam penyelidikan tertentu, dan kemampuan peserta didik dalam
menginformasikan subyek tertentu secara jelas.
Dalam penilaian proyek setidaknya ada 3 (tiga) hal yang perlu dipertimbangkan, yaitu:
Kemampuan pengelolaan
Kemampuan peserta didik dalam memilih topik dan mencari informasi serta dalam
mengelola waktu pengumpulan data dan penulisan laporan.
Relevansi
Kesesuaian dengan mata pelajaran, dalam hal ini mempertimbangkan tahap
pengetahuan, keterampilan, dan pemahaman dalam pembelajaran.
Keaslian
Proyek yang dilakukan peserta didik harus merupakan hasil karyanya, dengan
mempertimbangkan kontribusi guru pada proyek peserta didik, dalam hal ini
petunjuk atau dukungan.
5) Penilaian Produk
Penilaian produk adalah penilaian terhadap keterampilan dalam membuat suatu produk
dan kualitas produk tersebut. Penilaian produk tidak hanya diperoleh dari hasil akhir saja
tetapi juga proses pembuatannya. Penilaian produk meliputi penilaian terhadap
kemampuan peserta didik membuat produk-produk teknologi dan seni, seperti: makanan,
pakaian, hasil karya seni (patung, lukisan, gambar), barang-barang terbuat dari kayu,
keramik, plastik, dan logam.
Pengembangan produk meliputi 3 (tiga) tahap dan dalam setiap tahapan perlu diadakan
penilaian yaitu:
Tahap persiapan, meliputi: menilai kemampuan peserta didik merencanakan,
menggali, dan mengembangkan gagasan, dan mendesain produk.
Tahap pembuatan (produk), meliputi: menilai kemampuan peserta
didik menyeleksi dan menggunakan bahan, alat, dan teknik.
Tahap penilaian (appraisal), meliputi: menilai kemampuan peserta didik membuat
produk sesuai kegunaannya dan memenuhi kriteria keindahan.
Penilaian produk biasanya menggunakan cara holistik atau analitik.
Cara holistik, yaitu berdasarkan kesan keseluruhan dari produk, biasanya dilakukan
pada tahap appraisal.
Cara analitik, yaitu berdasarkan aspek-aspek produk, biasanya dilakukan terhadap
semua kriteria yang terdapat pada semua tahap proses pengembangan.
6) Penilaian Portofolio
Penilaian portofolio merupakan penilaian berkelanjutan yang didasarkan pada kumpulan
informasi yang menunjukkan perkembangan kemampuan peserta didik dalam satu
periode tertentu. Informasi perkembangan peserta didik tersebut dapat berupa karya
peserta didik (hasil pekerjaan) dari proses pembelajaran yang dianggap terbaik oleh
peserta didiknya, hasil tes (bukan nilai), piagam penghargaan atau bentuk informasi lain
yang terkait dengan kompetensi tertentu dalam satu mata pelajaran. Berdasarkan
informasi perkembangan tersebut, sendiri dapat menilai perkembangan kemampuan
peserta didik dan terus melakukan perbaikan.
7) Penilaian Diri
Penilaian diri (self assessment) adalah suatu teknik penilaian, di mana subjek yang ingin
dinilai diminta untuk menilai dirinya sendiri berkaitan dengan, status, proses dan tingkat
pencapaian kompetensi yang dipelajarinya dalam mata pelajaran tertentu.
Teknik penilaian diri dapat digunakan dalam berbagai aspek penilaian, yang berkaitan
dengan kompetensi kognitif, afektif dan psikomotor. Dalam proses pembelajaran di
kelas, berkaitan dengan kompetensi kognitif, misalnya: peserta didik dapat diminta untuk
menilai penguasaan pengetahuan dan keterampilan berpikir sebagai hasil belajar dalam
mata pelajaran ertentu, berdasarkan kriteria atau acuan yang telah disiapkan. Berkaitan
dengan kompetensi afektif, misalnya, peserta didik dapat diminta untuk membuat tulisan
yang memuat curahan perasaannya terhadap suatu objek sikap tertentu. Selanjutnya,
peserta didik diminta untuk melakukan penilaian berdasarkan kriteria atau acuan yang
telah disiapkan. Berkaitan dengan kompetensi psikomotorik, peserta didik dapat diminta
untuk menilai kecakapan atau keterampilan yang telah dikuasainya sebagai hasil belajar
berdasarkan kriteria atau acuan yang telah disiapkan.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan pemaparan mengenai pengembangan kurikulum, maka dapat
disimpulkan bahwa:
1. Evaluasi kurikulum adalah suatu tindakan pengendalian, penjaminan dan penetapan mutu
kurikulum, berdasarkan pertimbangan dan kriteria tertentu, sebagai bentuk akuntabilitas
pengembang kurikulum dalam rangka menentukan keefektifan kurikulum.
2. Tujuan evaluasi kurikulum mecakup dua hal yaitu : pertama, evaluasi digunakan untuk
menilai efektifitas program. Kedua, evaluasi dapat digunakan sebagai alat bantu dalam
pelaksanaan kurikulum (pembelajaran).
3. Prinsip evaluasi kurikulum adalah memiliki tujuan tertentu, bersifat objektif,
komperhensif, kooperatif dan bertanggung jawab, efisien dan berkesinambungan.
4. Prinsip evaluasi kurikulum 2013 adalah terpadu, terbuka, menyeluruh dan
berkesinambungan, sistematis, beracuan kriteria, dan akuntabel.
5. Evaluasi pembelajaran pada kurikulum 2013 mencakup evaluasi spiritual, sikap,
pengetahuan dan keterampilan.
6. Instrumen evaluasi kurikulum dapat diartikan seperangkat alat yang didesain sedemikian
rupa untuk mengukur dan mengumpulkan data terkait ketercapaian tujuan dari
kurikulum.
7. Instrumen evaluasi kurikulum dimaksudkan untuk menelaah kembali apakah kegiatan
yang telah dilakukan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
8. Instrumen evaluasi dikembangkan sesuai dengan desain dan jenis data serta informasi
yang akan dikumpulkan.
9. Instrumen evaluasi pada kurikulum 2013 dibagi menjadi evaluasi dalam bentuk tes (tes
prestasi belajar, tes penguasaan, tes bakat, tes diagnostik, serta tes penempatan) dan
bentuk non-tes (menilai domain afektif, seperti sikap, minat, bakat, motivasi)
B. SARAN
Suatu lembaga pendidikan ataupun suatu negara yang hendak merumuskan atau
mengganti kurikulum pendidikan yang digunakan haruslah memperhatikan prinsip, faktor-
faktor serta model pengembangan kurikulum. Selain itu, ketika memilih suatu kurikulum
hendaklah melihat kembali tujuan pendidikan dari lembaga pendidikan atau negara tersebut,
sehingga kurikulum dapat berhubungan dan bisa menjadi salah satu cara untuk mewujudkan
tujuan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Anderson, L.W. & Krathwohl, D.R. 2001. A Taxonomy for Learning, Teaching, and
Assessing, a Revision of Bloom’s Taxonomy of Educational Objectives. New York:
Longman
Arifin, Z. 2011. Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Doll, R. C. 1974. Curriculum Improvement: Decision Making and Processs, (Third Edition).
Boston-London-Sidney: Allyan and Bacon.
Guba E.G., & Lincoln, Y.S.. 1985. Effective Evaluation, San Francisco: JosseyBass Pub
Griffin, P., & Nix., P. 1991. Educational Assessment and Reporting. Sydney: Harcout Brace
Javanovich Publisher.
Guilford, J.P. 1982. Psychometric Methods. New York: McGraw-Hill Publishing Co.Ltd
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2013
tentang Standar Penilaian Pendidikan.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 81A Tahun 2013
tentang Implementasi kurikulum.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2018
Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Nomor 59
Tahun 2014 Tentang Kurikulum 2013 Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah.
Sudjana, N. dan Ibrahim, R. 1989. Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung : Sinar
Baru.
Sumarna S. 2005. Panduan Penulisan Tes Tertulis Implementasi Kurikulum 2004. Bandung:
Remaja Rosda Karya.
Taba, H. 1962. Curriculum Development: Theory and Practice. New York: Harcourt Brace
and World, Inc.
Tyler, R. W. 1975. Basic Principles of Curriculum and Instruction. Chicago and London :
The University of Chicago Press.
Willeiam A. M, dkk. 1984. Measurement and Evaluation in Education and Psychology, New
York: Rinchart and Wionston.
Zais, R. S. 1976. Curriculum, Principles and Foundations. New York: Harper and Row
Publisher.